Anda di halaman 1dari 3

Kementerian Kesehatan mengelompokkan penyakit berdasarkan kebutuhan obat menjadi dua

bagian besar, yaitu :

A. Penyakit Non – Kronis


yaitu untuk kasus-kasus yang TIDAK memerlukan obat LEBIH dari 7 hari. Standar
pemberian obat untuk kasus-kasus ini adalah selama 3 – 7 hari dan selanjutnya pasien bisa
kontrol kembali setelah obat habis (maksimal 7 hari) jika belum sembuh atau atas intruksi
dokter untuk kontrol kembali.

B. Penyakit Kronis
yaitu untuk kasus-kasus yang memerlukan obat rutin selama 30 hari. Penyakit-penyakit yang
tergolong dalam kasus kronis ini berdasarkan Permenkes 28 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pelaksanaan (Manlak) JKN adalah :

1. Diabetes mellitus
2. Jantung
3. Hipertensi
4. Asma
5. Penyakit paru Obstruktif Kronis (PPOK)
6. Skizofrenia
7. Epilespi
8. Stroke
9. Lupus (SLE)

Untuk kasus penyakit kronis selain yang disebutkan diatas adalah termasuk juga di
dalamnya adalah penyakit Hemofilia, Thallasemia dan penyakit keganasan yang
memerlukan Kemoterapi. Namun untuk 3 kasus ini mekanisme pemberian obatnya berbeda
dengan kasus kronis lainnya.

Pemberian obat untuk 9 kasus kronis yaitu diabetes mellitus, hipertensi, jantung, asma,
Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), epilepsy, skizofren, stroke, dan Sindroma Lupus
Eritematosus (SLE) dibedakan menjadi 2, yaitu :
a. Penyakit Kronis yang Kondisinya Belum Stabil
Apabila kondisi penyakit kronisnya belum stabil, maka fasilitas kesehatan tingkat lanjutan
dapat memberikan tambahan resep obat penyakit kronis (mengacu kepada Fornas) diluar
paket INA CBGs sesuai indikasi medis sampai jadwal kontrol berikutnya. Peserta yang
menderita penyakit kronis yang belum stabil diberikan resep obat untuk kebutuhan 30 hari
sesuai indikasi medis yang pemberiannya terbagi dalam 2 (dua) resep :

1. Kebutuhan obat untuk sekurang-kurangnya 7 (tujuh) hari disediakan oleh rumah sakit,
biaya sudah termasuk dalam komponen paket INA CBGs.
2. Kebutuhan obat tambahan untuk sebanyak-banyaknya 23 (dua puluh tiga) hari
diresepkan oleh dokter yang merawat, diambil di Instalasi farmasi Rumah Sakit atau
Apotek/Depo Farmasi yang ditunjuk. Biaya obat ini ditagihkan secara fee for
service kepada BPJS Kesehatan oleh IFRS/ Apotek/Depo Farmasi tersebut.

b. Penyakit Kronis yang Kondisinya Sudah Stabil


Obat untuk penyakit kronis yang kondisinya sudah stabil dapat diberikan oleh fasilitas
kesehatan tingkat pertama sebagai Program Rujuk Balik (PRB). Obat Program Rujuk
Balik diresepkan oleh dokter fasilitas kesehatan tingkat pertama berdasarkan rekomendasi
dari dokter spesialis/sub spesialis. Resep obat Program Rujuk Balik dapat diberikan untuk
kebutuhan 30 hari dan obat diambil di Apotek/Depo Farmasi yang melayani Program Rujuk
Balik.

Program Rujuk Balik (PRB)


Pelayanan Program Rujuk Balik diberikan kepada peserta BPJS Kesehatan penderita penyakit
kronis, khususnya penyakit diabetes melitus, hipertensi, jantung, asma, Penyakit Paru Obstruktif
Kronis (PPOK), epilepsy, stroke, schizophrenia, Systemic Lupus Erythematosus (SLE) yang
sudah terkontrol/stabil namun masih memerlukan pengobatan atau asuhan keperawatan dalam
jangka panjang. Peserta yang berhak memperoleh obat PRB adalah peserta dengan diagnosa
penyakit kronis yang telah ditetapkan dalam kondisi terkontrol/stabil oleh Dokter Spesialis/Sub
Spesialis dan telah mendaftarkan diri untuk menjadi peserta Program Rujuk Balik.

Anda mungkin juga menyukai