Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MANAJEMEN KEUANGAN

STRUKTUR MODAL

OLEH :

RENATA TRYA F.

NIM : B.111.12.0148

UNIVERSITAS SEMARANG

FAKULTAS EKONOMI JURUSAN MANAJEMEN

2016
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Struktur modal berkaitan dengan jumlah hutang dan modal sendiri yang digunakan
untuk membiayai aktiva perusahaan. Struktur modal yang efektif mampu menciptakan
perusahaan dengan keuangan yang kuat dan stabil. Bersamaan dengan meningkatnya
pengetahuan masyarakat di bidang pasar modal dan tersedianya dana dari para calon investor
yang berminat menginvestasikan modalnya, struktur modal telah menjadi salah satu faktor
pertimbangan yang cukup penting. Hal ini terkait dengan resiko dan pendapatan yang akan
diterima.
Dalam melihat struktur modal perusahaan, investor tidak dapat dipisahkan dari
informasi perusahaan berupa laporan keuangan yang dikeluarkan setiap tahunnya. Para
investor akan melakukan berbagai analisis terkait dengan keputusan untuk menanamkan
modalnya pada perusahaan melalui informasi yang salah satunya berasal dari laporan
keuangan perusahaan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apasaja pendekatan pendekatan secara teoritis yang termasuk dalam struktur modal ?
2. Apasaja pendekatan secara konsep dalam penilaian struktur modal ?
3. Bagaimana keputusan struktur modal dalam praktik ?

1.3 Tujuan Perumusan Masalah


1. Mengetahui pendekatan teoritis apasaja yang termasuk dalam struktur modal.
2. Mengetahui pendekatan secara konsep dalam struktur modal.
3. Mengetahui bagaimana keputusan struktur modal dalam praktik.
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Pendekatan Teoritis atas Struktur Modal


2.1.1 Pengertian Modal dan Struktur Modal
Modal adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos
modal (modal saham), keuntungan atau laba yang ditahan atau kelebihan aktiva yang
dimiliki perusahaan terhadap seluruh utangnya (Munawir,2001).
Modal pada dasarnya terbagi atas dua bagian yaitu modal Aktif (Debet) dan modal Pasif
(Kredit).
Struktur Modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing dan modal
sendiri. Modal asing diartikan dalam hal ini adalah hutang baik jangka panjang maupun
dalam jangka pendek. Sedangkan modal sendiri bisa terbagi atas laba ditahan dan bisa juga
dengan penyertaan kepemilikan perusahaan.
Struktur modal adalah perimbangan / perbandingan hutang jangka panjang dengan modal
sendiri ( Riyanto, 2001 ). Struktur modal merupakan cermin dari kebijaksanaan perusahaan
dalam menentukan jenis sekuritas yang dikeluarkan, karena masalah struktur modal adalah
erat hubungannya dengan masalah kapitalisasi, dimana disusun dari jenis-jenis funds yang
membentuk kapitalisasi adalah struktur modalnya. Keputusan struktur modal berkaitan
dengan pemilihan sumber dana baik yang berasal dari dalam maupun dari luar, sangat
mempengaruhi nilai perusahaan. Sumber dana perusahaan dari internal berasal dari laba
ditahan dan depresiasi.
Dana yang diperoleh dari sumber eksternal adalah dana yang berasal dari para kreditur
dan pemilik perusahaan. Pemenuhan kebutuhan dana yang berasal dari kreditur merupakan
utang bagi perusahaan. Dana yang diperoleh dari para pemilik merupakan modal sendiri.
Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara risiko dan tingkat
pengembalian.
Penambahan utang akan memperbesar risiko perusahaan tetapi sekaligus juga
memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Risiko yang makin tinggi akibat
membesarnya utang cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatkan tingkat
pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga saham tersebut. Sruktur modal yang
optimal adalah struktur modal yang mengoptimalkan kesimbangan antara risiko dan
pengembalian sehingga memaksimumkan harga saham ( Brigham dan Houston, 2001).

2.1.2 Teori Struktur Modal

1) Agency Theory
Teori ini dikemukakan oleh Michael C. Jensen dan William H. Meckling pada tahun 1976
(Horne dan Wachowicz, 1998 dalam Saidi, 2004) ,yang menyebutkan bahwa manajemen
merupakan agen dari pemegang saham, sebagai pemilik perusahaan. Para pemegang saham
berharap agen akan bertindak atas kepentingan mereka sehingga mendelegasikan wewenang
kepada agen. Biaya yang ditimbulkan dari pengawasan yang dilakukan oleh manajemen
disebut biaya agensi. Biaya agensi menurut Horne dan Wachowicz dalam Saidi (2004) adalah
biaya-biaya yang berhubungan dengan pengawasan manajemen untuk menyakinkan bahwa
manajemen bertindak konsisten sesuai dengan perjanjian kontraktual perusahaan dengan
kreditur dan pemegang saham.

2) Signaling Theory
Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2001) adalah suatu tindakan yang
diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana
manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang
menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan setiap
modal baru yang diperlukan dengan cara-cara lain, termasuk penggunaan utang yang
melebihi target struktur modal yang normal. Pengumuman emisi saham oleh suatu
perusahaan merupakan suatu isyarat (signal) bahwa manajemen memandang prospek
perusahaan suram. Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru lebih sering
dari biasanya, maka harga sahamnya akan menurun, karena menerbitkan saham baru berarti
memberikan isyarat negatif yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek
perusahaan cerah.

3) Pecking Order Theory


Pecking order theory mengasumsikan bahwa perusahan bertujuan untuk memaksimumkan
kesejahteraan pemegang saham. Perusahaan berusaha menerbitkan sekuritas pertama dari
internal, retained earning, kemudian utang berisiko rendah dan terakhir ekuitas (Myers, 1984
dalam Perminas Pangeran, 2004). Pecking order theory memprediksi bahwa pendanaan utang
eksternal didasarkan pada defisit pendanaan internal.
Model pecking order theory memfokuskan pada motivasi manejer korporat, bukan pada
prinsip-prinsip penilaian pasar modal. Pecking order theory mencerminkan persoalan yang
diciptakan oleh asimetrik informasi. Dasar pemikirannya didasarkan pada penjelasan berikut
ini, (Meyers, 1984 dalam Perminas Pangeran, 2004) :

1. Para manejer mengetahui lebih banyak tentang perusahaan daripada investor luar,
namun mereka enggan untuk menerbitkan saham ketika percaya saham mereka adalah
undervalued.
2. Investor memahami bahwa para manajer mengetahui lebih banyak dan mereka
mencoba menerbitkan sesuai waktu yang tepat.
3. Para manejer menginterpresentasikan keputusan untuk menerbitkan ekuitas sebagai
bad news, dan perusahaan dapat menerbitkan ekiutas hanya pada harga discount.
4. Perusahaan yang bekerja berdasarkan filosofi pecking order theory dan membutuhkan
ekuitas eksternal kemungkinan tidak akan memanfaatkan kesempatan investasi yang
baik, karena saham tidak dapat dijual pada “fair Price”.
2.1.3 Teori-teori kapitalisasi
Teori kapitalisasi terbagi ke dalam dua golongan, yaitu :
1. Berdasarkan pendapatan atau earning Niali suatu perusahaan dapat ditentukan berdasarkan
pendapatan yang didapatka setiap tahunya dikalikan dengan multiplayer tertentu.
2. Berdasarkan pengeluaran atau cost Kapitalisasi perusahaan didasarkan pada cost dari fixed
capital yang digunakan dalam suatu perusahaan.

 Over dan under capitalization


· Over capitalization akan terjadi apabila :
1. Earning tidak cukup besar untuk mendapatkan fair of return dari jumlah modal yang di
investasikan , atau dengan kata lain average rate of return lebih kecil dari pada fair rate of
return.
2. Jumlah nilai securities yang ada di dalam peredaran lebih besar daripada nilai riil
dibandingkan dengan nilai assetnya.

 Under capitalization
Under capitalization terjadi apabila :
1. Average rate of return dari perusahaan tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rate
of return dari modal yang diinvestasikan dalam perusahaan yang sejenis lainya.
2. Jumlah nilai security yang tercantum dalam nereca jauh lebih kecil daripada nilai riil
daripada assetnya.

2.1.4 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal


1. Tingkat Penjualan

Perusahaan dengan penjualan stabil, cashflow relatif stabil, shg dpt menggunakan hutang
relatif besar
2. Struktur Aktiva

Perusahaan dg aktiva tetap besar (sbg kolateral) dpt menggunakan hutang relatif besar
3. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan

Semakin cepat pertumbuhan perusahaan, semakin besar kebutuhan dana untuk ekspansi.
4. Profitabilitas

Pecking order theory menyatakan, bahwa urutan pembiayaan ; laba


ditahan → hutang → jual saham baru (utk menghindari pengawasan eksternal)
5. Variabel Laba & perlindungan pajak (tax shield)

Jika variabilitas laba kecil, besar kemampuan menanggung beban tetap dari hutang.
Penggunaan hutang memberi manfaat perlindungan pajak.
6. Skala perusahaan
Perusahaan besar memiliki akses besar masuk pasar modal, shg ada korelasi positif antara
skala perusahaan dg debt to book value of equity ratio.
7. Kondisi intern perusahaan & ekonomi makro

Saat yg tepat menjual saham/obligasi; tingkat bunga pasar rendah & pasar bursa
sdgbullish (lawan dari bearish)

2.2 Pendekatan-Pendekatan Konsep Penilaian Struktur Modal


1. Teori pendekatan laba bersih ( net income approach) NI
Pendekatan ini dapat diasumsikan investor mengkapitalisasi atau menilai laba
perusahaan dengan tingkat kapitalisasi ( Ko ) yang konstan dan perusahaan dapat
meningkatkan jumlah utangnya dengan tingkat biaya utang ( Kd ) yang juga konstan. Hal ini
juga dapat diartikan karena tingkat kapitalisasi dan tingkat biaya utang konstan atau tetap
maka semakin besar jumlah utang perusahaan maka biaya modal rata-rata tertimbang akan
semakin kecil

2. Teori pendekatan laba operasi bersih ( operating net income approach ) NOI
Teori ini diasumsikan biaya modal rata-rata tertimbang ( Ke ) konstan, berapapun
jumlah utang perusahaan tetap. Dalam teori ini para investor mempunyai sudut pandang yang
berbeda-beda
a. Biaya utang konstan sama seperti pendekatan laba bersih
b. Utang perusahaan meningkat, resiko perusahaan ikut meningkat. Oleh karena itu
manajemen menuntut agar keuntungan perusahaan jg harus meningkat, konsekuensinya biaya
modal rata-rata tertimbang konstan dan keputusan struktur modal menjadi tidak penting

2.3 Keputusan Struktur Modal dalam Praktik

a) Analisis EBIT – EPS.


Melalui analisis ini manajemen dapat melihat dampak dari berbagai alternatif
pendanaan terhadap EPS ( Earning per share ) pada tingkatan EBIT ( Earning Before Interest
and Tax ) yang bervariasi. Yang dimaksud dengan EPS adalah laba bersih sesudah pajak atau
Earning After Tax ( EAT ) dibagi jumlah lembar saham perusahaan yang beredar.

Pada analisis ini, hubungan antara EBIT dan EPS dapat dicari dengan cara :
1. Menghitung EPS pada berbagai alternatif pendanaan untuk EBIT tertentu , dan
2. Mengulang lankah pertama untuk EBIT yang berbeda – beda. Hasilnya kemudian
digambarkan dalam grafik EBIT-EPS.

Indifference point memberikan masukan penting bagi manajemen dalam memilih


alternatif pembelanjaan, Jika expected EBIT lebih besar dari indifference point, perusahaan
sebaiknya menggunakan hutang. Jika sebaliknya, menggunakan saham akan lebih
menguntungkan. Perlu dicatat bahwa keputussan ini bisa salah jika actual EBIT tidak besar
yang diharapkan. Oleh karena itu, didalam mengambil keputusan, manajemen harus
memperhatikan juga deviasi standard ( tingkat variabilitas ) EBIT perusahaan. Expected dan
deviasi standard EBIT dapat dicari dengan mengembangkan sejumlah skenario tentang EBIT
dimasa mendatang beserta dengan probabilita terjadinya. Jika deviasi standard EBIT relatif
besar, manajemen harus lebih hati – hati karena expected EBIT menjadi kurang dapat
dipercaya. Sebaiknya manajemen memutuskan menggunakan hutang hanya bila ecpected
EBIT cukup jauh di atas indifference point.

EAT ( saham ) EAT ( hutang )


= Jumlah saham Jumlah saham
( EBIT* - C1) ( 1 – T ) (EBIT* - C2 ) ( 1 – T)
= S1 S2

Dimana:
EBIT * = Indifferent point
C1 = Biaya bunga pada alternatif pembelanjaan 1
C2 = Biaya bunga pada alternatif pembelanjaan 2
S1 = Jumlah saham pada alternatif pembelanjaan 1
S2 = Jumlah saham pada alternatif pembelanjaan 2
T = Tingkat pajak

b) Perbandingan Rasio – Rasio Leverage


• Tujuan dari analisis ini adalah untuk menentukan efek dari setiap alternatif
pendanaan terhadap rasio – rasio leverage ( penggunaan hutang ). Manajemen kemudian
dapat membandingkan rasio – rasio yang ada saat ini dan rasio – rasio pada alternatif
pendanaan tertentu dengan rasio – rasio industri sejenis. Rasio Leverage terdiri dari (1) Rasio
Hutang ( debt ratio ), (2) Rasio Jaminan ( coverege ratio ).

• Rasio hutang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban


jangka panjang, sedangkan rasio jaminan menunjukkan kemampuan untuk membayar bunga
dan pokok pinjamn yang jatuh tempo. Untuk menghitung rasio hutang, manajemen
menggunakan informasi dari neraca. Untuk menghitung rasio jaminan, informasi dari
laporang rugi – laba yang dipergunakan.

• Manajemen dapat menggunakan metoda perhitungan rasio sbb :


1. Rasio Hutang:
a. Total hutang/Total aktiva
b. Hutang jangka panjang/ (Hutang jangka panjang + Modal sendiri)
c. Total hutang/ Modal sendiri

• Rasio Jaminan:
a. Time interest earned = EBIT/Biaya bunga
b. Debt service coverage = EBIT / [ biaya bunga + (pembayaran pokok pinjman/1 – pajak) ]
• Rasio hutang dan rasio jaminan dapat dihitung berdasarkan :
(1) posisi keuangan perusahaan pada saat ini, (2) posisi keuangan perusahaan dengan
alternatif – alternatif pendanaan yang ada seperti 100 % modal sendiri, 100% hutang dsb.
Rasio – rasio tersebut kemudian dibandingkan dengan rasio indusstri. Dari perbandingan
tersebut, manajemen dapat menentukan alternatif pendanaan yang paling tepat bagi
perusahaan. Hal ini tidak berarti bahwa manajemen harus mempertahankan rasio yang sama
dengan rasio industri. Kegunaan perbandingan rasio dengan rasio industri adalah jika
perusahaan memilih rasio hutang dan rasio jaminan yang menyimpang dari rasio industri, ia
harus memiliki alasan yang kuat.

c) Analisis Arus Kas Perusahaan


Metoda ini menganalisis dampak keputusan struktur modal terhadap arus kas
perusahaan. Metoda ini sederhana tetapi sangat bermanfaat. Metoda ini melibatkan persiapan
suatu seri anggaran kas pada (1)kondisi perekonomian yang berbeda, (2) struktur modal yang
berbedaArus kas bersih pada situasi yang berbeda ini dapat dianalisis untuk menentukan
apakah beban tetap perusahaan ( pokok pinjaman, bunga, sewa dan dividen saham preferen )
yang dihadapi perusahaan tidak terlalu tinggi. Ketidak mampuan perusahaan untuk
membayar beban tetap bisa mengakibatkan “ financial insolvency “.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal

Setiap perusahaan pada tahap awal berdiri pasti memerlukan modal untuk penetapan
struktur modalnya, dan pada saat akan memperluas usaha atau menggabungkan usahanya
besar kemungkinannya akan_melakukan perubahan struktur modal yang disebabkan adanya
perubahan modal atau tambahan modal. Dua hal yang harus dilakukan perusahaan ; Pertama,
menentukan besarnya Kebutuhan modal kuantitatif. Kedua, menentukan sumber modal
kualitatif/jenis modal yang akan ditarik. Proses pertama dikatakan sebagal proses
Kapitalisasi, sedangkan yang kedua dikatakan sebagai proses penentuan Struktur Modal.
Untuk menentukan Struktur Modal perusahaan dihadapkan pada berbagai variabei yang
mempengaruhinya. Terdapat 10 variabel yang mungkin akan berpengaruh yaitu ; Tingkat
bunga, Stabilitas penjualan, Tingkat pertumbuhan penjualan, Susunan Aktiva, Kadar risiko
dari aktiva, Kebutuhan modal, Struktur saingan, Keadaan pasar modal, Sikap manajemen,
dan Sikap pemberi pinjaman. Bagi perusahaan susunan struktur modal terbaik dikatakan
sebagal Struktur Modal Optimum.

Struktur modal optimum menurut pendekatan konservatif adalah struktur modal yang
menggunakan modal pinjaman maksimum 50% dari total modal. Sedangkan menurut
pendekatan biaya modal struktur modal optimum adalah struktur modal yang dapat
meminimumkan rata-rata biaya modal perusahaan. Metoda biaya modal ini dapat dianalisis
dengan berbagai pendekatan, dan pendekatan yang dipilih pada persoalan ini adalah
Pendekatan Tradisional yang menyatakan bahwa struktur modal optimum akan terjadi pada
kondisi rata-rata biaya modal minimum dan nilai perusahaan maksimum.

3.1.1 Analisis terhadap variabel-variabel yang berpengaruh terhadap struktur modal :

1. Variabel yang dominan terhadap struktur modal dengan menggunakan Analisa Faktor.
2. Menentukan nilai perusahaan yang maksimum.

• Menurut Maness (1988), ada beberapa faktor yang mempengaruhi penentuan struktur
modal yang optimal, yaitu :

1. Stabilitas Penjualan
Perusahaan dengan penjualan yang relatif stabil dapat lebih aman memperoleh lebih
banyak pinjaman dan menanggung beban tetap yang lebih tinggi dibandingkan dengan
perusahaan yang penjualannya tidak stabil.
2. Operating Leverage
Perusahaan yang mengurangi leverage operasinya lebih mampu untuk menaikkan
penggunaan leverage keuangan ( hutang ).

3. Corporate Taxes
Karena bunga tax-deductable, ada sebuah keuntungan jika menggunakan hutang.
Marginal tax rate perusahaan yang lebih tinggi, maka keuntungan menggunakan hutang akan
lebih tinggi, semua yang lainnya dianggap sama.

4. Kadar resiko dari aktiva


Tingkat atau kadar resiko dari setiap aktiva didalam perusahaan adalah tidak sama. Makin
panjang jangka waktu penggunaan suatu aktiva didalam perusahaan, makin besar derajat
resikonya. Dan perkembangan dan kemajuan teknologi serta ilmu pengetahuan yang tiada
henti, dalam artian ekonomis dapat mempercepat tidak digunakannya suatu aktiva, meskipun
dalam artian teknis masih dapat digunakan.

5. Lenders dan rating agencies


Jika perusahaan menggunakan hutang semakin berlebih, maka pihak lenders akan mulai
meminta tingkat bunga yang lebih tinggi dan rating agencies akan mulai menurunkan rating
pada tingkat hutang perusahaan.

6. Internal cash flow


Tingkat internal cash flow yang lebih tinggi dan lebih stabil dapat menjastifikasi sebuah
tingkat leverage lebih stabil.

7. Pengendalian
Banyak perusahaan sekarang meningkatkan tingkat hutangnya dan memulai dengan
menerbitkan hutang baru hingga repurchase outstanding commonstock. Tujuan dari
peningkatan hutang tersebut adalah untuk mendapatkan return yang lebih tinggi., sedangkan
pembelian kembali saham bertujuan untuk lebih meningkatkan tingkat pengendalian.

8. Kondisi ekonomi
Kondisi ekonomi seperti sekarang ini dan juga kondisi pada pasar keuangan dapat
mempengaruhi keputusan struktur modal. Ketika tingkat suku bunga tinggi, mungkin
keputusan pendanaan lebih mengarah pada short-term debt, dan akan dilakukan refinance
dengan long-term debt atau equity jika kondisi pasar memungkinkan.

9. Preferensi pihak manajemen


Preferensi manajemen terhadap resiko dan gaya manajemen mempunyai peran dalam
hubungannya dengan kombinasi debt-equity perusahaan pada struktur modalnya.

10. Debt covenant


Uang yang dipinjam dari sebuah bank dan juga penerbitan surat hutang dan terwujud
melalui serangkaian kesepakatan (debt covenant).

11. Agency cost


Agency cost adalah sebuah biaya yang diturunkan guna memonitor kegiatan pihak
manajemen untuk menjamin bahwa kegiatan mereka selaras dengan persetujuan antara
manajer, kreditur dan juga para shareholders.

12. Profitabilitas
Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi, dan penggunaan internal financing yang
lebih besar dapat menurunkan penggunaan hutang (rasio hutang).

13. Risiko Bisnis


Risiko Bisnis akan mempersulit perusahaan dalam melaksanakan pendanaan
eksternal, sehingga secara teori akan berpengaruh negative terhadap leverage perusahaan.

• Pada kasus tertentu ternyata kondisinya dapat dikelompokan pada 4 faktor yang
dominan terhadap penentuan struktur modal, yaitu:

 Faktor 1: Stabilitas pendapatan dan kebutuhan modal, komponen variabelnya:


Stabilitas penjualan dan kebutuhan modal. Dengan variabel yang dominan adalah
kebutuhan modal.
 Faktor 2: Struktur pasar industri yang terdiri variabel; struktur saingan, tingkat bunga,
tingkat pertumbuhan penjualan, dan kadar risiko dari aktiva. Variabel dominannya
adalah struktur saingan.
 Faktor 3: Risiko usaha dan keuangan, yang terdiri variabel; sikap pemberi pinjaman,
susunan aktiva, dan sikap manejemen. Variabel dominannya adalah sikap pemberi
pinjaman.
 Faktor 4: Situasi perekonomian yang hanya terdiri variabel keadaan pasar modal,
sehingga variabel dominannya adalah variabel keadaan pasar modal.

• Untuk penentuan nilai perusahaan, dengan menggunakan pendekatan Tradisional


sebagai alat manajemen keuangan diperoleh hasil bahwa nilai perusahaan akan meningkat
dengan rata-rata biaya modal perusahaan melalui cara perusahaan modal pinjamannya. Dan
struktur modal diterapkan harus mempunyai ratio hutang maksimum sehingga mencapai
struktur modal optimum.

3.1.2 Pendekatan dalam Teori Struktur Modal

1. Pendekatan Laba Operasi Bersih (NOI Approach)


Dikemukakan oleh David Durand (1952). Pendekatan ini menggunakan asumsi bahwa
investor memiliki reaksi yang berbeda terhadap penggunaan hutang perusahaan. Pendekatan
ini melihat bahwa biaya modal rata-rata tertimbang bersifat konstan berapapun tingkat hutang
yang digunakan perusahaan.
2. Pendekatan Traditional (Traditional Approach)
Diasumsikan terjadi perubahan struktur modal dan peningkatan nilai total perusahaan
melalui penggunaan financial leverage (hutang dibagi modal sendiri).

3. Pendekatan Modigliani dan Miller (MM Approach)


MM berpendapat bahwa risiko total bagi seluruh pemegang saham tidak berubah walaupun
struktur modal perusahaan mengalami perubahan. Hal ini didasarkan pada pendapat bahwa
pembagian struktur modal antara hutang dan modal sendiri selalu terdapat perlindungan atas
nilai investasi. Yaitu karena nilai investasi total perusahaan tergantung dari keuntungan dan
risiko, sehingga nilai perusahaan tidak berubah walaupun struktur modalnya berubah. Asumsi
yang digunakan adalah, pasar modal sempurna, nilai yang diharapkan dari distribusi
probabilitas semua investor sama, perusahaan mempunyai risiko usaha (business risk) yang
sama dan tidak ada pajak.

• Strategi efisiensi biaya bertujuan untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dan


efektifitas kerja sumber daya perusahaan yang ada. Untuk mengatasi keterbatasan modal
kerja dan biaya operasional perusahaan perlu mengadakan perencanaan penghematan
diberbagai bidang. Implikasi strategi efisiensi biaya adalah:

1. Meminimalkan Kenaikan Biaya Tetap dengan cara pertumbhan pegawai negatif dan
rasionalisasi pegawai.
2. Mengurangi Biaya Tetap tunai dengan cara pengaturan struktur modal melalui
penggunaan fasilitas kredit jangka panjang untuk memenuhi modal kerja dan
penggunaan fasilitas kredit lunak UKM sehingga beban bunga lebih rendah.
3. Efisiensi biaya variabel dilakukan ditingkat proses produksi dengan cara pengaturan
penggunaan lini mesin pemotongan sesuai jumlah sapi . Biaya variabel juga dapat
dihemat dengan strategi kemitraan usaha baik ditingkat on farm (penyediaan bahan
baku), maupun pemasaran produk sehingga biaya operasional ditanggung barsama.

• Untuk menentukan struktur modal yang optimum, digunakan konsep cost of capital.
Dengan perhitungan cost of capital hutang obligasi, cost of capital emisi saham baru, cost of
capital saham biasa, cost of capital laba ditahan, dan weighted average cost of capital. Dan
struktur modal yang optimum tercapai apabila biaya modal rata-rata tertimbang adalah
rendah. Karena biaya modal ini berhubungan dengan profitabilitas, maka pada saat struktur
modal optimum diperhitungkan pula tingkat profitabilitas dengan cara ROA dan ROE.
3.1.3 Studi kasus dalam Struktur Modal

Contoh : I

1. PT”ABC” semula hutang sebesar Rp 30.000.000 dengan bunga 5% dan laba operasi
bersih Rp 10.000.000,- Misalkan tingkat kapitalisasi modal sendiri(tingkat kapitalisasi
berarti tingkat keuntungan yang disyaratkan untuk modal sendiri sebesar 11%. Kalau
kita hitung penilaian perusahaan sebagai berikut :

O Laba bersih operasi Rp 10.000.000


F Bunga 5% x Rp 30.000.000 Rp 1.500.000(-)
E Laba tersedia untuk Rp 8.500.000
pemegang saham
ke Tingkat kapitalisasi MS 0,11 (:)
S Nilai pasar Saham Rp 77.727.700
B Nilai pasar obligasi Rp 30.000.000(+)
V Nilai keseluruhan Persh Rp107.277.000

Jadi tingkat kapitalisasi keseluruhan atau


ko = O = Rp 10.000.000 x 100% = 9,32 %
V Rp 107.277.000
Bila perusahaan mempunyai 850 lb saham, maka harga per lb saham
= Rp 77.277.000 = Rp 90.910,-
850
2. Sekarang bila perusahaan ingin mengganti obligasi dengan saham.Nilai obligasi pd
soal.1 Rp30.000.000, sedang harga saham Rp 90.910/lb, maka diperlukan maka diperlukan
Rp 30.000.000 : Rp 90.910 = 330 lb.

Sehingga sekarang obligasi dibelanjai dengan modal sendiri semuanya, maka tingkat
keuntungan yang disyaratkan menjadi lebih rendah yaitu 10%. Maka besarnya ko (tingkat
kapitalisasi keseluruhan) dapat dihitung sebagai berikut :
O Laba operasi Rp 10.000.000
F Bunga Rp 0 (-)
E Laba tersedia untuk Rp 10.000.000
pemegang saham
ke Tingkat kapitalisasi MS 0,10 (:)
S Nilai pasar saham Rp100.000.000
B Nilai pasar obligasi Rp 0 (+)
V Nilai keseluruhan persh Rp100.000.000

Jadi tingkat kapitalisasi keseluruhan atau


ko = O = Rp10.000.000 x 100% = 10%
V Rp100.000.000
Sehinga harga saham menjadi
= Rp 100.000.000 = Rp 84.750,-
(850 + 330)

Dengan demikian harga saham turun karna perubahan struktur modal.


3.Misalkan sekarang (dari contoh no.1) perusahaan menambah modal asingnya
dengan Rp 30.000.000 lagi, sehingga menjadi Rp 60.000.000,- dan saham akan berkurang
sebesar 330 lembar (Rp30.000.000 :
Rp 90.910), shg saham tinggal 520 lb (850lb – 330lb)
Dan tingkat kapitalisasi 14%, bunga obligasi yang harus dibayar meningkat 6%. Sehingga
besarnya ko(tingkat kapitalisi keseluruhan) dapat dihitung sebagai berikut :

O Laba bersih operasi Rp 10.000.000


F Bunga 6% x Rp 60.000.000 Rp 3.600.000(-)
E Keuntungan untuk Rp 64.000.000
pemegang saham biasa
ke Tingkat kapitalisasi MS 0,14 (:)
S Nilai pasar saham Rp 45.714.000(+)
V Nilai Keseluruhan Rp105.714.000

Jadi tingkat kapitalisasi keseluruhan atau


ko = O = Rp 10.000.000 x 100% = 9,46%
V Rp 105.714.000
Harga per lb saham = Rp 45.714.000 =Rp 87.910,-
520
Kesimpulan :
Dari hasil perhitungan dengan pendekatan tradisional diatas bahwa struktur modal yang
optimal pada contoh no.1 yaitu Rp 107.277.000,- memberikan biaya modal yang terendah
9,32% dan memberikan harga saham yang tertinggi Rp 90.910,-
dibandingkan soal no.1 dan no.3
BAB IV
KESIMPULAN

Dari uraian yang telah di tulis maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :

1. Bahwa Struktur Aktiva (Tangibility),Growth Opportunity, Ukuran Perusahaan (Firm


Size), Profitabiltas dan Risiko Bisnis baik secara simultan maupun parsial mempunyai
pengaruh pada Keputusan Struktur Modal Suatu Perusahaan.

2. Dari faktor-faktort tersebut mempunyai pengaruh satu dengan yang lainnya. Sehing
dengan demikian Para Investor, Kreditor maupun Managemen Perusahaan hendaknya
memberikan perhatian yang lebih kepada informasi atas faktor-faktor yang mempengaruhi
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

1. Weston, J Fred and Thomas E. Copeland, 1986, Manajemen Keuangan,


Terjemahan, Edisi kedelapan, Jilid 2, Binarupa Aksara, Jakarta
(terjemahan). Hlm. 68.
2. Eugene F. Brigam dan Joel F. Houston, 2006, Dasar-dasar Manajemen
Keuangan, Salemba Empat, Jakarta (terjemahan). Hlm.33
3. Eugene F. Brigam dan Joel F. Houston, Op. Cit.,6-7.
4. George Foster, 1996, Financial Statemen Analysis, Prentice Hall
Internasional. Hlm. 65.

Anda mungkin juga menyukai