Anda di halaman 1dari 2

2.2.

1 Penggunaan Obat-Obatan Hormonal Dari Sudut Pandang Etik

Etika kedokteran merupakan seperangkat perilaku anggota profesi kedokteran dalam


hubungannya dengan klien / pasien, teman sejawat dan masyarakat umumnya serta merupakan
bagian dari keseluruhan proses pengambilan keputusan dan tindakan medik ditinjau dari segi
norma-norma / nilai-nilai moral.Dalam Lafal Sumpah Dokter Indonesia (LSDI) dan Kode Etik
Kedokteran Indonesia (KODEKI) telah tercantum secara garis besar perilaku dan tindakan-
tindakan yang layak atau tidak layak dilakukan seorang dokter dalam menjalankan profesinya.
Terdapat 4 kaidah dasar moral (bioetika), meliputi:

a. Menghormati martabat manusia (respect for person/autonomy).

Pertama, setiap individu (pasien) harus diperlakukan sebagai manusia yang memiliki
otonomi (hak untuk menentukan nasib diri sendiri), dan kedua, setiap manusia yang
otonominya berkurang atau hilang perlu mendapatkan perlindungan.

b. Berbuat baik (beneficence).

Selain menghormati martabat manusia, dokter juga harus mengusahakan agar pasien yang
dirawatnya terjaga keadaan kesehatannya (patient welfare). Pengertian ”berbuat baik”
diartikan bersikap ramah atau menolong, lebih dari sekedar memenuhi kewajiban.

c. Tidak berbuat merugikan (non-maleficence).

Praktik kedokteran harus memilih pengobatan yang paling kecil risikonya dan paling besar
manfaatnya. Pernyataan kuno: first, do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti.

d. Keadilan (justice).

Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan politik, agama dan faham
kepercayaan, kebangsaan dan kewarganegaraan, status perkawinan, serta perbedaan
gender tidak boleh dan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap pasiennya. Tidak ada
pertimbangan lain selain kesehatan pasien yang menjadi perhatian utama dokter

Masalah-masalah yang berhubungan dengan reproduksi manusia merupakan masalah yang


sangat khusus dan paling rumit ditinjau dari segi etik, agama, hukum dan sosial, terlebih dengan
begitu pesatnya perkembangan dalam bidang obstetri ginekologi dalam tiga dekade terakhir ini.

Sejak program Keluarga Berencana (KB) menjadi program nasional pada tahun 1970,
berbagai cara kontrasepsi telah ditawarkan dalam pelayanan KB di Indonesia, mulai dari cara
tradisional, obat-obatan hormonal seperti pil dan suntikan KB, IUD/AKDR, dan kontrasepsi
mantap (Kontap) atau sterilisasi.
Dalam KODEKI pasal 10 , Seorang dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya
melindungi hidup insani

Dari segi etik kedokteran, cara penggunaan obat hormonal dapat dibenarkan sesuai dengan
KODEKI butir 10, yaitu dengan tujuan melindungi hidup insani dan mengutamakan kesehatan
penderita.

Prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan kaidah dasar bioetika yakni;

1. Kaidah Autonomi: Memperhatikan preferensi klien, nilai-nilai yang diyakini klien dan
autorisasi dalam memberikan persetujuan

2. Kaidah Beneficence: Seorang dokter harus memberikan konseling kepada pasangan suami
istri (pasutri) atau calon akseptor, dengan penjelasan lebih dahulu tentang indikasi,
kontraindikasi, efektifitas dan efek samping atau keamanan jenis kontrasepsi hormonal.

3. Kaidah Non Maleficence: Pemberian kontrasepsi hormonal haruslah tidak membahayakan


klien, dilakukan dengan standar safety medicine

4. Kaidah Justice: Sebagai dokter ,dalam pemberian pelayanan kontrasepsi hormonal


hendaknya tidak membeda-bedakan dari status ekonomi , sosial , budaya , agama dan
pandangan politik.

Daftar Pustaka

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2011/04/etik-kedokteran-dan-hukum-kesehatan-dalam-
obstetri-ginekologi/
https://www.researchgate.net/profile/Yusuf_Alam_Romadhon2/publication/331471187_Pola_Pi
kir_Etika_dalam_Praktik_Kedokteran/links/5c7a8b22299bf1268d31f862/Pola-Pikir-Etika-
dalam-Praktik-Kedokteran.pdf

Anda mungkin juga menyukai