Anda di halaman 1dari 7

Proses Pembentukan Tulang

Pertumbuhan tulang (modeling) mengarah ke proses pengubahan ukuran dan bentuk


tulang.Pertumbuhan tersebut terjadi hingga akhir pubertas, akan tetapi peningkatan kepadatan
masihterjadi hingga dekade ke empat
Manusia memiliki rangka tubuh ketika dalam tahap perkembangan embrio. Rangka
tubuh dalam masa embrio masih berupa tulang rawan (kartilago). Kartilago dibentuk oleh sel-
sel mesenkim. Di dalam kartilago tersebut akan diisi oleh osteoblas. Osteoblas merupakan sel-
sel pembentuk tulang keras. Osteoblas akan mengisi jaringan sekelilingnya dan membentuk
osteosit (sel-sel tulang).
Sel-sel tulang dibentuk secara konsentris (dari arah dalam ke luar). Setiap sel-sel tulang
akan mengelilingi pembuluh darah dan serabut saraf, membentuk sistem Havers. Selain itu, di
sekeliling sel-sel tulang ini terbentuk senyawa protein pembentuk matriks tulang. Matriks
tulang akan mengeras karena adanya garam kapur (CaCO3) dan garam fosfat (Ca3(PO4)2).
Di dalam tulang terdapat sel-sel osteoklas. Sel-sel ini berfungsi menyerap kembali sel
tulang yang sudah rusak dan dihancurkan. Adanya aktivitas sel osteoklas, tulang akan berongga.
Rongga ini kelak akan berisi sumsum tulang. Osteoklas membentuk rongga sedangkan
osteoblas terus membentuk osteosit baru ke arah permukaan luar. Dengan demikian, tulang
akan bertambah besar dan berongga.
Proses pembentukan tulang keras disebut osifikasi. Proses ini dibedakan menjadi dua,
yaitu osifikasi intramembranosa dan osifikasi intrakartilagenosa. Osifikasi intramembranosa
disebut juga penulangan langsung (osifikasi primer). Proses ini terjadi pada tulang pipih,
misalnya tulang tengkorak. Penulangan ini terjadi secara langsung dan tidak akan terulang lagi
untuk selamanya. Contoh osifikasi intrakartilagenosa adalah pembentukan tulang pipa. Osifikasi
ini menyebabkan tulang bertambah panjang. Perhatikan Gambar dibawah.
a) Osifikasi intra membrane

Proses pembentukan tulang dari jaringan mesenkim menjadi jaringan tulang, contohnya pada
proses pembentukan tulang pipih. Mesenkim merupakan bagian dari lapisan mesoderm, yang
kemudian berkembang menjadi jaringan ikat dan darah. Tulang tengkorak berasal langsung dari
sel-sel mesenkim melalui proses osifikasi intrammebrane.

b) Osifikasi endokondral

Proses pembentukan tulang yang terjadi dimana sel-sel mesenkim berdiferensiasi lebih dulu
menjadi kartilago (jaringan rawan) lalu berubah menjadi jaringan tulang, misal proses
pembentukan tulang panjang, ruas tulang belakang, dan pelvis. Proses osifikasi ini
bertanggungjawab pada pembentukan sebagian besar tulang manusia. Pada proses ini sel-sel
tulang (osteoblas) aktif membelah dan muncul di bagian tengah dari tulang rawan yang disbeut
center osifikasi. Osteoblas selanjutnya berubah menjadi osteosit, sel-sel tulang dewasa ini
tertanam dengan kuat pada mtariks tulang.

Sel-sel osteoblas juga menempati jaringan pengikat yang ada di sekeliling rongga. Sel-sel
tulang ini mengelilingi saluran haversi yang berisi pembuluh darah kapiler arteri, vena, dan
serabut saraf membentuk satu sistem yang disebut sistem havers. Pembuluh darah sistem
havers mengangkut zat fosfor dan kalsium menuju matriks sehingga matriks tulang menjadi
keras. Kekerasan tulang diperoleh dari kekompakan sel-sel penyusun tulang.

Anatomi Gingiva

Bagian-bagian dari gingiva menurut Manson & Eley (1993) adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Anatomi Gingiva (Nield-Gehrig & Willman, 2011)

1) Mukosa Alveolar
Mukosa alveolar adalah suatu mukoperiosteum yang melekat erat dengan tulang
alveolar di bawahnya. Mukosa alveolar terpisah dari periosteum melalui perantara
jaringan ikat longgar yang sangat vaskular sehingga umumnya berwarna merah tua.
2) Pertautan Mukogingiva
Pertautan mukogingiva atau mucogingival junction adalah pemisah antara
perlekatan gingiva dengan mukosa alveolar.
3) Perlekatan Gingiva
Perlekatan gingiva atau attached gingiva meluas dari alur gingiva bebas ke pertautan
mukogingiva yang akan bertemu dengan mukosa alveolar. Permukaan attached
gingiva berwarna merah muda dan mempunyai stippling yang mirip seperti kulit
jeruk. Lebar attached gingiva bervariasi dari 0-9 mm. Attached gingiva biasanya
tersempit pada daerah kaninus dan premolar bawah dan terlebar pada daerah
insisivus (3-5 mm).
4) Alur Gingiva Bebas
Alur gingiva bebas atau free gingival groove dengan batas dari permukaan tepi
gingiva yang halus dan membentuk lekukan sedalam 1-2 mm di sekitar leher gigi dan
eksternal leher gingiva yang mempunyai kedalaman 0-2 mm.
5) Interdental gingiva
Interdental gingiva atau gingiva interdental adalah gingiva antara gigi-geligi yang
umumnya konkaf dan membentuk lajur yang menghubungkan papila labial dan
papila lingual. Epitelium lajur biasanya sangat tipis, tidak keratinisasi dan terbentuk
hanya dari beberapa lapis sel. Daerah interdental berperan sangat penting karena
merupakan daerah pertahanan bakteri yang paling persisten dan strukturnya
menyebabkan daerah ini sangat peka yang biasanya timbul lesi awal pada gingivitis.

Pembuluh darah arteri mencapai gingiva melalui 3 jalan yang berbeda :

 Cabang arteri alveolar


 Cabang arteri intraseptal masuk daerah Krista procesus alveolar.
 Pembuluh-pembuluh darah pada ligamen periodontal bercabang keluar kearah daerah
gingiva.

Gambaran Klinis Gingiva

Gambaran klinis gingiva sebagai dasar untuk mengetahui perubahan patologis yang terjadi pada
gingiva yang terjangkit suatu penyakit. Menurut Herijulianti (2009) gambaran klinis gingiva
normal terdiri dari:
1) Warna Gingiva
Warna gingiva normal umumnya berwarna merah jambu (coral pink) yang diakibatkan
oleh adanya suplai darah dan derajat lapisan keratin epitelium serta sel-sel pigmen.
Warna ini bervariasi pada setiap orang dan erat hubungannya dengan pigmentasi
kutaneous. Pigmentasi pada gingiva biasanya terjadi pada individu yang memiliki warna
kulit gelap. Pigmentasi pada attached gingiva mulai dari coklat sampai hitam. Warna
pada alveolar mukosa lebih merah disebabkan oleh mukosa alveolar tidak mempunyai
lapisan keratin dan epitelnya tipis.
2) Ukuran Gingiva
Ukuran gingiva ditentukan oleh jumlah elemen seluler, interseluler dan suplai darah.
Perubahan ukuran gingiva merupakan gambaran yang paling sering dijumpai pada
penyakit periodontal.
3) Kontur Gingiva
Kontur dan ukuran gingiva sangat bervariasi. Keadaan ini dipengaruhi oleh bentuk dan
susunan gigi geligi pada lengkungnya, lokalisasi dan luas area kontak proksimal dan
dimensi embrasur (interdental) gingiva oral maupun vestibular. Interdental papila
menutupi bagian interdental gingiva sehingga tampak lancip.
4) Konsistensi Gingiva
Gingiva melekat erat ke struktur dibawahnya dan tidak mempunyai lapisan submukosa
sehingga gingiva tidak dapat digerakkan dan kenyal.
5) Tekstur Gingiva
Permukaan attached gingiva berbintik-bintik seperti kulit jeruk. Bintik- bintik ini
biasanya disebut stippling. Stippling akan terlihat jelas apabila permukaan gingiva
dikeringkan.

Fisiologi Gingiva
Gingiva terletak di sekitar leher tiap gigi dan terstruktur untuk menahan kekuatan dari
pengunyahan. Fungsi utama gingiva adalah melindungi akar gigi, selaput periodontal dan tulang
alveolar terhadap rangsangan dari luar, khususnya dari bakteri-bakteri dalam mulut. Ditambah
dengan fungsi palatum dan lidah, gingiva memiliki fungsi pengunyahan dalam mendorong bolus
makanan. Makanan dibelokkan dari gingiva ke lidah dan pada gilirannya dipaksa di antara gigi.
Gingiva memiliki fungsi sensorik, seperti juga dipersarafi dengan rasa sakit, sentuhan, dan
reseptor temperatur. Kapasitas ini untuk sensitivitas pemberian perlindungan. Selain itu,
gingiva bertindak sebagai kompartemen yang berfungsi untuk melindungi periodontium dari
rongga mulut. Sulkus gingiva berisi cairan yang merembes/meresap melalui epitel sulcular tipis.
Cairan sulkus gingiva meningkat apabila ada peradangan, makan makanan kasar, menyikat gigi,
ovulasi dan konsumsi kontrasepsi oral hormonal. Selain sel epitel, leukosit
polimorfonuklear,limfosit dan monosit dapat ditemukan dalam cairan ini, bersama-sama
dengan ion kalium, natrium, dan klorida. Kadar protein total cairan ini jauh lebih rendah
dibandingkan dengan serum. IgG, IgA, IgM, melengkapi komponen C3 dan C4, selain itu protein
plasma albumin dan fibrinogen, telah terdeteksi. Sejumlah zatlainnya telah ditemukan dalam
cairan gingiva, ini meliputi:
 Laktat Asam
 Urea
 Hydroxyproline
 Hidrogen sulfida
 Asam fosfatase
 Lisozim
 Alkaline fosfatase
 Laktat dehidrogenase
 Protease
Sejumlah fungsi telah ditugaskan untuk ini cairan sulkus, termasuk:
 Membersihkan material dari sulkus gingiva.
 Antibakteri, didasarkan pada adanya antibodi terhadap bakteri plak.
 Adhesive, berdasarkan adanya protein plasma lengket yang dapat meningkatkan
adhesi antara epitel junctional dan permukaan gigi.
Sementum adalah lapisan jaringan mesenkim tipis avaskuler terklasifikasi yang
menutupi dentin pada akar anatomis. Sementum merupakan satu dari empat jaringan
pendukung gigi pada rahang (periodonsium). Selain tulang alveolar, ligamen
periodontal, dan gingiva. Sementum bervariasi dalam ketebalan pada level yang berbeda.
Paling tebal pada bagian apeks akar dan interadikulerpada gigi dengan akar banyak dan paling
tipis pada bagian servikal. Ketebalan pada servikal sekitar 10-50µm dan pada apikal sekitar 50-
200µm (walaupun dapat melebihi 600µm).
Fungsi yang paling utama dari sementum adalah :
i. Menyediakan media perlekatan ke serat-serat kolagen dari ligamen
periodontal.
ii. Sementum lebih keras daripada tulang alveolar dan tidak memiliki suplai
darah, dan tidak menunjukkan resorpsi dibawah kekuatan pengunyahan
atau ortodonti, integritas gigi dipertahankan dan tulang alveolar yang
bersifat elastis secara alami mengalami perubahan bentukyang memenuhi
persyaratan ortodotik.
iii. Sementum memiliki aset endapan terus menerus dan melakukan
patchwork atau perbaikan untuk kerusakan seperti fraktur atau resorpsi
dari permukaan akar.
iv. Deposisi sementum reguler pada puncak akar membantu untuk mengisi
ketinggian gigi yang hilang karena pemakaian oklusal atau membantu
dalam erupsi pasif gigi.

Klasifikasi menurut Schoedera.

 Acellular afibrillar cementum (AAC)


Sementum ini tidak mengandung baik sel maupun serabut intrinsik atau ekstrinsik,
kecuali substansi dasar yang termineralisasi. Sementum ini merupakan produk dari
sementoblas dan ditemukan pada sementum koronal pada manusia denganketebalan 1-1,5
µm.
 Acellular extrinsik fiber cementum (AEFC)
Sementum ini hampir seluruhnya dari kumpulan pada serabut sharpey’s dan tidak ada
sel. Sementum ini dihasilkan oleh fibroblast dan smentoblast yang dapatditemukan pada
1/3 servikal akar manusia tetapi memanjang hingga ke apikaldengan ketebalan 30-230
µm.
 Acellular mixed stratified cementum (AMSC)
Sementum ini tersusun dari serabut ekstrinsik (serabut Sharpey’s ) dan intrinsik serta
dapat mengandung sel. Sementum ini merupakan koproduk dari fibroblastdan
semntoblast dan pada manusia muncul terutama pada 1/3 apikal akar dan akarserta daerah
furkasi dengan ketebalan 100-1000 µm.
 Cellular intrinsic fiber cementum (CIFC)
Sementum ini mengandung serabut intrinsik tetapi tidak mengandung serabutektrinsik.
Semntum ini dibentuk oleh sementoblast dan pada manusia sementumini mengisi resorpsi
lakuna.
 Intermedied cementum
Sementum ini merupakan zona yang tidak jelas dekat cementoenamel junctionpada gigi
tertentu yang tampaknya mengandun g sisa selubung sel Hertwig’s yang tertanam pada
substansi dasar yang terkalsifikasi.

Anda mungkin juga menyukai