Anda di halaman 1dari 18

ACARA II

KOMPETISI INTER DAN INTRA SPESIFIK SEBAGAI


FAKTOR PEMBATAS BIOTIK

I. TUJUAN
1. Mengetahui pengaruh faktor biotik terhadap pertumbuhan tanaman
2. Mengetahui tanggapan tanaman terhadap tekanan kompetisi inter dan intra spesifik
II. TINJAUAN PUSTAKA

Interaksi adalah hubungan antara makhluk hidup yang satu dengan yang lainnya. Ada
dua macam interaksi berdasarkan jenis organisme yaitu intraspesies dan interspesies.
Interaksi intraspesies adalah hubungan antara organisme yang berasal dari satu spesies,
sedangkan interaksi interspesies adalah hubungan yang terjadi antara organisme yang
berasal dari spesies yang berbeda. Secara garis besar interaksi intraspesies dan
interspesies dapat dikelompokkan menjadi beberapa bentuk dasar hubungan, yaitu
netralisme, mutualisme, parasitisme, predatorisme, kooperasi, kompetisi, komensalisme,
dan antagonis (Dwidjoseputro, 1991).
Salah satu interaksi intraspesies dan interspesies adalah kompetisi. Kompetisi adalah
interaksi antara dua organisme yang berusaha untuk hal sama. Interaksi kompetisi
interspesifik biasanya berpengaruh terhadap pertumbuhan dan proses bertahan hidup oleh
dua atau lebih spesies dari suatu populasi. Interaksi kompetisi melibatkan ruang lingkup,
makanan, nutrisi, cahaya matahari, dan tipe-tipe lain dari interaksi. Kompetisi
interspesifik dapat menghasilkan penyesuaian keseimbangan oleh dua spesies atau dari
satu populasi menggantikan yang lain (Odum, 1983).
Kompetisi terjadi apabila tanaman mencapai tingkat pertumbuhan tertentu dan akan
semakin keras dengan pertambahan ukuran tanaman dengan umur. Kemampuan suatu
tanaman dipengaruhi oleh kemampuan suatu organ yang melakukan kompetisi. Daun dan
akar merupakan bagian yang berperan aktif dalam kompetisi. Akar yang memiliki luas
permukaan lebar, daun yang banyak, lebar, dan tersebar di seluruh tubuh tanaman akan
meningkatkan kompetisi, akibatnya kompetisi tanaman pun tinggi (Fuller and Caronthus,
1964).
Terdapat dua kompetisi yang umum, yaitu kompetisi intraspesifik (intraspecific
competition) dan kompetisi interspesifik (interspecific competition). Kompetisi
intraspesifik adalah kompetisi antar individu yang sama, sedangkan kompetisi
interspesifik adalah kompetisi antar spesies yang berbeda. Kompetisi yang dimaksud
adalah persaingan dalam mendapatkan sumber daya yang akan menjamin kelangsungan
dan keberlanjutan hidup seperti makanan, kandang, air minum, dan lainnya (Cahyani,
2015).
Kompetisi dalam memperebutkan sumber daya alam di antara tanaman sudah lama
dianggap dapat menghasilkan stress bagi tanaman sehingga memiliki peran penting dalam
menentukan distribusi spesies evolusi mereka. Misalnya, banyak spesies bisa ditemukan
di botani kebun apabila diisolasi dari interaksi dengan tanaman lainnya, tetapi tidak akan
mempertahankan diri ketika mereka dihadapkan pada persaingan dari spesies lain (Craine
and Dybzinski, 2012).
Dalam usaha mengkomposisikan jenis-jenis tanaman, perlu diketahui bahwa
hubungan sesama tanaman tertentu memerlukan bantuan tanaman tertentu pula.
Tumbuhan dapat menghasilkan zat-zat yang dapat merangsang atau meracuni jenis
tumbuhan lain. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya hubungan sesame
tanaman seperti karena adanya kompetisi yang disebabkan oleh kekurangan sumber daya
yang terbatas dan dapat juga disebabkan oleh senyawa kimia yang dihasilkan oleh
tumbuhan tertentu yang dapat mempengaruhi tumbuhan lain.
Contoh interaksi kompetisi terdapat pada interaksi antara tanaman jagung dan rumput
teki. Tanaman jagung dan rumput teki apabila ditanam pada suatu media yang sama akan
melakukan interaksi berupa kompetisi baik dalam memperebutkan unsur hara, cahaya
matahari, air, dan tempat tumbuh. Pada suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
pertumbuhan tanaman jagung yang bersaing dengan rumput teki pada pengaruh cekaman
garam, diperoleh hasil penelitian bahwa pada kultur tunggal terjadi persaingan
intraspesies antara tanaman jagung maupun rumput teki sedangkan pada kultur campuran
terjadi persaingan interspesies antara tanaman jagung dan rumput teki. Pada perlakuan 0
ppm dan 500 ppm rumput teki lebih dominan daripada tanaman jagung. Sedangkan pada
perlakuan 1500 ppm, tanaman jagung dan rumput teki terhambat pertumbuhannya
(Pranasari dkk., 2012).
Contoh interaksi antar tanaman lainnya bisa dilihat pada sistem tumpangsari.
Tumpangsari merupakan salah satu bercocok tanam yang mencampur proses penanaman
(polyculture), dalam suatu lahan yang sama dan waktu yang sama, hal ini di lakukan
untuk mencapai produksi yang tinggi karena dengan tumpang sari tanaman pokok bisa
tumbuh selayaknya pertumbuhan dan tidak terganggu oleh tanaman tumpangsarinya.
Contoh tanaman tumpang sari seperti jagung dan kedelai, atau jagung dan kacang tanah.
Tumpangsari atau di kenal dengan double-cropping memeiliki banyak keuntungan
contohnya pada hama tanaman yang tidak menyukai tanaman tumpangsari, hal ini
membuat hama yang menyerang tidak jadi untuk menyerang (Zainudhin, 2015).
Tumpangsari dapat di lakukan untuk tanaman tunggal atau monokultur. Keberhasilan
sistem tumpangsari ditentukan oleh berbagai faktor di antaranya bentuk interaksi
interspesifik dan intraspesifik kombinasi tanaman yang memungkinkan (Gonggo et al.,
2003 cit., Capriyati dkk., 2014).

III. METODE PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Praktikum acara 1 dengan judul Kompetisi Inter dan Intra Spesifik sebagai Faktor
Pembatas Biotik dilaksanakan di Laboratorium Manajemen Produksi Tanaman, Sub
Laboratorium Ekologi Tanaman pada tanggal 01 Maret 2018. Bahan yang digunakan
pada praktikum ini antara lain yaitu kacang panjang (Vigna unguiculata), sorgum
(Sorghum bicolor L.) dan kacang tanah (Arachis Hipogaea), polybag, pupuk kandang,
kantong kertas dan kertas label. Sedangkan alat-alat yang digunakan yaitu penggaris,
timbangan analitik, dan oven sebagai pengering.

Langkah kerja praktikum ini dimulai dengan diisinya polybag dengan tanah yang
sudah dicampur dengan pupuk kandang sebanyak 3 kg. Langkah selanjutnya yaitu dipilih
biji yang sehat dari jenis tanaman jenis tanaman yang akan ditanam, kemudian ditanam
ke dalam polybag sesuai perlakuan sebagai berikut : a). monokultur kacang tanah
sejumlah 2, 4 dan 6 tanaman ; b). polikultur kacang tanah – sorgum (1+1, 2+2, dan 3+3)
tanaman ; c). polikultur kacang tanah – kacang panjang sejumlah (1+1, 2+2, dan 3+3)
tanaman). Tiap polybag diberi label yang mudah dibaca sesuai perlakuan dan ulangan
sebagai pencegah tertukarnya data pengamatan. Penyiraman dilakukan setiap hari sampai
21 hari. Pengamatan dilakukan 2 kali sehari mulai dari tanaman berumur 7 hingga 21
hari. Pengamatan meliputi Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun. Kemudian dilakukan
pemanenan setelah 21 hari dan diamati Panjang Akar, Bobot Segar, Bobot Kering
Tanaman, dan Luas Daun. Setelah data terkumpul dihitung rerata seluruh ulangan pada
tiap perlakuan, selanjutnya dibuat grafik tinggi tanaman pada masing-masing perlakuan
kacang tanah vs hari pengamatan, grafik jumlah daun pada masing-masing perlakuan
kacang tanah vs hari pengamatan, histogram panjang akar pada masing-masing
perlakuan kacang tanah tiap komoditas, histogram bobot segar dan bobot kering pada
masing-masing perlakuan kacang tanah, dan histogram luas daun pada masing-masing
perlakuan kacang tanah.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. HASIL

Tabel 1. Tinggi tanaman

Tanaman Perlakuan Tinggi Tanaman (cm) pada pengamatan ke-n


1 2 3 4 5 6 7 8
KT mono 2 2,63 3,92 6,76 9,33 10,87 12,38 14,03 15,31
mono 4 2,77 4,20 6,95 9,49 10,32 11,44 13,18 14,83
mono 6 2,67 4,08 6,45 8,45 9,32 10,19 11,17 12,23
KT-KP 1+1 2,23 3,27 5,7 7,55 9,15 9,93 10,9 11,77
2+2 2,29 3,32 5,43 7,63 8,86 9,82 11,01 12,06
3+3 2,31 3,37 5,80 7,91 9,28 10,35 11,55 12,80
KT-S 1+1 2,14 3,42 6 8,74 9,37 10,87 12,14 11,57
2+2 2,22 3,78 6,17 8,85 9,89 11,17 13,40 14,73
3+3 2,32 3,58 5,71 8,16 9,09 10,61 12,29 13,65

Tabel 2. Jumlah daun tanaman

Tanaman Perlakuan Jumlah daun pada pengamatan ke-n


1 2 3 4 5 6 7 8
KT mono 2 8 13 18 20 22 23 25 27
mono 4 7 12 15 17 19 20 23 24
mono 6 7 12 15 17 19 20 21 24
KT-KP 1+1 5 13 15 17 21 23 25 29
2+2 5 11 16 17 20 21 23 25
3+3 3 10 14 17 19 21 23 25
KT-S 1+1 5 13 15 19 20 23 27 28
2+2 4 11 16 18 21 22 24 26
3+3 6 11 14 17 19 20 22 24

Tabel 3. Bobot segar, bobot kering, panjang akar, luas daun tanaman monokultur

Tanaman Perlakuan Bobot Bobot Panjang Luas


Segar (gram) Kering Akar (cm) Daun (cm)
(gram)
KT mono 2 4,22 0,75 17,76 125,37
mono 4 3,73 0,71 16,40 115,09
mono 6 3,10 0,70 15,08 111,73
KT-KP 1+1 4,52 0,91 15,28 93,41
2+2 3,36 0,56 16,31 55,64
3+3 3,13 0,61 15,85 56,72
KT-S 1+1 4,48 0,81 14,12 100,00
2+2 3,57 0,73 16,93 91,00
3+3 4,43 0,69 14,96 80,86
B. PEMBAHASAN

Tinggi Tanaman Monokultur


18
16
Tiggi Tanaman (cm)

14
12
10
mono 2
8
6 mono 4
4 mono 6
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Hari

Gambar 1. Grafik tinggi tanaman pola tanaman monokultur

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa pertumbuhan tinggi tanaman paling
tinggi terdapat pada monokultur 2, diikuti dengan monokultur 4, dan yang paling rendah
terdapat pada monokultur 6. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa pada pola
tanam monokultur, kompetisi terhadap nutrisi dalam tanah akan meningkat seiring dengan
banyaknya jumlah tanaman yang ditanam.

Tinggi Tanaman Polikultur KT - KP


14
12
Tinggi Tanaman (cm)

10
8
1+1
6
2+2
4
3+3
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Hari

Gambar 2. Grafik tinggi tanaman pola tanam polikultur kacang tanah-kacang panjang
Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa pertumbuhan tinggi tanaman pola
tanam polikultur kacang tanah-kacang panjang paling optimum dan mencapai tinggi
maksimal paling tinggi terdapat pada polikultur 3+3, diikuti dengan polikultur 2+2, dan yang
paling rendah terdapat pada polikultur 1+1. Data tersebut menunjukkan adanya anomali hasil
praktikum dengan teori karena seharusnya tinggi tanaman polikultur kacang tanah-kacang
panjang yang paling tinggi terdapat pada polikultur 1+1 karena semakin sedikit jumlah
tumbuhan yang ada, tingkat kompetisi terhadap nutrisi dan sinar matahari semakin rendah.

Tinggi Tanaman Polikultur KT - S


16
14
Tinggi Tanaman (cm)

12
10
8 1+1
6 2+2
4 3+3
2
0
1 2 3 4 5 6 7 8
Hari

Gambar 3. Grafik tinggi tanaman pola tanam polikultur kacang tanah-sorgum

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa nilai tinggi tanaman paling tinggi
terdapat pada pola tanam polikultur 2+2 diikuti dengan pola tanam polikultur 3+3 dan yang
paling rendah serta mengalami penurunan yang signifikan terdapat pada polikultur 1+1. Hal
tersebut menunjukkan anomali antara hasil praktikum dengan teori karena seharusnya tinggi
tanaman yang paling tinggi terdapat pada polikultur 3+3 dan diikuti polikultur 2+2 lalu 1+1
karena tanaman kacang tanah dengan sorgum saling bersimbiosis mutualisme sehingga
semakin banyak jumlah tanaman maka pertumbuhannya semakin optimal. Adanya
ketidaksesuaian antara hasil praktikum dan teori ini dapat terjadi karena faktor-faktor lain
yang mempengaruhi seperti masih adanya pengaruh kompetisi intraspesifik antara kacang
tanah dengan sorgum yang menyebabkan tingkat kompetisi terhadap nutrisi pada polikultur
2+2 dan 3+3 lebih tinggi daripada polikultur 1+1.
Jumlah Daun Tanaman Monokultur
30

25
Jumlah Daun
20

15 mono 2
mono 4
10
mono 6
5

0
1 2 3 4 5 6 7 8
Hari

Gambar 4. Grafik jumlah daun tanaman pola tanam monokultur

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa jumlah daun terbanyak terdapat
pada tanaman dengan pola monokultur 2, diikuti dengan monokultur 4, dan yang paling
sedikit terdapat pada monokultur 6. Hal tersebut sesuai dengan teori yang ada yang
menyatakan bahwa tingkat kompetisi terhadap sinar matahari dan nutrisi pada monokultur 2
lebih sedikit daripada monokultur 4 dan monokultur 6 sehingga daun mendapatkan nutrisi
dan sinar matahari yang cukup dibandingkan dengan yang lain.

Jumlah Daun Tanaman Polikultur KT - KP


30

25
Jumlah Daun

20

15 1+1
2+2
10
3+3
5

0
1 2 3 4 5 6 7 8
Hari

Gambar 5. Grafik jumlah daun tanaman pola tanam polikultur kacang tanah-kacang panjang

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa jumlah daun tanaman pola tanam
polikultur kacang tanah-kacang panjang paling banyak terdapat pada polikultur 1+1, diikuti
dengan polikultur 2+2 dan yang paling sedikit terdapat pada polikultur 3+3. Hal tersebut
sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa semakin sedikit jumlah tanaman, semakin
rendah pula tingkat kompetisi terhadap nutrisi dan cahaya matahari sehingga pertumbuhan
tanaman pada polikultur 1+1 lebih optimal daripada yang lain.

Jumlah Daun Tanaman Polikultur KT - S


30

25
Jumlah Daun

20

15 1+1
2+2
10
3+3
5

0
1 2 3 4 5 6 7 8
Hari

Gambar 6. Grafik jumlah daun tanaman pola tanam polikultur kacang tanah-sorgum

Berdasarkan grafik di atas, dapat diketahui bahwa jumlah daun tanaman paling
banyak terdapat pada polikultur 1+1, diikuti dengan polikultur 2+2, dan yang paling sedikit
terdapat pada polikultur 3+3. Sama seperti pembahasan pada tinggi tanaman polikultur
kacang tanah dengan sorgum, hal tersebut menunjukkan anomali antara hasil praktikum
dengan teori karena seharusnya jumlah daun terbanyak terdapat pada polikultur 3+3 dan
diikuti polikultur 2+2 lalu 1+1 karena tanaman kacang tanah dengan sorgum saling
bersimbiosis mutualisme sehingga semakin banyak jumlah tanaman maka pertumbuhannya
semakin optimal. Adanya ketidaksesuaian antara hasil praktikum dan teori ini dapat terjadi
karena faktor-faktor lain yang mempengaruhi seperti masih adanya pengaruh kompetisi
intraspesifik antara kacang tanah dengan sorgum yang menyebabkan tingkat kompetisi
terhadap nutrisi pada polikultur 2+2 dan 3+3 lebih tinggi daripada polikultur 1+1.
Panjang Akar Monokultur
18

Panjang Akar ( cm )
17

16

15

14

13
Monokultur 2 Monokultur 4 Monokultur 6
Perlakuan

Gambar 7. Histogram panjang akar monokultur

Berdasarkan histogram di atas, dapat diketahui bahwa panjang akar terpanjang


terdapat pada pola tanam monokultur 2, diikuti dengan monokultur 4, dan yang paling
pendek terdapat pada monokultur 6. Hal tersebut menunjukkan adanya anomali antara hasil
praktikum dengan teori karena seharusnya pola tanam monokultur 6 memiliki akar terpanjang
daripada monokultur 2 dan 4 karena pada pola tanam tersebut terjadi persaingan yang tinggi
dalam memperebutkan nutrisi di dalam tanah, sehingga akar tanaman akan lebih panjang
untuk memudahkannya dalam mencari dan menyerap nutrisi dari dalam tanah. Dan
sebaliknya akar terpendek seharusnya terdapat pada pola tanam monokultur 2 dimana tingkat
persaingan terhadap nutrisi pada pola tanam tersebut cukup rendah sehingga akar tanaman
tidak begitu panjang. Adanya ketidaksesuaian antara hasil praktikum dengan teori tersebut
dapat terjadi karena adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi seperti ketersediaan air
dan intensitas cahaya matahari. Apabila ketersediaan air dan intensitas cahaya matahari pada
monokultur 2 lebih baik daripada monokultur 4 dan 6, maka pertumbuhan tanaman
monokultur 2 bisa lebih baik daripada monokultur 4 dan 6.
Panjang Akar Polikultur KT - KP
16.4
16.2

Panjang Akar ( cm )
16
15.8
15.6
15.4
15.2
15
14.8
14.6
Polikultur 1+1 Polikultur 2+2 Polikultur 3+3
Perlakuan

Gambar 8. Histogram panjang akar polikultur kacang tanah-kacang panjang


Berdasarkan histogram di atas, dapat diketahui bahwa panjang akar polikultur kacang
tanah-kacang panjang terpanjang terdapat pada pola tanam polikultur 2+2, diikuti dengan
polikultur 3+3, dan akar terpendek terdapat pada polikultur 1+1. Hal tersebut menunjukkan
adanya anomali antara hasil praktikum dengan teori dimana seharusnya panjang akar
tanaman polikultur 2+2 lebih pendek daripada polikultur 3+3 karena jumlah tanamannya
lebih sedikit sehingga tingkat persaingannya relatif lebih rendah. Berbeda dengan polikultur
3+3 dimana tingkat persaingannya lebih tinggi sehingga akar tanamannya lebih panjang
untuk memudahkannya dalam mencari dan menyerap nutrisi dari dalam tanah. Adanya
ketidaksesuaian antara hasil praktikum dengan teori tersebut dapat disebabkan oleh adanya
perbedaan ketersediaan air, kualitas benih yang digunakan, serta intensitas cahaya matahari
yang diterima.

Panjang Akar Polikutur KT - S


17.5
17
Panjang Akar ( cm )

16.5
16
15.5
15
14.5
14
13.5
13
12.5
Polikultur 1+1 Polikultur 2+2 Polikultur 3+3
Perlakuan

Gambar 9. Histogram panjang akar polikultur kacang tanah-sorgum


Berdasarkan histogram di atas, dapat diketahui bahwa panjang akar polikultur kacang
tanah-sorgum terpanjang terdapat pada pola tanam polikultur 2+2, diikuti dengan polikultur
3+3 dan akar terpendek terdapat pada polikultur 1+1. Hal tersebut menunjukkan adanya
anomali antara hasil praktikum dengan teori yang menyebutkan bahwa akar paling panjang
seharusnya terdapat pada pola tanam dengan tingkat persaingan yang tinggi yaitu pada pola
tanam 3+3 sehingga memudahkan tanaman tersebut dalam mencari dan menyerap nutrisi dari
dalam tanah. Adanya ketidaksesuaian antara hasil praktikum dengan teori tersebut dapat
disebabkan oleh adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi seperti perbedaan kualitas
benih yang digunakan sehingga mempengaruhi pertumbuhan tanaman itu sendiri, serta
perbedaan ketersediaan air dan intensitas cahaya yang diterima tanaman.

Luas Daun Tanaman Monokultur


130

125
Luas Daun (cm^2)

120

115

110

105

100
Monokultur 2 Monokultur 4 Monokultur 6
Perlakuan

Gambar 10. Histogram luas daun tanaman monokultur


Berdasarkan histogram di atas, dapat diketahui bahwa luas daun tanaman terbesar
terdapat pada pola tanam monokultur 2, diikuti dengan monokultur 4, dan luas daun terkecil
terdapat pada monokultur 6. Hal tersebut sudah sesuai dengan teori karena semakin banyak
jumlah tanaman maka persaingan terhadap cahaya matahari dan nutrisi akan semakin tinggi
yang berakibat pada kecilnya nilai luas daun tanaman dan begitu pula sebaliknya, semakin
sedikit jumlah tanaman maka tingkat persaingan akan semakin rendah sehingga luas daun
tanaman yang dihasilkan akan semakin besar.
Luas Daun Tanaman Polikultur KT - KP
100
90
80
Luas Daun (cm^2) 70
60
50
40
30
20
10
0
Polikultur 1+1 Polikultur 2+2 Polikultur 3+3
Perlakuan

Gambar 11. Histogram luas daun tanaman polikultur kacang tanah-kacang panjang
Berdasarkan histogram di atas, dapat diketahui bahwa luas daun tanam terbesar
terdapat pada pola tanam polikultur 1+1, diikuti dengan polikultur 3+3 dan polikultur 2+2
dengan selisih 1,12 cm2. Hal tersebut sudah sesuai dengan teori karena seharusnya semakin
banyak jumlah tanaman maka persaingan terhadap cahaya matahari yang terjadi antara
kacang tanah dan kacang panjang serta persaingan nutrisi yang terjadi antar tanaman kacang
tanah dan kacang panjang akan semakin tinggi yang berakibat pada luas daun tanaman yang
rendah dan begitu pula sebaliknya, semakin sedikit jumlah tanaman maka tingkat
persaingannya semakin kecil sehingga luas daun tanaman yang dihasilkan akan semakin
kecil.

Luas Daun Tanaman Polikultur KT - S


120

100
Luas Daun (cm^2)

80

60

40

20

0
Polikultur 1+1 Polikultur 2+2 Polikultur 3+3
Perlakuan

Gambar 12. Histogram luas daun tanaman polikultur kacang tanah-sorgum


Berdasarkan histogram di atas, dapat diketahui bahwa luas daun tanaman polikultur
kacang tanah-sorgum terluas terdapat pada pola tanam polikultur 1+1, diikuti polikultur 2+2,
dan yang paling sempit terdapat pada polikultur 3+3. Data tersebut menunjukkan adanya
anomali antara hasil praktikum dengan teori karena seharusnya luas daun tanaman terluas
terdapat pada polikultur 3+3, diikuti dengan polikultur 2+2 dan yang paling sempit terdapat
pada polikultur 1+1 karena pada tanaman kacang tanah dan sorgum terdapat hubungan
simbiosis mutualisme sehingga pertumbuhan tanaman paling optimal pada polikultur dengan
jumlah tanaman terbanyak atau pada polikultur 3+3. Adanya ketidaksesuaian antara hasil
praktikum dengan teori tersebut dapat disebabkan karena masih adanya pengaruh kompetisi
intraspesifik antar tanaman kacang tanah dan sorgum itu sendiri.

Bobot Segar dan Bobot Kering Monokultur


4.50
4.00
3.50
3.00
Axis Title

2.50
2.00 Bobot Segar
1.50 Bobot Kering
1.00
0.50
0.00
mono 2 mono 4 mono 6
Perlakuan

Gambar 13. Histogram bobot segar dan bobot kering monokultur kacang tanah
Berdasarkan histogram di atas, dapat diketahui bahwa bobot segar dan bobot kering
tertinggi monokultur kacang tanah terdapat pada pola tanam monokultur 2, diikuti dengan
monokultur 4 dan yang paling rendah terdapat pada monokultur 6. Hal tersebut sudah sesuai
dengan teori karena tingkat persaingan terhadap faktor air pada monokultur 2 lebih rendah
daripada monokultur 4 dan monokultur 6 sehingga kandungan air tanaman pada monokultur
2 lebih tinggi dari pada monokultur 4 dan 6.
Bobot Segar dan Bobot Kering Polikultur KT-KP
5.00
4.50
4.00
3.50
Bobot (gram)

3.00
2.50
Bobot Segar
2.00
Bobot Kering
1.50
1.00
0.50
0.00
1+1 2+2 3+3
Perlakuan

Gambar 14. Histogram bobot segar dan bobot kering polikultur kacang tanah-kacang panjang
Berdasarkan histogram di atas, dapat diketahui bahwa bobot segar polikultur kacang
tanah-kacang panjang tertinggi terdapat pada pola tanam polikultur 1+1, diikuti dengan
polikultur 2+2 dan yang paling rendah terdapat pada polikultur 3+3. Hal ini sudah sesuai
dengan teori karena tingkat persaingan terhadap faktor air pada polikultur 1+1 lebih rendah
daripada polikultur 2+2 dan 3+3 sehingga kandungan air pada tanaman polikultur 1+1 lebih
tinggi daripada polikultur 2+2 dan 3+3.
Sementara itu, bobot kering tanaman polikultur kacang tanah-kacang panjang
tertinggi terdapat pada pola tanam polikultur 1+1, diikuti dengan polikultur 3+3 dan yang
paling rendah terdapat pada polikultur 3+3. Data tersebut menunjukkan adanya anomali
antara hasil praktikum dengan teori karena seharusnya bobot kering tanaman polikultur 2+2
daripada polikultur 3+3 karena bobot segar tanaman polikultur 2+2 lebih tinggi daripada
polikultur 3+3. Adanya ketidaksesuaian antara hasil praktikum dengan teori tersebut dapat
disebabkan karena adanya faktor lain yang mempengaruhi seperti perbedaan ketelitian alat
penimbang yang digunakan.
Bobot Segar dan Bobot Kering Polikultur KT-
S
5.00
4.50
4.00
3.50
Bobot (gram)

3.00
2.50
Bobot Segar
2.00
1.50 Bobot Kering
1.00
0.50
0.00
1+1 2+2 3+3
Perlakuan

Gambar 15. Histogram bobot segar dan bobot kering polikultur kacang tanah-sorgum
Berdasarkan histogram di atas, dapat diketahui bahwa bobot segar polikultur kacang
tanah-sorgum tertinggi terdapat pada pola tanam polikultur 1+1, diikuti dengan polikultur
3+3 dan yang paling rendah terdapat pada polikultur 2+2. Data tersebut menunjukkan adanya
anomali antara hasil praktikum dengan teori karena seharusnya bobot segar tanaman
polikultur 3+3 lebih tinggi daripada polikultur 1+1 karena adanya simbiosis mutualisme
antara tanaman kacang tanah dengan sorgum sehingga pertumbuhan tanaman terjadi secara
optimal pada polikultur 3+3.
Sementara itu, bobot kering polikultur kacang tanah-sorgum paling tinggi terdapat
pada polikultur 1+1 dan yang paling rendah terdapat pada polikultur 3+3. Sama seperti bobot
segar, data tersebut menunjukkan adanya anomali antara hasil praktikum dengan teori karena
seharusnya bobot kering tanaman polikultur 3+3 lebih tinggi daripada polikultur 1+1 yang
disebabkan oleh adanya hubungan simbiosis mutualisme antara sorgum dengan kacang tanah
sehingga semakin banyak jumlah tanaman maka pertumbuhannya semakin optimal. Adanya
ketidaksesuaian antara hasil praktikum dengan teori tersebut dapat terjadi karena adanya
faktor lain yang mempengaruhi seperti masih adanya pengaruh kompetisi intraspesifik antara
sorgum dengan kacang tanah dan perbedaan ketelitian alat penimbang yang digunakan.
V. KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Faktor biotik sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Dalam praktikum


ini, faktor biotik yang digunakan yaitu tanaman dengan spesies yang sama serta
tanaman dengan spesies yang berbeda.
2. Adanya pengaruh faktor biotik tersebut akan berdampak pada penggunaan nutrisi,
sinar matahari, dan ketersediaan air yang berkaitan erat dengan produktivitas suatu
tanaman.

VI. SARAN

Pada praktikum ini ada baiknya metode pelaksanaan praktikum dipahami terlebih
dahulu sehingga tidak terjadi dalam praktikum yang mengakibatkan pengulangan
pengamatan.
DAFTAR PUSTAKA

Cahyani, Guntario S. 2015. Prediksi Skenario Kompetisi dalam Kompetisi Interspesifik Dua
Spesies Menggunakan Metode Euler. Makalah. Institut Teknologi Bandung. Bandung:
tidak diterbitkan.
Capriyati, R., Tohari, D. Kastono. 2014. Pengaruh Jarak Tanam dalam Tumpangsari Sorgum
Manis (Sorghum bicolor L. Moench) dan Dua Habitus Wijen (Sesamum indicum L.)
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil. Vegetalika 3(3): 49-62.
Craine, Joseph M., R. Dybzinski. 2012. Mechanisms of plant competition for nutriens, water
and light. Functional Ecology 27(1): 833-840.
Dwidjoseputro, D.1 991. Ekologi Manusia Dengan Lingkungannya. Jakarta: Erlangga.
Fuller, J. H. And L. B. Caronthus. 1964. The Plant World 4th ed. Holt Richard Winston, Inc.,
United State of America.
Odum, E. P. 1983. Basic Ecology. CBS College Publishing, United State of America.
Pranasari, Rizka A., T. Nurhidayati, K. I. Purwani. 2012. Persaingan tanaman jagung (Zea
mays) dan rumput teki (Cyperus ratundus) pada pengaruh cekaman garam (NaCl).
Jurnal Sains dan Seni ITS 1(1): 54-57.
Zainudhin, Zenzen. 2015. Pengertian Tumpangsari [online].
http://www.agrotani.com/pengertian-tumpang-sari/. diakses pada 27 Maret 2018
pukul 22:50.
LAMPIRAN

Monokultur 2 kacang tanah Polikultur kacang tanah-sorgum


1+1

Polikultur kacang tanah-kacang


panjang 1+1

Anda mungkin juga menyukai