Anda di halaman 1dari 28

TURBIN 2

SISTEM BAHAN BAKAR PESAWAT UDARA


Dipersiapkan oleh
Aji Jatmika Atmawijaya
Oktober 2015
PERTEMUAN KE-1
BAGIAN KE-1
PENDAHULUAN
• Semua pesawat udara bermesin (engine) membutuhkan bahan
bakar yang dibawanya untuk mengoperasikan mesin-mesin
tersebut.
• Sebuah sistem bahan bakar yang terdiri dari tangki penyimpanan,
pompa, filter, katup, saluran bahan bakar, perangkat pengukuran,
dan pemantauan, dirancang dan disertifikasi secara ketat
berpedoman pada Peraturan Keselamatan Penerbangan.
• Setiap sistem harus menyediakan aliran bahan bakar yang tak
terganggu , bebas kontaminasi dan tak dipengaruhi oleh sikap
pesawat.
• Karena beban bahan bakar dapat menjadi porsi yang berarti dari
berat pesawat, badan pesawat harus dirancang cukup kuat.
• Beban bahan bakar yang bervariasi dan pergeseran titik berat badan
pesawat udara selama manuver harus tidak berpengaruh negatif
terhadap kendali pesawat dalam penerbangan.
Sistem bahan bakar pesawat udara harus dapat mengalirkan bahan
bakar dalam setiap manuver yang dimintakan sertifikasinya
SERTIFIKASI
• Direktorat Kelaikan Udara dan Pengoperasian Pesawat Udara
(DKUPPU) melakukan sertifikasi pesawat udara menurut Peraturan
Keselamatan Penerbangan (Civil Aviation Safety Regulation,
CASR) yang sesuai dengan tipe pesawat udara tersebut.
• Standar kelayakan udara untuk sertifikasi dapat ditemukan pada
Peraturan Keselamatan Penerbangan dari Kementrian
Perhubungan Republik Indonesia berikut:
▫ CASR Part 23 Amendment 1 Airworthiness Standards: Normal, Utility,
Acrobatic, And Commuter Category Airplanes
▫ CASR Part 25 Revision 05 Airworthiness Standards: Transport Category
Airplanes
▫ CASR Part 27 Airworthiness Standards: Normal Category Rotorcraft
▫ CASR Part 29 Airworthiness Standards : Transport Category Rotorcraft
▫ CASR Part 31 Airworthiness Standards: Manned Free Balloons
▫ CASR Part 33 Amendment 1 Airworthiness Standards: Aircraft Engines
▫ CASR Part 34 Amendment 1 Fuel Venting And Exhaust Emission
Requirements For Turbine Engine Powered Airplanes
INDEPENDENSI
SISTEM BAHAN BAKAR
• Setiap sistem bahan bakar untuk pesawat udara bermesin harus
diatur sedemikian rupa sehingga dalam setidaknya satu konfigurasi
sistem, kegagalan dari salah satu komponen (selain tangki bahan
bakar) tidak mengakibatkan hilangnya tenaga lebih dari satu mesin
atau tidak memerlukan tindakan segera oleh pilot untuk mencegah
hilangnya tenaga lebih dari satu mesin.
• Jika tangki bahan bakar tunggal (atau serangkaian tangki bahan
bakar yang saling berhubungan dan berfungsi sebagai tangki bahan
bakar tunggal) digunakan pada pesawat udara bermesin banyak
(multiengine), harus tersedia outlet tangki independen untuk setiap
mesin, yang masing-masing tergabung pada katup penutup (shut-
off) pada tangki tersebut.
• Tangki bahan bakar harus memiliki minimal dua ventilasi yang
diatur untuk meminimalkan kemungkinan kedua ventilasi
terhambat secara bersamaan.
PERLINDUNGAN SISTEM BAHAN BAKAR
TERHADAP PETIR
• Sistem bahan bakar harus dirancang dan diatur untuk
mencegah penyalaan uap bahan bakar di dalam sistem
karena sambaran petir secara langsung atau tak
langsung.
• Corona dan streamering juga harus dihambat di outlet
ventilasi bahan bakar karena dapat membakar
campuran bahan bakar udara.
• Sebuah corona adalah pelepasan cahaya (kilatan) yang
terjadi sebagai akibat dari perbedaan potensial listrik
antara pesawat udara dan daerah sekitarnya.
• Streamering adalah jejak seperti cabang (pohon) yang
terjadi saat ada sambaran langsung atau pada kondisi
saat terjadi sambaran petir yang dekat.
Streamering petir di ujung sayap dari pesawat jet tempur
ALIRAN BAHAN BAKAR
• Kemampuan sistem bahan bakar untuk menyediakan bahan
bakar dengan laju aliran dan tekanan yang cukup untuk
operasi mesin yang tepat adalah penting pada pesawat udara.
• Selain itu, sistem bahan bakar harus menghantarkan bahan
bakar pada ketinggian terbangnya yang paling kritis
bergantung kepada pasokan bahan bakar dan banyaknya
bahan bakar tak terpakai (unusable fuel).
• Untuk membuktikan kinerjanya, dilakukan beberapa
pengujian.
• Pengukur aliran bahan bakar (flowmeter) biasa dipasang
pada pesawat udara.
• Selama pengujian, bahan bakar harus mengalir dan tetap
memasok mesin pada laju dan tekanan yang memadai.
LAJU ALIRAN BAHAN BAKAR
• Pada sistem bahan bakar yang mengalir dengan
memanfaatkan gravitasi, laju bahan bakar harus 150% dari
konsumsi bahan bakar dari mesin pada saat lepas landas.
• Pada sistem bahan bakar yang menggunakan pompa, laju
bahan bakar untuk setiap sistem pompa (utama dan
cadangan) untuk tiap mesin bolak-balik/piston harus 125%
dari aliran bahan bakar yang diperlukan mesin pada saat
lepas landas dengan tenaga penuh.
• Namun demikian, dengan pompa utama dan pompa darurat
bekerja bersamaan, tekanan bahan bakar tidak boleh melebihi
batas tekanan masuk mesin.
• Sistem bahan bakar mesin turbin harus dapat menyediakan
setidaknya 100 persen dari yang dibutuhkan oleh mesin pada
tiap kondisi operasi dan manuver yang diinginkan.
TUNDAAN ALIRAN BAHAN BAKAR
• Pada pesawat udara dengan beberapa tangki
bahan bakar, kinerja dimonitor ketika beralih ke
tangki baru tiap kali bahan bakar telah habis
dari suatu tangki.
• Untuk pesawat bermesin piston tunggal saat
terbang datar, 75 persen daya berlanjut
maksimum (maximum continuous power) harus
diperoleh tidak lebih dari 10 detik.
• Untuk pesawat turbocharged atau bermesin
banyak, 20 detik diperbolehkan.
ALIRAN ANTAR TANGKI YANG SALING
BERHUBUNGAN
• Pada sistem bahan bakar yang memanfaatkan
gravitasi dengan outlet tangki yang saling
berhubungan, tidak mungkin bahan bakar mengalir
antar tangki.
• Jika bahan bakar dapat dipompa dari satu tangki ke
tangki yang lain dalam penerbangan, ventilasi
tangki bahan bakar dan sistem transfer bahan bakar
harus dirancang sedemikian rupa sehingga tidak ada
kerusakan struktural pada komponen pesawat yang
dapat terjadi karena kelebihan pengisian tangki
manapun.
PASOKAN BAHAN BAKAR YANG TAK
DIGUNAKAN
• Pasokan bahan bakar yang tidak digunakan untuk
masing-masing tangki harus ditetapkan besarnya.
• Besaran ini tidak boleh kurang dari jumlah yang
dapat dipakai sebagai bukti dari tidak berfungsinya
pasokan bahan bakar pada kondisi yang terjadi
untuk setiap operasi dan manuver terbang yang
diinginkan yang melibatkan tangki tersebut.
• Efek pada jumlah bahan bakar yang digunakan
sebagai akibat dari kegagalan pompa manapun juga
ditentukan.
OPERASI SISTEM BAHAN BAKAR PADA
CUACA PANAS
• Setiap sistem bahan bakar tidak boleh terkunci
(bahan bakar tidak dapat mengalir) akibat uap saat
menggunakan bahan bakar pada suhu kritis,
sehubungan dengan terbentuknya uap, saat
mengoperasikan pesawat pada semua kondisi
operasi dan lingkungan kritis yang dimintakan
persetujuan kepada otoritas.
• Sebagai contoh untuk bahan bakar turbin,
temperatur kritis harus 110 ° F, -0 °, 5 ° F atau suhu
udara luar maksimum yang dimintakan
persetujuan, tergantung mana yang lebih kritis.
PERTEMUAN KE-1
BAGIAN KE-2
PENDAHULUAN
• Setiap mesin pesawat dirancang untuk membakar
bahan bakar tertentu.
• Gunakan hanya bahan bakar yang ditetapkan oleh
pabrikan.
• Pencampuran bahan bakar tidak diizinkan.
• Ada dua tipe dasar bahan bakar dibahas pada
bagian ini:
▫ bahan bakar mesin bolak-balik/piston (reciprocating-
engine) yang juga dikenal sebagai bensin atau AVGAS
▫ bahan bakar mesin turbin yang juga dikenal sebagai
bahan bakar jet (jet fuel) atau minyak tanah.
PRODUK MINYAK BUMI YANG DIPRODUKSI DENGAN
DISTILASI (PENYULINGAN)
• Berbagai fraksi
mengembun dan
dikumpulkan pada
temperatur yang
berbeda yang sesuai
dengan ketinggian
koleksi di menara
distilasi.
• Seperti dapat dilihat,
terdapat perbedaan
yang signifikan
antara turbin bahan
bakar mesin dan
AVGAS biasa.
BAHAN BAKAR MESIN BOLAK- BALIK
(AVGAS)
• AVGAS dengan segala variasinya, utamanya
merupakan senyawa hidrokarbon dari minyak
mentah.
• Bensin penerbangan berbeda dengan bahan bakar
yang digunakan untuk pesawat udara bermesin
turbin.
• AVGAS sangat volatil (mudah berubah bentuk dari
cairan ke uap) dan sangat mudah terbakar dengan
titik nyala rendah.
• Bahan bakar turbin adalah bahan bakar berjenis
minyak tanah dengan titik nyala lebih tinggi
sehingga tidak mudah terbakar.
Volatilitas
• Salah satu karakteristik yang paling penting dari
bahan bakar pesawat udara adalah volatilitas.
• Volatilitas adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan seberapa mudahnya
perubahan zat dari cair menjadi uap.
• Untuk mesin bolak-balik, bahan bakar yang
diinginkan adalah yang sangat volatil.
• Bensin cair yang dikirimkan ke karburator dari
sistem induksi mesin harus menguap di
karburator supaya terbakar di mesin.
Tingkat volatilitas
• Bahan bakar dengan volatilitas yang rendah
menguap perlahan-lahan. Hal ini dapat
menyebabkan:
▫ penyalaan mesin yang sulit
▫ pemanasan yang lambat
▫ akselerasi yang buruk
▫ distribusi bahan bakar yang tidak merata ke silinder
▫ pengenceran yang berlebihan dari pelumas (oil) dalam
selubung torak (crankcase) pada mesin yang
dilengkapi dengan sistem pengenceran pelumas.
• Namun, bahan bakar yang terlalu volatil dapat
menyebabkan detonasi (ledakan) dan terkunci
akibat uap (vapor lock).
Detonasi
• Detonasi adalah ledakan yang cepat dan tak terkendali
dari bahan bakar karena tekanan dan temperatur tinggi
di dalam ruang bakar.
• Bahan bakar dan udara menyatu dan meledak sebelum
busi (spark) dari sistem penyalaan menyalakannya.
• Kadang-kadang peledakan terjadi ketika bahan bakar
dinyalakan melalui busi tapi meledak sebelum selesai
terbakar.
• Ledakan bahan bakar yang terjadi di ruang pembakaran
mentransfer energi yang terkandung dalam bahan bakar
dengan keras di seluruh mesin sehingga menyebabkan
kerusakan.
Preignition dapat menyebabkan detonasi dan kerusakan mesin
Vapor Lock
• Vapor Lock adalah suatu kondisi di mana AVGAS
menguap di saluran bahan bakar atau komponen
lain antara tangki bahan bakar dan karburator.
• Hal ini biasanya terjadi pada hari-hari yang panas
pada pesawat udara dengan pompa bahan bakar
yang digerakkan mesin yang menyedot bahan bakar
dari tangki-tangki.
• Ini dapat disebabkan oleh panas berlebih dari bahan
bakar, tekanan rendah, atau turbulensi berlebihan
dari bahan bakar yang mengalir melalui sistem
bahan bakar.
Pencegahan vapor lock
• Pada setiap kasus, bahan bakar cair menguap
secara dini (prematur) dan menghambat aliran
bahan bakar cair ke karburator.
• Beberapa langkah dapat dilakukan untuk
mencegah hal ini. Penggunaan pompa pemacu
(boost pump) yang terletak di tangki bahan
bakar yang memaksa bahan bakar cair
bertekanan ke mesin adalah yang paling umum.
BAHAN BAKAR MESIN TURBIN
• Bahan bakar mesin turbin dirancang untuk
digunakan dalam mesin turbin dan tidak boleh
dicampur dengan bensin penerbangan atau
dimasukkan ke dalam sistem bahan bakar dari
pesawat udara bermesin bolak-balik.
• Karakteristik bahan bakar mesin turbin sangat
berbeda dengan AVGAS karena merupakan senyawa
hidrokarbon dengan viskositas lebih tinggi,
volatilitas lebih rendah, titik didih yang lebih tinggi,
dan kandungan karbon yang lebih banyak daripada
bensin penerbangan.
Tipe Bahan Bakar Mesin Turbin
• Terdapat tiga jenis bahan bakar mesin turbin dasar yang tersedia di
seluruh dunia, meskipun beberapa negara memiliki bahan bakar
mereka sendiri yang unik.
• Jet A, yang merupakan bahan bakar mesin turbin yang paling
umum tersedia di daratan Amerika Serikat.
• Jet A-1. Secara global, ini adalah yang paling populer. Jet A dan Jet
A-1 disuling secara fraksional dalam rentang minyak tanah.
Keduanya memiliki volatilitas yang rendah dan tekanan uap yang
rendah. Kebanyakan manual operasi mesin memungkinkan
penggunaan baik Jet A maupun Jet A-1.
• Jet B, yang pada dasarnya adalah campuran dari minyak tanah dan
bensin. Volatilitas dan tekanan uapnya mencerminkan hal ini dan
berada di antara Jet A dan AVGAS. Jet B terutama tersedia di
Alaska dan Kanada karena titik bekunya yang rendah dan
volatilitasnya yang lebih tinggi sehingga menghasilkan kinerja cuaca
dingin yang lebih baik.
Beberapa sifat spesifikasi bahan bakar jet
DAFTAR PUSTAKA
• FAA-H-8083-31 Aviation Maintenance Technician Handbook–Airframe, Volume 2, U.S.
Department of Transportation, FEDERAL AVIATION ADMINISTRATION, Flight
Standards Service, 2012
• CASR Part 23 Amendment 1 Airworthiness Standards: Normal, Utility, Acrobatic, And
Commuter Category Airplanes, Republic Of Indonesia Ministry Of Transportation
• CASR Part 25 Revision 05 Airworthiness Standards: Transport Category Airplanes,
Republic Of Indonesia Ministry Of Transportation
• CASR Part 27 Airworthiness Standards: Normal Category Rotorcraft, Republic Of
Indonesia Ministry Of Transportation
• CASR Part 29 Airworthiness Standards : Transport Category Rotorcraft, Republic Of
Indonesia Ministry Of Transportation
• CASR Part 31 Airworthiness Standards: Manned Free Balloons, Republic Of Indonesia
Ministry Of Transportation
• CASR Part 33 Amendment 1 Airworthiness Standards: Aircraft Engines, Republic Of
Indonesia Ministry Of Transportation
• CASR Part 34 Amendment 1 Fuel Venting And Exhaust Emission Requirements For
Turbine Engine Powered Airplanes, Republic Of Indonesia Ministry Of Transportation
• Aviation Fuels Technical Review (FTR-3), Chevron Corporation, 2006

Anda mungkin juga menyukai