Refarat Neuro
Refarat Neuro
DEFINISI
Miastenia Gravis berasal dari 2 kata yaitu miastenia dan gravis. Miastenia berarti
kelemahan otot motorik tertentu yang berfluktuasi, terutama yang diinervasi oleh nukleus
motorik di batang otak seperti otot mata (ocular), otot kelopak mata, otot pengunyah
(masticatory) dan otot wajah (facial), gravis sendiri berasal dari kata “grave” yang berarti
buruk.1,2,3 Romi dkk mengatakan bahwa Miastenia gravis (MG) adalah penyakit
autoimun yang ditandai dengan kelemahan patologis yang berfluktuasi dengan remisi
dan eksaserbasi yang melibatkan kelompok otot satu atau beberapa rangka, terutama
disebabkan oleh antibodi terhadap reseptor asetilkolin (ACHR) di lokasi pasca sinaptik
adalah suatu kelainan autoimun yang ditandai oleh suatu kelemahan abnormal dan
progresif pada otot rangka yang dipergunakan secara terus-menerus dan disertai dengan
kelelahan saat beraktivitas, dan bila penderita beristirahat, maka tidak lama kemudian
kekuatan otot akan pulih kembali. Penyakit ini timbul karena adanya gangguan dari
II. EPIDEMIOLOGI
lebih banyak ditemukan pada wanita daripada laki-laki dengan puncak onset pada usia
dekade kedua dan ketiga (pada wanita) dan dekade kelima dan keenam (pria).7 Miastenia
Gravis bukan suatu penyakit turunan ataupun jenis penyakit yang bisa menular.7 Kasus
MG adalah 5-10 kasus per 1 juta populasi per tahun, yang dengan total kasus di Amerika
bagian imunologis (epitop) di dalam maupun sekitar AChR nicotinik pada postsynaptic
imun dari AChR dan membran postsinaptik.7 Hilangnya AchRs fungsional dalam
jumlah besar dapat menyebabkan berkurangnya jumlah serat otot yang berdepolarisasi
selama aktivasi terminal nervus motorik, mengakibatkan panurunan aksi potensial otot
dan kontraksi serat otot yang penting.7 Adanya hambatan pada tranmisi neuromuskular
dapat menyebabkan kelemahan secara klinis apabila jumlah serat yang rusak besar.7
antibodi terhadap MuSK (Muscle-Specific Kinase). Biopsi otot pada pasien ini
bertentangan dengan fitur neurogenik dan atrofi sering ditemukan pada pasien positif
yang berikut:8
ampisilin)
antibodi anti-ACHR terlihat pada 90% kasus, namun, kelemahan ringan dan
2
d. Agen blocking neuromuscular (misalnya, vecuronium dan curare) harus digunakan
berkepanjangan
Tiap-tiap serat saraf secara normal bercabang beberapa kali dan merangsang
tiga hingga beberapa ratus serat otot rangka. Ujung-ujung saraf membuat suatu
Bagian terminal dari saraf motorik melebar pada bagian akhirnya yang disebut
neuromuscular junction.7
Celah sinaps merupakan jarak antara membran presinaptik dan membran post
sinaptik. Lebarnya berkisar antara 20-30 nanometer dan terisi oleh suatu lamina basalis,
yang merupakan lapisan tipis dengan serat retikular seperti busa yang dapat dilalui oleh
(ACh). Asetilkolin disintesis dalam sitoplasma bagian terminal namun dengan cepat
diabsorpsi ke dalam sejumlah vesikel sinaps yang kecil, yang dalam keadaan normal
terdapat di bagian terminal suatu lempeng akhir motorik (motor end plate)6,9.
3
Bila suatu impuls saraf tiba di neuromuscular junction, kira-kira 125 kantong
asetilkolin dilepaskan dari terminal masuk ke dalam celah sinaps. Bila potensial aksi
menyebar ke seluruh terminal, maka akan terjadi difusi dari ion-ion kalsium ke bagian
dalam terminal. Ion-ion kalsium ini kemudian diduga mempunyai pengaruh tarikan
terhadap vesikel asetilkolin. Beberapa vesikel akan bersatu ke membran saraf dan
berdifusi sepanjang sinaps dan berikatan dengan reseptor asetilkolin (AChRs) pada
(sekitar 10.000 molekul transmitter yang mungkin sesuai dengan isi satu
potensial endplate miniature yang kecil. Kalau sebuah akhir saraf mengalami
depolarisasi akibat transmisi sebuah impuls saraf, proses ini akan membuka
aliran masuk Ca2+ dari ruang sinaps ke terminal saraf. Ion Ca2+ ini
4
memerankan peranan yang esensial dalam eksositosis yang melepaskan
4) Asetilkolin yang dilepaskan akan berdifusi dengan cepat melintasi celah sinaps
yang menonjol dari motor end plate yang mengandung reseptor asetilkolin
(AChR) dengan kerapatan yang tinggi dan sangat rapat dengan terminal saraf.
Kalau 2 molekul asetilkolin terikat pada sebuah reseptor, maka reseptor ini
5) Kalau saluran tersebut menutup, asetilkolin akan terurai dan dihidrolisis oleh
Enzim yang penting ini terdapat dengan jumlah yang besar dalam lamina
6) Kolin didaur ulang ke dalam terminal saraf melalui mekanisme transport aktif
V. PATOFISIOLOGI
patofisiologi miastenia gravis. Observasi klinik yang mendukung hal ini mencakup
timbulnya kelainan autoimun yang terkait dengan pasien yang menderita miastenia
5
gravis, misalnya autoimun tiroiditis, sistemik lupus eritematosus, arthritis rheumatoid,
dan lain-lain8.
Gravis8
Ketika sebuah potensial aksi bergerak ke motor neuron dan mencapai motor end
neuromuscular junction dan kemudian akan berinteraksi dengan reseptor Ach (AchRs)
kation lain untuk masuk ke dalam serat ototdan menimbulkan depolarisasi. Depolarisasi
yang terus menerus terjadi akan berkumpul menjadi satu, dan jika depolarisasi yang
terkumpul cukup besar, maka akan memicu timbulnya potensial aksi, yang bergerak
sepanjang serat otot untuk menghasilkan kontraksi. Pada miastenia gravis (MG), ada
pengurangan jumlah AchRs yang tersedia di motor endplate atau mendatarnya lipatan
motor endplates, sehingga depolarisasi yang terjadi pada motor endplate lebih sedikit
dan tidak terkumpul menjadi potensial aksi. Akhir. Hasilnya adalah sebuah transmisi
6
neuromuskuler tidak efisien. Tiga mekanisme yang didapatkan dari penelitian antara
lain: auto antibodi terhadap reseptor AChR dan menginduksi endositosis, sehingga
gangguan fungsi AChR dengan memblokir situs-situs tempat terikatnya asetilkolin dan
1. Ocular miastenia
Terkenanya otot-otot mata saja, dengan ptosis dan diplopia sangat ringan dan tidak
ada kematian
2. Generalized myiasthenia
7
Permulaan lambat, sering terkena otot mata, pelan-pelan meluas ke otot-otot skelet
Kelemahan hebat dari otot-otot skelet dan bulbar dan respon terhadap obat tidak
memuaskan.
obat kurang memuaskan, aktivitas penderita terbatas dan mortilitas tinggi, insidens
tinggi thymoma
Timbul paling sedikit 2 tahun setelah kelompok I dan II progresif dari myasthenia
gravis dapat pelan-pelan atau mendadak, prosentase thymoma kedua paling tinggi.
Biasanya gejala-gejala miastenia gravis sepeti ptosis dan strabismus tidak akan
tampak pada waktu pagi hari. Di waktu sore hari atau dalam cuaca panas, gejala-gejala
itu akan tampak lebih jelas. Pada pemeriksaan, tonus otot tampaknya agak menurun.1
A. Anamnesis
1. Apakah munculnya kelemahan otot fluktuatif dan meningkat dengan aktivitas fisik?
8
4. Adakah kelemahan dari ekstensi dan fleksi kepala?
5. Apakah kelemahan menyebar dari mata ke wajah untuk bulbar otot dan kemudian
6. Apakah pasien memiliki riwayat keluarga yang menderita penyakit yang sama.
B. Pemeriksaan Fisik
sebagai berikut:
1. Penderita ditugaskan untuk menghitung dengan suara yang keras. Lama kelamaan
akan terdengar bahwa suaranya bertambah lemah dan menjadi kurang terang.
kelamaan akan timbul ptosis. Setelah suara penderita menjadi parau atau tampak ada
Pada MG okuler, tes kelelahan dapat dilakukan dengan meminta pasien untuk
berkedip berulang kali atau menatap ke atas selama beberapa saat (uji Simpson).
ptosis dapat ditunjukkan pada pasien dengan ptosis bilateral dengan meninggikan dan
menjaga kelopak mata yang lebih ptosis dalam posisi yang tetap. Kelopak mata
berlawanan perlahan jatuh dan mungkin akan menutup sepenuhnya. Tanda kedutan
kelopak mata merupakan cara lain untuk menguji kelelahan otot. Pasien diarahkan
untuk melihat ke bawah selama 10-15 detik dan kemudian kembali dengan cepat
dalam posisi semula. Pengamatan pada gerak kelopak mata yang lebih ke atas
ditambah dengan kedutan dan diikuti oleh reposisi kembali ke kondisi ptosis,
9
mengidentifikasi kelelahan yang mudah terjadi dan pemulihan yang lambat dari otot.
Tanda mengintip terjadi ketika fisura palpebral melebar setelah periode penutupan
C. Pemeriksaan Laboratorium
Hasil dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendiagnosis suatu miastenia
gravis, dimana terdapat hasil yang positif pada 74% pasien. 80% dari penderita
miastenia gravis generalisata dan 50% dari penderita dengan miastenia okular murni
menunjukkan hasil tes anti-asetilkolin reseptor antibodi yang positif. Pada pasien
thymoma tanpa miastenia gravis sering kali terjadi false positive anti-AChR antibodi.
Merupakan salah satu tes yang penting pada penderita miastenia gravis. Tes ini
menunjukkan hasil positif pada sekitar 84% pasien yang menderita thymoma dalam
usia kurang dari 40 tahun. Pada pasien tanpa thymoma dengan usia lebih dari 40 tahun,
negatif (miastenia gravis seronegarif), menunjukkan hasil yang positif untuk anti-
MuSK Ab.1
d. Antistriational antibodies
Dalam serum beberapa pasien dengan miastenia gravis menunjukkan adanya antibodi
yang berikatan dalam pola cross-striational pada otot rangka dan otot jantung
penderita. Antibodi ini bereaksi dengan epitop pada reseptor protein titin dan
ryanodine (RyR). Antibodi ini selalu dikaitkan dengan pasien thymoma dengan
miastenia gravis pada usia muda. Terdeteksinya titin/RyR antibodi merupakan suatu
10
kecurigaaan yang kuat akan adanya thymoma pada pasien muda dengan miastenia
gravis.1
D. Imaging
a. Chest x-ray
Foto roentgen thorak dapat dilakukan dalam posisi anteroposterior dan lateral. Pada
roentgen thorak, thymoma dapat diidentifikasi sebagai suatu massa pada bagian
thymoma ukuran kecil, sehingga terkadang perlu dilakukan chest CT-scan untuk
b. MRI
Pada otak dan orbita sebaiknya tidak digunakan sebagai pemeriksaan rutin. MRI
dengan pemeriksaan penunjang lainnya dan untuk mencari penyebab defisit pada
saraf otak.7
E. Pendekatan Elektrodiagnostik
serat otot penderita. SFEMG dapat mendeteksi suatu jitter (variabilitas pada
interval interpotensial diantara 2 atau lebih serat otot tunggal pada motor unit yang
11
sama) dan suatu fiber density (jumlah potensial aksi dari serat otot tunggal yang
dapat direkam oleh jarum perekam). SFEMG mendeteksi adanya defek transmisi
pada neuromuscular fiber berupa peningkatan jitter dan fiber density yang normal.
VIII. PENATALAKSANAAN
Meskipun tidak ada penelitian tentang obat yang telah dilaporkan dan tidak ada
konsensus yang jelas pada strategi pengobatan, myasthenia gravis (MG) adalah salah
satu gangguan neurologis yang paling dapat diobati. Beberapa faktor (misalnya, tingkat
intravena (IVIG).1
a. Antikolinesterase
Pyridostigmine bekerja pada otot polos, sistem saraf pusat (SSP), dan kelenjar
klorida ambenonium. Bekerja dalam 30-60 menit, efek berlangsung 3-6 jam. MG
tidak mempengaruhi semua otot rangka yang sama, dan semua gejala mungkin tidak
dapat dikendalikan tanpa efek samping. Pada pasien kritis atau pasca operasi, obat
3 bentuk: 60-mg tab, 180-mg timespan tablet, dan 60 mg/5 ml sirup. Efek dari tablet
timespan bertahan 2,5 kali lebih lama. Bentuk timespan adalah sebagai adjuvan
12
diberikan piridostigmin 30-120 mg per oral tiap 3 jam atau neostigmin bromida 15-
45 mg per oral tiap 3 jam. Piridostigmin biasanya bereaksi secara lambat. Terapi
IIA dan IIB. Efek samping pemberian antikolinesterase disebabkan oleh stimulasi
intestinal (efek samping muskarinik) berupa kram atau diare dapat diatasi dengan
pemberian propantelin bromida atau atropin. Penting sekali bagi pasien-pasien untuk
menyadari bahwa gejala-gejala ini merupakan tanda terlalu banyak obat yang
kolinergik.
b. Neostigmine
transmisi impuls di NMJ. Ini adalah AChE inhibitor short-acting yang tersedia dalam
bentuk oral (15 mg tablet) dan bentuk yang sesuai untuk jalur IV, intramuskular
(IM), atau subkutan (SC). Waktu paruhnya 45-60 menit. Obat ini sulit diserap dalam
saluran gastrointestinal (GI) dan harus digunakan hanya jika pyridostigmine tidak
ada.1
Akibatnya aktifitas otot dapat dipulihkan mendekati normal, sedikitnya 80-90% dari
kekuatan dan daya tahan semula. Karena neostigmin cenderung paling mudah
13
menimbulkan efek muskarinik, maka obat ini dapat diberikan lebih dulu agar pasien
c. Steroid
mengobati idiopatik dan gangguan autoimun. Obat ini termasuk di antara para agen
imunomodulasi yang pertama kali digunakan untuk mengobati MG dan masih sering
digunakan dan efektif. Obat ini biasanya digunakan dalam kasus sedang atau berat
yang tidak merespon terhadap AChE inhibitor dan thymectomy. Pengobatan jangka
diberikan lebih dari 1 atau 2 tahun. Remisi didapatkan 30% dan perbaikan
Mereka dapat dikombinasikan dengan obat imunosupresif lainnya untuk efek yang
lebih baik dengan dosis lebih rendah dan durasi yang lebih singkat.1
1. Prednisone
eksaserbasi akut untuk membatasi efek yang merugikan dari penggunaan steroid
2. Methylprednisolone
14
Methylprednisolone dapat digunakan pada pasien yang diintubasi dan pada
mereka tidak dapat mentoleransi asupan oral. Ini mengurangi inflamasi dengan
permeabilitas kapiler.1
Di antara preparat steroid, prednisolon paling sesuai untuk miastenia gravis, dan
diberikan sekali sehari secara selang-seling (alternate days) untuk menghindari efek
samping. Dosis awalnya harus kecil (10 mg) dan dinaikkan secara bertahap (5-10
dimulai dengan dosis tinggi. Peningkatan dosis sampai gejala-gejala terkontrol atau
dosis mencapai 120 mg secara selang-seling. Pada kasus yang berat, prednisolon
dapat diberikan dengan dosis awal yang tinggi, setiap hari, dengan memperhatikan
efek samping yang mungkin ada. Hal ini untuk dapat segera memperoleh perbaikan
klinis. Disarankan agar diberi tambahan preparat kalium. Apabila sudah ada
d. Imunosupresan
1. Azatioprin
baik, efek sampingnya sedikit jika dibandingkan dengan steroid dan terutama
berupa gangguan saluran cerna, peningkatan enzim hati, dan leukopenia. Obat
ini diberikan dengan dosis 2,5 mg/kg BB selama 8 minggu pertama. Setiap
minggu harus dilakukan pemeriksaan darah lengkap dan fungsi hati. Sesudah
15
samping kortikosteroid, klinisi dan dokter seringkali menggunakan steroid-
dalam waktu 1-2 tahun, karena kerja azathioprine yang lebih lambat daripada
2. Mycophenolate mofetil
Manfaat (perbaikan) klinis dapat dirasakan setelah 1-2 bulan, sedangkan efek
3. Cyclosporine
dapat digunakan oleh dokter yang benar-benar paham efek samping dan dapat
serum creatinine dan BUN) pasien secara ketat (setiap 2 minggu selama 3 bulan
e. Imunoglobulin
IVIG direkomendasikan untuk MG krisis, pada pasien dengan kelemahan berat yang
kurang terkontrol dengan agen lainnya, atau sebagai pengganti dari pertukaran
16
plasma dengan dosis 1 g / kg.IVIG efektif dalam MG sedang atau berat yang
memburuk menjadi krisis. Dosis tinggi IVIG berhasil pada MG, meskipun
mekanisme kerja tidak diketahui. Hal ini digunakan dalam manajemen krisis
(misalnya, myasthenic krisis dan periode perioperatif) bukan atau dalam kombinasi
f. Plasmaparesis
humoral (yaitu, anti-ACHR antibodi dan kompleks imun) dari sirkulasi. Hal ini
digunakan sebagai tambahan untuk terapi imunomodulator lain dan sebagai alat
myasthenic krisis dan kasus-kasus refrakter. Perbaikan terjadi dalam beberapa hari,
tetapi tidak berlangsung lebih dari 2 bulan. Plasmaferesis merupakan terapi efektif
untuk MG, terutama dalam persiapan untuk operasi atau jangka pendek pengelolaan
eksaserbasi. Plasmapheresis jangka panjang teratur setiap minggu atau bulanan bisa
digunakan bila pengobatan lain tidak dapat mengendalikan penyakit ini. Komplikasi
terutama terbatas pada komplikasi intravena (IV) akses (misalnya, penempatan garis
pusat) tetapi juga dapat mencakup gangguan hipotensi dan koagulasi (meskipun
jarang). Tiap hari dilakukan penggantian plasma sebanyak 3-8 kali dengan dosis 50
ml/kg BB. Cara ini akan memberikan perbaikan yang jelas dalam waktu singkat.
bermanfaat bagi kasus yang berat. Namun demikian belum ada bukti yang jelas
bahwa terapi demikian ini dapat memberi hasil yang baik sehingga penderita mampu
17
karena kemampuannya untuk membuang antibodi pada reseptor asetilkolin, tetapi
g. Thimektomi
(MG),terutama jika ditemukan adanya thymoma. Telah diusulkan sebagai terapi lini
Dalam myasthenia gravis (MG) okuler, lebih dari 50% kasus berkembang ke
myasthenia gravis (MG) umum dalam waktu satu tahun, remisi spontan <10%. Sekitar
15-17% pasien akan tetap mengalami gejala okular selama masa tindak lanjut rata-
rata hingga 17 tahun. Pasien-pasien ini disebut sebagai myasthenia gravis (MG)
myasthenia gravis (MG). Sebuah studi dari 37 pasien myasthenia gravis (MG)
menunjukkan bahwa kehadiran thymoma terkait dengan gejala yang lebih buruk.1
18
XI. DIAGNOSIS BANDING
lain:8
1. Adanya ptosis atau strabismus dapat juga disebabkan oleh lesi nervus III pada
f. Apabila terdapat suatu diplopia yang transient maka kemungkinan adanya suatu
sklerosis multipleks.
tubuh bagian proksimal dan disertai dengan kelemahan relatif pada otot-otot
ekstraokular dan bulbar. Pada LEMS, terjadi peningkatan tenaga pada detik-
detik awal suatu kontraksi volunter, terjadi hiporefleksia, mulut kering, dan
sering kali dihubungkan dengan suatu karsinoma terutama oat cell carcinoma
pada paru. EMG pada LEMS sangat berbeda dengan EMG pada miastenia
gravis. Defek pada transmisi neuromuscular terjadi pada frekuensi renah (2Hz)
tetapi akan terjadi ahmbatan stimulasi pada frekuensi yang tinggi (40 Hz).
kelainan pada LEMS terjadi pada membran pre sinaptik, dimana pelepasan
19
akhirnya sampai ke membran postdinaptik tidak mencukupi untuk
menimbulkan depolarisasi.
20