PENDAHULUAN
1
dari satu kelas mutu beton diantaranya kelas A (A1 dan A2), B (B1 dan B2), C, E,
D dan P. Perbedaan kelas mutu beton tersebut disesuaikan dengan kebutuhan
berbagai macam konstruksi pembangunan jalan tol. Pada pelakasanaan pengecoran,
perlu adanya pengawasan khusus terkait kualitas beton. Hal ini untuk menjaga
kualitas beton hingga proses pengecoran. Kualitas beton dikontrol dari proses
produksi di Batching Plant, pengambilan slump test, dan pengambilan benda uji.
Faktor pengaruh perubahan kualitas pada beton berasal dari material yang
digunakan, suhu lingkungan dan jarak tempuh lokasi pengecoran. Faktor tersebut
memerlukan tugas qualiy control agar kualitas beton tetap sesuai.
Quality Control (pengendalian mutu) adalah usaha untuk menjamin agar hasil
dari pelaksanaan sesuai dengan perencanaan. Tugas dari Quality Control adalah
mengendalikan, menyeleksi, menilai kualitas dan memonitoring pelaksanaan
dilapangan agar hasilnya sesuai dengan perencanaan yang diinginkan. Dalam
pelaksanaan konkretnya tugas Quality Control pada Batching Plant PT. Waskita
Beton Precast, Tbk antara lain menyeleksi material yang datang, menguji material
yang ada pada stockpile, memonitoring campuran beton pada pan mixer, membuat
benda uji dari produksi beton, memonitoring pengecoran di lapangan, merawat
benda uji, menguji kuat tekan dan kuat lentur beton, dan lain sebagainya. Perlunya
pengawasan yang tepat pada kualitas kelas mutu beton yang di produksi sehingga
dijadikan bahan pembahasan pelaksanaan Quality Control pada Batching Plant PT.
Waskita Beton Precast, Tbk pada Pembangunan Proyek Jalan Tol Pasuruan –
Probolinggo.
2
Karena luasnya ruang lingkup permasalahan dan mengurangi masalah yang
tidak mengarah pada pencapaian maksud dan tujuan dalam penyusunan laporan
hasil kerja praktik ini, maka perlu dibatasi permasalahan yang akan dibahas
diantaranya :
1. Hanya membahas tentang kualitas mutu beton pada Batching Plant PT.
Waskita Beton Precast Tbk, untuk Proyek Pembangunan Jalan Tol
Pasuruan-Probolinggo.
2. Tidak menjelaskan produktivitas Batching Plant PT. Waskita Beton Tbk.
3. Tidak menjelaskan pelaksanaan di lapangan.
3
Dalam laporan hasil kerja praktik ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi penulis maupun pembaca, diantaranya :
1. Dapat menambah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa mengenai metode
Quality Control (QC) mutu beton serta wawasan terhadap kondisi real di
dunia kerja.
2. Memahami proses pelaksanaan produksi beton segar (readymix) pada
Batching Plant PT. Waskita Beton Precast, Tbk untuk Pembangunan
Jalan Tol Pasuruan-Probolinggo.
4
BAB 2
GAMBARAN UMUM PT. WASKITA BETON PRECAST, TBK
Perkembangan kapasitas yang dimiliki oleh PT. Waskita Beton Precast, Tbk
cukup pesat. Pada tahun 2014 kapasitas produksi Precast adalah sebesar 800.000
ton per tahun dan kemudian sampai dengan tahun 2016, WSBP memiliki kapasitas
produksi sebesar 2.650.000 Ton per tahun. Hingga saat ini, PT. Waskita Beton
Precast, Tbk mengoperasikan 10 (sepuluh) pabrik Precast yakni Precast Plant
Karawang, Precast Plant Cibitung, Precast Plant Sadang, Precast Plant Sidoarjo,
Precast Plant Subang, Precast Plant Kalijati, dan Precast Plant Bojonegara,
Precast Plant Klaten, dan 2 Precast Plant di Palembang (Soekarno-Hatta dan
Gasing). Selain itu, Perseroan juga telah memiliki 41 batching plant yang tersebar
di Pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi.
Dengan kinerja perusahaan yang terus berkembang pesat serta kebutuhan
akan produk-produk Precast dan ready mix yang semakin meningkat, membuat PT.
Waskita Beton Precast, Tbk merasa perlu untuk berekspansi mengembangkan
bisnis menjadi salah satu perusahaan manufactur beton Precast dan ready mix
terbesar di Indonesia. Hal ini yang mendasari perusahaan untuk melakukan
Penawaran Umum Perdana Saham (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia
5
pada 20 September 2016 dengan melepas 10,54 Miliar lembar saham dengan harga
penawaran Rp 490/Saham. Dengan demikian, perusahaan memperoleh dana segar
dari IPO senilai Rp 5,16 Triliun dengan penjamin pelaksana emisi adalah PT.
Mandiri Sekuritas, PT. Danareksa Sekuritas, PT. Bahana Securities, dan PT. BNI
Securities.
VISI dari PT. Waskita Beton Precast adalah menjadi Perusahaan Manufaktur
Precast dan Ready Mix terdepan di Indonesia. MISI dari PT. Waskita Beton
Precast adalah
1. Membuat produk yang secara terus menerus memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh pelanggan serta melakukan inovasi dalam pengembangan
produk dan mendapatkan pengakuan dari pelanggan.
2. Menjadikan SDM yang kompeten dan berdaya saing di Industri Precast dan
Ready Mix.
3. Mejalin hubungan yang saling menguntungkan dengan pihak-pihak yang
berkontribusi terhadap kemajuan perusahaan.
4. Memanfaatkan teknologi informasi dalam mencapai daya saing di Industri
Precast dan Ready Mix.
5. Inovasi dalam Pengembangan Produk Precast.
(Web.waskitaPrecast.co.id/id/profile-2/history-2)
6
2.1
7
Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Waskita Beton Precast, Tbk
(PT. Waskita Beton Precast, Tbk)
2.3. Tugas dan Wewenang Personil
Dalam setiap tahapan pekerjaan konstruksi melibatkan beberapa pihak yang
akan bekerjasama baik secara kontraktual maupun fungsional untuk menghasilkan
pekerjaan konstruksi yang berkualitas. Pihak-pihak yang terlibat dalam pekerjaan
konstruksi harus memiliki kompetensi dan kemampuan sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan konstruksi tersebut, agar hasil konstruksi dapat berkualitas karena pihak
yang terlibat berkualitas (Messah, 2008). Beberapa pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan konstruksi serta tugas masing-masing pihak antara lain.
(Web.waskitaPrecast.co.id/id/profile-2/history-2).
8
Tugas dari K3 yaitu:
1. Mempelajari dan memahami prosedur kerja yang disiapkan oleh bagian
operasional serta memperkirakan kemungkinan-kemungkinan bahaya
yang dapat terjadi.
2. Membuat laporan yang berisi analisis potensi bahaya dan upaya preventif
yang akan dilakukan guna meminimalkan potensi kecelakaan kerja.
3. Menyiapkan rambu-rambu, pagar pengaman, tanda batas proyek, serta
perangkat-perangkat lain yang dibutuhkan untuk menjamin kemanan.
4. Menyediakan perlengkapan safety bagi pekerja-pekerja lapangan.
5. Memberikan bantuan P3K apabila terjadi kecelakaan.
6. Apabila terjadi kecelakaan, membawa korban ke rumah sakit yang
ditunjuk bila diperlukan.
7. Melakukan analisis terhadap kecelakaan yang terjadi dan melakukan
penanganan atau tindakan preventif agar kejadian serupa tidak terulang
kembali.
9
4. Meminta contoh material atau brosur yang berisi spesifikasi material
bahan kepada supplier sebelum melakukan pembelian sehingga material
terpilih sesuai dengan standar kualitas yang dalam kontrak kerja.
10
3. Melaksanakan, mengatur serta mengontrol dari bahan dasar "baku"
menjadi bahan jadi proses produksi dengan target bedasarkan prosedur
perusahaan.
4. Mengutamakan disiplin kerja, keselamatan kerja, keamanan berstandarkan
prosedur perusahaan dan kesehatan yang menjadikan hal yang diutamakan
dalam catatan perusahaan.
2.3.6 Logistic
Logistic adalah melaksanakan tugas yang berhubungan dengan penjualan jasa
yang ditawarkan, memastikan arus keluar dan masuk barang costumer sesuai
dengan ketentuan dan prosedur yang telah ditetapkan perusahaan.
Tugas dari Logistic yaitu :
1. Melaksanakan tata administrasi penerimaan dan pengeluaran barang dari
dan ke gudang sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang ditetapkan.
2. Memberikan pengarahan kepada kepala bagian gudang, seperti
melaksanakan tata penyimpanan barang di gudang, menjaga keamanan,
kebersihan dan ketertiban gudang serta melakukan stock opname secara
berkala sesuai yang telah ditetapkan.
3. Memeriksa dan memonitor terus menerus hasil pelaksanaan tugas
bawahannya dan memberikan pengarahan kepada bawahannya agar
bawahan lebih mengerti dan memahami pekerjaan yang sudah ditetapkan
oleh atasan.
4. Mencocokkan tingkat stock yang tertera dalam kartu meja dengan yang
ada pada kartu gudang, sehingga lebih mengetahui atau stock lebih
terkontrol.
5. Mengajukan permintaan penambahan stock kepada direktur utama.
Menjamin kerjasama yang konstruktif dengan bawahan, atasan, rekan
kerja dan pihak luar yang relevan.
11
mutu beton ready mix, agar mutu dalam pembuatan beton ready mix lebih
terkontrol.
Tugas dari Staf Teknik dan Mutu yaitu :
1. Melaksanakan prosedur K3 dan lingkungan di tempat kerja.
2. Bekerjasama dengan rekan kerja dan lingkungan.
3. Membuat rencana mutu (Quality Plan).
4. Mengisi daftar simak (Check List).
5. Melakukan inspeksi dan pengujian (Quality Control).
6. Melakukan kaji ulang pelaksanaan jaminan mutu.
7. Membuat dokumentasi dan laporan.
12
2. Mengatur kebutuhan agregat dalam pembuatan beton ready mix dalam
mesin batching plant sesuai dengan job mix yang telah dibuat oleh Staf
Teknik dan Mutu.
3. Merawat dan memastikan kebersihan mesin batching plant.
2.3.10 Mekanik
Mekanik adalah suatu personil yang bertugas memanajemen peralatan
proyek sebagai alat untuk melaksanakan pekerjaan pembangunan sehingga dapat
meminit waktu perawatan alat, sehingga penggunaan alat lebih efisien.
Tugas dari Mekanik yaitu :
1. Bertugas untuk menyediakan alat-alat yang dibutuhkan dalam proyek.
2. Melakukan pemeriksaan terhadap alat yang mengalami kerusakan.
3. Memperbaiki alat yang rusak sehingga dapat digunakan kembali.
13
6. Membuat laporan akutansi proyek dan menyelesaikan perpajakan serta
retribusi.
7. Mengurus tagihan kepada pemilik proyek atau jika kontraktor nasional
dengan banyak proyek maka bertugas juga membuat laporan ke kantor
pusat serta menyiapkan dokumen untuk permintaan dana ke bagian
keuangan pusat.
8. Membantu project manager terutama dalam hal keuangan dan
sumberdaya manusia sehingga kegiatan pelaksanaan proyek dapat
berjalan dengan baik.
9. Membuat laporan ke pemerintah daerah setempat, lurah atau kepolisian
mengenai keberadaan proyek dan karyawan dalam pelaksanaan
pekerjaan pembangunan.
10. Mencatat aktif proyek meliputi inventaris, kendaraan dinas, alat-alat
proyek dan sejenisnya.
11. Menerima dan memproses tagihan dari sub kontraktor jika proyek yang
dikerjakan berskala besar sehingga melakukan pemborongan kembali
kepada kontraktor spesialis sesuai dengan item pekerjaan yang
dikerjakan.
12. Memelihara bukti-bukti kerja sub bagian administrasi proyek serta data-
data proyek.
Dalam melaksanakan tugasnya Manager Keuangan & SDM
dibantu orang-orang diposisi seperti :
1) Bagian Keuangan
2) Kasir
3) Akuntansi
4) Administrasi
5) Sekretaris
6) Umum (Gudang)
7) Driver
8) Office Boy
14
2.3.12 Manager Peralatan dan Maintance
Manager Peralatan dan Maintance adalah bertanggung jawab langsung
kepada pimpinan di dalam menyelenggarakan kegiatan penyediaan perbekalan dan
peralatan untuk proyek, sehingga persiapan perbekalan dan peralatan proyek lebih
terkontrol.
Tugas Manager Peralatan dan Maintance antara lain :
1. Memberikan bantuan dan jasa kepada satuan pelaksana di dalam masalah
yang sifatnya khusus logistic (pergudangan, perbengkelan, angkutan,
dsb).
2. Memberikan bantuan kepada koordinator proyek dalam hal pengendalian
penggunaan peralatan untuk konstruksi.
3. Melakukan pengawasan terhadap kondisi dan penggunaan yang tepat
dari peralatan.
4. Memberikan data kepada bagian teknik mengenai analisa biaya peralatan
dalam kondisi yang ada dan yang berhubungan dengan kemampuan
produktif beserta biaya operasionalnya.
Dalam melaksanakan tugasnya Manager Alat dibantu orang –
orang diposisi seperti :
1) Procurement
2) Administrasi
3) Mekanik
4) Asisten Mekanik
15
1. Melaksanakan pemeliharaan wheel loader sesuai dengan petunjuk
pemeliharaan antara lain adalah melaksanakan pemeriksaan keliling
(walk around inspection).
2. Melakukan pemeriksaan minyak pelumas engine, transmisi, minyak
rem, minyak hidrolik, air pendingin, bahan bakar dan air accu.
Menghidupkan engine sesuai prosedur.
3. Melakukan pemeliharaan setelah engine hidup. Melakukan
pemeliharaan selama dan setelah pengoperasian.
4. Melaksanakan pengoperasian wheel loader sesuai dengan aplikasi dan
teknik operasi yang benar untuk jenis pekerjaan konstruksi tertentu
dengan cycle maksimal 150% dari standart cycle time.
5. Melaksanakan persiapan pengoperasian loader.
6. Memuat material kedalam dump truck dengan cycle time maksimal
150% dari standart cycle time.
7. Memuat dan memindah material cycle time maksimal 150% dari
standart cycle time.
8. Meratakan dan merapikan area kerja dengan hasil kemiringan
maksimal 5% dan tingkat kerataan maksimal 10 mm.
9. Melaksanakan pengoperasian wheel loader sesuai dengan aplikasi dan
teknik operasi yang benar untuk jenis pekerjaan konstruksi tertentu
dengan cycle maksimal 120% dari standart cycle time antara lain
adalah Melaksanakan persiapan pengoperasian loader, memuat
material kedalam dump truck dengan cycle time maksimal 120% dari
standart cycle time, memuat dan memindah material cycle time
maksimal 120% dari standart cycle time, meratakan dan merapikan
area kerja dengan hasil kemiringan maksimal 2% dan tingkat kerataan
maksimal 50 mm.
10. Membuat laporan operasi antara lain adalah membuat harian operasi,
membuat laporan K3 dan menyampaikan laporan kepada atasan
langsung.
2.3.14 Helper
16
Helper merupakan badan organisasi perusahaan yang berfungsi sebagai
menjaga keamanan harta perusahaan dan merawat aset perusahaan, sehingga
perusahaan lebih terjamin dalam hal tersebut.
Tugas dari Helper antara lain :
1. Membantu menjaga keamanan harta perusahaan dan dokumen penting.
2. Membantu kepala gudang dalam memasarkan produk yang di
tawarkan.
3. Membantu secara langsung dalam pengiriman barang ke relasi.
4. Menerima barang yang diserahkan oleh bagian stock keeper untuk
dipasarkan.
5. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan kerja kepada kepala gudang
melaporkan jika barang tersebut telah dikirim.
2.3.15 Security
Security (keamanan) merupakan badan organisasi perusahaan yang
mendukung lancarnya suatu proyek, sehingga tidak semua orang dapat keluar
masuk proyek yang dapat menyebabkan terganggunya ketertiban dan kelancaran
pekerjaan. Tanggung jawab keamanan proyek meliputi semua yang berada dalam
lingkungan proyek.
Tugas dari Security (keamanan) adalah sebagai berikut:
1. Mengawasi orang-orang yang keluar masuk proyek.
2. Mengawasi barang-barang yang keluar masuk proyek.
3. Menjaga ketertiban dan keamanan didalam maupun sekitar proyek.
4. Mengantisipasi gangguan pencurian material, alat dan fasilitas lain di
lingkungan proyek.
2.3.16 Driver
Driver merupakan bagan organisasi perusahaan yang berfungsi sebagai
pengemudi kendaraan perusahaan, sehingga penggunaan kendaraan dalam
perusahaan lebih efektif dan terkontrol.
Tugas dari Driver adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pembersihan di dalam dan di luar kendaraan.
17
2. Melakukan pengecekan mesin, perlengkapan kendaraan dan surat
pengemudi.
3. Mengetahui dan mematuhi rambu-rambu lalu lintas.
4. Mengetahui dan menguasai jalan/tujuan pemakai jasa.
18
3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan
Kerja Praktik dilaksanakan mulai tanggal 25 Juli 2018 sampai dengan
tanggal 07 September 2018 dengan jumlah jam kerja 450 jam. Waktu pelaksanaan
perhari diambil 12, 13 dan 14 jam kerja sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan
pada hari tersebut. Berikut merupakan tempat pelaksanaan kerja praktik:
Nama Proyek : Proyek Pembangunan Jalan Tol Pasuruan-
Probolinggo
Alamat : 1. BP Muneng (Jl. Raya Sukapura No. 1 Desa
Muneng Kecamatan Sumberasih Kabupaten
Probolinggo)
2. BP Leces (Jl. Raya Leces, Dusun Krajan, Desa
Sumberbulu, Kec. Tegalsiwalan, Kab.
Probolinggo)
3. BP Tongas (Blk. Tempuran, Desa Wringinanom,
Kec. Tongas, Kab. Probolinggo)
19
3.2 Jadwal Kegiatan
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktik
Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
Kegiatan
ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Studi Literatur
Penyusunan Laporan
Konsultasi Laporan
20
Keterangan:
: pelaksanaan kerja praktik
20
3.3 Hasil Kerja Praktik
Proyek Pembangunan Jalan Tol Pasuruan-Probolinggo merupakan salah
satu pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) PT. Trans Jawa Paspro. Dalam
pembangunan tersebut, beton menjadi bahan utama yang paling dibutuhkan.
Sebagai salah satu penyuplai beton segar (readymix concrete), PT. Waskita Beton
Precast Tbk memproduksi berbagai macam kebutuhan beton untuk pembangunan
tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan beton segar dalam Pembangunan Jalan Tol
tersebut diperlukan lebih dari satu Batching Plant agar dapat mencapai target
pembangunan.
Dalam kegiatan kerja praktik ini, penulis melakukan tugas sebagai unit
Quality Control yang bertugas untuk mengendalikan, menyeleksi, menilai kualitas
dan memonitoring pelaksanaan dilaboratorium agar hasilnya sesuai dengan
perencanaan yang diinginkan.
21
dengan memperhatikan jarak, kondisi lalulintas, cuaca dan suhu karena hal tersebut
sangat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan.
Gambar 3.2 Truk Concrete Mixer PT. Waskita Beton Precast, Tbk
(Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)
2. Wheel Loader
Wheel Loader dalam proses produksi berfungsi untuk mengangkut
bahan/material (agregat kasar dan agregat halus) dari tempat penumpukan material
(stockpile) menuju ke bin batching plant.
Gambar 3.4 Mesin Batching Plant PT. Waskita Beton Precast, Tbk
( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)
22
Pada mesin Batching Plant terdapat alat-alat diantaranya :
a. Semen Silo
Semen Silo adalah tempat untuk penyimpanan semen dan menjaga semen agar
tetap baik, karena didalam silo merupakan tempat anti lembab yang mempunyai
ketinggian lebih dari 30 cm dari permukaan tanah dilengkapi dengan timbangan
(Wikipedia, 2018, Silo, https://id.wikipedia.org/wiki/Silo, diakses pada 30
November 2018). Semen Silo khusus digunakan sebagai tempat untuk
penyimpanan semen pada batching plant beton ready mix sehingga semen lebih
tahan lama. Pengisian semen dilakukan dari tingkat paling atas, sehingga yang
masuk lebih dulu akan berada di bawah. Pengambilan semen dilakukan dari bawah
untuk disalurkan pada pipa yang terhubung dengan pan mixer. Sebelum semen
dapat digunakan, semen didiamkan dulu selama 24 jam agar dingin. Saat akan
digunakan, semen ditimbang pada BPO (Batching Plant Operation) lalu akan
disedot dan disalurkan melalui pipa.
b. Belt Conveyor
Belt Conveyor adalah alat yang berfungsi untuk menarik bahan atau material
(agregat halus dan agregat kasar) ke atas dari storage bin ke pan mixer untuk
dicampur menjadi beton ready mix. Pada Belt Conveyor terdapat karet lentur dan
terdapat tonjolan-tonjolan sebagai tempat atau wadah agregat untuk ditarik dari
storage bin ke pan mixer. Belt Conveyor harus di cek secara berkala untuk
mengetahui ada atau tidak lubang atau robek agar agregat yang diangkat tidak
terjatuh. Belt Conveyor harus dalam keadaan kering, agar tidak ada agregat yang
menggumpal ataupun menempel yang dapat mengurangi takaran agregat dalam
23
pencampuran. Belt Conveyor diberi pelindung dibagian atasnya agar tidak terkena
air hujan.
24
Gambar 3.7 Bin
( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)
d. Timbangan
Pada alat batching plant timbangan dibagi menjadi 3 macam, yaitu: timbangan
untuk agregat, timbangan untuk semen dan timbangan untuk air. Timbangan
agregat dan semen harus dari tipe palang (beam type) ataupun tipe cakram non
pegas. Alat timbangan harus mempunyai ketepatan sampai 0,5 % untuk berbagai
pemakaian. Untuk memeriksa ketepatan, harus disediakan sepuluh anak timbangan
dengan berat masing-masing 25 kg. Tiang tumpu, gandar dan suku cadang lainnya
yang terbuka harus selalu bersih. Untuk tetap menjaga keakuratan timbangan,
Konsultan Pengawas harus mengecek timbangan setiap paling lambat 28 hari.
e. Dosage Pomp
25
Dosage pomp digunakan untuk penambahan bahan admixture seperti retarder.
Pada dosage pomp terdapat tempat penampungan air yang berfungsi sebagai supply
kebutuhan air pada ready mix, agar kebutuhan air saat percampuran beton ready
mix tetap terkendali.
f. Pan Mixer
Pan Mixer digunakan untuk mencampur beberapa material untuk di jadikan
adonan beton ready mix. Setiap loading atau pengadukan adonan beton
menghasilkan 2 m3. Mixer dilengkapi dengan hopper pengisi yang memadai,
tempat air dan alat pengukur air yang dengan ketepatan sampai batas 1%. Dan
dilakukan pengontrolan, agar air hanya bisa di pakai bila mixer sedang berisi. Level
pembuangan harus bisa terkunci secara otomatis, sampai material campuran
teraduk dalam waktu tertentu setelah semua material berada dalam mixer. Pada
bagian bawah mixer terdapat tempat keluarnya beton ready mix dan untuk
memasukkan beton ready mix masuk kedalam truck mix. Dalam interval waktu
tertentu mixer harus dibersihkan. Mata pisau (blade) pick-up dan throw-over dalam
drum harus diganti bila telah mengalami keausan 10%, dan mixer harus di cek
secara berkala dalam waktu maksimal 1 bulan sekali agar mixer tidak mengalami
masalah pada saat memproduksi beton ready mix dalam jumlah banyak.
26
( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)
4. Vibrator
Beton harus dipadatkan (consolidated) dengan vibrator mekanik yang bekerja
didalam beton. Bila perlu, vibrator harus dibantu dengan pemadat dengan tangan
menggunakan alat yang memadai untuk menjamin kepadatan yang memadai. Tipe
vibrator yang digunakan harus disetujui konsultan pengawas, dan mempunyai
frekuensi minimum 3500 getaran per menit, dan harus bisa membuat beton menjadi
merosot 2 cm pada daerah dengan radius 45 cm. Jumlah vibrator yang digunakan
harus dalam jumlah minimum sebagaimana yang ditunjukkan tabel dibawah ini
untuk memadatkan beton secara memadai dalam waktu 10 menit setelah dicor ke
cetakan, dan selain itu harus disediakan vibrator cadangan (Divisi 10-Stuktur Beton
Spesifikasi Teknis Jalan Bebas Hambatan dan Jalan Tol).
Tabel 3.2 Tabel Kecepatan Pengecoran Beton
Kecepatan Pengecoran beton (m3/ jam ) Jumlah Minimum Alat
4 2
8 3
12 4
16 5
20 6
Sumber: Rencana Kerja Syarat PT.Waskita Beton Precast, Tbk, 2018
27
tempat beton ready mix saat pengetesan slump di proyek Pembangunan Jalan Tol
Pasuruan-Probolinggo.
28
7) Penyelesaian
3.3.2.1.Seleksi Material
Dalam mengontrol kualitas bahan, PT. Waskita Beton Precast, Tbk
melakukan pengujian terhadap agregat kasar, agregat halus dan semen yang
dijadikan bahan baku dalam beton ready mix. Pengujian bahan yang di lakukan
(pengujian stock pile) agar kualitas bahan di PT. Waskita Beton Precast, Tbk tetap
terkontrol. Dalam menjaga kualitas mutu beton, pengujian yang dilakukan antara
lain pengujian gradasi agregat, pengujian kadar air agregat, pengujian berat jenis,
dan pengujian zat organik.
Bahan baku beton adalah pasir (agregat halus), kerikil (agregat kasar),
semen,air dan zat adiktif tambahan. Berdasarkan kebutuhan produksi beton yang
banyak dan untuk mengantisipasi kekurangan material, maka PT. Waskita Beton
Precast Tbk, mendatangkan supplier agar dapat memproduksi beton setiap harinya.
Berikut merupakan jadwal kegiatan pengujian material pasir dan kerikil yang
dilakukan.
Tabel 3.3 Jadwal Pengujian Material Pasir dan Kerikil
Karakteristik
Metode Pengendalian
Dikendalikan
Karakteristik
Proses Persiapan Standar
No Mutu
Pemeriksaan
1. Material Beton
- Pasir - Kadar Lumpur Setiap (PBI 71: ≤ 5% Berat
Kedatangan Kering, SNI 03-
/ Truk 4142-1996) atau ≤
8% Volume Basah
sebagai Konversi
dari Berat Kering
- Berat Jenis 1 Bulan ASTM C33, C128,
Sekali SNI 1970-2008 (Min
(Internal) 2,4)
29
6 Bulan
Sekali
(Eksternal)
- Gradasi 1 Bulan ASTM C33, C136,
Sekali SNI 03-1968-1990
(Internal)
6 Bulan (Range FM = 2.3 s/d
Sekali 3,1) Sesuai Material
(Eksternal) Sampel
- Kadar Air 1 Bulan ASTM C566 - 97 ,
Sekali SNI 03-1971-1990
(Internal) (< 5%)
6 Bulan
Sekali
(Eksternal)
- Zat Organik 1 Bulan ASTM C 40 - 92 ,
Sekali SNI 03 - 2816 -1992
(Internal) (Kuning/Standar)
6 Bulan
Sekali
(Eksternal)
- Split - Kalvari Setiap Instruksi Kerja
Kedatangan Pengujian Kalvari
/ Truk PT. Waskita Beton
Precast Tbk. (< 15%)
- Kadar Air 1 Bulan ASTM C566 - 97 ,
Sekali SNI 03-1971-1990
(Internal) (< 5%)
6 Bulan
Sekali
(Eksternal)
- Gradasi 1 Bulan ASTM C33, C136,
Sekali SNI 03-1968-1990
(Internal)
6 Bulan
Sekali
(Eksternal)
30
Sumber: Rencana Kerja Syarat PT.Waskita Beton Precast, Tbk, 2018
31
c. Menambahkan 1 sendok kapur lalu kocok/goyang gelas ukur agar kapur larut
dalam air.
32
Sumber : Instruksi Kerja Pengetesan Kadar Lumpur Agregat Halus PT.
Waskita Beton Precast Tbk.
Dari pengujian yang telah dilakukan didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 3.4 Hasil Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus
Tanggal Tes ∑Lumpur ∑Pasir + Lumpur % Kadar Lumpur
27/07/2018 30 580 30
x 100% = 5.17%
580
(< 8%)
28/07/2018 35 560 35
x 100% = 6.25%
560
(< 8%)
30/07/2018 28 550 28
x 100% = 5.09%
550
(< 8%)
31/07/2018 40 580 40
x 100% = 6.89%
580
(< 8%)
01/08/2018 15 570 15
x 100% = 2.63%
570
(< 8%)
02/08/2018 20 540 20
x 100% = 3.70%
540
(< 8%)
03/08/2018 35 590 35
x 100% = 5.93%
590
(< 8%)
07/08/2018 15 580 15
x 100% = 2.58%
580
(< 8%)
Sumber : Hasil Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus PT. Waskita Beton
Precast Tbk.
33
a. Menyiapkan alat dan bahan (timbangan, wadah, agregat halus ±500 gram,
oven)
b. Menimbang berat wadah kosong dan berat wadah+agregat.
Dimana :
W3 = W2-W1
W1 = berat wadah
W2 = berat benda uji + wadah
W3 = berat benda uji
W5 = W4-W1
34
W4 = berat benda uji setelah dioven + wadah
W5 = berat benda uji setelah di oven
(< 5%)
02/08/2018 500 gram 495 gram 500−495
x 100% = 1.01%
495
(< 5%)
27/08/2018 500 gram 487 gram 500−487
x 100% = 2.67%
487
(< 5%)
06/08/2018 500 gram 485 gram 500−485
x 100% = 3.10%
485
(< 5%)
Sumber : Hasil Pengujian Kadar Air Agregat Halus PT. Waskita Beton
Precast Tbk.
e. Seluruh penentuan massa dihitung berdasarkan pembulatan /presentase
/volume ke 0.1 gram/0.1%/1 ml terdekat.
Sumber : Instruksi Kerja Pengetesan Kadar Air Agregat Halus PT. Waskita
Beton Precast Tbk.
35
Gambar 3.21 Langkah pengujian berat jenis pasir
(Dokumentasi Kerja Praktik,2018)
c. Menimbang pasir kondisi SSD sebanyak 500 gram.
36
(Dokumentasi Kerja Praktik,2018)
f. Piknometer diisi air hingga batas kapasitas dan ditimbang beratnya.
Sumber : Instruksi Kerja Pengetesan Berat Jenis Agregat Halus PT. Waskita
Beton Precast Tbk.
Data pengujian yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 3.6 Hasil Pengujian Berat Jenis Agregat Halus
Tanggal Tes W1 W2 W3 Berat Jenis Pasir
27/07/2018 500 990 655
500
= 3.03 (>2.4)
(500+655−990)
37
03/08/2018 500 982 624
500
= 3.52 (>2.4)
(500+624−982)
Sumber : Hasil Pengujian Berat Jenis Agregat Halus PT. Waskita Beton
Precast Tbk.
3. Uji Gradasi Material (ASTM C 33-93 , ASTM C 136 , SNI 03 - 1968 – 1990)
Langkah pengujian gradasi :
a. Menyiapkan alat dan bahan (oven, pan, timbangan, ayakan, shieve shaker,
pasir)
b. Pasir yang akan diuji sebelumnya telah di oven selama 24 jam.
38
Gambar 3.29 Langkah pengujian gradasi pasir
(Dokumentasi Kerja Praktik,2018)
39
Gambar 3.32 Langkah pengujian gradasi pasir
(Dokumentasi Kerja Praktik,2018)
Sumber : Instruksi Kerja Pengetesan Gradasi Agregat Halus PT. Waskita
Beton Precast Tbk.
h. Hasil pengujian kemudian diolah dan dimasukkan kedalam grafik untuk
mengetahui kesesuaian spesifikasi material.
40
Gambar 3.34 Hasil pengujian gradasi pasir
(Dokumentasi Kerja Praktik,2018)
41
4. Uji Zat Organik (ASTM C 40 - 92 , SNI 03 - 2816 -1992)
Pengujian zat organik biasanya dilakukan menggunakan NaOH, namun juga
dapat dilakukan dengan menggunakan tawas atau bisa juga menggunakan soda api
atau bahan yang lainnya. Berikut adalah proses pengujian zat organik menggunakan
tawas :
a. Menyiapkan alat dan bahan (gelas ukur, tawas, pasir).
b. Mengisi gelas ukur dengan air sampai batas 500 ml.
42
Gambar 3.38 Langkah pengujian zat organik pasir
(Dokumentasi Kerja Praktik)
e. Menggoyangkan gelas ukur sampai pasir tercampur sempurna.
43
Sumber : Instruksi Kerja Pengujian Zat Organik Agregat Halus PT.
Waskita Beton Precast Tbk.
44
Agregat kasar merupakan bahan yang berfungsi sebagai kekuatan utama
pada beton, sehingga mutu ataupun karakteristiknya harus memenuhi syarat. Agar
nantinya dapat diperoleh mutu beton yang sesuai dengan perencanaan. Berikut
merupakan agregat kasar yang terdapat pada stockpile Batching Plant PT. Waskita
Beton Precast, Tbk.
45
Sumber : Instruksi Kerja Pengujian Kalvari Agregat Kasar PT. Waskita
Beton Precast Tbk.
Dari pengujian yang dilakukan, diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 3.7 Hasil Pengujian Kalvari
Tanggal Tes ∑ Sampel ∑ Batu Merah % Batu Merah
31/07/2018 1000 28 gram (20/1000)x100% = 2.8%
gram (<15%)
02/08/2018 1000 38 gram (38/1000)x100% = 3.8%
gram (<15%)
03/08/2018 1000 34 gram (34/1000)x100% = 3.4%
gram (<15%)
06/07/2018 1000 56 gram (56/1000)x100% = 5.6%
gram (<15%)
07/08/2018 1000 43 gram (43/1000)x100% = 4.3%
gram (<15%)
09/08/2018 1000 38 gram (38/1000)x100% = 3.8%
gram (<15%)
10/08/2018 1000 53 gram (53/1000)x100% = 5.3%
gram (<15%)
Sumber: Hasil Pengujian Kalvari Agregat Kasar PT. Waskita Beton Precast
Tbk.
46
Gambar 3.45 Langkah pengujian kadar air agregat kasar
(Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)
c. Memasukkan sampel kedalam oven selama 24 jam.
d. Mendiamkan sampel yang sudah dikeluarkan dari oven agar agregat dingin
lalu ditimbang.
Dimana :
W3 = W2-W1
W1 = berat wadah
W2 = berat benda uji + wadah
W3 = berat benda uji
W5 = W5-W1
W5 = berat benda uji setelah dioven + wadah
W5 = berat benda uji setelah di oven
47
Sumber : Instruksi Kerja Pengujian Kadar Air Agregat Kasar PT. Waskita
Beton Precast Tbk.
Dari pengujian yang telah dilakukan, didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 3.8 Hasil Pengujian Kadar Air Agregat Kasar
Tanggal Tes W3(W2-W1) W5(W5-W1) % Kadar Air Agregat
26/07/2018 500 gram 483 gram 500−483
x 100% = 3.51%
483
(< 5%)
02/08/2018 500 gram 492 gram 500−492
x 100% = 1.62%
492
(< 5%)
27/08/2018 500 gram 487 gram 620−487
x 100% = 2.66%
487
(< 5%)
06/08/2018 500 gram 490 gram 560−490
x 100% = 2.04%
490
(< 5%)
Sumber: Hasil Pengujian Kadar Air Agregat Kasar PT. Waskita Beton
Precast Tbk.
2. Uji Berat Jenis (ASTM C33-03, ASTM C127 - 01 , SNI 1969 – 2008)
Langkah pengujian berat jenis split adalah sebagai berikut :
a. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan (timbangan, gelas ukur,
agregat kasar).
b. Memasukkan air sebanyak 500 ml kedalam gelas ukur.
48
Gambar 3.48 Langkah pengujian berat jenis agregat kasar
(Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)
d. Memasukkan agregat kedalam gelas ukur.
49
25/08/2018 500 810 (500+810)/500 = 2.62 (>2.4)
03/09/2018 500 835 (500+835)/500 = 2.67 (>2.4)
Sumber: Hasil Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar PT. Waskita Beton
Precast Tbk.
3. Uji Gradasi Agregat Kasar (ASTM C 33-03 , ASTM C 136-01 , SNI 03-
1968-1990)
Langkah pengujian gradasi agregat kasar pada yang dilakukan pada Batching
Plant PT. Waskita Beton Precast, Tbk adalah sebagai berikut :
a. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan (timbangan, ayakan
standar, oven, shieve shaker, pan).
b. Menyiapkan agregat yang sudah di oven selama 24 jam (sudah di
dinginkan).
50
Gambar 3.52 Langkah pengujian gradasi agregat kasar
(Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)
f. Meletakkan ayakan di shieve shaker.
g. Menggetarkan shieve shaker selama ± 5 menit.
h. Menimbang agregat yang tertahan pada setiap ayakan.
51
Gambar 3.54 Hasil pengujian gradasi agregat kasar
(Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)
3. Semen Portland
Selain agregat kasar dan halus, semen merupakan bahan baku yang amat
penting dalam campuran beton. Semen berfungsi sebagai perekat campuran beton.
52
Semen Portland termasuk dalam jenis Semen Hidrolik yang mampu untuk
mengikat dan mengeras di dalam air. Kontraktor harus menggunakan satu jenis atau
tipe semen dari merek dengan mutu yang sama untuk satu proyek. Semen yang di
gunakan pada pekerjaan adalah semen portland, kecuali bila ada petunjuk lain
dalam gambar atau dari konsultan pengawas. Ordinary Portland Cement (OPC)
Tipe 1 harus memenuhi persyaratan SNI 15-2049-2004 “Semen Portland”. PT.
Waskita Beton Precast, Tbk menggunakan semen portland yang diproduksi oleh
industri Gresik.
Semen harus disimpan di gudang anti lembab dengan ketinggian lantai
sekurang-kurangnya 30 cm dari tanah. Sedemikian rupa mudah untuk diperiksa dan
digunakan. Semen karung tidak boleh ditumpuk lebih dari 13 sak. Semen yang
menjadi basah atau keadaannya tidak memadai, tidak boleh digunakan. Semen yang
disimpan oleh kontraktor lebih dari 60 hari harus disetujui dulu oleh konsultan
pengawas, apa bila harus digunakan. Bila konsultan pengawas mengizinkan
penggunaannya, semen dari berbagai merek, tipe, atau dari pabrik lain harus
disimpan terpisah. Semen dari karung bekas tidak boleh digunakan tanpa
persetujuan Konsultan Pengawas (Divisi 10-Stuktur Beton Spesifikasi Teknis Jalan
Bebas Hambatan dan Jalan Tol).
Dalam proses pencampuran beton pada Batching Plant , semen diletakkan
pada silo yang merupakan tempat penyimpanan semen. Pengisian silo dilakukan
dengan truk semen memompa langsung semen pada tangki truk dengan bantuan
selang yang terdapat pada mesin pemompa di truk. Berikut ini adalah gambar silo
pada Batching Plant PT. Waskita Beton Precast, Tbk.
53
4. Air
Semen tidak bisa menjadi pasta tanpa air. Air selalu ada di dalam beton
cair, tidak saja untuk hidrasi semen, tetapi juga untuk mengubahnya menjadi suatu
pasta sehingga betonnya lecak (workable). Air di PT. Waskita Beton Precast, Tbk
air yang di pergunakan untuk beton harus di setujui oleh konsultan pengawas. Air
yang di gunakan dalam percampuran, pengawetan, atau pekerjaan lain harus bersih
dan bebas dari minyak, garam, asam, alkali, gula, tumbuhan atau zat lainnya yang
merusak hasil pekerjaan. Bila dimintai oleh konsultan pengawas, air harus diuji
dengan diperbandingkan terhadap air suling. Bila sumber air dangkal
pengambilannya harus sedemikian rupa agar lumpur, rumput, atau bahan asing
lainnya tidak ikut terbawa. Untuk penakaran air juga harus melihat dari MC
(Mouster Content) dari agregat halus dan kasar, maka PT. Waskita Beton Precast,
Tbk selalu mengecek MC (Mouster Content) agregat pagi dan siang hari agar
takaran air dalam pembuatan beton ready mix tetap dalam standar mutu yang telah
di tetapkan dalam mix desain (Divisi 10-Stuktur Beton Spesifikasi Teknis Jalan
Bebas Hambatan dan Jalan Tol).
5. Zat Adiktif
PT. Waskita Beton Precast, Tbk menggunakan bahan kimia pembantu
yang diproduksi oleh PT. Sika Indonesia. Bahan tambahannya berupa bahan kimia
ditambahkan dalam campuran beton dalam jumlah tidak lebih dari 5% berat semen
selama proses pengadukan atau selama pelaksanaan pengadukan tambahan dalam
pengecoran beton. Ketentuan mengenai bahan tambahan ini harus mengacu pada
SNI 03-2495-1991 (Spesifikan Bahan Tambahan untuk Beton) atau AASHTO
M194-00 (Chemical Admixeture for Concrete). Untuk tujuan peningkatan kinerja
beton segar, bahan tambahan campuran beton dapat di gunakan untuk keperluan –
keperluan, meningkatkan kinerja kelecakan adukan beton tanpa menambah air,
mengurangi penggunaan air dalam campuran beton tanpa mengurangi kelecakan,
mempercepat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton, memperlambat
pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton, meningkatkan kinerja kemudahan
pemompaan beton, mengurangi kecepatan terjadinya kehilangan slump (slump
loss), mengurangi susut beton atau memberi sedikit pengembangan volume beton
54
(ekspansi), mengurangi terjadinya bleeding, mengurangi terjadinya segregasi.
Jenis-jenis bahan kimia ada beberapa macam yaitu:
a. Tipe Normal Water-Reducing (Type A)
Bahan tambah water-reducing disebut juga bahan tambah pengurang air.
Bahan tambah tipe ini bisa digunakan untuk mencapai kemudahan pengerjaan yang
dikehendaki tanpa memberi tambahan air, atau bila diperlukan menurunkan nilai
faktor-air semen dengan cara mengurangi air, tapi dengan sifat kemudahan yang
tidak berubah.
b. Tipe Retarding (Type B)
Bahan tambah retarding admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi
untuk menghambat waktu pengikatan. Sehingga campuran akan tetap cair dalam
perjalanan dan ketika penuangan beton di lapangan tidak mengalami kesulitan,
sehingga workability pengecoran beton dapat tercapai secara maksimum. Bahan
pembantu Type B ini digunakan sesuai dengan kebutuhan yaitu tidak lebih dari 5%
dari berat semen (kg) yang digunakan (Devisi 10 Struktur Beton “Spesifikasi
Teknis Jalan Bebas Hambatan dan Jalan Tol”)
c. Tipe Accelerating (Type C)
Bahan tambah accelerating admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi
untuk mempercepat pengikatan dan pencapaian kekuatan awal beton yang lebih
tinggi.
d. Tipe Retarding Water-Reducing (Type D)
Bahan tambah retarding water-reducing adalah bahan tambah yang berfungsi
ganda, yaitu mengurangi jumlah air pencampur dengan konsistensi adukan tertentu
serta menghambat pengikatan awal.
e. Tipe Accelerating Water-Reducing (Type E)
Bahan tambah accelerating water-reducing adalah bahan tambah yang
berfungsi ganda, yaitu mengurangi jumlah air pencampur dengan konsistensi
adukan tertentu serta mempercepat pengikatan awal.
f. Tipe High Range Water-Reducing (Type F)
Penggunaan bahan tambah tipe high range water-reducing atau disebut juga
superplasticizer bisa mengurangi air pencampur 12% atau lebih (SNI-03-2495-
55
1991). Konsistensi adukan beton yang dihasilkan bisa berbentuk flowing concrete
(beton yang mengalir).
g. Tipe Retarding High Range Water-Reducing (Type G)
Dalam hal pengurangan air dan workabilitas, bahan tambah tipe ini sama
dengan bahan tambah tipe high range water-reducing, tetapi dengan tambahan sifat
mampu menunda waktu pengikatan, sehingga beton tidak mengalami pembekuan
ketika pengiriman, mengurangi jumlah air campuran sebesar 12% (SNI-03-2495-
1991).
Pada PT. Waskita Beton Precast, Tbk menggunakan bahan kimia pembantu
jenis B (memperlambat pengikatan), dan F atau superplasticizer (membuat beton
mengalir).
56
3) Kelas C :
a) Selimut RCP
b) Cross Drain
c) Sambungan Cross Drain
d) Box Culvert
e) Bokong Semar
4) Kelas D : Trotoar Jembatan
5) Kelas E :
a) LC (Lean Concrete)
b) LC Mainroad
c) LC RCP
d) LC Detor
e) LC Retaining Wall
f) LC Cross Drain
g) LC Box Underpass
h) LC Box Culvert
6) Kelas P : Rigid Paver dan Rigid Manual
7) Kelas A2 : Kepala Girder
57
Gambar 3.57 Rincian mutu beton
(Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)
3.3.2.4.Pencampuran (mixing)
Setelah bahan agregat sudah selesai ditakar. Kemudian di campur di dalam
mixer. Pencampuran dilakukan di dalam mixer sampe campuran agregat beton
homogen dan setelah homogen beton dituangkan kedalam truk mix. Pengadukan
harus ditentukan oleh Konsultan Pengawas menurut SNI 03-3976-1995 (Tata Cara
58
Pengadukan Pengecoran Beton) atau JIS A119 (Method of Test for Variation in
Weight of Air Free Mortar in Freshly Mixer Concrete). Bila hasil pengujian tersebut
tidak ada, maka lamanya pengadukan harus lebih dari 11/2 menit sejak semua
material di masukkan kedalam mixer, namun lamanya pengadukan jangan lebih
dari tiga kali jangka waktu 11/2 menit. Pengisian air kedalam mixer dimulai sebelum
pengisian semen dan agregat. Selama pengadukan, mixer harus berkecepatan rotasi
yang telah ditetapkan oleh operator mesin baching plant. Volume pengadukan
beton pada mixer tidak boleh melebihi batas yang sudah ditetapkan yaitu 2 m3,
tanpa seijin Konsultan Pengawas. Apabila mata pisau (blade) pick-up dalam drum
mixer sudah menyusut 2 cm atau lebih, harus diganti.
59
diperkenankan untuk menghindari pengaruh penurunan mutu beton ready mix
(Devisi 10 Struktur Beton “Spesifikasi Teknis Jalan Bebas Hambatan dan Jalan
Tol”).
60
Gambar 3.61 Pengambilan sampel untuk slump test beton
( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)
Pengetesan slump dilakukan pada truk mixer dengan memilih secara acak
untuk mengetahui keadaan beton yang akan di tuangkan dilapangan, masih dalam
keadaan baik atau tidak. Langkah pengetesan slump adalah:
1) Kerucut Abram di bersihkan dan disiram dengan air agar dalam melakukan
tes uji slump beton tidak menempel, lalu disiapkan diletakkan diatas papan
multi triplek.
2) Menuangkan adukan beton 1/3 bagian pada alat slump test (Kerucut abram).
3) Dilakukan perojokan sebanyak 25 kali. Langkah (1) dan (2) dilakukan
kembali pada 2/3 bagian agar beton tidak ada rongga udara di dalamnya dan
melakukan perojokan hingga penuh, lalu setelah penuh bagian atas diratakan.
4) Kerucut dibuka dan diukur tinggi jatuh betonnya dengan menggunakan
meteran. Hal ini dilakukan karena apabila beton terlalu encer atau kental,
maka sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan pengecoran (workability).
Jadi hasil pengujian slump harus sesuai dengan standart yang telah ditentukan
dan perbedaan slump tidak boleh lebih dari 2,5 cm pada saat pengujian slump
di laboratorium. Seperti Gambar 3.57.
61
Kelas Mutu Beton Nilai Slump Test
A2 7,5 cm ± 2,5 cm
B1 7,5 cm ± 2,5 cm
B2 18 cm ± 2 cm
C 7,5 cm ± 2,5 cm
D 7,5 cm ± 2,5 cm
E 7,5 cm ± 2,5 cm
P Maksimal 5 cm
Sumber: Job Mix PT. Waskita Beton Precast, Tbk, 2018
62
Dibawah ini adalah proses pembuatan sampel benda uji beton untuk di
laboratorium PT. Waskita Beton Precast, Tbk :
1. Menyiapkan cetakan silinder atau kubus untuk mencetak beton, kemudian
melapisi cetakan tersebut dengan oli yang sudah disediakan, agar benda uji
beton tidak melekat pada bekisting uji beton, sehingga beton tidak
mengalami gopel-gopel dan keadaan permukaan bawah maupun sisi
samping permukaan tetap dalam keadaan baik .
63
Gambar 3.65 Penuangan beton ready mix kedalam cetakan
( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)
64
Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Semakin tinggi
tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin tinggi pula mutu beton yang
dihasilkan. PT. Waskita Beton Precast, Tbk mempunyai laboratorium lengkap
dengan alat-alat pengujian yang dibutuhkan untuk keperluan pengujian material
dan beton ready mix. Proses dalam pengendalian kuat tekan beton PT. Waskita
Beton Precast, Tbk menggunakan alat penguji yaitu pengujian menggunakan
mesin uji kuat tekan beton untuk di laboratorium.
Proses pengujian kuat tekan beton menggunakan mesin uji kuat tekan di
laboratorium adalah sebagai berikut :
1. Mengambil sampel yang sudah direndam dan sesuai dengan umur yang
sudah di tetapkan yang meliputi umur: 7 hari dan 28 hari. Pengambilan
sampel pada umur tersebut didasarkan pada kesepakatan perencanaan yang
telah disepakati.
2. Mendiamkan beberapa saat sampai beton kering agar beton tidak
mengalami pengeroposan di sisinya pada saat pengujian.
65
Gambar 3.70 Mendiamkan benda uji silinder agar kering
( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)
4. Membersihkan alat uji kuat tekan beton lalu meletakkan beton di mesin
secara presisi, dan mulai melakukan pengujian kuat tekan. Dalam
pengujian kuat tekan harus didampingi oleh Teknisi Laboratorium, di
saksikan oleh Kontraktor sebagai penulis data hasil kuat tekan, di saksikan
oleh quality control laboratorium dan di awasi oleh konsultan pengawas.
66
5. Mencatat bacaan yang tertera pada mesin uji kuat tekan beton pada buku
kendali mutu beton untuk membantu pendataan uji kuat tekan beton yang
akan di input oleh quality control laboratorium.
67
Gambar 3.76 Kuat tekan beton kelas B2 umur 7 hari
( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)
68
Gambar 3.81 Kuat tekan beton kelas D umur 28 hari
( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)
Selain uji kuat tekan, dilakukan uji kuat lentur yang diperlukan pada kelas
mutu beton P. Kelas mutu beton P merupakan struktur utama yang digunakan
69
sebagai perkerasan kaku pada pembangunan jalan tol. Berikut merupakan langkah
pengujian kuat lentur beton.
1. Mengangkat benda uji yang telah direndam dalam bak perawatan untuk
selanjutnya didiamkan agar kering. Untuk mengeringkan benda uji yang
akan di tes, didiamkan saja dan tidak boleh dikeringkan dibawah sinar
matahari. Karena akan mengurangi mutu beton yang akan di uji.
2. Meletakkan benda uji pada alat uji kuat lentur dengan posisi tidur.
3. Memompa tuas hidrolik secara konstan dan semakin cepat hingga benda uji
terbelah.
70
4. Mencatat hasil bacaan pada alat uji kemudian memasukkan data kedalam
Microsoft Excel untuk dilaporkan.
Gambar 3.88 Hasil uji kuat lentur beton kelas P umur 7 hari
( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)
Gambar 3.89 Hasil uji kuat lentur beton kelas P manual umur 7 hari
( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)
Gambar 3.90 Hasil uji kuat lentur beton kelas P umur 28 hari
( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)
Gambar 3.91 Hasil uji kuat lentur beton kelas P manual umur 28 hari
( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)
71
Halaman ini sengaja dikosongkan
72
BAB 4
STUDI KASUS/ANALISIS PEKERJAAN
73
padahal jumlah lumpur melebihi yang di isyaratkan makan kekuatan
pengikatan akan berkurang.
c. Lumpur dan tanah liat adalah material yang banyak menyerap air,
sehingga adukan/campuran beton bisa berubah. Ketika beton masih
muda, pengikatan antara semen dengan agregat pasir ataupun kerikil
akan terganggu. Penambahan air terhadap adukan beton akan
membuat kekuatan beton tidak kuat dan kita akan mendapatkan hasil
yang kurang baik. Penambahan air yang di izinkan
terhadap campuran adalah maksimum 9% dari jumlah air dari
komposisi yang direncanakan.
d. Ketika beton sudah keras, jika lumpur mempunyai hubungan kontak
langsung dengan air melalui pori-pori beton, maka lumpur akan
mengembang ataupun menyusut di dalam beton. Jika hal ini terjadi
maka dalam waktu yang lama akan mengakibatkan beton menjadi
lemah.
e. Kadang kita akan tertipu, dimana beton yang sudah selesai dikerjakan
secara visual kelihatan dalam kondisi padat, tetapi tanpa kita sadari
beton telah mengalami pengeringan secara tiba-tiba, apalagi bila
pengecoran kita laksanakan saat musim panas, pengeringan yang tiba-
tiba sangat tidak bagus terhadap kekuatan beton yang di hasilkan.
f. Jika lumpur terlalu banyak dalam adukan untuk struktur atas, maka
akan membuat pelaksanaan akan sulit, bila adukan air kebanyakan
maka membuat mortar akan cepat jatuh saat dilaksanakan pengecoran.
2. Ketidak akuratnya slump, terlalu kaku atau tinggi yang diakibatkan
adanya hambatan saat melakukan pengiriman beton ke lapangan,
sehingga penuangan beton melebihi durasi waktu yang sudah di tetapkan.
Atau cuaca terlalu exstrim. Sehingga berakibat penambahan air terhadap
beton pada saat berlangsungnya pengecoran dilapangan ketika
pengecoran dilapangan tidak diawasi oleh teknisi laboraturium quality
control atau teknisi sedang lengah dalam pengawasannya.
Adapun alasan penambahan air terhadap beton ketika pengecoran sedang
berlangsung:
74
1. Untuk menaikkan slump.
5. Karena rasio pasir dan total agregat pada beton tidak tepat, berakibat
mix menjadi terlalu kasar atau halus.
6. Mix yang terlalu kasar/halus, dapat meningkatkan konsumsi air.
Efek penambahan air terhadap beton saat pengecoran di lapangan:
1. Meningkatkan slump.
2. Menurunkan kuat tekan.
3. Menurunkan durabilitas.
4. Menurunkan kekedapan air.
5. Menyebabkan bleeding.
3. Terdapat perbedaan ukuran material agregat kasar dari supplier dengan
ukuran yang tidak sesuai (di bawah ukuran 1-2, 2-3) atau persentase
ukuran agregat kasar tidak sesuai dengan mutu agregat yang sudah
diisyaratkan, sehingga dapat mempengaruhi kualitas mutu beton terhadap
kuat tekan beton.
4. Adanya pengkalibrasian atau penyesuaian timbangan pada BPO
(Batching Plant Operation), sehingga tidak dapat melakikan loading
beton atau pembuatan beton segar.
5. Kurangnya kebersihan pada truck mix, sehingga sisa beton yang mengeras
didalam truck mix mempengaruhi kualitas mutu beton baru.
6. Kurangnya pengecekan dan pengawasan pada bak curing sehingga
sampel tidak sepenuhnya terendam air.
75
laboratorium terlebih dahulu baru akan melakukan pembelian, dan
harus melakukan kesepakatan akan melakukan pengujian secara acak
terhadap pasir yang masuk ke lokasi PT.Waskita Beton Precast jika
sewaktu-waktu merasa pasir yang didatangkan dari supplier kurang
memenuhi persyaratan akan dikembalikan ke supplier dengan
memberikan surat penolakan dari PT.Waskita Beton Precast.
d. Melakukan pemeriksaan sederhana dengan menggunakan gelas ukur,
berikut adalah tahapan-tahapan pengujian kadar lumpur:
1) Memasukkan pasir dengan 1/4 bagian pasir kedalam gelas ukur.
2) Kemudian memasukkan air 3/4 dari gelas ukur dan mencampur
dengan tawas dengan takaran 2 sendok makan.
3) Menutup gelas ukur dengan rapat, kemudian menggoncang gelas
ukur dengan kuat.
4) Meletakkan gelas ukur ditempat datar dan aman , dan tunggu 4-5
menit.
5) Setelah 4-5 menit, bagian agregat akan mengendap secara
berlapis berdasarkan agregatnya dimana akan kelihatan pasir dan
lumpur pada lapisan paling atas.
6) Mengukur ketinggian lapisan pasir dan lapisan lumpur di dalam
gelas ukur kemudian menghitung berapa persentase kandungan
lumpur di pasir tersebut.
2. Untuk mengurangi slump yang tinggi saat beton sudah berada di lapangan
atau akan melakukan pengecoran, dengan cara menambahkan
superplasticizer (obat pengencer beton) dengan takaran 3 liter per 7 kubik
beton.
3. Untuk menyikapi agregat kasar dari supplier yang tidak sesuai dengan
ukuran mutu agregat kasar yang sudah ditetapkan, dengan cara melakukan
perbandingan antara ukuran agregat yang sesuai dengan ukuran yang tidak
sesuai, apabila ukuran agregat yang tidak sesuai lebih banyak dari 50%
agregat yang sesuai atau yang sudah di tetapkan oleh mutu, maka agregat
kasar dari supplier akan diberi surat penolakan dan akan dikembalikan ke
supplier.
76
4. Ketika terjadi hambatan (pengkalibrasian) pada batching plant PT. Waskita
Beton Precast, Tbk daerah Muneng, pengecoran akan dialihkan di plant
cabang bajing plan PT. Waskita Beton Precast, Tbk Tongas maupun Leces.
Sehingga pengecoran tidak terhambat.
5. Melakukan pembersihan truk mix pada saat sudah melakukan pengecoran
dan melakukan pengecekan ulang saat akan melakukan loading beton di
baching plant.
6. Melakukan pengecekan dan pengawasan pada bak curing.
77
Halaman ini sengaja dikosongkan
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
78
Dari pelaksanaan Kerja Praktik yang telah dilakukan selama 450 jam pada
pembangunan proyek Jalan Tol Pasuruan-Probolinggo dari proses Quality Control
Mutu Beton Ready Mix PT. Waskita Beton Precast, Tbk, dalam pembuatan beton
serta pekerjaan penuangan atau pengecoran di lapangan dapat diambil beberapa
kesimpulan yaitu :
1. Tahapan Pembetonan harus sesuai dengan apa yang sudah ditetapkan agar tidak
mempengaruhi kualitas mutu beton, antara lain:
a. Tahap Pertama:
1) Seleksi material
2) Rancangan campuran
3) Peralatan
b. Tahap Kedua:
1) Penakaran
2) Pencampuran
3) Pengangkutan
4) Uji mutu beton segar (keseragaman campuran, slump, berat isi, kadar
udara) + pengecoran + pembuatan benda uji
5) Pemadatan
6) Penyelesaian
c. Tahap Ketiga: Perawatan (Curing)
d. Tahap Keempat: Pengujian kuat tekan dan kuat lentur
2. Pada Pengendalian Mutu Beton Ready Mix
a. Keadaan material semen yang digunakan pada proyek ini, semen sudah baik
yaitu disimpan di dalam ruangan didalam tangki truk semen. Semua semen
yang digunakan satu merek yang sama. semen yang mulai menggumpal tidak
langsung digunakan.
b. Kondisi material diproyek pembangunan Jalan Tol Pasuruan-Probolinggo ini
baik, untuk agregat kasarnya tidak pecah/hancur meskipun terpengaruh
cuaca dan sesuai dengan ukurannya yaitu 1-2 dan 2-3, Sedangkan agregat
halus pasir terdiri dari butir-butir yang bersih dari lumpur dan keras. Dan
pada setiap bulannya diadakan pengujian material bulanan (stok pile),
79
sehingga kualitas agregat pada PT. Waskita Beton Precast, Tbk tetap terjaga
dalam kondisi baik.
c. Penggunaan bahan tambah kimia pada pembuatan beton ready mix berguna
untuk meningkatkan kinerja beton segar tanpa mengurangi mutu beton pada
saat pengerjaan dilapangan, sehingga pengerjaan penuangan atau
pengecoran di lapangan lebih mudah atau workability pengecoran beton
dapat tercapai.
d. Pengetesan slump test juga berpengaruh terhadap kualitas mutu beton,
pengujian slump test berfungsi untuk menentukan layak tidaknya beton
ready mix yang akan melakukan pengecoran, karena ketidaksetabilan slump
test dengan apa yang sudah ditetapkan akan berpengaruh terhadap
workability pengecoran beton di lapangan.
5.2 Saran
80
81
Halaman ini sengaja dikosongkan
82