Disusun oleh:
Mega Dwi Putri Sugianto
42170130
Kematian janin dalam kandungan atau Intra Uterine Fetal Death (IUFD) merupakan
salah satu masalah yang ditemukan pada saat hamil. Kematian janin dalam kandungan
apabila tidak segera ditangani akan mengakibatkan ancaman bagi nyawa ibu. Biasanya ini
terjadi pada usia kehamilan lebih dari 20 minggu atau pada trimester kedua.
Kematian perinatal (lahir mati dan kematian neonates) terjadi dalam 1% kehamilan.
Diperkirakan bahwa 10-25% kehamilan berakhir sebelum mencapai 28 minggu. Kematian
janin sebelum persalinan dimulai mungkin terdiagnosis ketika sang ibu tidak merasakan
gerakan janinnya lagi atau gejala-gejala kehamilan mulai menghilang. Kematian maternal
dan perinatal merupakan masalah besar, khususnya di Negara berkembang sekitar 98-99%,
sedangkan Negara maju hanya 1-2%.
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2008 kematian perinatal adalah
400 per 100.000 orang atau sekitar 200.000 ribu orang pertahun sehingga kematian perinatal
terjadi 1,2 - 1,5 menit. Angka kematian perinatal (AKP) di Indonesia belum diketahui pasti
karena belum ada penelitian menyeluruh mengenai hal ini.
Kematian janin dapat terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin, gawat janin atau
kelainan bawaan atau akibat infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya sehingga tidak
diobati. Sebagian besar informasi yang mendasari terjadinya penyebab IUFD diperoleh dari
audit perinatal. Beberapa studi melaporkan penyebab spesifik IUFD, yaitu Intrauterine
Growth Restriction (IUGR), penyakit medis maternal, kelainan kromosom dan kelainan
kongenital janin, komplikasi plasenta dan tali pusat, infeksi, dan penyebab lain yang tidak
dapat dijelaskan.
Berdasarkan keadaan diatas maka penulis ingin membahas terkait IUFD, sehingga
dapat dipelajari dan dianalisa lebih lanjut terkait penyebab dan terapi terutama untuk
menegakkan diagnosis dari IUFD.
2
BAB II
DATA PASIEN
I. IDENTITAS
Nama : Ny. M
No. RM : 00-69-xx-xx
Tanggal lahir : 19 Mei 1976
Usia : 42 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Condongcatur, Yogyakarta
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status Perkawinan : Menikah
Masuk RS : 19 Mei 2018
II. ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Kehamilan aterm dengan kenceng-kenceng, sesak nafas, gerakan janin (-)
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan ini adalah kehamilan keempat (G4P3Ab0Ah2), usia
kehamilan 39 minggu. Menikah satu kali dengan usia pernikahan 9 tahun. HPHT
tanggal 19 Agustus 2017, HPL 26 Mei 2018. Perut dirasakan kencang-kencang,
sesak nafas pada waktu malam hari, gerakan janin dirasakan hilang sejak
semalam. Tidak ada mual dan muntah, BAB dan BAK lancar, tidak disertai
keputihan, tidak ada flek.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Tumor (-) Penyakit jantung (-)
Kista (-) Asma (-)
Hipertensi (-) Alergi (-)
Diabetes (-)
3
f. Riwayat Perkawinan
• Status : Menikah 1 kali
• Lama menikah : 9 Tahun
• Usia menikah : 33 Tahun
g. Riwayat Kehamilan
Kehamilan yang ke empat (G4P3Ab0Ah2), UK 39 minggu
h. Riwayat Kontrasepsi
Pasien pernah menggunakan kontrasepsi IUD selama 4 tahun, dan lepas IUD
pada tahun 2015 karena ingin mempunyai anak lagi.
i. Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku tidak pernah mengonsumsi obat-obatan tertentu maupun
memperoleh pengobatan dalam jangka panjang.
j. Gaya Hidup
Merokok : Tidak merokok
Konsumsi alkohol : Tidak mengonsumsi alkohol
Pola makan : Pasien mengatakan makan teratur 3 kali sehari
dengan menu nasi, daging dan sayur.
Aktivitas sehari-hari : Pasien merupakan ibu rumah tangga, sebagian besar
aktivitasnya melakukan pekerjaan rumah tangga.
4
Kesadaran : Compos Mentis; GCS: E4 V5 M6
BB :67,5 kg TB : 169 cm
Vital Sign
Nafas : 18 x/menit
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,3˚C
Status Generalis
Kepala:
CA (-), SI (-), mata cekung (-), pupil isokhor 3mm/3mm, refleks cahaya (+/+),
Leher:
Thorax:
Simetris, retraksi dinding dada (-), perkusi sonor, vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen:
Perkusi → timpani
5
Hematologi Hasil Nilai Normal
Lengkap Pre OP Post OP
6
Hemoglobin 12 11.4 11.0 – 15.0 g/dL
Leukosit 7.15 4.6 – 10 ribu/mmk
Hitung Jenis
Eosinofil 0.8 (L) 2–4%
Basofil 0.2 0–1%
Segmen 66 50 – 70 %
Netrofil
Limfosit 26.2 25 – 40 %
Monosit 4 2–6%
Hematokrit 37.7 36.9 36.0 - 47.0 %
Trombosit 310 150–450 ribu/mmk
Eritrosit 4.22 3.7–5.4 juta/mmk
Pemeriksaan Radiologi
USG
Polihidramnion (+) Detak jantung janin (-)
V. DIAGNOSIS
7
Diagnosis utama : G4P2Ab1 dengan IUFD
Diagnosis tambahan : Polihidramnion, Anomali Kongenital, Riwayat obstetri
jelek
8
4. Sign out, penutupan Sign out +
luka operasi Jahit peritoneum – otot jelujur dengan plain catgut
no. 0. Jahit fascia – fat jelujur dengan Tvio no. 2/0.
Kulit jahit subcuticuler dengan Tvio no. 2/0. Tutup
luka dengan kassa steril diplester hypafix.
Follow up
No Tanggal Pemeriksaan
1 20 Mei 2018 S: nyeri di bekas jahitan, skala nyeri 6
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
9
rahim dengan berat badan ≥500 gram atau kematian janin dalam rahim pada kehamilan ≥20
minggu. Kematian janin merupakan hasil akhir dari gangguan pertumbuhan janin, gawat
janin, atau infeksi.
B. Epidemiologi
Di negara berkembang, angka lahir mati ini telah menurun dari 15-16 per 1000
kelahiran total pada tahun 1960-an menjadi 7-8 per 1000 kelahiran pada tahun 1990.
Terdapat sejumlah faktor resiko kelahiran mati, yaitu ras kulit hitam, meningkatnya
usia maternal, obesitas, merokok, kelahiran mati sebelumnya, perkembangan janin
terganggu, dan penyakit maternal.
Data The National Vital Statistics Report tahun 2005 menunjukkan bahwa rata-rata
jumlah kematian janin dalam kandungan terjadi sekitar 6,2 per 1000 kematian.
Usia gestasi Rerata insidensi
(minggu) kematian janin
(%)
5-7 17.5
8-11 50.6
12-15 47.0
16-19 32.8
20-27 10.7
Total 5-27 33.0
C. Faktor Predisposisi
Usia ibu >40 tahun
Ibu infertile
Hemokonsentrasi pada ibu
Riwayat bayi BBLR
Infeksi ibu (ureplasma urealitikum)
Kegemukan
Ayah berusia lanjut
D. Etiologi
Menurut Soewarto (2016), pada 25-60% kasus penyebab kematian janin tidak jelas,
tetapi pada kasus yang dapat diidentifikasi dengan jelas, penyebabnya adalah faktor maternal,
fetal, atau kelainan patologik plasenta.
1) Faktor maternal
Post term (>42 minggu)
Diabetes mellitus tidak terkontrol
10
Sistemik lupus eritematosus
Infeksi
Hipertensi
Preeklamsia
Eklamsia
Hemoglobinopati
Umur ibu
Penyakit rhesus
Ruptur uteri
Antifosfolipid syndrome
Hipotensi akut & parah
Kematian ibu
2) Faktor fetal
Kehamilan kembar
Intrauterine growth restriction
Kelainan kongenital
Kelainan genetik
Infeksi
3) Faktor plasenta
Kelainan tali pusat
Abrupsio placenta
Ketuban pecah dini
Vasa previa
E. Diagnosis
Anamnesis
Gerakan janin menghilang
Berat badan ibu menurun
Penggalian riwayat kematian janin sebelumnya dan faktor penyebab dari ibu
maupun riwayat kehamilan sebelumnya.
11
Jika kematian janin terjadi di awal kehamilan, dapat tidak ditemukan gejala
kehamilan normal seperti mual, muntah, sering berkemih payudara yang
mengeras.
Pemeriksaan fisik
Pertumbuhan janin (-)
Tinggi fundus uteri tetap atau menurun (TFU < UK)
Berat badan ibu menurun
Lingkar perut ibu mengecil
Dengan Doppler dan fetoskopi tidak dapat didengar adanya bunyi jantung janin
Pemeriksaan penunjang
hCG hCG urine negatif setelah beberapa hari kematian janin
X-ray tulang kepala kolaps, tulang kepala saling tumpang tindih (spalding
sign), tulang belakang hiperrefleksi (nojosk sign), edema sekitar tulang kepala,
gambaran gas pada jantung dan pembuluh darah (Robert sign)
Robert sign (kiri) dan spalding sign (kanan):
F. Stadium Maserasi
Janin yang mati di dalam rahim biasanya lahir dalam kondisi maserasi (proses
pembusukan steril) sehingga warna janin berubah, terjadi pelunakan jaringan,
disintregasi janin. Ciri-ciri janin yang sudah maserasi: kulit terkelupas, bintik-bintik
merah kecokelatan (akibat absorbs pigmen darah), tubuh lunak tak bertekstur, tulang
cranial longgar dan dapat digerakkan, amnion mengandung darah.
12
Stadium maserasi:
1) Rigor mortis kaku mayat, berlangsung 2,5 jam pasca kematian
2) Maserasi stadium I timbulnya lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh ini mula-
mula terisi cairan jernih, tetapi kemudian menjadi merah coklat. Berlangsung
sampai 48 jam pasca kematian.
3) Maserasi stadium II lepuh-lepuh pecah dan mudah lepas, sehingga
mewarnai amnion menjadi merah cokelat. Berlangsung setelah 48 jam pasca
kematian.
4) Maserasi stadium III edema di bawah kulit, badan janin lemas, hubungan
antar tulang longgar. Berlangsung 3 minggu pasca kematian.
13
- volume
Plasenta
- berat
- pewarnaan – meconium
- bekuan yang melekat
- abnormalitas structural – lobus circumvallate
atau lobus accessorius, insersi velamentosa
- edema – perubahan hidropik
Membran
- terwarnai – meconium, berkabut
- menebal
H. Tatalaksana
1) Lahir spontan 80% akan lahir spontan pada 2 minggu awal.
2) Persalinan anjuran:
a. Dilatasi servix dengan batang laminaria dipasang 12-24 jam kemudian
dilepas, dan dilanjutkan dengan infus oksitosin
b. Dilatasi servix dengan kateter folley (untuk UK >24 minggu) kateter
folley no 18 dimasukkan dalam canalis servicalis di luar kantong amnion,
kemudian diisi aquades 50cc lalu ujung kateter diikat dengan tali dan
diberi beban 500 gram, dilanjutkan infus oksitosin sampai his adekuat.
c. Infus oksitosin bergantung kematangan servix, dapat dihitung dengan
Bishop score, apabila ≥6 dapat dilakukan induksi.
d. Induksi prostaglandin
Pg-E 2 diberikan dalam bentuk suppositoria 20 mg, diulang 4-5 jam.
Pg-E 2 diberikan dalam bentuk suntikan im 400 mg.
14
Pg-E 2,5 mg/ml dalam larutan NaCL 0.9 %, dimulai 0,625 mg/ml
dalam infus.
Kontraindikasi: asma, alergi, cardiovascular diseases.
3) Sectio caesaria
Indikasi Absolut
Placenta previa
Kepala panggul disproporsi
Riwayat SC klasikal
Ruptur uteri
Prolaps tangan
Indikasi Relatif
LSCS (Lower Segment Caesarian Section)
Presentasi bahu
15
I. Komplikasi
Disseminated Intravascular Coagulopathy (DIC)
Bila kematian janin > 2 minggu.
Kadar fibrinogen dalam darah akan menurun bila kematian janin >3 minggu
kecenderungan koagulopati.
16
Janin yang mati kebocoran tromboplastin dan bahan seperti tromboplastin yang
melintasi plasenta menuju sirkulasi ibu konsumsi faktor – faktor koagulasi
termasuk faktor V, VIII, protrombin dan trombosit manifestasi klinis koagulopati
intravascular diseminata
Ensefalomalasia multikistik
Hal ini dapat terjadi pada kehamilan kembar, terutama kehamilan monozigotik
dimana memiliki sirkulasi bersama antara janin kembar yang masih hidup dengan
yang salah satunya meninggal. Dalam hal ini sering kali mengakibatkan kematian
segera janin lainnya. Jika janin kedua masih dapat bertahan hidup, maka janin tersebut
memiliki risiko tinggi terkena ensefalomalasia multikistik.
Dampak psikologis
Dapat timbul terutama setelah lebih dari 2 minggu kematian janin yang dikandung.
J. Pencegahan
Upaya mencegah kematian janin, khususnya yang sudah atau mendekati aterm adalah
bila ibu merasa gerakan janin menurun, tidak bergerak atau gerakan janin terlalu keras,
perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi. Perhatikan adanya solusio plasenta.
Pada gemeli dengan TT (twin to twin transfusion) pencegahan dilakukan dengan
koagulasi pembuluh anastomosis.
Riwayat obstetri jelek adalah mereka yang pernah mengalami keguguran atau pendarahan
berulang, melahirkan dini, atau pernah melahirkan janin yang sudah meninggal, atau
mengalami pendarahan setelah melahirkan.
B. Kriteria ROJ
1. Ibu dengan kehamilan kedua, dimana kehamilan yang pertama mengalami:
a. Keguguran
b. Lahir belum cukup bulan
17
c. Lahir mati
d. Lahir hidup lalu mati umur ≤ 7 hari
2. Kehamilan ketiga atau lebih, kehamilan yang lalu pernah mengalami keguguran ≥ 2
kali
3. Kehamilan kedua atau lebih, kehamilan terakhir janin mati dalam kandungan.
4. Riwayat persalinan dengan tindakan (Vacum ekstraksi, Forcep, dan atau operasi SC)
a. Persalinan yang ditolong dengan tindakan/alat melalui jalan lahir biasa atau
per-vaginam:
i. Tindakan dengan cunam/forcep/vakum. Bahaya yang dapat terjadi:
Robekan / perlukaan jalan lahir
Perdarahan pasca persalinan
ii. Manual plasenta
Tindakan pengeluaran plasenta dari rongga rahim dengan
menggunakan tangan.
Tindakan ini dilakukan pada keadaan bila: Ditunggu setengah
jam plasenta tidak dapat lahir sendiri; Setelah bayi lahir serta
plasenta belum lahir dan terjadi perdarahan banyak > 500 cc
Bahaya yang dapat terjadi: Radang (bila tangan penolong tidak
steril); Perforasi (bila jari si penolong menembus rahim);
Perdarahan
b. Persalinan dengan per abdominal/ sectio sesarea Ibu hamil, pada persalinan
yang lalu dilakukan operasi sesar. Oleh karena itu pada dinding rahim ibu
terdapat cacat bekas luka operasi.
Bahaya pada robekan rahim : kematian janin dan kematian ibu, perdarahan
dan infeksi.
5. Ibu dengan riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu dengan Pre eklampsia
dan eklampsia.
6. Riwayat kehamilan dengan perdarahan ante partum
Perdarahan dapat terjadi pada:
a. Plasenta Previa Plasenta melekat dibawah rahim dan menutupi
sebagian / seluruh mulut rahim.
b. Solusio Plasenta Plasenta sebagian atau seluruhnya lepas dari
tempatnya. Biasanya disebabkan karena trauma / kecelakaan, tekanan darah
tinggi atau pre-eklamsia, maka terjadi perdarahan pada tempat
melekatplasenta. Akibat perdarahan, dapat menyebabkan adanya penumpukan
darah beku dibelakang plasenta.
18
b. Dapat membahayakan ibu jika: a) Kehilangan darah, timbul anemia berat
dan syok b) Ibu dapat meninggal
c. Dapat membahayakan janinnya yaitu mati dalam kandungan.
7. Riwayat kehamilan dengan kelainan letak.
POLIHIDRAMNION
A. Definisi
Polihidramnion adalah kondisi dimana terdapat jumlah air ketuban melebihi batas
normal. Amniotic Fluid Index normal pada kehamilan adalah 5-24 cm, apabila di
bawah 5 disebut oligohidramnion, dan apabila di atas 24 disebut polihidramnion.
B. Kategori
Ringan AFI 25-29,9
Sedang AFI 30-34,9
Berat AFI >35
C. Etiologi
19
ANOMALI KONGENITAL
A. Definisi
DAFTAR PUSTAKA
Prawiroharjo, Sarwono. (2009). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Soewarto, Soetomo. (2016). Ilmu Kebidanan: Kematian Janin. Jakarta: PT Bina Pustaka
RCOG. (2010). Late Intrauterine Fetal Death and Stillbirth. Greentop Guideline no. 55.
[diakses pada 05 Juni 2018]. Sumber:
https://www.rcog.org.uk/globalassets/documents/guidelines/gtg_55.pdf
20
Rochjati, P. (2003). Skrining Antenatal pada Ibu Hamil. Surabaya: Pusat safemotherhood.
21