Ada beberapa proses konstruksi dalam pembelajaran yang harus
dilalui, diantaranya : a. Konstruksi dalam Proses Penyimpanan Perlu diperhatikan bahwa siswa sering mengkontruksi makna dan tafsiran mereka yang unik di setiap materi pelajaran yang mereka ikuti. Ada pendapat yang mengatakan bahwa pengetahuan dan harapan (ekspektasi) sebelumnya secara khusus mungkin mempengaruhi proses belajar ketika informasi baru bersifat ambigu. Komunikasi yang baik dengan para siswa dalam proses pembelajaran sangat perlu diperhatikan baik tentang akademis atupun non akademis. Sehingga para siswa dapat dengan cepat mengkontruksi untuk menuju ke proses penyimpanan. b. Konstruksi dalam Proses Pemanggilan Dalam suatu peristiwa yang menarik, terkadang orang langsung bisa menjelaskan dengan detail hanya dengan dipanggil dengan beberapa kata saja. Bahkan peristiwa itu bisa mengkontruksi dalam memori orang dengan menambahkan beberapa hal yang menarik. Karena dirasa peristiwa tersebut sangat menarik, sehingga tersimpan dengan baik dalam ingatan. Dalam situasi yang menarik, orang bisa saja mengkontruksi memori dalam dirinya terhadap suatu peristiwa dengan mengkombinasikan bagian-bagian yang menarik yang dapat dipanggil dengan pengetahuan dan asumsi masing-masing orang mengenai dunia (Roediger & McDermott, 2000 ;D, L. Schacter, 1999 ). [3] Dalam proses konstruksi, hubungan sosial juga diperhatikan karena para siswa juga perlu bekerja sama. Kerjasama ini dimaksudkan agar jika ada siswa yang bingung terhadap materi dan malu untuk bertanya bisa bertanya kepada teman dan bisa melakukan belajar kelompok dengan teman. Dalam beberapa kesempatan, makna dikonstruksi secara bersama- sama oleh dua orang atau lebih serentak dalam satu waktu, contohnya ketika salah satu siswa ada yang kebingungan dengan sebuah materimaka siswa tersebut bertanya pada teman lain atau mengajak temannya untuk belajar kelompok. Konstruksi sosial pada pembelajaran dalam proses penyerapan pengetahuan yang melibatkan siswa dan guru yang bekerja sama secara aktif untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang berbagai informasi atau peristiwa. Meski guru bisa saja mengambil inisiatif dan memonitor suatu kegiatan belajar, siswa bekerjasama satu sama lain untuk memahami berbagai topik pelajaran. Para ahli psikologi dan pendidik semakin mengakui manfaat proses kerja sama para siswa dalam rangka mengkontruksi makna dari setiap materi pelajaran di kelas, misalnya untuk mengeksplorasi, menjelaskan, mendiskusikan, dan mendebat topik-topik tertentu baik dalam kelompok kecil maupun melibatkan seluruh anggota kelas. Ketika siswa mengkontruksi pemahamannya sendiri, tentu tidak ada jaminan bahwa mereka akan mengkontruksi pemahaman yang akurat. Kewajiban sebagai seorang guru tidak hanya membantu siswa mengkontruksi pemahaman yang akurat tentang dunia sekitar mereka, tetapi juga mendorong mereka melepaskan setiap kepercayaan yang keliru yang telah mereka konstruksi sebelumnya. Terkadang parasiswa menyimpulkan secara tidak tepat hubungan sebab akibat antara dua objek atau peristiwa hanya karena keduanya terjadi pada saat yang sama. Ketidak tepat sasaran yang dimaksud adalah pemahaman siswa yang kurang memahami karena tidak diberikan dasar pemahaman yang matang dari berbagai sumber dan juga siswa sering memakan mentah setiap literatur yang didapatkan dari manapun tanpa mendiskusikan terlebih dahulu dengan yang lebih tahu contohnya kepada guru yang bersangkutan. Siswa terkadang menarik kesimpulan yang salah dengan mendasarkannya hanya pada bagaimana kelihatannya sesuatu (di Sessa, 1996; Duit, 1991; Reiner et.al, 2000 dalam Jeanne Ellis Ormrod,2008:339). Menilai pemahaman siswa juga penting setelah akhir pelajaran, hal tersebut sering dilupakan oleh beberapa guru. Evaluasi ini berguna jika ada siswa yang memahami makna yang kurang benar bisa langsung diarahkan. Beberapa mikonsepsi dan pemahaman yang sebagian benar sebagian salah bisa saja tetap bertahan kendati kita telah mengerahkan segala usaha untuk meluruskannya.[4]
Toeri Belajar Kognitif Menuntut Adanya Integrasi Pengetahuan Struktur Konitif Yang Dimilki Anak Sebelumnya Dengan Pengalaman Baru Sebagai Proses Belajar Anak