Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny. H.

L
DENGAN GANGGUAN ELIMINASI FEKAL

DI SUSUN OLEH
NAMA : ENI INDRAWATI BANO
NIM : C03118010

MENGETAHUI

PRESEPTOR KLINIK TTD

PRESEPTOR AKADEMIK TTD

1. TGL..
TANGGAL PENGUMPULAN 2. TEPAT WAKTU
3. TERLAMBAT

SARAN PRESEPTOR
KLINIK / AKADEMIK

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2018
A. KONSEP DASAR
1. DEFINISI
Eliminasi fekal bergantung pada gerakan kolon dan dilatasi sphincter ani. Kedua
faktor tersebut dikontrol oleh sistem saraf parasimpatis. Gerakan kolon meliputi tiga
gerakan yaitu gerakan mencampur, gerakan peristaltic dan gerakan massa kolon.
Gerakan massa kolon ini dengan cepat mendorong feses makanan yang tidak dicerna
(feses) dari kolon ke rectum (Asmadi:2009)
Defekasi adalah pengeluaran feses melalui anus secara berkala yang sebelumnya
disimpan di dalam rectum. Usus besar mengeluarkan zat sisa kearah rectum dengan
gerakan peristaltic yang kuat disebut gerakan massa yang terkait dengan reflex
gastrokolik dan terjadi setelah makan. Rectum terisi feses yang pada akhirnya
memulai adanya desakan untuk defekasi (Chris booker:2008)
Secara umum terdapat beberapa masalah defekasi yang umum diantaranya konstipasi,
impaksi, diare, inkontinensia (Potter & Perry, 2006).
Jadi eliminasi fekal sebagai kebutuhan dasar manusia dimana gangguan eliminasi
fekal adalah gangguan dalam pengeluaran feses melalui anus yang diakibatkan oleh
beberapa masalah defekasi yang umum diantaranya konstipasi, impaksi, diare,
inkontinensia.
Gangguan eliminasi fekal adalah keadaan dimana seorang individu mengalami atau
berisiko tinggi mengalami statis pada usus besar, mengakibatkan jarang buang air
besar, keras, feses kering. Untuk mengatasi gangguan eliminasi fekal biasanya
dilakukan huknah, baik huknah tinggi maupun huknah rendah. Memasukkan cairan
hangat melalui anus sampai ke kolon desenden dengan menggunakan kanul
rekti(Potter & Perry, 2006).

2. EPIDEMIOLOGI/INSIDEN KASUS
Gangguan eliminasi fekal merupakan salah satu penyakit gastrointestinal (GI) dimana
masalah kehesehatan utama yang menyerang lebih dari 34juta orang amerika. Kira-
kira 20 juta dari mereka mengalami gangguan kronis dan kira-kira 2 juta mengalami
kecacatan permanen. Jumlah yang meninggal setiap tahun karena penyakit GI adalah
200.000. penyakit gastrointestinal penting karena mayoritas dari proses pencernaan
tempat terjadinya absorpsi. Jenis penyakit dan gangguan yang mempengaruhi saluran
GI sangat banyak dan bervariasi (Brunner dan Suddarth 2001)

3. PENYEBAB/FAKTOR PREDISPOSISI
a. Usia
Setiap tahap perkembangan/usia memiliki kemampuan mengtrol defekasi yang
berbeda. Bayi belum memiliki kemampuan mengontrol secara penuh dalam buang air
besar, sedangkan orang dewasa sudah memiliki kemampuan mengontrol secara penuh
dan pada usia lanjut proses pengontrolan tersebut mengalami penurunan
b. Diet
Diet atau pola atau jenis makanan yang dikonsumsi dapat mempengaruhi proses
defekasi. Makanan yang memiliki kandungan serat tinggi dapat membantu proses
percepatan defekasi dan jumlah yang dikonsumsipun dapat mempengaruhinya.
c. Asupan cairan
Pemasukan cairan yang kurang dalam tubuh membuat defekasi menjadi keras karena
proses absorpsi kurang sehingga dapat mempengaruhi kesulitan defekasi
d. Aktivitas
Aktivitas dapat mempengaruhi proses defekasi karena melalui aktivita tonus otot
abdomen, pelvis dan diagfragma dapat membantu kelancaran proses defekasi,
sehingga proses pergerakan peristaltic pada daerah kolon dapat bertambah baik dan
memudahkan dalam membantu proses kelancaran proses defekasi
e. Pengobatan
Pengobatan dapat mempengaruhi proses defekasi, seperti penggunaan laksansia atau
antasida yang terlalu sering
f. Gaya hidup
Kebiasaan atau gaya hidup dapat mempengaruhi proses defekasi. Hal ini dapat
terlihat pada seseorang yang memiliki gaya hidup sehat/kebiasaan melakukan buang
air besar di tempat yang bersih atau toilet. Maka, ketika orang tersebut buang air
besar ditempat terbuka atau tempat yang kotor, ia mengalami kesulitan dalam proses
defekasi
g. Penyakit
Beberapa penyakit dapat mempengaruhi proses defekasi, biasanya penyakit-penyakit
yang berhubungan langsung pada siste, pencernaan, seperti gatroenteristis atau
penyakit infeksi lainnya
h. Nyeri
Adanya nyeri dapat mempengaruhi kemampuan atau keinginan untuk berdefekasi
seperti nyeri pada beberapa kasus hemoroid dan episiotomy
i. Kerusakan sensoris dan motoris
Kerusakan pada sistem sensoris dan motoris dapat mempengaruhi proses defekasi
karena dapat menimbulkan proses penurunan stimulasi sensoris dalam berdefekasi.
Hal tersebut dapat diakibatkan oleh kerusakan pada tulang belakang atau kerusakan
saraf lainnya
j. Faktor psikologis
Penyakit tertentu yang mengakibatkan diare berat, seperti colitis ulseratif, mungkin
memiliki komponen psikologis. Aktivitas peristaltic meningkat pada beberapa orang
yang mengalami cemas atau marah dan akhirnya dapat menimbulakn diare. Orang
yang depresi dapat mengalami penurunan motilitas usus yang mengakibatkan
konstipasi
k. Tonus otot
Tonus perut, otot pelvik dan diafragma yang baik penting untuk defekasi.
Aktivitasnya juga merangsang peristaltik yang memfasilitasi pergerakan chyme
sepanjang colon. Otot-otot yang lemah sering tidak efektif pada peningkatan tekanan
intraabdominal selama proses defekasi atau pada pengontrolan defekasi. Otot-otot
yang lemah merupakan akibat dari berkurangnya latihan (exercise), imobilitas atau
gangguan fungsi syaraf.
l. Prosedur diagnostik
Prosedur diagnostik tertentu, seperti sigmoidoscopy, membutuhkan agar tidak ada
makanan dan cairan setelah tengah malam sebagai persiapan pada pemeriksaan, dan
sering melibatkan enema sebelum pemeriksaan. Pada tindakan ini klien biasanya
tidak akan defekasi secara normal sampai ia diizinkan makan.
Barium (digunakan pada pemeriksaan radiologi) menghasilkan masalah yagn lebih
jauh. Barium mengeraskan feses jika tetap berada di colon, akan mengakibatkan
konstipasi dan kadang-kadang suatu impaksi.
m. Anastesi dan pembedahan
Anastesi umum menyebabkan pergerakan colon yang normal menurun dengan
penghambatan stimulus parasimpatik pada otot colon. Klien yang mendapat anastesi
lokal akan mengalami hal seperti itu juga. Pembedahan yang langsung melibatkan
intestinal dapat menyebabkan penghentian dari pergerakan intestinal sementara. Hal
ini disebut paralytic ileus, suatu kondisi yang biasanya berakhir 24 – 48 jam.
Mendengar suara usus yang mencerminkan otilitas intestinal adalah suatu hal yang
penting pada manajemen keperawatan pasca bedah.
n. Iritan
Zat seperti makanan pedas, toxin baklteri dan racun dapat mengiritasi saluran
intestinal dan menyebabkan diare dan sering menyebabkan flatus

4. PATOFISIOLOGI
Ileus dapat disebabkan oleh manipulasi organ abdomen, peritonitis, sepsis
perlengketan neoplasma, benda asing, striktur dll. Adanya penyebab tersebut dapat
mengakibatkan passage usus terganggu sehingga terjadi akumulasi gas dan cairan
dlm lumen usus. Hal ini dapat menyebabkan gangguan absorbsi H20 dan elektrolit
pada lumen usus yang mengakibatkan kehilangan H20 dan natrium. Lumen usus yang
tersumbat secara progresif akan teregang oleh cairan dan gas (70% dari gas yang
ditelan) akibat peningkatan tekanan intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan
natrium dari lumen ke darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan diekskresikan ke
dalam saluran cerna setiap hari, tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan
penimbunan intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah
pengobatan dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit.
Pengaruh atas kehilangan ini adalah penciutan ruang cairan ekstrasel yang
mengakibatkan syok—hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan perfusi
jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus menerus mengakibatkan
lingkaran setan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke dalam
usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan peningkatan
permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin bakteri ke dalam rongga
peritoneum dan sirkulasi sistemik (brunner&suddarth:2001)
Divertikulitis
Divertikulum terbentuk bila mukosa dan lapisan submukosa kolon mengalami
herniasi sepanjang dinding muskuler akibat tekanan intraluminal tinggi dan volume
kolon yang rendah dan penurunan kekuatan otot dalam dinding kolon. Divertikulum
tersumbat dan kemudian terinflamasi jika obstruksi terus berlanjut. Inflamasi
cendrung menyebar ke dinding usus sekitar mengakibatkan timbulnya kepekaan dan
spattisitas kolon. Pada inflamasi lokal usus besar menyempit pada striktur fibrotik
yang menimbulkan kram feses berukuran kecil-kecil dan peningkatan konstipasi,
(brunner&suddarth:2001)

5. KLASIFIKASI
Jenis-jenis gangguan eliminasi fekal:
Secara umum terdapat beberapa masalah defekasi yang umum diantaranya konstipasi,
impaksi, diare, inkontinensia (Potter & Perry, 2006).
a. Konstipasi
Deskripsi : Keadaan individu yang mengalami atau berisiko tinggi mengalami
stasis usus besar sehingga menimbulkan eliminasi yang jarang atau keras, atau
keluarnya tinja terlalu kering dan keras.
Penyebab :
- Defek persarafan, kelemahan pelvis, imobilitas karena cedera serebrospinalis,
CVA dan lain-lain
- Pola defekasi yang tidak teratur
- Nyeri saat defekasi karena hemoroid
- Menurunnya perstaltik karena stress psikologis
- Penggunaan obat, seperti penggunaan antasida, laksantif, atau anaestesi
- Proses penuaan
Gejala :
- Adanya feses yang keras
- Defekasi kurang dari 3 kali seminggu
- Menurunnya bising usus
- Adanya keluhan pada rectum
- Nyeri saat mengejan dan defekasi
- Adanya persaan masih ada sisa feses
b. Impaksi
Deskripsi : Kumpulan feses yang mengeras.mengendap di dalam rectum yang
tidak dapat dikeluarkan. Pada kasus impaksi berat, massa dapat lebih jauh masuk ke
dalam kolon sigmoid. Klien yang menderita kelemahan, kebingungan atau tidak sadar
adalah klien yang paling berisiko mengalami impaksi. Mereka terlalu lemah atau
tidak sadar akan kebutuhannya untuk melakukan defekasi.
Penyebab : Akibat dari konstipasi yang tidak diatasi
Gejala :
- ketidakmampuan untuk mengeluarkan feses selama beberapa hari, walaupun
terdapat keinginan berulang untuk melakukan defekasi
- kehilngan nafsu makan
- distensi
- kram abdomen
- nyeri rektum
c. Diare
Deskripsi : Peningkatan jumlah feses dan peningkatan pengeluaran feses yang
cair dan tidak berbentuk. Atau arti lain adalah keadaan individu yang mengalami
pengeluaran feses dalam bentuk cair. Diare adalah gejala gangguan yang
mempengaruhi proses pencernaan, absorpsi, dan sekresi di dalam saluran GI. Isi usus
terlalu cepat keluar melalui usus halus dan kolon sehingga absorpsi cairan yang biasa
tidak dapat berlangsung. Iritasi di dalam kolon dapat menyebabkan peningkatan
sekresi lendir. Akibatnya feses menjadi lebih encer sehingga klien menjadi tidak
mampu mengontrol keinginan untuk defekasi.
Penyebab :
- Malabsorpsi atau inflamasi, proses infeksi
- Peningkatan peristaltic karena peningkatan metabolisme
- Efek tindakan pembedahan usus
- Efek penggunaan obat seperti antasida, laksansia, antibiotic dan lain-lain
- Stress psikologis
Gejala :
- Adanya pengeluaran feses cair
- Frekuensi lebih dari 3 kali sehari
- Nyeri/kram abdomen
- Bising usus meningkat
d. Inkontinensia
Deskripsi : Ketidakmampuan mengontrol keluarnya feses dan gas dari anus.
Kondisi fisik yang merusakkan fungsi atau control sfingter anus dapat menyebabkan
inkontinensia. Pengertian lain mengenai inkontinensia adalah keadaan individu yang
mengalami perubahan kebiasaan defekasi normal dengan pengeluaran feses tanpa
disadari, atau juga dapat dikenal dengan inkontinensia alvi yang merupakan
hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses dan gas melalui
sfingter akibat kerusakan sfingter.
Penyebab :
- Gangguan sfingter rectal akibat cedera anus, pembedahan, dan lain-lain
- Distensi rectum berlebih
- Kurangnya control sfingter akibat cedera medulla spinalis, CVA, dan lain-lain
- Kerusakan kognitif
Gejala :
- Pengeluaran fese yang tidak dikehendaki
e. Flatulen
Deskripsi : Suatu keadaan dimana gas terakumulasi di dalam lumen usus,
dinding usus meregang dan berdistensi. Flatulen adalah penyebab umum abdomen
menjadi penuh , terasa nyeri, dan kram.
Penyebab :
- Penurunan motilitas usus akibat penggunaan opiate
- Agens anestesi umum
- Bedah abdomen
- Imobilisasi
Gejala :
- Tidak terjadinya sendawa dan pengeluaran flatus
f. Hemoroid
Deskripsi : Keadaan terjadinya pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat
peningkatan tekanan di daerah anus. Ada dua jenis hemoroid, yakni hemoroid internal
dan hemoroid eksternal.
Penyebab :
- Konstipasi
- Peregangan saat defekasi
- dan lain-lain
Gejala :
- Terlihat penonjolan kulit, apabila vena mengeras akan terjadi perubahan menjadi
keunguan
6. GEJALA KLINIS
a. Konstipasi
- Menurunnya frekuensi BAB
- Pengeluaran feses yang sulit, keras dan mengejan
- Nyeri rectum
b. Impaksi
- Tidak BAB
- Kembung/kram
- Nyeri rectum
c. Diare
- BAB seringdengancairandanfeses yang tidakberbentuk
- Isi intestinal melewati usus halus dan kolon sangat cepat
- Feses menjadi encer sehingga pasien tidak dapat mengontrol dan menahan BAB.
d. InkontinensiaFekal
- Tidak mampu mengontrol BAB dan udara dari anus
- BAB encer dan jumlahnya banyak
e. Flatulens
- Menumpuknya gas pada lumen intestinal
- Dinding usus meregang dan distended, merasa penuh, nyeri dan kram.
- Biasanya gas keluar melalui mulut (sendawa) atau anus (flatus)
f. Hemoroid
- Pembengkakan vena padadinding rectum
- Perdarahan jika dinding pembuluh darah vena meregang
- Merasa panas dan gatal jika terjadi inflamasi
g. Nyeri
7. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik abdomen terkait dengan eliminasi alvi meliputi inspeksi,
auskultasi, perkusi dan palpasi dikhususkan pada saluran intestinal
Adapun yang dapat dilakukan perawat dalam hal ini, adalah
- Inspeksi
Perawat menginspeksi keempat kuadran abdomen untuk melihat warna, bentuk,
kesimetrisan dan warna kulit.Inspeksi juga mencakup pemeriksaan adanya massa,
gelombang peristaltik. Dalam kondisi normal, gelombang peristaltic tidak terlihat,
namun gelombang peristaltik yang terlihat dapat merupakan tanda adanya obstruksi
usus.
- Auskultasi
Perawat mengauskultasi abdomen dengan menggunakan stetoskop untuk mengkaji
bising usus di setiap kuadran. Bising usus normal terjadi setiap 5 sampai 15 detik dan
berlangsung selama ½ sampai beberapa detik. Tidak adanya bising usus atau bising
usus yang hipoaktif dapat terjadi jika klien menderita ileus paralitik.
- Palpasi
Perawat mempalpasi abdomen untuk melihat adanya masa atau area nyeri yang
ditekan.
- Perkusi bertujuan untuk mendeteksi adanya lesi, cairan atau gas di dalam abdomen.
Pemeriksaan fisik rectumdan anus
Pemeriksaan rectum dan anus meliputi inspeksi.
- Inspeksi
Perawat menginspeksi feses klien yang meliputi observasi feses klien dengan melihat
warna, konsistensi, bentuk permukaan, jumlah, bau dan adanya unsur-unsur
abdomen.
8. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK/PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostic saluran gastrointestinal meliputi visualisasi langsung ataupun
tidak langsung dan pemeriksaan laboratorium :
a. Tehnik visualisasi langsung
Instrumen yang dimasukkan ke dalam mulut atau rektum memungkinkan dokter
menginspeksi integritas lendir. Pemeriksaan diagnostic yang melibatkan visualisasi
struktur saluran GastroIntestinal (GI), sering memerlukan dikosongkannya isi di
bagian usus. Klien tidak diizinkan untuk makan atau minum setelah tengah malam
jika esoknya akan dilakukan pemeriksaan seperti pemeriksaan dengan menggunakan
barium enema, endoskopi saluran GI bagian bawah atau serangkaian pemmeriksaan
saluran GI bagian atas biasanya pasien menerima katartik dan enema. Pengosongan
usus dapat menganggu eliminasi sampai klien dapat makan dengan normal.

9. THERAPY/TINDAKAN PENANGANAN
Perawat dapat melakukan penanganan:
Memposisikan klien duduk saat melakukan BAB di tempat tidur untuk mengurangi
ketegangan pada punggung bagian belakang
Memberikan obat katartik dan laksatif sesuai prosedur dan bila klien tidak mampu
defekasi dengan normal karena rasa nyeri, konstipasi atau Impaksi
Agens anti diare seperti opiate, kodein fosfat, opium tintur, dan difenoksilat untuk
klien yang menderita diare, seringnya pengeluaran feses yang encer
Enema adalah memasukan suatu larutan kedalam rectum dan kolon sigmoid untuk
meningkatkan defekasi dengan menstimulasi peristaltic
Pengeluaran feses secara manual dimana perawat membantu klien yang mengalami
impaksi, massa feses yang terlalu besar mengeluarkannya secara volunteer yaitu
memecah feses dengan jari tangan dan mengeluarkan bagian demi bagian
Bowel training (pelatihan defekasi) klien yang mengalami inkontinensia usus tidak
mamou mempertahankan kotrol defekasi. Program bowel training dapat membantu
beberapa klien mendapatkan defekasi yang normal, terutama klien yang masih
memiliki kontrol neuromuscular (Doughty,1992)

10. KOMPLIKASI
Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena hemoroidalis
di daerah anorektal. Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena hemoroidalis, tetapi
bersifat lebih kompleks yakni melibatkan beberapa unsur berupa pembuluh darah,
jaringan lunak dan otot di sekitar anorektal
Klasifikasi hemoroid yaitu:
a. Hemoroid eksternal, berasal dari dari bagian distal dentate line dan dilapisi oleh
epitel skuamos yang telah termodifikasi serta banyak persarafan serabut saraf nyeri
somatik

b. Hemoroid internal, berasal dari bagian proksimal dentate line dan dilapisi mukosa.

c. Hemoroid internal-eksternal dilapisi oleh mukosa di bagian superior dan kulit pada
bagian inferior serta memiliki serabut saraf nyeri. ( Potter & Perry, 2006).

Menurut Person (2007), hemoroid internal diklasifikasikan menjadi beberapa


tingkatan yakni:
a. Derajat I, hemoroid mencapai lumen anal canal.

b. Derajat II, hemoroid mencapai sfingter eksternal dan tampak pada saat
pemeriksaan tetapi dapat masuk kembali secara spontan.

c. Derajat III, hemoroid telah keluar dari anal canal dan hanya dapat masuk kembali
secara manual oleh pasien.
d. Derajat IV, hemoroid selalu keluar dan tidak dapat masuk ke anal canal meski
dimasukkan secara manual.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. PENGKAJIAN
Pengkajiannya meliputi:
a. Pola eliminasi
b. Gambaran feses dan perubahan yang terjadi
c. Masalah eliminasi
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi seperti : penggunaan alat bantu, diet, cairan,
aktivitas dan latihan, medikasi dan stress.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik abdomen terkait dengan eliminasi alvi meliputi inspeksi,
auskultasi, perkusi dan palpasi dikhususkan pada saluran intestinal. Auskultasi
dikerjakan sebelum palpasi, sebab palpasi dapat merubah peristaltik. Pemeriksaan
rektum dan anus meliputi inspeksi dan palpasi. Inspeksi feses, meliputi observasi
feses klien terhadap warna, konsistensi, bentuk permukaan, jumlah, bau dan adanya
unsur-unsur abdomen.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


a. Diare berhubungan dengan proses infeksi, inflamasi di usus
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Intervensi mandiri
Kaji status klien; deteksi defekasi terakhir, pola normal defekasi, adanya
hemoroid, mobilisasi, dan kontrol sfinger eksterna.
berikan kompres hangat untuk mengurangi rasa nyeri diperut
anjurkan untuk tetap makan makanan yang tinggi serat dan menghindari
alergen

b. Intervensi kolaborasi
kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat cefotaxime
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian makanan tinggi serat
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2009.Teknik Prosedural Keperawatan Konsep dan Aplikasi Kebutuhan
Dasar Klien. Jakarta:Salemba Medika
Dianawuri. 2009. Arti Defekasi. http://dianawuri.multiply.com/journal. Diakses:
Tanggal 5 Desember 2012. Jam 10.00 WITA
Alimul, Aziz. 2009. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan
Proses Keperawatan. Jakarta:Salemba Medika
Pearce, Evelyn C. 2002. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: PT.
Gramedia
Edi S. Tehuteru, Badriul Hegar, Agus Firmansyah. 2001. Sari Pediatri, Vol. 3, No.
3, Desember 2001.

Chris booker. 2008. Ensiklopedia keperawatan.penerbit buku kedokteran. Jakarta:


Penerbit Buku Kedokteran EGC
Dochterman dan Bulecheck. 2004. Nursing Intervention Classification (NIC).
United States of America : Mosby.
Moorhead S,dkk. 2006. Nursing Outcomes Classification (NOC). United
States of America : Mosby
North American Nursing Diagnosis Association (NANDA). 2010. Diagnosis
Keperawatan 2009-2011. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Potter, Perry. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Volume 2 Edisi 4.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Anda mungkin juga menyukai