Agrohidro PDF
Agrohidro PDF
Budi Harsoyo1
Abstract
Various hydrological simulation model has been developed to explain the process of changing
inputs (in the form of rain) into outputs (in the form of the river flow) by considering the physical
characteristics of the watershed. Hydrologic simulation model is basically designed to simplify
the hydrological system, so the behavior of some components in the system can be known.
This paper discusses the many hydrologic modeling applied in Indonesia, starting with a review
of the definition and classification of hydrological model, and proceed with a review of several
watershed hydrological model to scale along with some examples of applications that have
been done in research in Indonesia.
Intisari
saat ini adalah kebutuhan akan data dasar yang halnya dalam model stokastik, namun dalam
menyangkut identifikasi dan karakterisasi DAS model ini tidak memperhitungkan urutan kejadian.
serta kalibrasi parameter-paremeter berbagai Misalnya kejadian diperlakukan sebagai time-
model yang ada, disamping kebutuhan evaluasi independent dan memperkirakan kejadian yang
kelayakan model hidrologi yang ada terhadap paling ekstrim berdasarkan karakteristik dari
kesesuaiannya dengan kondisi DAS di Indonesia. populasi data yang tersedia.
Tulisan ini merupakan review mengenai
modeling hidrologi di Indonesia, mulai dengan 2.3. Model Konseptual
pembahasan mengenai definisi dan klasifikasi dari
model hidrologi, dan dilanjutkan dengan ulasan Model Konseptual didasarkan pada keadaan
mengenai beberapa model hidrologi untuk skala yang sebenarnya dari sistem dengan struktur yang
DAS beserta beberapa contoh aplikasinya yang lebih sederhana, misalnya penyederhanaan proses
sudah pernah dilakukan dalam riset di Indonesia. di dalam DAS dan modelnya antara lain : (1)
pendekatan model rasional, (2) pendekatan linear
2. MODEL HIDROLOGI dan non linear dari suatu reservoir, (3) kombinasi
model rasional dan pendekatan reservoir.
Model adalah reprensentasi atau gambaran
dari suatu keadaan (states), obyek (objects), dan 2.4. Model Parametrik
kejadian (events). Representasi tersebut harus
diungkapkan dalam bentuk yang sederhana, yaitu Model ini umumnya digunakan untuk
dengan mengeliminasi atau meminimalkan variable- mendapatkan pernyataan matematik yang
variabel lain yang rumit dan tidak terkait secara mengungkapkan fungsi dari DAS yang akan
langsung dengan model tersebut. Representasi dikonversi ke dalam input dan output (black box
tersebut dinyatakan dalam bentuk sederhana yang models). Selanjutnya model tersebut akan menjadi
dapat dipergunakan untuk berbagai macam tujuan lebih rumit apabila ditambahkan parameter-
penelitian. Penyederhanaan dilakukan secara parameter DAS penting yang muncul kemudian
representatif terhadap perilaku proses yang relevan jika dibandingkan dengan respon yang berbeda
dari keadaan yang sebenarnya (Hidayat, 2001). dari DAS lain berdasarkan input yang sama. Model
Hal yang sama dinyatakan Sri Harto (1983), bahwa parametrik akan memberikan gambaran yang lebih
model hidrologi adalah sebuah sajian sederhana jelas mengenai bagaimana sistem bekerja.
(simple representation) dari sebuah sistem hidrologi
yang kompleks. 2.5. Model Deterministik
Menurut Dasanto (2000), model di dalam
studi hidrologi atas dasar pendekatan pembentukan Model Deterministik adalah suatu model
model, dapat dipilah secara umum menjadi lima, matematik yang hanya dapat menerima peubah
yaitu : yang bebas dari variasi acak (random variation).
Model ini didasarkan pada struktur sebenarnya
2.1. Model Stokastik dari sistem dan kaidah fisika yang mengatur
perilaku sistem tersebut. Berdasarkan variable
Model Stokastik adalah suatu model dan parameter input atau output maka model
matematik yang dapat menerima sembarang deterministik dapat dikelompokkan dalam dua
peubah, yaitu sebagai peubah acak (random bentuk, yaitu lumped dan terdistribusi (distributed).
variable) yang mempunyai sebaran acak. Model ini Variabel atau parameter disebut lumped apabila
umumnya digunakan untuk menganalisa sifat fisik besaran yang diwakilinya tidak mempunyai
statistik output dari suatu sistem yang didasarkan variabilitas ruang, misalnya masukan yang berupa
pada urutan kejadian sebagai akibat perubahan hujan rata-rata DAS adalah masukan yang bersifat
waktu dan menghasilkan suatu set data dalam lumped. Sebaliknya, variabel dan parameter yang
jangka panjang dengan sifat yang sama pula. Set distributed mengandung variabilitas ruang dan
data tersebut dapat dianalisa untuk memperoleh waktu. Pengertian parameter adalah suatu besaran
gambaran mengenai kemungkinan urutan kejadian yang menandai suatu sistem hidrologi yang memiliki
yang akan terjadi di masa datang, misalnya nilai tetap, tidak tergantung pada waktu. Variabel
frekuensi harapan dari debit air. adalah besaran yang menandai suatu sistem yang
dapat diukur dan memiliki nilai berbeda pada waktu
2.2. Model Probabilitas berbeda.
Salim et al (2006) yang menggunakan model ini untuk membuat flood design. Penelusuran
model ANSWERS untuk melakukan pemodelan banjir dilakukan dengan program HEC - RAS,
hubungan hujan, limpasan dan kapasitas erosi dengan beban hidrologi menggunakan model HEC
pada sub DAS Cipeles di Sumedang, Jawa – HMS.
Barat, mendeskripsikan beberapa kelebihan dan
kelemahan model ANSWERS. Kelebihan dari 3.4. Model TOPOG
penggunaan model ANSWERS diuraikan sebagai
berikut : Model TOPOG merupakan model hidrologi
Dapat memberikan keluaran sekaligus, deterministik dengan parameter terdistribusi,
baik berupa debit aliran pada sungai, yang dikembangkan oleh CSIRO (Commonwealth
kehilangan tanah akibat erosi dan Scientific and Industrial Research Organisation)
sedimentasi. Land and Water dan Cooperative Research Centre
Mampu memproses kerja simulasi for Catchment Hydrology, Australia. Model ini
(skenario) secara serentak dalam didasarkan pada analisis topografi (terrain analysis)
berbagai kondisi DAS. yang dapat digunakan untuk :
Mampu menganalisis parameter Mendiskripsikan hal-hal tentang bentuk
terdistribusi secara sensitif sehingga wilayah yang berkaitan dengan topografi
dapat menghasilkan simulasi akurat Menduga penyebaran tempat-tempat
terhadap sifat fisik DAS. yang mungkin terjadi genangan air, erosi
Sedangkan kelemahan dari model ANSWERS dan longsor ;
disebutkan sebagai berikut : Mensimulasi kelakuan hidrologi suatu
Untuk DAS berukuran besar (> 100 daerah tangkapan, dan bagaimana hal
km2) hasilnya kurang akurat dan cukup itu dipengaruhi oleh perubahan
baik untuk DAS berukuran sedang penggunaan lahan ;
(<100 km2). Membuat model pertumbuhan
Bukan merupakan model time series, vegetasi dan bagaimana pengaruhnya
sehingga pendekatan keluarannya terhadap keseimbangan air ; dan
hanya sekali atau pada kurun waktu Memprediksi pengaruh penambahan
tertentu dan tidak selamanya. pada tempat-tempat tertentu terhadap
aliran air bawah tanah.
3.3. Model HEC-HMS Kemampuan pemodelan TOPOG sangat
relevan pada isu-isu pengelolaan seperti :
HEC-HMS (Hydrologic Engineering Center’s a. Genangan air dan salinitas lahan-lahan
Hydrologic Modeling System) dikembangkan oleh kering
US Army Corps of Engineers – Institute for Water b. Produksi air dari suatu DAS
Resources. Model HEC-HMS merupakan program c. Erosi dan sedimentasi
komputer untuk menghitung pengalihragaman d. Peramalan banjir
hujan dan proses routing pada suatu sistem DAS. e. Pembuangan limbah cair rumah tangga,
Model yang terdapat dalam HEC-HMS dapat pertanian dan industri pada lahan
digunakan untuk menghitung volume runoff, f. Penghutanan kembali dan penanaman
direct runoff, baseflow dan channel flow. Model hutan
ini merupakan pengembangan dari model yang g. Penilaian kemungkinan longsor
sebelumnya yaitu HEC-1. Salah satu keunggulan h. Penilaian habitat ekologi.
dari model HEC-HMS adalah telah digunakannya TOPOG mendiskripsikan air bergerak dalam
konsep GIS dalam penyelesaian modelnya. tiga dimensi suatu wilayah; melalui permukaan ke
HEC-HMS dirancang untuk mensimulasikan dalam tanah, dan melalui tanah dan kembali ke
proses hujan-limpasan (precipitation-runoff) atmosfir sebagai evaporasi.
terutama untuk DAS dengan pola dendritik. Model Kekuatan utama TOPOG adalah pada
ini dirancang untuk dapat digunakan pada DAS prosesnya yang didasarkan pada model digital
berukuran besar. Data hidrograf yang dihasilkan terrain analysis yang rumit (shophisticated) yang
dapat digunakan secara langsung atau dikaitkan secara tepat/teliti mendiskripsikan hal-hal yang
dengan software lain untuk menanggulangi berbagai berkaitan dengan topografi dari suatu bentuk wilayah
permasalahan hidrologi, seperti ketersediaan air, dengan tiga dimensi. TOPOG juga diperlengkapi
drainase kota dan peramalan aliran (Dasanto, untuk mensimulasi perubahan kelembaban tanah
2006). dan kecepatan pergerakan air dalam tanah dalam
Widodo (2006) yang telah melakukan kajian landscape akibat perubahan pengelolaan lahan.
sistem drainase di kota pesisir dengan mengambil TOPOG juga dikembangkan untuk mendiskripsikan
studi kasus di Medokan, Surabaya memanfaatkan proses-proses dalam landscape yang berkaitan
Review Modeling Hidrologi DAS di Indonesia ... (Budi Harsoyo) 45
dengan air seperti erosi, salinitasi, dan gerakan tidak menghitung hasil sedimen dari erosi parit,
pollutant dalam tanah. tebing sungai dan dasar sungai.
Menurut Hidayat (2003), berdasarkan hasil
3.5. Model USLE pembandingan besaran erosi hasil pengukuran
pada petak erosi standar (Wischmeier plot) dan
USLE (Universal Soil Loss Equation) erosi hasil pendugaan diketahui bahwa model USLE
adalah model penduga erosi, merupakan model memberikan dugaan yang lebih tinggi untuk tanah
empiris yang dikembangkan di Pusat Data Aliran dengan laju erosi rendah, dan erosi dugaan yang
Permukaan dan Erosi Nasional, Dinas Penelitian lebih rendah untuk tanah dengan laju erosi tinggi.
Pertanian, Departemen Pertanian Amerika Serikat Dengan kata lain kurang akuratnya hasil pendugaan
(USDA) bekerja sama dengan Universitas Purdue erosi pada skala plot, mencerminkan hasil dugaan
pada tahun 1954. Model tersebut dikembangkan model ini pada skala DAS akan mempunyai
berdasarkan hasil penelitian erosi pada petak kecil keakuratan yang kurang baik. Disamping itu, model
(Wischmeier plot) dalam jangka panjang yang USLE tidak menggambarkan proses-proses penting
dikumpulkan dari 49 lokasi penelitian. Berdasarkan dalam proses hidrologi (Risse et al.,1993; dalam
data dan informasi yang diperoleh dibuat model Hidayat, 2003). Berdasarkan beberapa kelemahan
penduga erosi dengan menggunakan data curah tersebut, model erosi USLE disempurnakan
hujan, tanah, topografi dan pengelolaan lahan. menjadi RUSLE (Revised USLE) dan MUSLE
Secara deskriptif model tersebut diformulasikan (Modified USLE) dengan menggunakan teori erosi
sebagai berikut : modern dan data-data terbaru tetapi masih tetap
A = R K L S C P berbasis plot.
di mana Hasil-hasil penelitian pengujian model
A : jumlah tanah yang tererosi (ton/ha/ penduga erosi USLE baik yang dilakukan di
tahun) Indonesia maupun di luar negeri seperti Afrika,
R : faktor erosivitas hujan Eropa, negara-negara Asia dan di Amerika Serikat
K : faktor erodibilitas tanah itu sendiri, menunjukkan bahwa model penduga
L : faktor panjang lereng erosi USLE tidak dapat digunakan secara universal
S : faktor kemiringan lereng dan memberikan hasil pendugaan yang bias jika
C : faktor penutupan & pengelolaan digunakan untuk memprediksi erosi DAS (Hidayat,
tanaman 2003). Hal tersebut disebabkan karena :
P : faktor tindakan konservasi tanah Model USLE sering digunakan untuk
Pada awalnya model penduga erosi USLE memperhitungkan erosi pada DAS yang
dikembangkan sebagai alat bantu para ahli kompleks, padahal aslinya model ini di
konservasi tanah untuk merencanakan kegiatan Amerika Utara diaplikasikan hanya
usahatani pada suatu landscape (skala usaha untuk daerah pertanian yang memiliki
tani). Akan tetapi mulai tahun 1970, model ini sistem pengelolaan dan penanaman
menjadi sangat populer sebagai model penduga yang konsisten. Suatu DAS yang
erosi lembar (sheet erosion) dan erosi alur (rill kompleks tidak memiliki konsistensi
erosion) dalam rangka mengaplikasikan kebijakan untuk kedua hal tersebut, ditambah lagi
konservasi tanah. Model ini juga pada awalnya bahwa pada suatu DAS mempunyai
digunakan untuk menduga erosi dari lahan-lahan variabilitas wilayah yang sangat tinggi.
pertanian, tetapi kemudian digunakan pada daerah- USLE membutuhkan data yang spesifik
daerah penggembalaan, hutan, pemukiman, dan detail, oleh karena itu hasil
tempat rekreasi, erosi tebing jalan tol, daerah perhitungan yang diperoleh akan keliru
pertambangan dan lain-lain. jika diaplikasikan untuk
Model penduga erosi USLE juga telah memperhitungkan erosi di suatu DAS
secara luas digunakan di Indonesia. Disamping yang kompleks.
digunakan sebagai model penduga erosi wilayah Masih sama dengan alasan di atas,
(DAS), model tersebut juga digunakan sebagai model USLE akan memberikan hasil
landasan pengambilan kebijakan pemilihan teknik yang keliru jika digunakan untuk
konservasi tanah dan air yang akan diterapkan, memprediksi sedimentasi di suatu
walaupun banyak kalangan menilai bahwa reservoir, karena aslinya model USLE
ketepatan penggunaan model tersebut dalam hanya digunakan untuk meprediksi
memprediksi erosi DAS masih diragukan. Hal erosi tahunan pada suatu unit lahan,
ini disebabkan karena model USLE hanya dapat bukan untuk prediksi sedimentasi di
memprediksi rata-rata kehilangan tanah dari erosi suatu reservoir.
lembar dan erosi alur, tidak mampu memprediksi Kekeliruan juga bersumber pada
pengendapan sedimen pada suatu landscape dan penetapan besarnya faktor C (tanaman)
46 Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 11, No. 1, 2010: 41-47
yang ditawarkan oleh GEOSS/AWCI tersebut Dasanto, B.D. 2006. Petunjuk Praktikum
untuk diterapkan di Indonesia, karena belum Hydrologic Modeling System HEC
adanya kesepakatan antar Departemen/Instansi HMS. Departemen Geofisika dan
di Indonesia yang berwenang dengan database- Meteorologi, Fakultas Matematika dan
database yang diperlukan untuk saling sharing Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
data. Kiranya hal ini perlu menjadi perhatian bagi Pertanian Bogor.
pemerintah, agar sekiranya di Indonesia dapat Pawitan, H. 2000. Hidrologi Daerah Aliran
dibentuk atau ditetapkan suatu lembaga / instansi Sungai: Teknik Pemodelan dan
yang berfungsi menjadi clearing house sebagai Simulasi Sistem DAS. Makalah
pusat data hidrologi, iklim dan cuaca di Indonesia Pelatihan Agroklimatologi. Jur.
secara independen, sehingga selanjutnya bagi Geofisika dan Meteorologi, FMIPA
siapa saja yang membutuhkan, data-data tersebut IPB Bekerjasama Bagpro
dapat mudah diperoleh dan tidak sesulit seperti Peningkatan Sdm Ditjen Dikti
yang masih terjadi dan dirasakan sekarang ini. Depdiknas. Bogor, 14-26 Agustus
2000.
Salim, H.T., M.S.Badri Kusuma, Nazili.
DAFTAR PUSTAKA 2006. Pemodelan Hubungan
Hujan, Limpasan dan Kapasitas Erosi
Sri Harto Br. 1993. Analisis Hidrologi. PT. Pada Suatu DAS Yang Masuk Ke
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Palung Sungai. ITB Sains & Tek. Vol.
Sinukaban, N., S.D. Tarigan, W. Purwakusuma, 38 A, No.1, 2006, 51 – 72, Fakultas
D.P.T. Bakoro dan E. D. Wahyunie.b 2000. Teknik Sipil dan Lingkungan – Institut
Analysis of Watershed Function (Sediment Teknologi Bandung.
Transfer Across Various Type of Filter Tikno, S. 1996. Penggunaan Model
Strips). Lab. of Soil Physics and Soil & ANSWERS untuk Memprediksi Aliran
Water Conservation, Dept. of Soil Science, Permukaan dan Sedimen di Sub DAS
IPB-ICRAF. Bogor. Cibarengkok Cimuntur, Jawa Barat.
Hidayat, Y., 2001. Aplikasi Model ANSWERS Tesis Magister. Program
dalam Mempredikasi Erosi dan Aliran Pascasarjana, IPB. Bogor.
Permukaan di DTA Bodong Jaya dan DAS Nugroho, S.P., S. Adi dan H. Soewandito.
Way Besay Hulu, Lampung Barat. Tesis 2002. Pengaruh Perubahan
Magister. Program Pascasarjana, IPB. Penggunaan Lahan Terhadap Aliran
Bogor. Permukaan, Sedimen Dan Unsur
Hidayat, Y., 2003. Model Penduga Erosi. Tesis Hara. Jurnal Sains dan Teknologi
Magister. Makalah Falsafah Sains (PPs BPPT Vol.4 No.5, JSTI 2002.
702). Program Pascasarjana, IPB. Bogor.
Dasanto, B.D. 2000. Penuntun Praktikum Model
Hidrologi Daerah Aliran Sungai. Makalah
Pelatihan Agroklimatologi. Jur. Geofisika
dan Meteorologi, FMIPA-IPB Bekerjasama
Bagpro Peningkatan SDM Ditjen Dikti
Depdiknas. Bogor, 14-26 Agustus 2000.