Anda di halaman 1dari 8

41

REVIEW MODELING HIDROLOGI DAS DI INDONESIA

Budi Harsoyo1

Abstract

Various hydrological simulation model has been developed to explain the process of changing
inputs (in the form of rain) into outputs (in the form of the river flow) by considering the physical
characteristics of the watershed. Hydrologic simulation model is basically designed to simplify
the hydrological system, so the behavior of some components in the system can be known.
This paper discusses the many hydrologic modeling applied in Indonesia, starting with a review
of the definition and classification of hydrological model, and proceed with a review of several
watershed hydrological model to scale along with some examples of applications that have
been done in research in Indonesia.

Intisari

Berbagai model simulasi hidrologi telah dikembangkan untuk menjelaskan proses


mengubah input (dalam bentuk hujan) menjadi output (dalam bentuk aliran sungai) dengan
mempertimbangkan karakteristik fisik DAS. Model simulasi hidrologi pada dasarnya dirancang
untuk menyederhanakan sistem hidrologi, sehingga perilaku dari beberapa komponen dalam
sistem dapat diketahui. Makalah ini membahas pemodelan hidrologi banyak diterapkan di
Indonesia, dimulai dengan peninjauan definisi dan klasifikasi model hidrologi, dan lanjutkan
dengan ulasan beberapa model hidrologi DAS untuk skala bersama dengan beberapa contoh
aplikasi yang telah dilakukan dalam penelitian di Indonesia

Kata kunci : hydrologic modeling, hydrological simulation, watershed

1. PENDAHULUAN suatu sistem DAS menjadi model-model hidrologi


DAS. Hal ini telah dirasakan kebutuhan akan teknik
Pemahaman dan pengenalan tentang pemodelan hidrologi yang mampu mengevaluasi
karakteristik komponen-komponen yang ada di dan menduga secara cepat dampak hidrologi dari
dalam suatu Daerah Aliran Sungai (DAS) sangat perubahan dan tindakan pengelolaan tertentu
diperlukan di dalam praktek pengelolaan DAS. Hal yang terjadi di dalam suatu DAS. Model hidrologi
ini tidak mudah untuk dilaksanakan secara utuh demikian akan merupakan dasar bagi teknologi
dan menyeluruh karena setiap komponen tersebut pengelolaan DAS yang rasional, efektif dan efisien,
memiliki keragaman / variabilitas secara spasial dan yaitu dengan kemampuan eksperimentasi dan
temporal. Interdependensi dan interaksi komponen- simulasi dengan komputer.
komponen DAS merupakan peubah yang juga turut Berbagai model simulasi hidrologi telah
mempengaruhi karakteristik umum dari sistem banyak dikembangkan di negara maju, untuk
DAS, dan terjadi dalam suatu kesetimbangan menerangkan proses perubahan masukan hujan
dinamis sehingga pola dan sifat interaksi dan menjadi keluaran berupa debit aliran sungai dengan
interdependensinya juga selalu berubah. Oleh mempertimbangkan karakteristik fisik DAS. Model
karena itu ilmu pengetahuan selalu mencoba simulasi hidrologi pada dasarnya dibuat untuk
mengembangkan dan menggunakan sistem menyederhanakan sistem hidrologi, sehingga
modeling dalam pendekatan pengelolaan DAS perilaku sebagian komponen di dalam sistem dapat
untuk membantu memahami sifat dan perubahan diketahui. Parameter yang diperlukan sebagai data
sifat dari komponen-komponen tersebut. masukannya pun lebih sederhana, mudah diukur
Menurut Pawitan (2000) pendekatan analisis dan cepat diperoleh hasil keluarannya. Model
sistem dalam kajian hidrologi DAS merupakan semacam ini diharapkan dapat digunakan untuk
landasan teori yang sangat ampuh dalam memecahkan masalah pada suatu DAS yang
mengintegrasikan informasi komponen-komponen kurang lengkap atau tidak tersedia datanya, seperti
Perekayasa UPT Hujan Buatan BPP Teknologi,
1 halnya kebanyakan DAS di Indonesia. Adapun
E-mail: buhar04@yahoo.com tantangan penelitian hidrologi DAS di Indonesia
42 Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 11, No. 1, 2010: 41-47

saat ini adalah kebutuhan akan data dasar yang halnya dalam model stokastik, namun dalam
menyangkut identifikasi dan karakterisasi DAS model ini tidak memperhitungkan urutan kejadian.
serta kalibrasi parameter-paremeter berbagai Misalnya kejadian diperlakukan sebagai time-
model yang ada, disamping kebutuhan evaluasi independent dan memperkirakan kejadian yang
kelayakan model hidrologi yang ada terhadap paling ekstrim berdasarkan karakteristik dari
kesesuaiannya dengan kondisi DAS di Indonesia. populasi data yang tersedia.
Tulisan ini merupakan review mengenai
modeling hidrologi di Indonesia, mulai dengan 2.3. Model Konseptual
pembahasan mengenai definisi dan klasifikasi dari
model hidrologi, dan dilanjutkan dengan ulasan Model Konseptual didasarkan pada keadaan
mengenai beberapa model hidrologi untuk skala yang sebenarnya dari sistem dengan struktur yang
DAS beserta beberapa contoh aplikasinya yang lebih sederhana, misalnya penyederhanaan proses
sudah pernah dilakukan dalam riset di Indonesia. di dalam DAS dan modelnya antara lain : (1)
pendekatan model rasional, (2) pendekatan linear
2. MODEL HIDROLOGI dan non linear dari suatu reservoir, (3) kombinasi
model rasional dan pendekatan reservoir.
Model adalah reprensentasi atau gambaran
dari suatu keadaan (states), obyek (objects), dan 2.4. Model Parametrik
kejadian (events). Representasi tersebut harus
diungkapkan dalam bentuk yang sederhana, yaitu Model ini umumnya digunakan untuk
dengan mengeliminasi atau meminimalkan variable- mendapatkan pernyataan matematik yang
variabel lain yang rumit dan tidak terkait secara mengungkapkan fungsi dari DAS yang akan
langsung dengan model tersebut. Representasi dikonversi ke dalam input dan output (black box
tersebut dinyatakan dalam bentuk sederhana yang models). Selanjutnya model tersebut akan menjadi
dapat dipergunakan untuk berbagai macam tujuan lebih rumit apabila ditambahkan parameter-
penelitian. Penyederhanaan dilakukan secara parameter DAS penting yang muncul kemudian
representatif terhadap perilaku proses yang relevan jika dibandingkan dengan respon yang berbeda
dari keadaan yang sebenarnya (Hidayat, 2001). dari DAS lain berdasarkan input yang sama. Model
Hal yang sama dinyatakan Sri Harto (1983), bahwa parametrik akan memberikan gambaran yang lebih
model hidrologi adalah sebuah sajian sederhana jelas mengenai bagaimana sistem bekerja.
(simple representation) dari sebuah sistem hidrologi
yang kompleks. 2.5. Model Deterministik
Menurut Dasanto (2000), model di dalam
studi hidrologi atas dasar pendekatan pembentukan Model Deterministik adalah suatu model
model, dapat dipilah secara umum menjadi lima, matematik yang hanya dapat menerima peubah
yaitu : yang bebas dari variasi acak (random variation).
Model ini didasarkan pada struktur sebenarnya
2.1. Model Stokastik dari sistem dan kaidah fisika yang mengatur
perilaku sistem tersebut. Berdasarkan variable
Model Stokastik adalah suatu model dan parameter input atau output maka model
matematik yang dapat menerima sembarang deterministik dapat dikelompokkan dalam dua
peubah, yaitu sebagai peubah acak (random bentuk, yaitu lumped dan terdistribusi (distributed).
variable) yang mempunyai sebaran acak. Model ini Variabel atau parameter disebut lumped apabila
umumnya digunakan untuk menganalisa sifat fisik besaran yang diwakilinya tidak mempunyai
statistik output dari suatu sistem yang didasarkan variabilitas ruang, misalnya masukan yang berupa
pada urutan kejadian sebagai akibat perubahan hujan rata-rata DAS adalah masukan yang bersifat
waktu dan menghasilkan suatu set data dalam lumped. Sebaliknya, variabel dan parameter yang
jangka panjang dengan sifat yang sama pula. Set distributed mengandung variabilitas ruang dan
data tersebut dapat dianalisa untuk memperoleh waktu. Pengertian parameter adalah suatu besaran
gambaran mengenai kemungkinan urutan kejadian yang menandai suatu sistem hidrologi yang memiliki
yang akan terjadi di masa datang, misalnya nilai tetap, tidak tergantung pada waktu. Variabel
frekuensi harapan dari debit air. adalah besaran yang menandai suatu sistem yang
dapat diukur dan memiliki nilai berbeda pada waktu
2.2. Model Probabilitas berbeda.

Dalam model ini konsep frekuensi dan


probabilitas memegang peranan penting seperti
Review Modeling Hidrologi DAS di Indonesia ... (Budi Harsoyo) 43

3. BEBERAPA MODEL HIDROLOGI yang dapat digunakan untuk mensimulasikan


SKALA DAS DAN APLIKASINYA karakteristik DAS pada saat dan setelah terjadinya
hujan. Prinsip dasar model ANSWERS didasarkan
DI INDONESIA atas hipotesa bahwa setiap titik (point) di dalam
suatu DAS mempunyai hubungan fungsi antara
3.1. Model AGNPS laju aliran air dan parameter hidrologinya, seperti
intensitas hujan, infiltrasi, kondisi topografi dan
Model AGNPS (Agricultural Non-Point jenis tanah. Selanjutnya laju aliran ini dapat
Source) adalah model hidrologi dengan parameter digunakan dalam kaitannya dengan komponen lain
terdistribusi yang mensimulasikan hubungan yang berhubungan satu sama lain, seperti erosi,
hujan limpasan, dugaan dari hasil sediment dan sedimen dan gerakan partikel-partikel zat kimia
hara. Model hidrologi AGNPS dikembangkan yang berada di dalam DAS.
oleh Agricultural Research Service (ARS) yang Salim et al (2006) menyebutkan bahwa model
bekerjasama dengan Minnesota Pollution Control ANSWERS yang pertama kali dikembangkan oleh
Agency (MPCA) dan Soil Conservation Service Beasley, Huggins dan Dillaha pada tahun 1983,
(SCS). Dasar prediksi yang digunakan adalah dan kemudian diintegrasikan dengan GIS oleh
dalam satuan sel, oleh karena itu areal DAS yang A.P.J. de Roo et al pada tahun 1989, selanjutnya
akan diprediksi harus dibagi habis ke dalam sel- ANSWERS versi 2000 yang dikembangkan oleh
sel. Bourouai dan Dillaha pada tahun 1998, merupakan
Model AGNPS merupakan model penduga model simulasi yang kontinyu dikembangkan untuk
erosi skala DAS yang telah mulai banyak mensimulasikan runoff dan erosi rata-rata tahunan
digunakan di Indonesia. Aplikasi model AGNPS ini jangka panjang (long term average annual) dari
utamanya adalah dalam perencanaan dan evaluasi suatu DAS.
strategi untuk mengendalikan aliran permukaan Konsep dasar pemodelan dengan ANSWERS
dengan mengasumsikan bahwa setiap titik dalam adalah bagaimana suatu DAS dapat dibentuk
DAS mempunyai hubungan yang mendasar secara fisik dengan membagi DAS dalam luas
antara laju aliran permukaan dan parameter elemen yang homogen. DAS dimodelkan secara
hidrologi. Karakteristik model ini menggunakan konseptual merupakan kumpulan dari elemen
pendekatan parameter distribusi, dimana luas DAS bujur sangkar, sehingga derajat dari variabilitas
dipresentasikan oleh jaringan sel. Walaupun masih spasial dalam DAS dapat dikeluarkan. Elemen
mempunyai beberapa kelemahan, model tersebut diartikan sebagai suatu areal yang mempunyai
memberikan hasil pendugaan erosi yang cukup parameter hidrologi yang sama. Setiap elemen
baik. akan memberikan kontribusinya sesuai dengan
Sinukaban et al (2000) telah menggunakan karakteristik yang dimiliki.
model AGNPS untuk memprediksi aliran Konsep terdistribusi dari ANSWERS dapat
permukaan, erosi, kehilangan nitrogen dan fosfor mendefinisikan semua hubungan matematika dari
dan COD dari DAS seluas 10,4 hektar di wilayah proses simulasi seluruh interaksi antar elemen-
perbukitan. Hasilnya menunjukkan bahwa hasil elemen dalam DAS. Pergerakan aliran diasumsikan
prediksi model tidak berbeda secara stastistik melalui persamaan Manning pada saluran dalam
dengan hasil pengukuran. mencari besarnya debit.
Nugroho et al (2002) telah mengaplikasikan Ginting dan Ilyas (1997) yang melakukan
model AGNPS untuk melakukan simulasi di sub DAS simulasi berbagai penggunaan lahan dengan
Dumpul untuk tujuan perencanaan pengelolaan menggunakan model ANSWERS di DAS
DAS. Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian Siluak, menyimpulkan bahwa model ANSWERS
ini menyebutkan bahwa perencanaan pengelolaan memerlukan validasi lebih lanjut. Hasil penelitian
DAS dapat dilakukan dengan memanfaatkan model Tikno (1996) di Sub DAS Cibarengkok-Cimuntur,
AGNPS sehingga kerusakan lingkungan dan lahan Jawa Barat, dan Hidayat (2001) di DTA Bodong
kritis yang ada dapat diidentifikasi dan dianalisis Jaya dan DAS Way Besay Hulu, menunjukkan
lebih lanjut. Disebutkan pula bahwa melalui simulasi model ANSWERS dapat menduga volume
model AGNPS dapat digunakan untuk menetapkan aliran permukaan dan erosi dengan baik, tetapi
tindakan yang tepat untuk konservasi tanah dan air kurang baik apabila digunakan untuk menduga
yang sesuai dengan kondisi biogeofisik DAS. debit puncak, waktu debit puncak dan time base
aliran permukaan. Erosi dan aliran permukaan
3.2. Model ANSWERS hasil dugaan model ANSWERS cukup baik pada
jumlah dan intensitas hujan yang relatif tinggi, dan
Model terdistribusi ANSWERS (Areal mengalami deviasi yang cukup besar pada curah
Nonpoint Source Watershed Environment hujan rendah (Hidayat, 2001).
Response Simulation) adalah model deterministik
44 Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 11, No. 1, 2010: 41-47

Salim et al (2006) yang menggunakan model ini untuk membuat flood design. Penelusuran
model ANSWERS untuk melakukan pemodelan banjir dilakukan dengan program HEC - RAS,
hubungan hujan, limpasan dan kapasitas erosi dengan beban hidrologi menggunakan model HEC
pada sub DAS Cipeles di Sumedang, Jawa – HMS.
Barat, mendeskripsikan beberapa kelebihan dan
kelemahan model ANSWERS. Kelebihan dari 3.4. Model TOPOG
penggunaan model ANSWERS diuraikan sebagai
berikut : Model TOPOG merupakan model hidrologi
Dapat memberikan keluaran sekaligus, deterministik dengan parameter terdistribusi,
baik berupa debit aliran pada sungai, yang dikembangkan oleh CSIRO (Commonwealth
kehilangan tanah akibat erosi dan Scientific and Industrial Research Organisation)
sedimentasi. Land and Water dan Cooperative Research Centre
Mampu memproses kerja simulasi for Catchment Hydrology, Australia. Model ini
(skenario) secara serentak dalam didasarkan pada analisis topografi (terrain analysis)
berbagai kondisi DAS. yang dapat digunakan untuk :
Mampu menganalisis parameter Mendiskripsikan hal-hal tentang bentuk
terdistribusi secara sensitif sehingga wilayah yang berkaitan dengan topografi
dapat menghasilkan simulasi akurat Menduga penyebaran tempat-tempat
terhadap sifat fisik DAS. yang mungkin terjadi genangan air, erosi
Sedangkan kelemahan dari model ANSWERS dan longsor ;
disebutkan sebagai berikut : Mensimulasi kelakuan hidrologi suatu
Untuk DAS berukuran besar (> 100 daerah tangkapan, dan bagaimana hal
km2) hasilnya kurang akurat dan cukup itu dipengaruhi oleh perubahan
baik untuk DAS berukuran sedang penggunaan lahan ;
(<100 km2). Membuat model pertumbuhan
Bukan merupakan model time series, vegetasi dan bagaimana pengaruhnya
sehingga pendekatan keluarannya terhadap keseimbangan air ; dan
hanya sekali atau pada kurun waktu Memprediksi pengaruh penambahan
tertentu dan tidak selamanya. pada tempat-tempat tertentu terhadap
aliran air bawah tanah.
3.3. Model HEC-HMS Kemampuan pemodelan TOPOG sangat
relevan pada isu-isu pengelolaan seperti :
HEC-HMS (Hydrologic Engineering Center’s a. Genangan air dan salinitas lahan-lahan
Hydrologic Modeling System) dikembangkan oleh kering
US Army Corps of Engineers – Institute for Water b. Produksi air dari suatu DAS
Resources. Model HEC-HMS merupakan program c. Erosi dan sedimentasi
komputer untuk menghitung pengalihragaman d. Peramalan banjir
hujan dan proses routing pada suatu sistem DAS. e. Pembuangan limbah cair rumah tangga,
Model yang terdapat dalam HEC-HMS dapat pertanian dan industri pada lahan
digunakan untuk menghitung volume runoff, f. Penghutanan kembali dan penanaman
direct runoff, baseflow dan channel flow. Model hutan
ini merupakan pengembangan dari model yang g. Penilaian kemungkinan longsor
sebelumnya yaitu HEC-1. Salah satu keunggulan h. Penilaian habitat ekologi.
dari model HEC-HMS adalah telah digunakannya TOPOG mendiskripsikan air bergerak dalam
konsep GIS dalam penyelesaian modelnya. tiga dimensi suatu wilayah; melalui permukaan ke
HEC-HMS dirancang untuk mensimulasikan dalam tanah, dan melalui tanah dan kembali ke
proses hujan-limpasan (precipitation-runoff) atmosfir sebagai evaporasi.
terutama untuk DAS dengan pola dendritik. Model Kekuatan utama TOPOG adalah pada
ini dirancang untuk dapat digunakan pada DAS prosesnya yang didasarkan pada model digital
berukuran besar. Data hidrograf yang dihasilkan terrain analysis yang rumit (shophisticated) yang
dapat digunakan secara langsung atau dikaitkan secara tepat/teliti mendiskripsikan hal-hal yang
dengan software lain untuk menanggulangi berbagai berkaitan dengan topografi dari suatu bentuk wilayah
permasalahan hidrologi, seperti ketersediaan air, dengan tiga dimensi. TOPOG juga diperlengkapi
drainase kota dan peramalan aliran (Dasanto, untuk mensimulasi perubahan kelembaban tanah
2006). dan kecepatan pergerakan air dalam tanah dalam
Widodo (2006) yang telah melakukan kajian landscape akibat perubahan pengelolaan lahan.
sistem drainase di kota pesisir dengan mengambil TOPOG juga dikembangkan untuk mendiskripsikan
studi kasus di Medokan, Surabaya memanfaatkan proses-proses dalam landscape yang berkaitan
Review Modeling Hidrologi DAS di Indonesia ... (Budi Harsoyo) 45

dengan air seperti erosi, salinitasi, dan gerakan tidak menghitung hasil sedimen dari erosi parit,
pollutant dalam tanah. tebing sungai dan dasar sungai.
Menurut Hidayat (2003), berdasarkan hasil
3.5. Model USLE pembandingan besaran erosi hasil pengukuran
pada petak erosi standar (Wischmeier plot) dan
USLE (Universal Soil Loss Equation) erosi hasil pendugaan diketahui bahwa model USLE
adalah model penduga erosi, merupakan model memberikan dugaan yang lebih tinggi untuk tanah
empiris yang dikembangkan di Pusat Data Aliran dengan laju erosi rendah, dan erosi dugaan yang
Permukaan dan Erosi Nasional, Dinas Penelitian lebih rendah untuk tanah dengan laju erosi tinggi.
Pertanian, Departemen Pertanian Amerika Serikat Dengan kata lain kurang akuratnya hasil pendugaan
(USDA) bekerja sama dengan Universitas Purdue erosi pada skala plot, mencerminkan hasil dugaan
pada tahun 1954. Model tersebut dikembangkan model ini pada skala DAS akan mempunyai
berdasarkan hasil penelitian erosi pada petak kecil keakuratan yang kurang baik. Disamping itu, model
(Wischmeier plot) dalam jangka panjang yang USLE tidak menggambarkan proses-proses penting
dikumpulkan dari 49 lokasi penelitian. Berdasarkan dalam proses hidrologi (Risse et al.,1993; dalam
data dan informasi yang diperoleh dibuat model Hidayat, 2003). Berdasarkan beberapa kelemahan
penduga erosi dengan menggunakan data curah tersebut, model erosi USLE disempurnakan
hujan, tanah, topografi dan pengelolaan lahan. menjadi RUSLE (Revised USLE) dan MUSLE
Secara deskriptif model tersebut diformulasikan (Modified USLE) dengan menggunakan teori erosi
sebagai berikut : modern dan data-data terbaru tetapi masih tetap
A = R K L S C P berbasis plot.
di mana Hasil-hasil penelitian pengujian model
A : jumlah tanah yang tererosi (ton/ha/ penduga erosi USLE baik yang dilakukan di
tahun) Indonesia maupun di luar negeri seperti Afrika,
R : faktor erosivitas hujan Eropa, negara-negara Asia dan di Amerika Serikat
K : faktor erodibilitas tanah itu sendiri, menunjukkan bahwa model penduga
L : faktor panjang lereng erosi USLE tidak dapat digunakan secara universal
S : faktor kemiringan lereng dan memberikan hasil pendugaan yang bias jika
C : faktor penutupan & pengelolaan digunakan untuk memprediksi erosi DAS (Hidayat,
tanaman 2003). Hal tersebut disebabkan karena :
P : faktor tindakan konservasi tanah Model USLE sering digunakan untuk
Pada awalnya model penduga erosi USLE memperhitungkan erosi pada DAS yang
dikembangkan sebagai alat bantu para ahli kompleks, padahal aslinya model ini di
konservasi tanah untuk merencanakan kegiatan Amerika Utara diaplikasikan hanya
usahatani pada suatu landscape (skala usaha untuk daerah pertanian yang memiliki
tani). Akan tetapi mulai tahun 1970, model ini sistem pengelolaan dan penanaman
menjadi sangat populer sebagai model penduga yang konsisten. Suatu DAS yang
erosi lembar (sheet erosion) dan erosi alur (rill kompleks tidak memiliki konsistensi
erosion) dalam rangka mengaplikasikan kebijakan untuk kedua hal tersebut, ditambah lagi
konservasi tanah. Model ini juga pada awalnya bahwa pada suatu DAS mempunyai
digunakan untuk menduga erosi dari lahan-lahan variabilitas wilayah yang sangat tinggi.
pertanian, tetapi kemudian digunakan pada daerah- USLE membutuhkan data yang spesifik
daerah penggembalaan, hutan, pemukiman, dan detail, oleh karena itu hasil
tempat rekreasi, erosi tebing jalan tol, daerah perhitungan yang diperoleh akan keliru
pertambangan dan lain-lain. jika diaplikasikan untuk
Model penduga erosi USLE juga telah memperhitungkan erosi di suatu DAS
secara luas digunakan di Indonesia. Disamping yang kompleks.
digunakan sebagai model penduga erosi wilayah Masih sama dengan alasan di atas,
(DAS), model tersebut juga digunakan sebagai model USLE akan memberikan hasil
landasan pengambilan kebijakan pemilihan teknik yang keliru jika digunakan untuk
konservasi tanah dan air yang akan diterapkan, memprediksi sedimentasi di suatu
walaupun banyak kalangan menilai bahwa reservoir, karena aslinya model USLE
ketepatan penggunaan model tersebut dalam hanya digunakan untuk meprediksi
memprediksi erosi DAS masih diragukan. Hal erosi tahunan pada suatu unit lahan,
ini disebabkan karena model USLE hanya dapat bukan untuk prediksi sedimentasi di
memprediksi rata-rata kehilangan tanah dari erosi suatu reservoir.
lembar dan erosi alur, tidak mampu memprediksi Kekeliruan juga bersumber pada
pengendapan sedimen pada suatu landscape dan penetapan besarnya faktor C (tanaman)
46 Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 11, No. 1, 2010: 41-47

dan LS (panjang dan kemiringan IV. PENUTUP


lereng). Faktor C sering ditentukan
berdasarkan data dari hasil interpretasi Karena suatu model hidrologi merupakan
citra satelit/foto udara, padahal suatu tools yang dapat merepresentasikan suatu
seharusnya faktor C yang dimaksudkan proses hidrologi yang terjadi dalam suatu DAS,
dalam USLE adalah yang maka pada umumnya model yang relatif sederhana
menggambarkan kondisi penanaman dan tidak memerlukan banyak parameter sebagai
selama satu tahun, tidak hanya kondisi input modelnya akan lebih disukai oleh pengguna,
sesaat seperti hasil interpretasi citra tetapi hasil prediksinya mengalami deviasi yang
satelit/foto udara. Selain itu faktor LS cukup besar. Sebaliknya model yang lebih
sering ditentukan berdasarkan peta kompleks akan menghasilkan prediksi yang lebih
topografi, sehingga hasil yang diperoleh baik, tetapi input parameter yang digunakannya
akan bias dan kurang akurat (karena relatif banyak, dengan demikian model seperti ini
faktor skala peta). Seharusnya nilai umumnya jarang dipakai oleh pengguna.
LS ditentukan berdasarkan hasil Kesulitan dalam perolehan data-data yang
pengukuran langsung di lapangan. diperlukan sebagai input parameter model masih
menjadi kendala tersendiri di Indonesia. Selain
3.6. Model ANFIS
ketersediaan data yang memang tidak ada atau
ANFIS (Adaptive Neuro Fuzzy Inference kurang lengkap, keberadaan data-data tersebut
System) atau Metode Jaringan Syaraf Tiruan adalah masih tersebar di banyak instansi dan masih belum
suatu metode yang merupakan penggabungan terintegrasi. Misalnya, Departemen Pekerjaan
dari kemampuan jaringan neural (neural network) Umum dengan database sungainya, Badan
dan logika samar (fuzzy) sebagai universal Meteorologi dan Geofisika dengan database
approximator, yaitu kemampuan mendekati suatu curah hujannya, LAPAN dengan database
fungsi, sehingga dapat melakukan interpolasi dan penginderaan jauh dan satelitnya, BPPT dengan
ekstrapolasi. ANFIS merupakan salah satu model database radarnya, dan seterusnya. Hal ini yang
yang dapat digunakan untuk memproses data menjadi salah satu sebab mengapa penggunaan
deret waktu dengan struktur pengolahan data yang model hidrologi di Indonesia sejauh ini masih
paralel. dirasakan kurang powerfull karena masih sulit
untuk memperoleh dan mengintegrasikan data-
Model ANFIS telah diaplikasikan oleh
data parameter inputan modelnya dengan lengkap.
BPPT untuk membuat prediksi kejadian banjir di
Mayoritas penggunaan model hidrologi yang sudah
wilayah DKI Jakarta, berdasarkan variabel Tinggi
dilakukan masih sebatas pada skala penelitian,
Muka Air (TMA) sungai dan curah hujan. Model
jarang sekali yang sudah dalam skala terapan.
yang dikembangkan oleh Unit Pelaksana Teknis
Hujan Buatan Badan Pengkajian dan Penerapan Dalam seminar bertemakan “Use Satellite
Teknologi (UPT HB – BPPT) bekerjasama dengan Based Information in Flood Risk Management”
Departemen Geofisika dan Meteorologi Fakultas yang diselenggarakan oleh Masyarakat Hidrologi
Ilmu Kebumian dan Teknologi Mineral, Institut Indonesia (MHI) bekerjasama dengan Direktorat
Teknologi Bandung (Dep.GM FIKTM – ITB) sejak Jenderal Sumber Daya Air (Ditjen SDA) Departemen
tahun 2002, sejauh ini telah digunakan untuk Pekerjaan Umum pada bulan Juli tahun 2008
mebuat prediksi banjir di wilayah DKI Jakarta yang yang lalu, beberapa pakar hidrologi dari forum
berasal dari Sungai Ciliwung, Sungai Sunter dan Global Earth Observation System of Systems
Sungai Pesanggrahan. (GEOSS) / Asia Water Cycle Initiatives (AWCI)
pernah mempresentasikan suatu model yang
Dalam perkembangannya, model ANFIS
mampu memprediksi dan mendeteksi bencana
telah digabungkan dengan model dinamis untuk
banjir berdasarkan data satelit yang tentunya
lebih memperkuat hasil keluaran prediksinya. Hasil
harus divalidasi dengan data iklim dan cuaca lokal
keluaran Model ANFIS yang berupa prediksi banjir
dari variabel Tinggi Muka Air (TMA) dan curah lainnya. Model tersebut sudah diaplikasikan dan
hujan, digunakan sebagai masukan bagi Model diimplementasikan di beberapa negara Asia seperti
Dinamis untuk membuat simulasi jumlah aliran Jepang dan India yang sama dengan Indonesia,
permukaan dan lama genangan yang akan terjadi selalu mempunyai permasalahan banjir setiap kali
di wilayah DKI Jakarta yang disebabkan oleh curah musim hujan tiba. Sayangnya Indonesia sampai
hujan dan aliran yang berasal dari bagian hulu. sejauh ini belum mengimplementasikan model
Review Modeling Hidrologi DAS di Indonesia ... (Budi Harsoyo) 47

yang ditawarkan oleh GEOSS/AWCI tersebut Dasanto, B.D. 2006. Petunjuk Praktikum
untuk diterapkan di Indonesia, karena belum Hydrologic Modeling System HEC
adanya kesepakatan antar Departemen/Instansi HMS. Departemen Geofisika dan
di Indonesia yang berwenang dengan database- Meteorologi, Fakultas Matematika dan
database yang diperlukan untuk saling sharing Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
data. Kiranya hal ini perlu menjadi perhatian bagi Pertanian Bogor.
pemerintah, agar sekiranya di Indonesia dapat Pawitan, H. 2000. Hidrologi Daerah Aliran
dibentuk atau ditetapkan suatu lembaga / instansi Sungai: Teknik Pemodelan dan
yang berfungsi menjadi clearing house sebagai Simulasi Sistem DAS. Makalah
pusat data hidrologi, iklim dan cuaca di Indonesia Pelatihan Agroklimatologi. Jur.
secara independen, sehingga selanjutnya bagi Geofisika dan Meteorologi, FMIPA
siapa saja yang membutuhkan, data-data tersebut IPB Bekerjasama Bagpro
dapat mudah diperoleh dan tidak sesulit seperti Peningkatan Sdm Ditjen Dikti
yang masih terjadi dan dirasakan sekarang ini. Depdiknas. Bogor, 14-26 Agustus
2000.
Salim, H.T., M.S.Badri Kusuma, Nazili.
DAFTAR PUSTAKA 2006. Pemodelan Hubungan
Hujan, Limpasan dan Kapasitas Erosi
Sri Harto Br. 1993. Analisis Hidrologi. PT. Pada Suatu DAS Yang Masuk Ke
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Palung Sungai. ITB Sains & Tek. Vol.
Sinukaban, N., S.D. Tarigan, W. Purwakusuma, 38 A, No.1, 2006, 51 – 72, Fakultas
D.P.T. Bakoro dan E. D. Wahyunie.b 2000. Teknik Sipil dan Lingkungan – Institut
Analysis of Watershed Function (Sediment Teknologi Bandung.
Transfer Across Various Type of Filter Tikno, S. 1996. Penggunaan Model
Strips). Lab. of Soil Physics and Soil & ANSWERS untuk Memprediksi Aliran
Water Conservation, Dept. of Soil Science, Permukaan dan Sedimen di Sub DAS
IPB-ICRAF. Bogor. Cibarengkok Cimuntur, Jawa Barat.
Hidayat, Y., 2001. Aplikasi Model ANSWERS Tesis Magister. Program
dalam Mempredikasi Erosi dan Aliran Pascasarjana, IPB. Bogor.
Permukaan di DTA Bodong Jaya dan DAS Nugroho, S.P., S. Adi dan H. Soewandito.
Way Besay Hulu, Lampung Barat. Tesis 2002. Pengaruh Perubahan
Magister. Program Pascasarjana, IPB. Penggunaan Lahan Terhadap Aliran
Bogor. Permukaan, Sedimen Dan Unsur
Hidayat, Y., 2003. Model Penduga Erosi. Tesis Hara. Jurnal Sains dan Teknologi
Magister. Makalah Falsafah Sains (PPs BPPT Vol.4 No.5, JSTI 2002.
702). Program Pascasarjana, IPB. Bogor.
Dasanto, B.D. 2000. Penuntun Praktikum Model
Hidrologi Daerah Aliran Sungai. Makalah
Pelatihan Agroklimatologi. Jur. Geofisika
dan Meteorologi, FMIPA-IPB Bekerjasama
Bagpro Peningkatan SDM Ditjen Dikti
Depdiknas. Bogor, 14-26 Agustus 2000.

Anda mungkin juga menyukai