Anda di halaman 1dari 19

PENUNTUN PRAKTIKUM

FARMASETIKA DASAR II

Dosen :

Nopiyansyah, S.Si., Apt

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

JURASAN FARMASI

UNIVERSITAS TULANG BAWANG LAMPUNG

2017
PERCOBAAN I
SERBUK BAGI

A. Tujuan Percobaan

Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu meracik dan


menghitung dosis maksimum dari resep serbuk sesuai dengan metode peracikan serbuk.

B. Dasar Teori

Serbuk adalah campuran kering bahan-bahan obat atau zat kimia yang dihaluskan
untuk pemakaian oral/dalam atau pemakaian luar. Menurut Farmakope Indonesia III,
serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih obat yang diserbukkan. Sedangkan
menurut Farmakope Indonesia IV, serbuk adalah campuran kering bahan obat atau zat
kimia yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau pemakaian dalam. Secara
Kimia Fisika, serbuk adalah partikel bahan padat yang mempunyai ukuran antara
10.000-0,1 mikrometer.

a. Keuntungan/Kerugian Serbuk

1. Keuntungan Serbuk

 Sebagai campuran bahan obat sesuai kebutuhan


 Dosis lebih tepat, lebih stabil, dari pada sediaan cair
 Memberikan disolusi lebih cepat

2. Kekurangan Serbuk

 Kurang baik untuk bahan obat yamg mudah rusak/terurai dengan


adanya kelembaban/kontak dengan udara
 Bahan obat yang pahit akan sukar tertutupi rasanya
 Peracikannya membutuhkan waktu yang lama
b. Karateristik Serbuk

Serbuk yang baik memiliki karateristik antara lain :

1. Homogen dan kering. Kering artinya tidak boleh menggumpal atau


mengandung air Homogenitas dari suatu sediaan serbuk dapat
dipengaruhi oleh faktor :
 Ukuran partikel
 Densitas/berat jenis

2. Memiliki derajat kehalusan tertentu, sehingga :


 Sediaan lebih homogen
 Disolusi makin cepat
 Permukaan serbuk jadi luas dan daya absorpsi jadi besar

c. Pembagian Serbuk

Serbuk dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

1. Serbuk Terbagi (Pulveres)

Serbuk terbagi adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang
sama, dibungkus dengan menggunakan bahan pengemas yang cocok
untuk sekali minum. Untuk serbuk terbagi yang mengandung bahan yang
mudah meleleh atau atsiri harus dibungkus dengan kertas perkamen atau
kertas yang mengandung lilin kemudian dilapisi lagi dengan kertas
logam.

2. Serbuk Tak Terbagi (Pulvis)

Serbuk tak terbagi adalah serbuk yang tidak dibagi dalam jumlah banyak.
Jika pada suatu serbuk dinyatakan suatu cara pemakaian dalam takaran
sendok teh atau sendok lain, maka selalu sesendok rata serbuk. Serbuk
tak terbagi/pulvis dapat dibagi menjadi beberapa macam yaitu :

a) Serbuk Tabur (Pulvis Adspersorius)

Serbuk tabur adalah serbuk ringan untuk penggunaan topikal, dapat


dikemas dalam wadah yang bagian atasnya berlubang halus untuk
memudahkan penggunaan pada kulit. Pada umumnya serbuk tabor
harus melewati ayakan dengan derajat halus 100 mesh agar tidak
menimbulkan iritasi pada bagian yang peka. Bahan yang digunakan
dalam serbuk tabur :

1) Sebagai zat berkualitas : sulfur (antimikroba), asam tanat,


AlCl3 (adstringen), mentol-kamfer (pendingin dan anti gatal)
2) Zat yang bersifat absorben : bentonite, kaolin, talk, amilum
3) Pelincir dan pendispersi : Zn. stearate, Mg. stearate, talk
4) Pelekat Zn. stearate, Al. Stearat

b) Serbuk gigi (Pulvis Dentifricius)

Dalam serbuk ini kadang-kadang digunakan karmin untuk memberi


warna rosa. Untuk mendapatkan pembagian yang rata dari zat
warna, maka dianjurkan untuk melarutkan zat warna ini dalam
sedikit kloroform atau etanol 90% kemudian dikeringkan dengan
talk.

c) Pulvis Effervescent

Alasan penggunaan pulvis effervescent :

1) Menutup rasa pahit/tidak enak (karena mengandung CO2)


2) Gas CO2 mempercepat penyerapan karena merangsang
cairan lambung karminatif
3) Serbuk lebih stabil dari pada potio effervescent.

Dalam beberapa hal digunakan juga istilah umum untuk


menyatakan kehalusan serbuk yang disesuaikan dengan nomor
pengayak sebagai berikut :

- Serbuk sangat kasar adalah serbuk 5/8


- Serbuk kasar adalah serbuk (10/40) : Coarse Powder
- Serbuk agak kasar adalah serbuk (22/60) : Moderately Coarse
Powder
- Serbuk agak halus adalah serbuk (44/85) : Moderately Fine
Powder
- Serbuk halus adalah serbuk (85) : Fine powder
- Serbuk sangat halus adalah serbuk (120/200-300) : Very fine
powder

d. Pumbuatan Serbuk Dengan Bahan-Bahan


Cara mencampur bahan obat untuk serbuk :
1. Triturition, mencampurkan bahan obat dalam mortir dan stamper
2. Spatulation, mencampurkan bahan obat langsung diatas kertas
3. Sifting, cara mencampurkan bahan obat dalam suatu ayakan tertutup
4. Tumbling, cara mencampurkan bahan obat dalam tempat tertutup yang
dilengkapi dengan bola logam sebagai penggiling kemudian di goyang-
goyangkan.

C. Alat dan Bahan

a. Alat

1. Lumpang
2. Alu
3. Sudip
4. Gunting
5. Lap Kasar/halus
6. Timbangan analitik

b. Bahan

1. Alkohol 70%
2. Kapas
3. Kertas Perkames
4. Obat
5. Etiket
6. Copy Resep
7. Plastik Obat
D. Resep I
a. Bacalah resep dibawah ini dengan seksama
b. Hitung bahan baku yang harus ditimbang
c. Tuliskan cara kerja dan penimbangannya
dr. Sugino
Jl. Teratai No 1 Bandar Lampung
No. SIK. 21119/B
Bandar Lampung,
R/ Menthol 1%
Boric acid 2%
Oxydi Zinci 2,5
Talc. ad 25
m.f. pulvis adsp.
s.o.m.applic
Pro :
Umur :
Alamat :

E. Resep II
a. Bacalah resep dibawah ini dengan seksama
b. Hitung bahan baku yang harus diracik menjadi serbuk bagi
c. Periksalah dosis atau aturan pakai resep dibawah ini. Jika terdapat kekeliruan,
hitunglah dosisnya dan berikan aturan pakai yang rasional
d. Pasien hanya ingin menebus setengah resep saja
e. Buatlah cara kerja dan etiketnya
dr. Sugino
Jl. Teratai No 1 Bandar Lampung
No. SIK. 21119/B
Bandar Lampung,
R/ Lc. Penmox tab. 125 mg
Paracetamol 100 mg
Phenobarbital
Coffein aa 20 mg
S.L q.s
m.f. pulv.dtd.No.X
s.t.d.d. p.I
Pro :
Umur :
Alamat :
PERCOBAAN II
KAPSUL

A. Tujuan Percobaan

Setelah menyelesaikan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu meracik


serbuk dan mahir memasukkan serbuk ke dalam kapsul yang sesuai dengan banyaknya
serbuk.

B. Dasar Teori

Kapsul adalah bentuk sediaan padat yang terbungkus dalam suatu cangkang keras
atau lunak yang dapat larut. Cangkang pada umumnya terbuat dari gelatin tetapi dapat
juga dibuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.

a. Macam-Macam Kapsul

1. Kapsul bercangkang keras (capsulae durae, hard capsul)

Kapsul bercangkang keras (capsulae durae, hard capsul) terdiri atas


bagian wadah dan tutup (capsulae overculateae) yang terbuat dari metil
selulosa, gelatin, pati atau bahan lain yang sesuai. Ukuran cangkang
kapsul keras bervariasi dari nomor paling 5 sampai nomor paling besar
000, kecuali cangkang hewan. Biasanya cangkang kapsul ini diisi dengan
bahan padat atau serbuk, butiran atau granul. Campuran serbuk yang
cenderung meleleh dapat diisikan kedalam kapsul cangkang keras jika
digunakan absorben seperti MgCO3 atau silicon dioksida.

Penutupan cangkang kapsul gelatin keras dapat dilakukan dengan cara


memberikan lekukan khas pada bagian tutup dan induk atau dengan
pemanasan langsung. Penutupan cangkang kapsul pati keras dilakukan
dengan cara pelekatan dengan mengoleskan cairan campuran air, alkohol
kemudian dikeringkan. Membersihkan cangkang kapsul gelatin keras
dapat dilakukan dengan cara meletakkan kapusl di antara sepotong kain
(linen, wool) kemudian digosok-gosokkan.
2. Kapsul cangkang lunak (capsulae molles, soft capsul)

Kapsul cangkang lunak (capsulae molles, soft capsul) merupakan suatu


kesatuan berbentuk bulat atau silindris atau bulat telur yang dibuat dari
gelatin (kadang disebut gel lunak); biasanya lebih tebal dibandingkan
dengan cangkang keras.

b. Keuntungan/Kerugian Kapsul

1. Keuntungan Kapsul

 Bentuknya menarik dan praktis


 Cangkang kapsul tidak berasa sehingga dapat menutupi obat yang
berasa dan berbau tidak enak
 Mudah ditelan dan cepat hancur atau larut dalam lambung sehingga
obat cepat diabsorpsi
 Dokter dapat mengombinasikan beberapa macam obat dan dosis
yang berbeda-beda sesuai kebutuhan pasien
 Kapsul dapat diisi dengan cepat karena tidak memrlukan bahan zat
tambahan seperti pada pembuatan pil dan tablet

2. Kekurangan Kapsul

 Tidak bisa untuk zat-zat yang mudah menguap kartena poripori


kapsul tidak dapat menahan penguapan
 Tidak bisa untuk zat-zat yang higroskopis (menyerap lembab)
 Tidak bisa untuk zat-zat yang dapat beraksi dengan cangkang kapsul
 Tidak bisa untuk balita
 Tidak bisa dibagi-bagi

c. Penyimpangan kapsul

1. Tidak terlalu lembab atau dingin dan kering


2. Terbuat dari botol gelas, tertutup rapat dan diberi bahan pengering
3. Terbuat dari wadah botol plastik, tertutup rapat dan juga diberi bahan
pengering
4. Terbuat dari alumuniumfoil dalam blister atau strip
d. Cara Pengisian Kapsul

Ada 3 cara pengisian kapsul yaitu :

1. Dengan Tangan

Merupakan cara yang paling sederhana yaitu dengan tangan tanpa


bantuan alat lain. Cara ini sering digunakan di apotek untuk melayani
resep dokter. Untuk memasukkan obat dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut :

a) Serbuk dibagi dahulu sesuai dengan jumlah kapsul yang diminta


b) Tiap bagian serbuk tadi dimasukkan kedalam badan kapsul dan
ditutup.

2. Dengan Alat Bukan Mesin

Alat yang dimaksud disini adalah alat yang menggunakan tangan


manusia. Dengan menggunakan alat ini akan didapatkan kapsul yang
lebih seragam dan pengerjaannya dapat lebih cepat sebab sekali buat
dapat dihasilkan berpuluh-puluh kapsul. Alat ini terdiri atas 2 bagian
yaitu bagian yang tetap dan bagian yang bergerak. Untuk memasukkan
obat dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a) Buka bagian-bagian kapsul


b) Badan kapsul dimasukkan ke dalam lubang pada bagian alat yang
tidak bergerak/tetap
c) Taburkan serbuk yang akan dimasukkan kedalam kapsul
d) Ratakan dengan bantuan alat kertas film
e) Tutup kapsul dengan cara merapatkan atau menggerakkan bagian
alat yang bergerak.

3. Dengan Mesin

Untuk memproduksi kapsul secara besar-besaran dan menjaga


keseragaman kapsul perlu digunakan alat yang otomatis mulai dari
membuka, mengisi sampai dengan menutup kapsul.
C. Alat dan Bahan

a. Alat

1. Cetakan Kapsul
2. Lumpang
3. Alu
4. Sudip
5. Timbangan analitik
6. Lap kasar/halus
7. Gunting

b. Bahan

1. Alkohol 70%
2. Kapas
3. Kertas perkamen
4. Cangkang Kapsul
5. Obat
6. Plastic obat
7. Copy Resep
8. Etiket

D. Resep I
a. Bacalah resep dibawah ini dengan seksama
b. Hitung bahan baku yang harus ditimbang
c. Pasien minta dibuatkan copy resep meskipun sudah semua obatnya diambil
d. Tuliskan cara kerja dan etiketnya
dr. Sugino
Jl. Teratai No 1 Bandar Lampung
No. SIK. 21119/B
Bandar Lampung,
R/ Pulv.Antashmatici Albi s.f. No. X
m.f. da in caps
s.p.r.n.b.d.d.C.I
Pro :
Umur :
Alamat :
PERCOBAAN III
PIL

A. Tujuan Percobaan

Setelah menyelesaikan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu membuat


resep dalam bentuk pil.

B. Dasar Teori

Istilah pil berasal dari bahasa latin yaitu pila yang berarti bola. Zaman dahulu
bentuk pil lebih besar dari pil zaman sekarang. Berdasarkan bobotnya, obat yang
berbentuk bulat dapat digolongkan atas:

1. Pilulae = Bobotnya kira – kira 30 mg – 300 mg


2. Granule = Bobotnya 1/3 – grain = 20 mg – 60 mg
3. Boli = Bobotnya lebih besar dari 300 mg
4. Parvule = Bobotnya kurang dari 20 mg

Dalam FI ed. III. pil adalah suatu sediaan berupa massa bulat, mengandung satu
atau lebih bahan obat. Menurut F.N. 78. Pil adalah sediaan berbentuk bulat atau bulat
telur, dibuat menggunakan massa pil.

a. Cara membuat massa pil

Massa pil dibuat dengan mencampur satu atau lebih bahan obat dengan zat
tambahan yang cocok, diaduk dan ditekan hingga menjadi massa yang mudah
digulung. Pil yang diperoleh tidak boleh berubah bentuk pada penyimpanan
dan tidak terlalu keras.
b. Komposisi pil

Pil terdiri dari :

1. Bahan obat

Hampir semua bahan obat dapat dibuat pil, baik yang berbentuk padat,
cair maupun bentuk setengah padat. Bahan obat yang higroskopis
sebetulnya kurang baik untuk dibuat pil, karena mudah menarik uap air
dari udara, sehingga pil yang diperoleh pada penyimpanan biasanya
menjadi basah atau pecah – pecah.

2. Zat tambahan, terdiri dari:


- Zat pengisi
- Zat pengikat
- Zat pembasah
- Zat penabur
- Zat penyalut

Zat tambahan yang digunakan dalam pembuatan massa pil harus dipilih
sedemikian rupa sehingga memenuhi syarat – syarat sbb:
- Harus memenuhi syarat umum zat tambahan.
- Pil yang diperoleh memenuhi syarat – syarat pil.

a) Zat pengisi

Zat pengisi digunakan untuk mencapai bobot dan ukuran yang lazim.
Jadi jumlah dan jenis zat pengisi yang digunakan tergantung dari
bobot dan jenis bahan obatnya. Zat pengisi yang lazim digunakan
adalah serbuk akar manis (Radix liquirithae), Kaolinum, Saccharum.

b) Zat pengikat

Zat pengikat adalah zat tambahan yang berfungsi sebagai zat yang
jika ditambahkan kedalam campuran bahan obat dengan zat
tambahan lainnya dengan atau tanpa zat pembasah yang cocok,
diaduk dan ditekan akan menghasilkan massa pil yang mudah
digulung. Zat pengikat yang sering digunakan adalah sari akar manis
(succus liquirithae), Gummi arabicum, adeps lanae dan vaselin,
glycerinum cum Tragacant, ekstrak kental, cera flava dll.

c) Zat pembasah

Zat pembasah yang lazim digunakan adalah aqua gliserin yang


merupakan campuran gliserin dengan air sama banyak (1:1); dan
sirup gula yang sering digunakan pada pembuatan granul tetapi pada
penyimpanannya pil yang diperoleh akan mengeras.

d) Zat penabur

Zat penabur adalah zat yang digunakan untuk mencegah melekatnya


massa pil pada waktu dicetak atau digulung dan mencegah
melekatnya pil pada waktu penyimpanan. Zat penabur yang sering
digunakan adalah licopodium, talcum, serbuk akar manis (Succus
liquirithae) dll.

e) Zat penyalut
Pemberian zat penyalut dalam pil diperlukan dalam hal-hal sbb:
- Untuk menutupi bau dan rasa yang tidak enak
- Untuk emlindungi isisnya terhadap pengaruh dari luar misalnya
pengaruh oksidasi.
- Untuk mencegah atau memperlambat pecahnya pil dalam
lambung, terutama pil yang seharusnya pecah didalam usus. Zat
penyalut yang lazim digunakan adalah balsamum tolutanum,
kollodium, perak, graphite, gelatinum
-
C. Alat dan Bahan

a. Alat

1. Lumpang 5. Lap kasar/halus


2. Alu
3. Sudip
4. Timbangan analitik
b. Bahan

1. Kapas
2. Kertas perkamen
3. Obat
4. Plastic obat
5. Copy Resep
6. Etiket

D. Resep I
a. Bacalah resep dibawah ini dengan seksama
b. Hitung bahan baku yang harus ditimbang
c. Tuliskan cara kerja dan etiketnya

dr. Sugino
Jl. Teratai No 1 Bandar Lampung
No. SIK. 21119/B
Bandar Lampung,
R/ Papaverin 1,2
m.f. l.a. pil.No.XXX
s.b.d.d.pil II a.c.
Pro :
Umur :
Alamat :
PERCOBAAN IV
SUPPOSITORIA

A. Tujuan Percobaan

Setelah menyelesaikan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu membuat


resep dalam bentuk suppositoria.

B. Dasar Teori

Suppositoria adalah sediaan padat yang digunakan melalui rectal, vagina dan
uretra. Umumnya berbentuk torpedo, dapat melarut, melunak, atau meleleh pada suhu
tubuh. Umumnya suppositoria rectal berbobot 2 gram untuk dewasa, 1 gram untuk
anak-anak. Keuntungan bentuk torpedo ini adalah bila bagian yang besar telah masuk
melalui otot penutup dubur, maka bagian suppositoria yang lain akan tertarik masuk
dengan sendirinya.

a. Keuntungan dan kerugian suppositoria

Bentuk sediaan suppositoria ini sangat bermanfaat untuk mencegah


berkurangnya efisiensi obat akibat mengalami metabolism di hati sehingga
kadarnya dalam darah berkurang. Selain itu, pada keadaan terapi oral tidak
mungkin, misalnya: orang yang pingsan, muntah – muntah, mual; untuk anak
kecil dan bayi, obat yang akan terurai oleh enzim pencernaan, obat yang
dapat mengiritasi lambung, pemakaian suppositoria sangat menguntungkan.

Kerugian dari suppositoria ini dirasakan saat menimbulkan rasa yang


tidak enak pada tempat dimana suppositoria ini dimasukkan.

b. Bentuk dan Ukuran Suppositoria

1. Suppositoria rectal dengan bentuk peluru, torpedo, jari – jari atau selinder
dengan kedua ujungnya lancip, panjang kurang lebih 32 mm. Berat
tergantung dari berat jenis dan basis yang digunakan tetapi umumnya 2
gram.
2. Suppositoria vagina umumnya berbentuk bulat atau bulat telur dan
berbobot lebih kurang 5 gram, dibuat dari zat pembawa yang zarut dalam
air atau yang dapat bercampur dengan air seperti propilenglikol atau
gelatin terglicerinasi.

3. Suppositoria urethra umumnya berbentuk batang, ramping seperti pensil.


Untuk pria bergaris tengah 3 – 6 mm dan panjang 7 cm.

c. Komposisi sediaan suppositoria terdiri dari:

1. Zat aktif
2. Bahan dasar

d. Penggolongan basis suppositoria

Pada umumnya basis suppositoria dapat digolongkan atas:

1. Basis berlemak : oleum cacao


2. Basis bercampur atau larut dalam air : gliserin – gelatin, propilenglikol
dll.
3. Basis lain : pembentuk emulsi a/m Basis jenis ketiga ini ini ditujukan
untuk mempermudah bercampur dengan cairan tubuh atau mengikat air.

e. Hal–hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan suppositoria

1. Kenaikan titik lebur. Titik lebur oleum cacao yang dinaikan oleh perak
nitrat dan plumbi asetat. Untuk mengatasinya dapat ditambahkan oleum
arachidis kurang dari 5%.

2. Penurunan titik lebur. Penurunan titik lebur oleum cacao yang


disebabkan oleh fenol, Choral hydrat, minyak atsiri dapat diatasi dengan
penambahan cera 4 – 6% atau cetaceum 12%.

3. Bila suppositoria terlalu banyak mengandung serbuk akan menyulitkan


dalam penambahan adeps lanae.

4. Cairan yang tidak dapat mencampur dengan oleum cacao. Obat yang
harus dilarutkan dalam air maupun dalam alcohol atau obatnya sendiri
dengan konsistensi seperti itu misalnya ichtyol, bila dalam jumlah kecil
dapat dibuat dengan metode panas dengan jalan pengadukan sebelum
dituang.

5. Pemakaian air sebagai pelarut dalam basis oleum cacao sebaiknya


dihindari sebab:
- Menyebabkan reaksi antara obat – obatan dalam suppositoria.
- Bila airnya menguap, obat tersebut akan mengkristal kembali dan
dapat keluar dari suppositoria.
- Mempercepat tengiknya oleum cacao

f. Pengemasan Suppositoria
Suppositoria dikemas sedemikian rupa sehingga setiap suppositoria terpisah
satu dengan yang lainnya, agar tidak mudah hancur atau meleleh. Bisanya
dimasukkan ke dalam wadah dari aluminium foil atau strip plastic sebanyak 6
sampai 12 suppositoria untuk kemudian dikemas dalam doos. Suppositoria
harus disimpan dalam wadah tertutup baik ditempat sejuk.

C. Alat dan Bahan

c. Alat

1. Lumpang 5. Lap kasar/halus


2. Alu
3. Sudip
4. Timbangan analitik
d. Bahan

1. Kapas
2. Kertas perkamen
3. Obat
4. Plastic obat
5. Copy Resep
6. Etiket
D. Resep I
a. Bacalah resep dibawah ini dengan seksama
b. Hitung bahan baku yang harus ditimbang
c. Tuliskan cara kerja dan etiketnya

dr. Sugino
Jl. Teratai No 1 Bandar Lampung
No. SIK. 21119/B
Bandar Lampung,
R/ Diazepam 10 mg
m.f. supp.dtd.No.II
s.u.c
Pro :
Umur :
Alamat :

Anda mungkin juga menyukai