Disusun oleh:
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
Zainur Rouf 10211600000084
Ahmad Fajar Reynaldi 10211600000090
Pricillia Fransis Medina 10211600000125
Telah disahkan dan disetujui:
Supervisor Mesin 2 Pembimbing Lapangan
PLTGU PT. PJB UPHT Gresik PLTGU PT. PJB UPHT Gresik
(Agus priyono)
NIP. 7907043JA
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
Zainur Rouf 10211600000084
Ahmad Fajar Reynaldi 10211600000090
Pricillia Fransis Medina 10211600000125
Telah disahkan dan disetujui:
Koordinator Kerja Praktek Dosen Pembimbing Kerja Praktek
D3 Teknik Mesin Industri FV-ITS D3 Teknik Mesin Industri FV-ITS
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan berkah-Nya
yang telah berikan, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kerja praktik
kami PT. Pembangkit Jawa-Bali, Unit Pelayanan Pemeliharaan Wilayah Timur
Gresik yang dilaksanakan pada tanggal 4 Juni - 24 Juli 2018.
Laporan kerja praktik ini kami buat sebagai persyaratan mata kuliah di
program studi D3 Teknik Mesin, Departemen Teknik Mesin Industri, Fakultas
Vokasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Dalam penyusunan
laporan initidak lepas dari bimbingan dan bantuan semua pihak yang mendukung
kami, untuk itu pada kesempatan ini tidak lupa kami ucapkan terimakasih yang
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Heru Mirmanto, MT selaku Ketua Departemen Teknik
Mesin Industri, Fakultas Vokasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya.
2. Bapak Ir. Suhariyanto, MT selaku Kepala Program Studi D3 Teknik Mesin
dan Koordinator Kerja Praktik, Departemen Teknik Mesin Industri,
Fakultas Vokasi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya.
3. Bapak Ir. Syamsul Hadi, MT selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktik,
Departemen Teknik Mesin Industri, Fakultas Vokasi, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember Surabaya.
4. Kepala bagian SDM PT. PJB UPHT Gresik yang telah memberikan ijin
kepada kami untuk kerja praktik.
5. Bapak Suwarno Siran selaku SPV Senior Mesin 2 atas kesempatan yang
telah diberikan selama proses kerja praktik berlangsung
6. Bapak Daduk Eka Rustamaji selaku Pembimbing Kerja Praktik yang
senantiasa membimbing dan memberi dukungan kepada kami.
7. Staff dan Karyawan PT. PJB UPHT yang telah membantu kami selama
kerja praktik dan menemani saat proses overhaul berlangsung.
8. Kepada Ayah dan Ibu yang telah membantu kami baik moral maupun
moril dan mendo’akan dalam penulisan laporan ini.
9. Teman – teman kuliah Program Studi D3 Teknik Mesin Industri yang
telah memberikan dukungan selama kerja praktik.
Kami menyadari bahwa penyusunan laporan kerja praktik ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangung sangat kami
harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Kami berharap semoga laporan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca.
Gresik,
DAFTAR ISI
Contents
LAPORAN KERJA PRAKTEK....................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .......................................................................................................iv
DAFTAR ISI...................................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................................vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2 Tujuan ................................................................................................................ 1
1.3 Ruang Lingkup Kerja Praktek ........................................................................ 2
1.4 Waktu dan Tempat Pelaksanaan..................................................................... 3
1.5 Metode Penelitian.............................................................................................. 3
1.6 Sistematika Penulisan ....................................................................................... 4
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN ................................................................................................. 5
2.1. Sejarah Perubahan ........................................................................................... 5
2.2. Lokasi Perusahaan ............................................................................................ 6
2.3. Visi dan Misi Perusahaan ................................................................................. 7
2.4. Daftar Unit Pembangkit PT. PJB UP Gresik ................................................. 7
BAB III
KESELAMATAN dan KESEHATAN KERJA ( K3 ) DI BIDANG INDUSTRI ........ 9
3.1. Definisi ............................................................................................................... 9
3.2. Tujuan Dan Sasaran K3 ................................................................................... 9
3.3. Rambu – Rambu Keselamatan Kerja ........................................................... 10
3.4. Akibat Yang Ditimbulkan Apabila Mengabaikan K3 Di Atas ................... 12
3.5. Penyelidikan Terhadap Kecelakaan.............................................................. 13
3.6. Pelatihan Keselamatan dan Kesehatan Kerja .............................................. 13
BAB IV
SISTEM PRODUKSI LISTRIK DAN MAINTENANCE PADA PLTGU GRESIK 14
4.1 Proses Produksi ............................................................................................... 14
DAFTAR GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan pelaksanaan kerja praktek di PLTGU PT. Pembangkit Jawa-Bali
UPHT Gresik dapat dibagi menjadi dua bagian, yakni tujuan umum dan tujuan
khusus :
Tujuan Umum
Secara umum tujuan dari pelaksanaan kerja praktek ini antara lain :
1. Terwujudnya pola hubungan yang jelas dan terarah antara dunia
perguruan tinggi dan pengguna dunia kerja sebagai pengguna outputnya
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
Apabila ditinjau dari segi ekonomi, PLTU tersebut sangat cocok, letaknya
berada ditepi pantai sehingga sangat mudah dalam pengangkutan bahan bakar
karena yang dibangun adalah Pusat Listrik Tenaga Uap yang bahan bakar untuk
memperoleh uap adalah air. Sedangkan air yang diperlukan pada PLTU sangat
banyak sekali, maka air tersebut diambil dari laut. Perhitungan dan persyaratan
untuk memperoleh air yang diinginkan guna penguapan sudah diteliti menurut
ketentuan yang diperbolehkan.
Adapun alasan dipilihnya Gresik sebagai lokasi pembangunan Pembangkit
Tenaga Listrik adalah:
1. Lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) maupun Tenaga Gas-
Uap (PLTGU) berada di dekat pantai untuk mempermudah
turbin gas, generator, dan trafo utama. Bahan bakar yang digunakan adalah
minyak solar(HSD) dan gas alam
Prinsip kerja PLTG sendiri yaitu udara yang dimasukkan kedalam
kompresor untuk ditekan hingga temperatur dan tekanannya naik sehingga
dari udara yang dihasilkan oleh kompresor akan digunakan sebagai udara
pembakaran dan juga untuk mendinginkan bagian – bagian turbin gas.
Setelah dikompresi, udara tersebut dialirkan ke ruang bakar. Didalam
ruang bakar udara bertekanan tinggi dicampur dengan bahan bakar untuk
melalui proses pembakaran. Apabila digunakan bahan bakar berupa gas,
maka gas tersebut dapat dicampur langsung dengan udara untuk dibakar,
sedangkan apabila menggunakan bahan bakar minyak maka harus
dikabutan erlebih dahulu kemudian dicampur dengan udara untuk dibakar.
Efisiensi dari pembakaran tersebut sangat berpengaruh dengan
menggunakan teknik pencampuran bahan bakar dengan udara.
Pembakaran bahan bakar tersebut menghasilkan gas dengan suhu dan
tekanan yang tinggi. Gas hasil pembakaran ini kemudian dialirkan menuju
turbin untuk dispraykan kepada sudu – sudu turbin sehingga energi
(enthalpy) gas ini dikonversikan menjadi energi mekanik dalam turbin
penggerak generator dan akhirnya menghasilkan listrik.
Saat ini PT. PJB UP Gresik memiliki 2 unit PLTG dengan
kapasitas pembangkitan sebesar 20 MW setiap unitnya, pengoperasian
PLTG digunakan hanya pada saat totally black out dan ketika jaringan
total di Jawa Blai terdapat kekurangan daya. Hal ini dikarenakan biaya
operasionalnya jauh lebih besar dibandingkan daya yang dihasilkan.
BAB III
KESELAMATAN dan KESEHATAN KERJA ( K3 ) DI BIDANG
INDUSTRI
3.1. Definisi
Keselamatan Dan Kesehatan Kerja adalah bagian dari sistem manjemen
secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, tanggung jawab,
implementasi, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan, penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan
keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka penanganan risiko yang berkaitan
dengan aktivitas kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan
efektif.
Pada gambar berikut dijelaskan bahwa harus berhati – hati karena terdapat
listrik bertegangan tinggi.
3.3.4 Kendaraan dilarang masuk
Ada pun arti dibalik setiap warna yang diperlihatkan dalam rambu – rambu
seperti di atas dan setiap warna memiliki arti yang berbeda – beda seperti
pada gambar.
Dengan cara yang sama bahwa analisa metode suatu pekerjaan terhadap
elemen-elemennya untuk menganalisa gerak pribadi dan waktu masing-masing,
atau dengan cara yang sama meneliti analisa seperti aspek-aspek suatu tingkatan
pekerjaan, tanggung jawab dan juga pelatihan, analisa keselamatan juga
memandang tugas dari seorang operator untuk menghindari terjadinya kecelakaan.
Sebelum menyelesaikan suatu studi kasus, analisa keselamatan harus bisa
menentukan, tujuan setiap pekerjaan. Jika fakta-fakta tersebut ditentukan
sebelumnya, menyaring dan penempatan, kedua perusahaan dan pekerja
mendapatkan keuntungan.
BAB IV
SISTEM PRODUKSI LISTRIK DAN MAINTENANCE PADA PLTGU
GRESIK
2. Udara bertekanan dalam gas alam dibakar didalam ruang bakar dan
menghasilkan gas panas bertekanan tinggi yang diarahkan ke sudu – sudu
turbinoleh nozzle.
3. Turbin berputar akibat pancaran gas panas terarah pada sudu – sudunya,
daya putaran turbin menggerakkan generator.
4. Generator yang digerakkan oleh turbin gas menghasilkan energi listrik.
5. Gas panas yang keluar dari turbin gas (Exhaust Gas) masuk ke HRSG
guna memanaskan air.
6. LP BFP ( Low Preassure Boiler Feed Pump ) memompa air dari daerator
ke LP Economizer dan HP BFP ( High Preassure Boiler Feed Pump)
meompa air dari deaerator ke HP economizer.
7. Air dari LP economizer dialirkan ke LP drum untuk kemudian dipompa
oleh LP BCP ( Low Pressure Boiler Circulating Pump ) ke LP Evaporator
selanjutnya uap yang dihasilkan LP Evaporator dialirkan kembali ke LP
Drum.
8. Air dalam HP economizer dialirkan ke HP Drum untuk kemudian dipomp
a oleh HP BCP (High Preassure Boiler Circulating Pum) ke Hp evaporator
selanjutnya uap yang dihasilkan HP evaporator dialirkan ke HP Drum.
9. Uap dari LP Drum dialirkan ke LP steam turbin guna menggerakkan sudu
– sudu turbin LP.
10. Uap dari HP drum dialirkan ke superheater untuk mendapatkan uap
kering, kemudian uap tersebut dialirkan ke HP steam turbin guna
menggerakkan sudu – sudu turbin HP. Selanjutnya uap dari turbin HP
dialirkan ke turbin LP guna guna menggerakkan sudu – sudu turbin LP.
11. Generator yang digerakkan oleh turbin uap ( HP dan LP ) menghasilkan
evergi listrik.
12. Dalam kondensor uap dari turbin mengalami pengembunan air hasil dari
pengembunan di pompa ke CEP ( Condensat Extraction Pump ) ke
preheater.
13. Setelah dipanaskan ke dalam preheater, air tersebut dialirkan ke deaerator.
penggabungan dari turbin gas ( PLTG ) dan turbin uap ( PLTU)
memanfaatkan gas buang hasil sisa pembakaran yang masih bersuhu cukup tinggi
( 1000 F atau 500 C ) yang keluar dari exhaust turbin gas guna memanaskan
HRSG atau ketel uap dapat dicapai efisiensi termal yang keseluruhan relatif tinggi
dari suatu instalasi Power plant.
Tujuan utama dari pembangkit kombinasi tersebut yaitu untuk
meningkatkan efisiensi termal yang cukup tinggi mencapai 50%. Hal ini
dikarenakan pertumbuhan akan energi listrik meningkat pesat. Sedangkan
penggunaan turbin gas sebagai pembangkit energi listrik (PLTG) yang
mempunyai efisiensi termal rendah yaitu 30% dan pembangkit tenaga uap (PLTU)
memiliki efisiensi termal 35% sehingga dibutuhkan suatu pembangkit listrik
dengan siklus kombinasi yang menghasilkan energi yang lebih besar.
4.1.1 Turbin Gas
Diawali dengan menjalankan motor starter (penggerak mula) memutar
compressor untuk memampatkan udara yang telah tersaring Inlet Air
System GT yang memiliki 1056 filter kemudian menuju pada ruang bakar
dan diinjeksikan bahan bakar gas bumi atau HSD (High Speed Diesel-solar
kualitas utama), kemudian dinyalakan dengan igniter (untuk awal
pembakaran) menghasilkan gas panas betekanan tinggi diarahkan ke sudu-
sudu turbin oleh nozzle. Setelah gas hasil pembakaran mampu memutar
turbin, compressor dan generator, secara otomatis motor starter akan mati
pada putaran 2010 rpm. Putaran compressor terus naik hingga 3000 rpm,
selanjutnya generator menghasilkan energi listrik untuk diparalelkan
dengan jaringan interkoneksi Jawa Bali. Disamping menghasilkan listrik,
turbin gas juga menghasilkan gas buang. Gas buang yang dihasilkan oleh
Turbin Gas dapat dimanfaatkan untuk dimasukkan dalam HRSG yang
nantinya akan berubah menjadi fasa uap. Uap atau steam tersebut nanti
yang akan memutar Turbin Uap. Komponen – komponen penyusun Turbin
Gas antara lain :
1. Air Inlet
Posisi inlet terletak di bagian depan mesin Turbin gas di depan
compressor. Fungsi utama suatu inlet adalah sebagai tempat masuknya
udara yang diperlukan untuk terjadinya suatu pembakaran di dalam ruang
bakar (burner).
2. Compressor
Compressor berfungsi untuk memampatkan udara dan menaikan
tekanan sebelum masuk kedalam combustion chamber. Ada 2 tipe
compressor yaitu :
Gambar 9. Compressor
a. Axial : Kompresor yang bekerja dan mendapatkan udara dengan
dihisap lurus kebelakang langsung ke combustion chamber.
f. Cross Fire Tubes, berfungsi untuk meratakan nyala api pada semua
Combustion Basket.
g. Flame Detector, merupakan alat yang dipasang untuk mendeteksi
proses pembakaran terjadi.
B. Economizer
Ekonomiser terdiri dari pipa-pipa air yang di tempatkan pada lintasan
gas asap setelah pipa Evaporator. Pipa-pipa ekonomiser dibuat dari bahan
baja atau besi tuang yang sanggup untuk menahan panas dan tekanan tinggi.
Ekonomiser berfungsi untuk memanaskan air pengisi sebelum memasuki
steam drum dan evaporator sehingga proses penguapan lebih ringan
dengan memanfaatkan gas buang dari HRSG yang masih tinggi sehingga
memperbesar efisiensi HRSG karena dapat memperkecil kerugian panas
pada HRSG tersebut. Air yang masuk pada Evaporator sudah pada
temperatur tinggi sehingga pipa-pipa Evaporator tidak mudah rusak karena
perbedaan temperatur tidak terlalu tinggi.
C. Evaporator
Evaporator merupakan alat penukar kalor yang menghasilkan uap
jenuh (saturated) dari air pengisi HRSG. Evaporator terletak di antara
Ekonomiser dan Superheater. Campuran air dan uap meninggalkan
Evaporator dan masuk drum uap melalui pipa-pipa yang disebut riser. Drum
uap merupakan bejana tekan silindris yang terletak di bagian atas HRSG. Di
bagian dalam drum terdapat piranti mekanis seperti cyclone dan screen
pemisah campuran air dan uap (demister). Uap meninggalkan drum melalui
pipa yang menuju ke Superheater. Sedangkan air disirkulasikan kembali
melalui pipa-pipa yang disebut downcomer masuk kembali ke Evaporator.
Uap yang masuk ke superheater merupakan uap kering karena jika uap
basah yang masuk maka kandungan partikular padat yang terlarut dalam uap
akan mengendap dalam tube superheater yang dapat mengakibatkan
temperatur logam tube akan naik dan selanjutnya mengakibatkan terjadinya
kegagalan tube.
D. Superheater
Superheater merupakan alat penukar kalor pada HRSG yang
menghasilkan uap panas lanjut (superheated steam). Superheater dapat
terdiri dari satu atau lebih modul penukar kalor. Pada modul superheater
yang banyak biasanya mempunyai kontrol temperatur uap di antara modul-
modulnya (Desuperheater) untuk mencegah terjadinya temperatur logam
yang berlebih pada bagaian akhir dari modul dan untuk meminimalkan
kemungkinan kandungan air yang masuk ke dalam turbin uap.
daerah operasional. Semua pabrik pembuat turbin gas telah menetapkan suatu
ketetapan yang aman dalam pengoperasian sehinggan turbine selalu dalam batas
kondisi aman dan tepat waktu untuk melakukan maintenance. Secara umum
maintenance dapat dibagi dalam beberapa bagian, diantaranya adalah:
1. Preventive Maintenance
3. Predictive Maintenance
4. Corrective Maintenance
6. Modification Maintenance
Jenis inspeksi yang dilakukan oleh PJB UPHT di Gas Turbin PLTGU
terdapat 3 jenis inspeksi, yaitu CI (Combustion Inspection), TI (Turbine
Inspection), serta MI (Major Inspection). Inspeksi yang dilakukan PJB UPHT di
Gas Turbin memiliki siklus tersendiri yang jangka waktuny ±8000 jam kerja
komponen. Siklus pemeliharaan GT PLTGU adalah sebagai berikut
Combustion
Inspection
(CI)
Mayor Turbine
Inspection Inspection
(MI) (TI)
Combustion
Inspection
kontinu akan mempengaruhi sedikit dalam masa engine jika tidak ada
persyaratan untuk perubahan beban yang sering dan cepat. Lingkungan
juga memainkan peran penting dalam menentukan interval inspeksi, mis.,
Kondisi udara atmosfer, apakah itu kondisi normal, abrasif atau korosif.
Sementara, waktu start-up berarti engine dapat dihidupkan secara normal
atau cepat, tetapi pabrikan tidak merekomendasikan start cepat yang dapat
menyebabkan tegangan termal transien yang lebih tinggi dan masa pakai
yang lebih rendah. Karenanya, data operasi diakumulasikan untuk
menentukan interval inspeksi engine.
Jenis overhaul untuk turbin gas yang dilakukan setiap 8000 EOH
(Equivalent Operating Hours) untuk turbin gas dan 7500 EOH untuk
turbin minyak. Dalam turbin uap, perombakan jenis ini dinamakan Simple
Inspection (SI). Secara umum, uraian tugas untuk perbaikan ini adalah
pembongkaran, inspeksi dan perbaikan nozzle bahan bakar, combustion
basket, transition pieces dan komponen lainnya di ruang bakar. Dalam hal
ini, tahap pertama sudu turbin juga diperiksa dari lubang pemasangan
transition pieces. Durasi melakukan inspeksi pembakaran hanya lima hari,
termasuk pembongkaran, inspeksi, perakitan dan memulai unit. Padahal
sebelumnya, durasi untuk perbaikan jenis ini adalah sepuluh hari.
operasi kurang dari 30000 jam, retakan dalam sumur olahraga kurang dari
6 buah / cincin, jarak panjang retak kurang dari 25 mm jika retakan sejalan
dengan aliran udara panas dan kurang dari 38 mm jika retakan bersilangan
dengan aliran udara panas, panjang retakan kurang dari 51 mm dan jumlah
retakan per baris kurang dari 12 buah. Untuk tabung cross flame, panjang
retakan maksimum adalah 20 mm dengan jarak antara retakan kurang dari
15 mm. Kemudian, menggunakan kembali potongan transisi
diperbolehkan ketika persyaratan, mis., Panjang pengelasan maksimum
adalah 40 mm, jarak antara retak kurang dari 50 mm, ketebalan dinding di
atas 3,2 mm, erosi pelapisan maksimum 30%, terpenuhi. Nozzle bahan
bakar, baik pembakaran minyak dan gas, setelah dibersihkan dan dirakit
berdasarkan prosedur dari pabrikan, harus ada pengukuran clearance
dengan masing-masing toleransi. Untuk gas swirl nozzle, ada dua titik
yang disebut "A" untuk bagian atas dan "B" untuk sisi dengan interval
toleransi sekitar 2,67 hingga 3,17 mm dan 1,23 hingga 2,28 mm.
Sedangkan, untuk pipa / colokan nosel oli, hanya ada satu titik yang
disebut "C" dengan interval toleransi sekitar 1,68-2,18 mm.
Gambar 26. Mengukur Jarak Antara Inner Wall and Boom Pipe
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Setelah melaksanakan Kerja Praktik di PT. Pembangkit Jawa – Bali Unit
Pemeliharaan Timur Gresik dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
1. PT. PJB UPHT Gresik merupakan unit pemeliharaan untuk semua unit
pembangkit di PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik dan PT. PJB Unit
Pembangkitan Paiton, dan juga dapat membantu pemeliharaan unit di
luar Pulau Jawa.
2. Sistem Pembangkit di PT. PJB Gresik dengan menggunakan Tenaga
Gas, Tenaga Uap, dan paduan antara keduanya yaitu PLTGU
(Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap)
3. Energi listrik yang dihasilkan dari proses produksi PT. PJB UP. Gresik
mencapai 2170 MW. Dengan rincian: PLTU = 600 MW, PLTGU =
1500 MW, PLTG Alstom = 70 MW.
4. Maintenance rutin yang dilakukan dapat dikelompokkan menjadi
overhaul, preventif maintenance, corrective maintenance, Maintenance
non rutin. Overhaul ada 3 macam, yaitu Major Inspection (setiap 32000
Jam), Turbine Inspection (Setiap 16000 Jam), dan Combustion
Inspection (Setiap 8000 Jam). Preventive maintenance misalnya
penambahan oli atau minyak jika sudah berada di lower level.
Predictive maintenance diantaranya penanganan kerusakan pompa yang
sebelumnya sudah dipantau getaran pada pompa secara intensif.
Sedangkan corrective maintenance misalnya penanganan air filter yang
tersumbat. Maintenance non rutin yang dilakukan yaitu penanganan
kerusakan yang terjadi secara tiba-tiba atau bisa disebut breakdown
maintenance.
5.2. Saran
1. Pemakaian APD saat bekerja lebih ditingkatkan lagi agar resiko
kecalakaan dapat diminimalisir
2. Pada perpustakaan PT. PJB UPHT Gresikperlu lebih lengkap dan detail
pada manual book, buku mengenai maintenance turbin, dan HRSG
untuk mempermudah pengunjung mencari informasi lebih detail.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN