Anda di halaman 1dari 2

(Ormrod, 2008:324).

Ada beberapa proses konstruksi dalam pembelajaran yang harus


dilalui, diantaranya :
a. Konstruksi dalam Proses Penyimpanan
Perlu diperhatikan bahwa siswa sering mengkontruksi makna dan tafsiran mereka
yang unik di setiap materi pelajaran yang mereka ikuti. Ada pendapat yang mengatakan
bahwa pengetahuan dan harapan (ekspektasi) sebelumnya secara khusus mungkin
mempengaruhi proses belajar ketika informasi baru bersifat ambigu. Komunikasi yang baik
dengan para siswa dalam proses pembelajaran sangat perlu diperhatikan baik tentang
akademis atupun non akademis. Sehingga para siswa dapat dengan cepat mengkontruksi
untuk menuju ke proses penyimpanan.
b. Konstruksi dalam Proses Pemanggilan
Dalam suatu peristiwa yang menarik, terkadang orang langsung bisa menjelaskan
dengan detail hanya dengan dipanggil dengan beberapa kata saja. Bahkan peristiwa itu bisa
mengkontruksi dalam memori orang dengan menambahkan beberapa hal yang menarik.
Karena dirasa peristiwa tersebut sangat menarik, sehingga tersimpan dengan baik dalam
ingatan. Dalam situasi yang menarik, orang bisa saja mengkontruksi memori dalam dirinya
terhadap suatu peristiwa dengan mengkombinasikan bagian-bagian yang menarik yang dapat
dipanggil dengan pengetahuan dan asumsi masing-masing orang mengenai dunia (Roediger
& McDermott, 2000 ;D, L. Schacter, 1999 ). [3]
Dalam proses konstruksi, hubungan sosial juga diperhatikan karena para siswa juga
perlu bekerja sama. Kerjasama ini dimaksudkan agar jika ada siswa yang bingung terhadap
materi dan malu untuk bertanya bisa bertanya kepada teman dan bisa melakukan belajar
kelompok dengan teman. Dalam beberapa kesempatan, makna dikonstruksi secara bersama-
sama oleh dua orang atau lebih serentak dalam satu waktu, contohnya ketika salah satu siswa
ada yang kebingungan dengan sebuah materimaka siswa tersebut bertanya pada teman lain
atau mengajak temannya untuk belajar kelompok.
Konstruksi sosial pada pembelajaran dalam proses penyerapan pengetahuan yang
melibatkan siswa dan guru yang bekerja sama secara aktif untuk mendapatkan pemahaman
yang lebih baik tentang berbagai informasi atau peristiwa. Meski guru bisa saja mengambil
inisiatif dan memonitor suatu kegiatan belajar, siswa bekerjasama satu sama lain untuk
memahami berbagai topik pelajaran. Para ahli psikologi dan pendidik semakin mengakui
manfaat proses kerja sama para siswa dalam rangka mengkontruksi makna dari setiap materi
pelajaran di kelas, misalnya untuk mengeksplorasi, menjelaskan, mendiskusikan, dan
mendebat topik-topik tertentu baik dalam kelompok kecil maupun melibatkan seluruh
anggota kelas. Ketika siswa mengkontruksi pemahamannya sendiri, tentu tidak ada jaminan
bahwa mereka akan mengkontruksi pemahaman yang akurat. Kewajiban sebagai seorang
guru tidak hanya membantu siswa mengkontruksi pemahaman yang akurat tentang dunia
sekitar mereka, tetapi juga mendorong mereka melepaskan setiap kepercayaan yang keliru
yang telah mereka konstruksi sebelumnya. Terkadang parasiswa menyimpulkan secara tidak
tepat hubungan sebab akibat antara dua objek atau peristiwa hanya karena keduanya terjadi
pada saat yang sama.
Ketidak tepat sasaran yang dimaksud adalah pemahaman siswa yang kurang
memahami karena tidak diberikan dasar pemahaman yang matang dari berbagai sumber dan
juga siswa sering memakan mentah setiap literatur yang didapatkan dari manapun tanpa
mendiskusikan terlebih dahulu dengan yang lebih tahu contohnya kepada guru yang
bersangkutan. Siswa terkadang menarik kesimpulan yang salah dengan mendasarkannya
hanya pada bagaimana kelihatannya sesuatu (di Sessa, 1996; Duit, 1991; Reiner et.al, 2000
dalam Jeanne Ellis Ormrod,2008:339).
Menilai pemahaman siswa juga penting setelah akhir pelajaran, hal tersebut sering
dilupakan oleh beberapa guru. Evaluasi ini berguna jika ada siswa yang memahami makna
yang kurang benar bisa langsung diarahkan. Beberapa mikonsepsi dan pemahaman yang
sebagian benar sebagian salah bisa saja tetap bertahan kendati kita telah mengerahkan segala
usaha untuk meluruskannya.[4]

Anda mungkin juga menyukai