Anda di halaman 1dari 10

TUGAS 1

KURIKULUM FISIKA SEKOLAH MENENGAH


“ HAKEKAT KURIKULUM “

NAMA : KURNIA ANDOKO


NIM : 17033022
PROGRAM STUDI / KELAS : PENDIDIKAN FISIKA / PFB
JADWAL : RABU 13.20-15.50 FMA02209
DOSEN : Prof. Dr. FESTIYED, M.S.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
DAFTAR ISI
Daftar isi
BAB I Pendahuluan
A. Landasan Yuridis
BAB II Landasan Teori
A. Pengertian Kurikulum
B. Karakteristik Kurikulum
C. Komponen-komponen Kurikulum
D. Jenis dan Model Pengembangan Kurikulum
1. Jenis Pengembangan Kurikulum
2. Model Pengembangan Kurikulum
Referensi
BAB I PENDAHULUAN
A. Landasan Yuridis
Beberapa landasan yuridis kurikulum pendidikan adalah sebagai berikut :
1. Undang-undang dasar Republik Indonesia tahun 1945
2. Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
3. Peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan
sebagaimana telah diubah dengan peraturan pemerintah No. 32 tahun 2013 tentang
perubahan atas peraturan pemerintah NO. 19 tahun 2005 tentang standar nasional
pendidikan
Landasan yuridis pengembangan kurikulum
1. Peraturan perundang-undangan No. 23 tahun 2013 Pasal 2 ayat 1, 1(a), 2, 3
2. Peraturan perundang-undangan No. 23 tahun 2013 Pasal 2a
3. Peraturan perundang-undangan No. 23 tahun 2013 Pasal 64
4. Peraturan perundang-undangan No. 23 tahun 2013 Pasal 67
5. Peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 55 tahun 2007
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Kurikulum
Secara etimologis istilah kurikulum yang dalam bahasa Inggris ditulis
“curriculum” berasal dari bahasa Yunani yaitu “curir” yang berarti “pelari”, dan
“curere” yang berarti “tempat berpacu”. Tidak heran jika dilihat dari arti harfiahnya,
istilah kurikulum tersebut pada awalnya digunakan dalam dunia Olah raga, seperti bisa
diperhatikan dari arti “pelari dan tempat berpacu”, yang mengingatkan kita pada jenis
olah raga Atletik.
Menurut UU no. 20 tahun 2003, kurikulum adalah “Seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu”. (Bab I Pasal 1 ayat 19).
Dalam bahasa Arab kurikulum disebut dengan manhaj yang berarti jalan yang
dilalui manusia pada berbagai bidang kehidupan, dalam pengertian kurikulum pendidikan
bahasa arab yang dikenal dengan istilah manhaj al-dirasah yang jika dilihat artinya pada
kamus tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan sebagai acuan
lembaga pendidikan untuk mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan.
Kurikulum adalah suatu program pendidikan yang berisikan berbagai bahan ajar
dan pengalaman belajar yang diprogramkan, direncanakan dan dirancang secara sistemik
atas dasar norma-norma yang berlaku yang dijadikan pedoman dalam proses
pembelajaran bagi tenaga kependidikan dan peserta didik untuk mencapai tujuan
pendidikan.
B. Karakteristik Kurikulum
Hakekat kurikulum menurut Saylor, Alexander dan leuwis (1981), membuat
kategori rumusan pengertian kurikulum, yaitu:
1. Kurikulum sebagai rencana tentang mata pelajaran atau bahan-bahan pelajaran
Menurut kamus webster’s new international dictionary, yang sudah
memasukkan istilah kurikulum dalam khasanah kosakata bahasa inggris sejak tahun
1593, member arti kepada istilah kurikulum sebagai berikut:
a. A course, esp. a specified fixed course of study, as in a school or college, as
one leading to a degree.
b. The whole body of courses offered in an educational institution, or by a
department there of.
Definisi diatas artinya:
a. Sebagai sejumlah pelajaran yang ditetapkan untuk dipelajari oleh siswa disuatu
sekolah atau perguruan tinggi, untuk memperoleh ijazasah atau gelar.
b. Keseluruhan mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan atau
suatu departemen tertentu.
2. Kurikulum sebagai rencana tentang pengalaman belajar
Pengalaman-pengalaman belajar bisa berupa mempelajari mata pelajaran dan
berbagai kegiatan lain yang dapat memberi pengalaman beajar yang bermanfaat.
Kegiatan belajar pun tidak terbatas pada kegiatan-kegitan belajar didalam kelas atau
sekolah, melainkan juga kegiatan yang dilakukan diluar kelas atau sekolah; asalkan
dilakukan atas tanggung jawab sekolah (Romine, 1954).
Menurut strate meyer, frokner dan Mck Kim (1947) menurut ketiga tokoh diatas
mengartikan kurikulum dalam tiga cara, yaitu:
a. Mata pelajaran-mata pelajaran dan kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan di kelas
b. Seluruh pengalaman belajar, baik yang diperoleh dikelas maupun di luar kelas yang
disponsori oleh sekolah
c. Seluruh pengalaman hidup siswa. Kurikulum mencakup aspek yang cukup luas yakni
meliputi seluruh pengalaman siswa, karena menurut ketiga tokoh diatas berpandangan
bahwa pendidikan bertugas mempersiapkan siswa untuk dapat berfungsi dan
menyesuaikan diri dengan seluruh aspek kehidupan di masyarakat.
Menurut Thorn ton dan Wright (1964) mengemukakan bahwa kurikulum
diguakan utuk menunjukkan kepada semua pengalaman belajar siswa yang diperoleh
dibawah pegawasan sekolah.
3. Kurikulum sebagai rencana tentang kesempatan belajar
Istilah rencana belajar yaitu apa yang diinginkan oleh perencana kurikulum
untuk dipelajari siswa selama mengikuti pendidikan di sekolah. Menurut Hilda
Taba(1962) menyatakan kurikulum adalah suatu rencana belajar. Oleh karena itu,
konsep-konsep tetang belajar dan perkembangan individu dapat mewarnai bentuk-
bentuk kurikulum. Rencana belajar mencakup tujuan, materi, organisasi kegiatan dan
penilaian keberhasilan belajar.

1. Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial, pengetahuan dan


keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.
2. Menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman
belajar agar peserta didik mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke
masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar.
3. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap,
pengetaahuan dan keterampilan.
4. Mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas
yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran.
5. Mengembangkan kompetensi kelas menjadi unsur pengorganisasi kompetensi dasar.
6. Mengembangkan kompetensi dasar berdasarkan pada prinsip akumulatif, saling
memperkuat, dan memperkaya antar mata pelajaran dan jenjang pendidikan.
C. Komponen-Komponen Kurikulum
1. Komponen tujuan
Kompetensi tujuan berhubungan dengan arah atau hasil yang diharapkan. Dalam
skala makro rumusan tujuan kurikulum erat kaitannya dengan filsafat atau sistem
nilai yang di anut masyarakat.
2. Komponen isi/materi pelajaran
Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman
belajar yang harus dimiliki siswa. isi kurikulum menyangkut semua aspek baik yang
berhubungan dengan pengetahuan atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan
pada isi setiap mata pelajaran yang diberikan maupun aktivitas dan kegiatan siswa.
materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk mencapai tujuan yang
dicapai.
3. Komponen strategi/metode
Komponen strategi berhubungan dengan implementasi kurikulum. Strategi
meliputi rencana, metode dan perangkat kegiatan yang direncanakan untuk mencapai
tujuan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan termasuk
penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya/kekuatan dalam
pembelajaran. Strategi ini disusun untuk mencapai tujuan tertentu.
4. Komponen evaluasi
Melalui kegiatan evaluasi dapat ditentukan nilai dan arti kurikulum, sehingga
dapat dijadikan bahan pertimbangkan. Evaluasi merupakan komponen untuk melihat
efektivitas pencapaian tujuan. Dalam konteks kurikulum, evaluasi dapat berfungsi
untuk mengetahui tujuan yang hendak dicapai. Evaluasi adalah sebagai alat untuk
melihat keberhasilan pencapaian tujuan.
D. Jenis Dan Model Pengembangan Kurikulum
1. Jenis pengembangan kurikulum
a. Separate Subject Curriculum
Separate subject curriculum adalah jenis organisasi kurikulum yang terdiri
atas mata pelajaran yang terpisah-pisah. Istilah lain dari kurikulum ini ialah
kurikulum mata pelajaran terpisah atau tidak menyatu, dikatakan demikian karena
data-data pelajaran disajikan pada peserta didik dalam bentuk subject atau mata
pelajaran yang terpisah satu dengan yang lainnya. Penyusunannya didasarkan atas
pengalaman dan kebudayaan umat manusia sepanjang masa, lalu disederhanakan
dan disusun secara logis, kemudian disesuaikan dengan umur dan perkembangan
anak didik. Pengetahuan-pengetahuan dan pengalaman-pengalaman itu
dituangkan ke dalam kurikulum dari suatu lembaga pendidikan (Sekolah); dibagi-
bagi menurut keperluan setiap tingkatan kelas serta ditentukan scopenya masing-
masing.
Pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh anak didik dengan
menggunakan jenis kurikulum ini, hanya berupa pengalaman-pengalaman
manusia di masa lampau saja. Jadi sifatnya hanya memopakkan pengetahuan-
pengetahuan agar menghafal dan mengingatnya. Tidak ada unsur membimbing
anak didik agar suka menyelidiki atau mengembangkan pengetahuan yang
diperoleh untuk kemajuan.
Kurikulum yang bersifat subject matter cenderung mengadakan
uniformitas dengan melaksanakan rencana pelajaran terurai yang menentukan
bahan pelajaran setiap minggunya, bahkan setiap jam pelajaran. Selain itu dalam
penyajian bahan pelajaran cenderung menyamaratakan kemampuan semua murid.
b. Correlated Curriculum (Kurikulum Korelatif atau Pelajaran Saling Berhubungan)
Correlated curriculum adalah jenis kurikulum di mana beberapa mata
pelajaran yang ada hubungannya disatukan menjadi satu mata pelajaran atau
bidang studi tersendiri. Mata pelajaran baru disebut “Broad Field”. Pada mulanya
penggunaan kurikulum ini hanya sekedar menyinggung bahan mata pelajaran
jarang ada kaitannya, kemudian berkembang menjadi “Fution” atau “Broad Field”
dalam arti korelasi dari mata pelajar yang lebih luas.
Mata pelajaran dalam kurikulum ini harus dihubungkan dan disusun
sedemikian rupa sehingga yang satu memperkuat yang lain, yang satu melengkapi
yang lain. Jadi mata pelajaran itu dihubungkan antara satu dengan yang lainnya
sehingga tidak berdiri sendiri-sendiri.
c. Intergrated Curriculum (Kurikulum yang di Padukan)
Kurikulum integrasi merupakan jenis organisasi kurikulum yang
dipadukan yakni beberapa mata pelajaran disatukan atau dipadukan dalam arti
mengahapuskan segala pemisahan dari bermacam-macam mata pelajaran yang
lepas-lepas. Dengan kata lain penyajian bahan pelajarannya dalam bentuk
keseluruhan. Pada jenis kurikulum ini diutamakan pencapaian tujuan, yaitu
membentuk manusia dalam kepribadian yang bulat (integrated) dan harmonis.
2. Model pengembangan kurikulum
a. Admistrative Model
Model pengembangan kurikulum ini merupakan model paling lama dan
paling banyak dikenal. Diberi nama model administratif atau line staff karena
inisiatif dan gagasan pengembangan datang dari para administrator pendidikan
dan menggunakan prosedur administrasi.
b. Grass Root Model
Model pengembangan ini merupakan lawan dari model pertama. Inisiatif
dan upaya pengembangan kurikulum, bukan datang dari atas tetapi dari
bawah, yaitu guru-guru atau sekolah. Diberi nama Grass root karena inisiatif
dan gagasan pengembangan kurikulum datang dari seorang guru sekelompok
guru atau keseluruhan guru di suatu sekolah. Mencermati hal diatas maka
penulis tidak dalam upaya untuk menyajikan kurikulum dari asfek model-
modelnya secara keseluruhan. Namun akan lebih mencermati sekaligus
mengkaji kurikulum sesuai dengan judul yang ditugaskan kepada penulis,
yaitu model pengembangan kurikulum dengan menggunakan pendekatan
Grass Roots.
REFERENSI
Dakir. 2004. Perencanaan dan pengembangan kurikulum. Jakarta : PT rineka cipta.

Nasrun Harahap. 1981. Pengembangan Kurikulum. Jakarta : CV. Pepara.

Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan. 2007. Ilmu & Aplikasi Pendidikan. Bandung: IMTIMA.

Anda mungkin juga menyukai