Anda di halaman 1dari 3

Penerapannya dalam Pembelajaran

Teori menganggap belajar adalah perubahan tingkah laku dari stimulus yang menunjukkan
perubahan tingkah laku tertentu, hal terpenting yang harus dinilai adalah stimulus dan respon
dan penguatan harus dilakukan agar menambah hubungan antara stimulus dan rspon.

oleh karena itu jika ingin siswa berhasil guru harus memperhatikan prinsip berikut guna
menilai suatu dari keberhasilan.

pertama guru harus tahu stimulus yang tepat untuk diberikan kepada siswa

kedua, guru harus tahu nanntinya respon apa yang timbul ketika sudah diberika stimulus

agar menunjukkan respon itu apakah sudah benar maka guru harus menetapkan bahwa respon
tersebut harus dapat dilihat, dinilai, dan diukur sekaligus pemberian hadiah terhadap siswa
jika respon itu sesuai.

Agae tujuan dalam pembelajaran sampai secara maksimal menurut teori ini guru harus
melakukan dan menyiapkan kegiatan berikut.

Menganalisis Kemampuan Awal dan Karakteristik Siswa


Tentunya seorang guru harus mengetahui kemampuan siswa terlebih dahulu, bukan tidka
mungkin siswa tidak memiliki pengalaman dasar yang sudah dimilikinya sehingga kita dapat
mengamati perubahan-perubahan secara jelas baik fisik maupun kerohanian.

Merencanakan materi pembelajaran yang akan dibelajarkan

Materi yang akan diberikan dapat sesuai dengan siswa atau siswa yang menyesuaikan dengan
materi dapat dilakukan dengan perencanaan. perencanaan ini dapat dilakukan dengan tes
yang dilakukan sebelum kegiatan pembelajaran, Hasilnya adalah nanti pengajar akan tahu
apakah mana siswa yang punya pengetahuan da siswa yang belum punya pengetahuan,
kemudian dikelompokkan berdasarkan dari hasil tersebut.

Kegiatan yang dapat dilakukan juga dengan membentuk kelompok belajar sesudah hasil tes
tadi. menempatkan beberapa siswa yang berkompeten dicampur dengan siswa yang belum
tahu akan menambah proses mencapai tujuan pendidikan tersampaikan.

Indonesia harus belajar berfikir dan bukan bertujuan menjadi cerdas tapi berfikir
Adapun penerapan teori belajar Behavioristik dalam pembelajaran berdasarkan
teorinya adalah sebagai berikut;

1. Menentukan tujuan dan indikator pembelajaran.

2. Menganalisis lingkungan belajar dan mengidentifikasi pengetahuan awal


peserta didik.

3. Menentukan materi pembelajaran.

4. Menguraikan materi pembelajaran menjadi bagian-bagian, meliputi topik,


pokok bahasan, sub-pokok bahasan dan seterusnya.

5. Menyajikan pembelajaran.

6. Memberi stimulus kepada peseta didik.

7. Mengamati dan mengkaji respons yang diberikan peserta didik.

8. Memberikan penguatan baik yang positif maupun negatif.

9. Memberi stimulasi ulang.

10. Mengamati dan mengkaji respons dari peserta didik.

11. Memberi penguatan.

12. Mengevaluasi hasil belajar peserta didik.

Aplikasi Teori Behaviorisme dalam Pembelajaran


Teori behaviorisme mendudukkan yang belajar sebagai individu yang pasif. Respons atau
prilaku tertentu dapat dibentuk karena dikondisi dengan cara tertentu dengan menggunakan
metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya prilaku akan semakin kuat bila
diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Behavioristik masih banyak digunakan atau diterapkan dalam praktek pembelajaran di
Indonesia. Proses pembelajaran masih terbatas pada teacher centered sehingga siswa bisa
dikatakan pasif dalam mengeksplorasi ilmu, konsep pembiasaan juga masih sering digunakan disertai
penguatan. Mulai dari tingkat paling dini, seperti Kelompok Bermain, Taman Kanak-kanak, Sekolah
Dasar, Sekolah Menengah, bahkan sampai di Perguruan Tinggi, pembentukan perilaku dengan
cara drill (pembiasaan) disertai dengan reinforcement atau hukuman masih sering dilakukan.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan,
sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan
kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau
materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan
dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga
aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada
ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi
menekankan pada hasil belajar. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Dikatakan
menyelesaikan tugas jika menjawab secara benar menurut gurunya.

D. Kelebihan Penerapan Teori Behavioristik


1. Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan pembiasaan yang
mengandung unsur-unsur seperti kecepatan, spontanitas, kelenturan, refleks, dan daya tahan.
Contoh : Percakapan bahasa asing,mengetik,menari,berenang,olahraga.
2. Cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan dominasi peran orang dewasa,
suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru dan senang dengan bentuk-bentuk
penghargaan langsung seperti diberi hadiah atau pujian.
3. Menambah kedisiplinan siswa terkait dengan pembiasaan yang dilakukan dan akan mendapat
hukuman jika tidak melaksanakan apa yang diperintahkan.

E. Kelemahan Penerapan Teori Behavioristik


1. Pembelajaran siswa yang berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat meanistik, dan
hanya berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur,
2. Murid hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan
dipandang sebagai cara belajar yang efektif.
3. Penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa baik hukuman verbal
maupun fisik seperti kata – kata kasar , ejekan , jeweran yang justru berakibat buruk pada siswa.
4. Penerapan teori ini bisa menimbulkan proses pembelajaran yang tidak menyenangkan bagi siswa
yaitu guru sebagai central, bersikap otoriter, komunikasi berlangsung satu arah, guru melatih dan
menentukan apa yang harus dipelajari murid.
5. Evaluasi yang hanya dilakukan guru tanpa adanya timbal balik bagi siswa

Anda mungkin juga menyukai