ABSTRAK
Asphalt Concrete-Wearing Course (AC-WC) merupakan lapisan struktur perkerasan yang terletak paling atas
dan berfungsi sebagai lapisan aus . Salah satu jenis kerusakan yang sering terjadi pada lapisan AC-WC adalah
rutting yang sangat tergantung kepada kepadatan dan temperatur campuran AC-WC. Di Indonesia, penggunaan
polimer sintetis untuk meningkatkan mutu aspal telah dilakukan, salah satunya adalah dengan penambahan SIR
20. Oleh karena itu, penelitian yang dilakukan secara eksperimental ini bertujuan untuk mempelajari
karakteristik AC-WC akibat penambahan karet alam padat SIR20. Metode yang dipakai dalam penelitian ini
adalah metode eksperimen. dengan variasi karet alam sebesar 2%, 4%, 6% dan 8%. Kemudian dibuat desain
campuran modifikasi AC-WC untuk dilakukan pengujian Marshall agar dapat mengetahui nilai stabilitas dan
kelelehan antara kelima campuran modifikasi AC-WC. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa Campuran aspal
modifikasi karet memiliki peningkatan pada karakteristik campuran, antara lain adalah peningkatan density,
penurunan rongga dalam campuran dan peningkatan nilai stabilitas sebesar 8,39%. Campuran aspal modifikasi
karet mencapai kadar aspal optimum 6,25% dengan kadar karet optimum 8%.
Kata Kunci
Asphalt concrete-wearing course, SIR20, Karakteristik campuran
1. PENDAHULUAN
Penggunaan aspal minyak penetrasi 60/ 70 di Upaya untuk memperbaiki kinerja lapisan AC-WC
Indonesia sebagai bahan pengikat lapis permukaan, telah dilakukan oleh Massiomo L., Pietro L., Mauro
umumnya Asphalt Concrete-Wearing Course (AC- C. (2012) [4] yaitu melakukan modifikasi AC-WC
WC), dari suatu struktur perkerasan lentur masih dengan menambahkan crumb rubber. Disisi lain
dianggap belum mampu memenuhi kriteria bahan untuk meningkatkan modulus resilien AC-WC dan
pengikat lapis permukaan yang diperlukan [1]. Hal ketahanan terhadap temperatur telah dilakukan
tersebut mengakibatkan terjadinya berbagai jenis modifikasi AC-WC dengan menambahkan Retona
kerusakan yang dapat mempengaruhi kinerja Blend 55R [5].
fungsional dan struktural dari struktur perkerasan
lentur selama umur rencananya. Salah satu jenis Dari penelitian yang sudah dilakukan terkait dengan
kerusakan yang sering terjadi pada lapisan AC-WC penggunaan aspal karet sebagai bahan tambah pada
adalah rutting. Terjadinya jenis kerusakan rutting lapis permukaan suatu struktur perkerasan dilakukan
sangat tergantung kepada kepadatan dan temperatur evaluasi terhadap kemungkinan menggunakan
campuran AC-WC [2]. Disisi lain, dengan pesatnya crumb rubber dalam lapis permukaan [4], untuk
pertumbuhan volume lalu lintas, beban setiap jenis memperoleh tingkat kebisingan yang rendah dengan
kendaraan dan terbatasnya alokasi dana menggunakan Wet Process dan Dry Process.
pemeliharaan, maka diperlukan pengembangan Dengan demikian, penelitian yang selama ini
inovasi dan teknologi untuk meminimalkan dilakukan bertujuan untuk menentukan dan
kerusakan yang terjadi pada struktur perkerasan. membandingkan kinerja struktural dan fungsional
Salah satunya adalah meningkatkan dan dari campuran yang dihasilkan. Lebih jauh untuk
memperbaiki kualitas AC-WC dengan menilai potensinya untuk dapat digunakan sebagai
menggunakan bahan modifikasi polimer yaitu solusi yang layak untuk meningkatkan kelestarian
Ethylene Vinyl Acetate [3]. lingkungan, sosial, dan ekonomi dari struktur
203
perkerasan. Pengujian yang telah dilakukan pada karakteritik lapis AC-WC akibat penambahan karet
aspal karet [6][7] antara lain: alam padat SIR 20.
a. Uji mutu aspal karet: penetrasi, titik lembek, Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
titik nyala, viskositas dan daktilitas. berikut:
b. Uji mutu agregat dan filler: gradasi, berat jenis, a. Mengetahui karakteristik campuran modifikasi
abrasi, sand equivalent dan kelekatan. AC-WC dengan penambahan karet alam padat
c. Uji Marshall: stabilitas Marshall, flow, dan b. Mengetahui kadar karet alam padat SIR 20
Marshall Quotien. optimum pada campuran modifikasi AC-WC.
204
2 (dua) kadar aspal dibawah kadar aspal perkiraan Kepadatan aspal merupakan perbandingan antara
awal yang sudah dibulatkan mendekati 0,5% ini, berat campuran aspal dengan volume campuran
kemudian siapkan benda uji untuk uji Marshall, dalam satuan gr/cm3. Gambar 3 memperlihatkan
indeks perendaman, percentage of refusal kepadatan bahwa nilai kepadatan aspal akan menunjukkan tren
(PRD) sebanyak (2x400) tumbukan. positif seiring dengan bertambahnya kadar aspal.
Alat yang digunakan untuk pengujian campuran Dalam campuran aspal modifikasi karet, nilai
metode Marshall adalah alat tekan Marshall seperti kepadatan menunjukkan peningkatan terbesar pada
terlihat pada Gambar 2 (a). Terdiri dari kepala aspal modifikasi karet 8,0%. Semakin tinggi nilai
penekan berbentuk lengkung, cincin penguji kepadatan menunjukkan semakin padat campuran
berkapasitas 3000 kg (6000 lbs) yang dilengkapi aspal.
dengan arloji pengukur kelelehan plastis (flow
meter). Alat cetak benda uji berbentuk silinder
18.000
dengan diameter 10,2 cm dengan tinggi 7,5 cm 0%
17.000
untuk Marshall standar dan dilengkapi dengan plat
VMA
dan leher sambung. Penumbuk manual yang 16.000 2%
15.000
mempunyai permukaan rata berbentuk silinder
14.000 4%
dengan diameter 9,8 cm, berat 4,5 kg, dengan tinggi
jatuh bebas 45,7 cm untuk Marshall standar. Ejektor 4.5 5.5 6.5 6%
untuk mengeluarkan benda uji setelah dipadatkan. Kadar Aspal
8%
Bak perendam (water bath) yang dilengkapi
pengatur temperatur Gambar 4. Rongga dalam mineral agregat (VMA)
2.335
2.310 Gambar 5. Rongga dalam campuran (VIM)
2.285 2%
2.260
2.235 4% Nilai VIM sangat diperlukan campuran untuk
2.210
memberikan cukup ruang untuk pemadatan akibat
4.5
5.5
6.5
5
205
pengelupasan. Nilai minimum VIM harus dibatasi kohesi akan meningkat bila viskositas aspal lebih
karena jika rongga dalam campuran terlalu sedikit tinggi atau ketika temperatur menurun.
akan menyebabkan bleeding dan campuran rentan Gambar 6 memperlihatkan bahwa stabilitas pada
terhadap alur plastis (rutting). Jika nilai VIM terlalu campuran aspal modifikasi 8% lebih tinggi daripada
tinggi, maka campuran bersifat porus dan mudah stabilitas pada campuran aspal dengan kadar karet
terjadi oksidasi yang dapat mempercepat penuaan 0%. Peningkatan stabilitas dapat terjadi diakibatkan
aspal dan menurunkan durabilitas campuran. pada volume campuran yang sama, viskositas lebih
Gambar 5 memperlihatkan bahwa penambahan tinggi dan karet lebih mudah bercampur dengan
kadar karet pada aspal modifikasi karet 8,0% dapat aspal sehingga tidak hanya mengisi rongga dalam
menurunkan nilai VIM. Penurunan nilai VIM dapat agregat saja melainkan menambah ruang berisi
menjadi indikasi ketahanan campuran terhadap ikatan aspal.
defomasi karena pori agregat terisi dengan baik.
5.500
75.000 0% 5.000
4.500 0
Kelelehan
VFB
55.000 2% 4.000 %
3.500 2
35.000 4%
3.000 %
4.5 5.5 6.5 6% 2.500 4
Kadar Aspal 2.000 %
8% 4.5 5
5.5 6 6.5 7
Kadar Aspal
Gambar 6. Rongga terisi aspal (VFB) Gambar 7. Kelelehan Campuran Aspal
Rongga terisi aspal (Void Filled with Bitumen) Kelelahan atau flow merupakan parameter untuk
berperngaruh terhadap keawetan dari campuran mengetahui kelenturan atau perubahan bentuk
beraspal. Nilai VFB merupakan persentase dari nilai plastis campuran beraspal yang diakibatkan oleh
VMA setelah dikurangi oleh VIM. Kriteria VFB beban. Nilai kelelehan yang rendah menunjukkan
membantu perencanaan campuran dengan daya tahan terhadap deformasi yang baik. Namun,
memberikan VMA yang dapat diterima. nilai kelelahan harus dibatasi agar tidak terlalu
rendah, karena kelelahan yang rendah membuat
Pada aspal modifikasi karet, VFB lebih rendah campuran menjadi kaku dan rentan terhadap retak.
daripada campuran aspal tanpa modifikasi karet,
seperti diperlihatkan pada Gambar 6. Selain itu, Pada Gambar 7 terlihat bahwa nilai flow turun
penambahan karet pada campuran juga seiring penurunan kadar aspal. Pada campuran aspal
mempengaruhi kemampuan aspal untuk mengisi modifikasi karet 8% flow mengalami kenaikan. Hal
rongga agregat, dimana kenaikan nilai VFB tidak ini menunjukkan bahwa campuran aspal modifikasi
terlalu curam apabila dibandingkan dengan karet 8,0% lebih lentur dan tidak rentan terhadap
campuran aspal tanpa modifikasi karet. Hal ini retak.
menunjukkan bahwa karet membantu kemampuan
aspa untuk mengisi rongga agregat. Dari keseluruhan pengujian karakteristik maka
dihasilkan rangkuman seperti terlihat pada Tabel 1.
1450.000
1350.000 0% Tabel 1. Rangkuman karakteristik kadar aspal optimum.
Stabilitas
206
memperhatikan tiga faktor tersebut, maka diperoleh DAFTAR PUSTAKA
campuran aspal modifikasi yang optimum adalah [1] Kamil M., Anggraini R., Suryani FM., “The
campuran aspal modifikasi karet 8,0%. Performance of Asphalt Concrete Wearing Course
(AC-WC) Mixture by Using Rice Husk Ash as Filler
7. KESIMPULAN DAN SARAN with The Addition of Asbuton in Asphalt Pen 60/70
as Binder” pada Proceedings of The Annual
Adapun kesimpulan dan saran dari penelitian ini
International Conference Syiah Kuala University
adalah: Banda Aceh, Indonesia.
a. Campuran modifikasi asphalt concrete [2] Muhammad Ardian, Ary Setyawan dan Djoko
wearing course dengan penambahan karet Sarwono, “Pengaruh Bitumen Modifikasi Polimer
alam padat menghasilkan perbaikan terhadap Ethylene Vinyl Acetate (EVA) Pada Asphalt Concrete
karakteristik pada beberapa aspek, diantaranya Terhadap Karakteristik Marshall” Indonesia.
adalah kepadatan, rongga dalam campuran dan [3] Kamil M., Anggraini R., Suryani FM., “The
stabilitas. Performance of Asphalt Concrete Wearing Course
b. Berdasarkan analisis pada kadar aspal optimum, (AC-WC) Mixture by Using Rice Husk Ash as Filler
with The Addition of Asbuton in Asphalt Pen 60/70
campuran aspal modifikasi karet mencapai
as Binder” pada Proceedings of The Annual
kondisi optimum pada campuran aspal dengan International Conference Syiah Kuala University
kadar karet alam padat SIR20 8,0%, dimana Banda Aceh, Indonesia.
terjadi peningkatan kepadatan sebesar 0.86% [4] Massiomo L., Pietro L., Mauro C., “Improvement of
dari nilai 2,32 gr/cc menjadi 2,33 gr/cc serta Pavement Sustainability by the Use of Crumb Rubber
peningkatan stabilitas sebesar 8,39% dari nilai Modified Asphalt Concrete for Wearing Courses”
1.251 kg menjadi 1.355,96 kg. pada International Journal of Pavement Research
c. Untuk mendapatkan kadar karet yang and Technology, Vol.5 No.6.
optimum, diperlukan variasi yang lebih [5] Subagio BS., Rahman H., Hendarto S. dan Philips
FJ., “Stiffness Modulus of Asphaltic Concrete
banyak, karena kecenderungan stabilitas masih
Wearing Course (AC-WC) Mix Containing Retona
meningkat. Blend 55®: Theoritical and Experimental Analysis”
d. Diperlukan pengujian pada jenis campuran pada Proceedings of the Eastern Asia Society for
aspal yang lain untuk lebih memahami Transportation Studies, Vol. 7.
pengaruh karet alam padat SIR 20 terhadap [6] Prastanto, H, “Depolimerisasi Karet Alam Secara
karakteristik campuran aspal. Mekanis untuk Bahan Aditif Aspal” pada Jurnal
Penelitian Karet 32 (1), pp81 – 87.
UCAPAN TERIMA KASIH [7] Prastanto, H., Cifriadi, A., Ramadhan, A,
Terimakasih kepada UPPM POLBAN yang telah “Karakteristik dan Hasil Uji Marshall Aspal
Termodifikasi dengan Karet Alam Terdepolimerisasi
membantu biaya dalam melaksanakan penelitian ini,
sebagai Aditif” pada Jurnal Penelitian Karet 33 (1):
Puslit Karet Bogor dan Puslitbang Jalan dan pp75 – 82.
Jembatan yang telah membantu dalam penelitian ini. [8] Vichitcholchai, N., J. Panmai, N. Na-Ranong,
“Modification of Asphalt Cement by Natural Rubber
for Pavement Construction” pada Rubber Thai
Journal 1, pp32-39.
207