Anda di halaman 1dari 82

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah


Upaya pemerintah guna meratakan perekonomian dan memperlancar
mobilisasi barang maupun jasa di setiap wilayah Indonesia direalisasikan dengan
melakukan pembangunan infrastruktur (Tribunnews.com,2018). Pembangunan
infrastruktur di berbagai sektor terlihat dengan adanya fasilitas-fasilitas seperti
bangunan gedung, jalan raya, fly over, proyek jalan tol dan pembangunan lainnya
yang sedang berkembang pesat khususnya di Pulau Jawa. Pembangunan
infrastruktur jalan adalah solusi terbaik untuk menangani masalah kelancaran arus
pendistribusian barang maupun jasa. Ada beberapa pembangunan infrastruktur
jalan yang sedang dilakukan seperti Proyek Pembangunan Jalan Tol Pasuruan-
Probolinggo sebagai lanjutan dari Proyek Pembangunan Jalan Tol Gempol-
Pasuruan. Proyek Pembangunan Jalan Tol Pasuruan-Probolinggo merupakan salah
satu Proyek Strategis Nasional (PSN) dari PT. Trans Jawa Paspro sebagai owner
(pemilik proyek) dengan PT. Waskita Karya sebagai pelaksana proyek
(Tribunnews.com,2018).
Pembangunan Jalan Tol tidak lepas dari kebutuhan beton sebagai bahan
utama dalam kegiatan pembangunannya. Penggunaan beton pada pekerjaan proyek
jalan tol berupa beton Precast dan beton segar atau readymix concrete. Kebutuhan
beton untuk pembangunan proyek tersebut perlu adanya fasilitas dan ketersedian
material. Fasilitas dan material yang perlu disediakan seperti adanya Batching Plant
maupun Plant guna memproduksi kebutuhan beton. Dalam proyek pembangunan
Jalan Tol Pasuruan-Probolinggo, PT. Waskita Karya sebagai pelaksana proyek
menjalin kerja sama dengan PT. Waskita Beton Precast, Tbk yang merupakan
produsen beton Precast dan beton segar (readymix concrete). Produksi beton segar
(readymix) dilakukan oleh Batching Plant PASPRO Grup.
Jalan Tol Pasuruan-Probolinggo akan dibangun sepanjang 31,3 Km yang
dibagi menjadi 4 seksi. Kebutuhan beton segar (ready mix) dilayani oleh 3 batching
plant yang terdapat di daerah Muneng, Tongas dan Leces. Hal ini untuk memenuhi
kebutuhan beton segar (ready mix) pada pekerjaan beton masing-masing seksi dan
efisiensi mobilisasi ke lokasi pengecoran. Beton yang diproduksi memiliki lebih

1
dari satu kelas mutu beton diantaranya kelas A (A1 dan A2), B (B1 dan B2), C, E,
D dan P. Perbedaan kelas mutu beton tersebut disesuaikan dengan kebutuhan
berbagai macam konstruksi pembangunan jalan tol. Pada pelakasanaan pengecoran,
perlu adanya pengawasan khusus terkait kualitas beton. Hal ini untuk menjaga
kualitas beton hingga proses pengecoran. Kualitas beton dikontrol dari proses
produksi di Batching Plant, pengambilan slump test, dan pengambilan benda uji.
Faktor pengaruh perubahan kualitas pada beton berasal dari material yang
digunakan, suhu lingkungan dan jarak tempuh lokasi pengecoran. Faktor tersebut
memerlukan tugas qualiy control agar kualitas beton tetap sesuai.
Quality Control (pengendalian mutu) adalah usaha untuk menjamin agar hasil
dari pelaksanaan sesuai dengan perencanaan. Tugas dari Quality Control adalah
mengendalikan, menyeleksi, menilai kualitas dan memonitoring pelaksanaan
dilapangan agar hasilnya sesuai dengan perencanaan yang diinginkan. Dalam
pelaksanaan konkretnya tugas Quality Control pada Batching Plant PT. Waskita
Beton Precast, Tbk antara lain menyeleksi material yang datang, menguji material
yang ada pada stockpile, memonitoring campuran beton pada pan mixer, membuat
benda uji dari produksi beton, memonitoring pengecoran di lapangan, merawat
benda uji, menguji kuat tekan dan kuat lentur beton, dan lain sebagainya. Perlunya
pengawasan yang tepat pada kualitas kelas mutu beton yang di produksi sehingga
dijadikan bahan pembahasan pelaksanaan Quality Control pada Batching Plant PT.
Waskita Beton Precast, Tbk pada Pembangunan Proyek Jalan Tol Pasuruan –
Probolinggo.

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan
yang akan dibahas dalam laporan hasil kerja praktik ini sebagai berikut :
a. Bagaimaana proses pembuatan dan kualitas beton pada Batching Plant
PT. Waskita Beton Precast, Tbk?

1.3. Batasan Masalah

2
Karena luasnya ruang lingkup permasalahan dan mengurangi masalah yang
tidak mengarah pada pencapaian maksud dan tujuan dalam penyusunan laporan
hasil kerja praktik ini, maka perlu dibatasi permasalahan yang akan dibahas
diantaranya :
1. Hanya membahas tentang kualitas mutu beton pada Batching Plant PT.
Waskita Beton Precast Tbk, untuk Proyek Pembangunan Jalan Tol
Pasuruan-Probolinggo.
2. Tidak menjelaskan produktivitas Batching Plant PT. Waskita Beton Tbk.
3. Tidak menjelaskan pelaksanaan di lapangan.

1.4. Tujuan Kerja Praktik


Tujuan dari kegiatan kerja praktik yang dilaksanakan di PT. Waskita Beton
Precast, Tbk adalah sebagai berikut :
1. Tujuan Umum
a. Menerapkan ilmu pengetahuan di bangku kuliah dengan aplikasinya
secara teknis di lapangan.
b. Meningkatkan pengalaman dan wawasan kerja secara nyata di
lapangan terkait sistem kerja, sistem organisasi maupun proses
pelaksanaan produksi.
c. Melatih sikap disiplin dan bertanggung jawab pada setiap tugas yang
diberikan di tempat kerja praktik.
d. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi dengan kalangan
karyawan di perusahaan tempat kerja praktik.
e. Menjalin relasi/hubungan baik dengan karyawan perusahaan.
f. Mengembangkan sikap profesional dan mandiri yang siap untuk
mengahadapi tantangan dunia kerja mendatang.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui proses pembuatan dan kualitas beton pada Batching Plant
PT. Waskita Beton Precast Tbk.

1.5. Manfaat Kerja Praktik

3
Dalam laporan hasil kerja praktik ini diharapkan dapat memberikan manfaat
bagi penulis maupun pembaca, diantaranya :
1. Dapat menambah ilmu pengetahuan bagi mahasiswa mengenai metode
Quality Control (QC) mutu beton serta wawasan terhadap kondisi real di
dunia kerja.
2. Memahami proses pelaksanaan produksi beton segar (readymix) pada
Batching Plant PT. Waskita Beton Precast, Tbk untuk Pembangunan
Jalan Tol Pasuruan-Probolinggo.

4
BAB 2
GAMBARAN UMUM PT. WASKITA BETON PRECAST, TBK

2.1. Sejarah Perusahaan


PT. Waskita Beton Precast, Tbk (WSBP) merupakan salah satu anak
perusahaan PT. Waskita Karya (Persero), Tbk yang bergerak dalam industri
manufaktur beton Precast dan ready mix. WSBP berdiri pada Oktober 2014 dimana
sebelumnya WSBP merupakan Divisi Precast PT. Waskita Karya (Persero), Tbk
yang mulai beroperasi pada 1 Januari 2013 dan berfokus memproduksi produk
beton Precast dan ready mix. Pendirian PT. Waskita Beton Precast, Tbk sesuai
dengan Akta Pendirian Perseroan Terbatas No. 10 tanggal 07 Oktober 2014, yang
dibuat dihadapan Fathiah Helmi, S.H., Notaris di Jakarta, yang telah mendapat
Pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor AHU-
29347.40.10.2014 tanggal 14 Oktober 2014. Perseroan telah sukses mengerjakan
berbagai proyek dalam bidang jalan tol, jembatan, gedung bertingkat tinggi dan
revitalisasi sungai.

Perkembangan kapasitas yang dimiliki oleh PT. Waskita Beton Precast, Tbk
cukup pesat. Pada tahun 2014 kapasitas produksi Precast adalah sebesar 800.000
ton per tahun dan kemudian sampai dengan tahun 2016, WSBP memiliki kapasitas
produksi sebesar 2.650.000 Ton per tahun. Hingga saat ini, PT. Waskita Beton
Precast, Tbk mengoperasikan 10 (sepuluh) pabrik Precast yakni Precast Plant
Karawang, Precast Plant Cibitung, Precast Plant Sadang, Precast Plant Sidoarjo,
Precast Plant Subang, Precast Plant Kalijati, dan Precast Plant Bojonegara,
Precast Plant Klaten, dan 2 Precast Plant di Palembang (Soekarno-Hatta dan
Gasing). Selain itu, Perseroan juga telah memiliki 41 batching plant yang tersebar
di Pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi.
Dengan kinerja perusahaan yang terus berkembang pesat serta kebutuhan
akan produk-produk Precast dan ready mix yang semakin meningkat, membuat PT.
Waskita Beton Precast, Tbk merasa perlu untuk berekspansi mengembangkan
bisnis menjadi salah satu perusahaan manufactur beton Precast dan ready mix
terbesar di Indonesia. Hal ini yang mendasari perusahaan untuk melakukan
Penawaran Umum Perdana Saham (Initial Public Offering) di Bursa Efek Indonesia

5
pada 20 September 2016 dengan melepas 10,54 Miliar lembar saham dengan harga
penawaran Rp 490/Saham. Dengan demikian, perusahaan memperoleh dana segar
dari IPO senilai Rp 5,16 Triliun dengan penjamin pelaksana emisi adalah PT.
Mandiri Sekuritas, PT. Danareksa Sekuritas, PT. Bahana Securities, dan PT. BNI
Securities.
VISI dari PT. Waskita Beton Precast adalah menjadi Perusahaan Manufaktur
Precast dan Ready Mix terdepan di Indonesia. MISI dari PT. Waskita Beton
Precast adalah
1. Membuat produk yang secara terus menerus memenuhi persyaratan yang
ditetapkan oleh pelanggan serta melakukan inovasi dalam pengembangan
produk dan mendapatkan pengakuan dari pelanggan.
2. Menjadikan SDM yang kompeten dan berdaya saing di Industri Precast dan
Ready Mix.
3. Mejalin hubungan yang saling menguntungkan dengan pihak-pihak yang
berkontribusi terhadap kemajuan perusahaan.
4. Memanfaatkan teknologi informasi dalam mencapai daya saing di Industri
Precast dan Ready Mix.
5. Inovasi dalam Pengembangan Produk Precast.
(Web.waskitaPrecast.co.id/id/profile-2/history-2)

6
2.1

2.2. Struktur Organisasi

7
Gambar 2.1 Struktur Organisasi PT. Waskita Beton Precast, Tbk
(PT. Waskita Beton Precast, Tbk)
2.3. Tugas dan Wewenang Personil
Dalam setiap tahapan pekerjaan konstruksi melibatkan beberapa pihak yang
akan bekerjasama baik secara kontraktual maupun fungsional untuk menghasilkan
pekerjaan konstruksi yang berkualitas. Pihak-pihak yang terlibat dalam pekerjaan
konstruksi harus memiliki kompetensi dan kemampuan sesuai dengan kebutuhan
pekerjaan konstruksi tersebut, agar hasil konstruksi dapat berkualitas karena pihak
yang terlibat berkualitas (Messah, 2008). Beberapa pihak yang terlibat dalam
pelaksanaan konstruksi serta tugas masing-masing pihak antara lain.
(Web.waskitaPrecast.co.id/id/profile-2/history-2).

2.3.1 Manager Batching Plant


Manager Batching Plant merupakan orang yang sangat penting dalam
berjalannya proses operasi di pabrik. Tugas dari seorang Manager Batching Plant
adalah memimpin, mengontrol dan mengawasi keseluruhan dari operasi yang
berjalan di pabrik dan juga bertanggung jawab untuk semua kegiatan di pabrik.
Dalam melakukan suatu proses operasi baik dipabrik maupun di luar lingkungan
pabrik harus berdasarkan izin dari Manager Batching Plant.
Tugas dari Manager Batching Plant antara lain :
1. Merencanakan implementasi strategi dan operasional pabrik secara tepat
sesuai strategi bisnis perusahaan.
2. Memonitor penyusunan rencana kerja harian pabrik sesuai rencana
tahunan dan bulanan.
3. Memonitor dan menganalisa pencapaian produktivitas pabrik serta
rencana operasional harian untuk pemenuhan pencapaian target yang telah
ditetapkan.
4. Mengevaluasi produktivitas serta kapasitas pabrik untuk penentuan.

2.3.2 K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja)


K3 adalah salah satu bidang yang menjamin agar dalam pelaksanaan proyek
tidak terjadi kecelakaan dan penyakit akibat kerja, menjamin produktifitas tidak
terganggu, menuju kondisi nol kecelakaan (zero accident), sehingga pekerja lebih
aman dan nyaman dalam bekerja.

8
Tugas dari K3 yaitu:
1. Mempelajari dan memahami prosedur kerja yang disiapkan oleh bagian
operasional serta memperkirakan kemungkinan-kemungkinan bahaya
yang dapat terjadi.
2. Membuat laporan yang berisi analisis potensi bahaya dan upaya preventif
yang akan dilakukan guna meminimalkan potensi kecelakaan kerja.
3. Menyiapkan rambu-rambu, pagar pengaman, tanda batas proyek, serta
perangkat-perangkat lain yang dibutuhkan untuk menjamin kemanan.
4. Menyediakan perlengkapan safety bagi pekerja-pekerja lapangan.
5. Memberikan bantuan P3K apabila terjadi kecelakaan.
6. Apabila terjadi kecelakaan, membawa korban ke rumah sakit yang
ditunjuk bila diperlukan.
7. Melakukan analisis terhadap kecelakaan yang terjadi dan melakukan
penanganan atau tindakan preventif agar kejadian serupa tidak terulang
kembali.

2.3.3 Quality Control (QC) Laboratorium


Quality Control (QC) Laboratorium merupakan badan organisasi perusahaan
yang ditempatkan sebagai kepala laboratorium yang bertugas sebagai penanggung
jawab dalam pengendalian mutu pelaksanaan proyek, dimana saat pelaksanaan
kerja di bantu oleh teknisi laboratorium.
Tugas dari Quality Control Laboratorium yaitu :
1. Membuat permintaan untuk pemeriksaan atau pengetesan barang untuk
intern kontraktor maupun bersama dengan konsultan pengawas atau owner
untuk memastikan material yang akan digunakan sudah sesuai dengan
kriteria yang diinginkan pemilik proyek bangunan.
2. Melakukan pengecekan terhadap material yang akan didatangkan maupun
yang sudah tiba di lokasi proyek untuk memberikan status kepada bahan
bangunan tersebut apakah ditolak atau diterima setelah melihat kualitas
bahan.
3. Melakukan pengecekan apakah pelaksanaan pekerjaan dilapangan sudah
sesuai dengan gambar pelaksanaan atau shop drawing.

9
4. Meminta contoh material atau brosur yang berisi spesifikasi material
bahan kepada supplier sebelum melakukan pembelian sehingga material
terpilih sesuai dengan standar kualitas yang dalam kontrak kerja.

2.3.4 Perencanaan dan Pengendalian Produksi


Perencanaan dan Pengendalian Produksi adalah suatu struktur perusahaan
yang merencanakan dan mengendalikan aliran material yang masuk, mengalir, dan
keluar dari sistem produksi sehingga permintaan pasar dapat dipenuhi dengan
jumlah yang tepat, waktu penyerahan yang tepat, dan biaya produksi yang
minimum. Dengan demikian pekerjaan yang terkandung dalam PPC secara garis
besar dapat dibedakan menjadi dua hal yang saling berkaitan, yaitu Perencanaan
Produksi dan Pengendalian Produksi.
Tugas Perencanaan dan Pengendalaian Produksi yaitu :
1. Mengukur realisasi dari rencana produksi.
2. Membandingkan realisasi dengan rencana produksi.
3. Mengamati penyimpangan yang terjadi.
4. Menganalisis sebab terjadinya penyimpangan.
5. Melakukan tindakan perbaikan.

2.3.5 Staf Bagian Produksi


Staf Bagian Produksi adalah suatu badan organisasi perusahaan yang
mengoperasikan atau mengatur perencanaan produksi pabrik dengan prosedur
berdasarkan intruksi dari perusahaan.
Tugas dari Staf Bagian Produksi yaitu :
1. Dasar kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) bagian produksi perusahaan
yang telah melewati pelatian khusus yang tentunya sangat berbeda dengan
pelatihan pekerja pabrik pada umumnya. Hal ini dilaksanakan berdasarkan
standar prosedur perusahaan.
2. Melaksanakan proses produksi dengan prosedur berdasarkan target
kualitas perusahaan, mengoperasikan mesin, mengolah dan mengontrol
proses produksi.

10
3. Melaksanakan, mengatur serta mengontrol dari bahan dasar "baku"
menjadi bahan jadi proses produksi dengan target bedasarkan prosedur
perusahaan.
4. Mengutamakan disiplin kerja, keselamatan kerja, keamanan berstandarkan
prosedur perusahaan dan kesehatan yang menjadikan hal yang diutamakan
dalam catatan perusahaan.

2.3.6 Logistic
Logistic adalah melaksanakan tugas yang berhubungan dengan penjualan jasa
yang ditawarkan, memastikan arus keluar dan masuk barang costumer sesuai
dengan ketentuan dan prosedur yang telah ditetapkan perusahaan.
Tugas dari Logistic yaitu :
1. Melaksanakan tata administrasi penerimaan dan pengeluaran barang dari
dan ke gudang sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang ditetapkan.
2. Memberikan pengarahan kepada kepala bagian gudang, seperti
melaksanakan tata penyimpanan barang di gudang, menjaga keamanan,
kebersihan dan ketertiban gudang serta melakukan stock opname secara
berkala sesuai yang telah ditetapkan.
3. Memeriksa dan memonitor terus menerus hasil pelaksanaan tugas
bawahannya dan memberikan pengarahan kepada bawahannya agar
bawahan lebih mengerti dan memahami pekerjaan yang sudah ditetapkan
oleh atasan.
4. Mencocokkan tingkat stock yang tertera dalam kartu meja dengan yang
ada pada kartu gudang, sehingga lebih mengetahui atau stock lebih
terkontrol.
5. Mengajukan permintaan penambahan stock kepada direktur utama.
Menjamin kerjasama yang konstruktif dengan bawahan, atasan, rekan
kerja dan pihak luar yang relevan.

2.3.7 Staf Teknik dan Mutu


Staf Teknik dan Mutu adalah bagan organisasi perusahaan yang berperan
sebagai pengendali rencana mutu terhadap quality control dan membuat rencana

11
mutu beton ready mix, agar mutu dalam pembuatan beton ready mix lebih
terkontrol.
Tugas dari Staf Teknik dan Mutu yaitu :
1. Melaksanakan prosedur K3 dan lingkungan di tempat kerja.
2. Bekerjasama dengan rekan kerja dan lingkungan.
3. Membuat rencana mutu (Quality Plan).
4. Mengisi daftar simak (Check List).
5. Melakukan inspeksi dan pengujian (Quality Control).
6. Melakukan kaji ulang pelaksanaan jaminan mutu.
7. Membuat dokumentasi dan laporan.

2.3.8 Staf Kepala Sumber Daya Manusia (Staf KSDM)


Staf Kepala Sumber Daya Manusia (Staf KSDM) adalah suatu proses
menangani berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh,
manajer dan tenaga kerja lainnya untuk dapat menunjang aktifitas organisasi atau
perusahaan demi mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh perusahaan, sehingga
aktifitas organisasi atau perusahaan lebih terkontrol.
Tugas dari Staf Kepala Sumber Daya Manusia (Staf KSDM) yaitu :
1. Melakukan persiapan dan seleksi tenaga kerja/preparation and selection.
2. Pengembangan dan evaluasi karyawan/development and evaluation.
3. Memberikan kompensasi dan proteksi pada pegawai/compensation and
protection.

2.3.9 Batching Plant Operation(BPO)


Batching Plant Opration(BPO) merupakan badan organisasi dalam struktur
perusahaan yang berperan sebagai operator mesin batcing plant dalam pembuatan
beton ready mix, sehingga mesin batching plant lebih terkontrol dalam pembuatan
beton ready mix.

Tugas dari Batching Plant Operation (BPO) yaitu :


1. Mengoprasikan mesin batching plant sesuai dengan aturan yang sudah
di tetapkan oleh Manager Plant.

12
2. Mengatur kebutuhan agregat dalam pembuatan beton ready mix dalam
mesin batching plant sesuai dengan job mix yang telah dibuat oleh Staf
Teknik dan Mutu.
3. Merawat dan memastikan kebersihan mesin batching plant.

2.3.10 Mekanik
Mekanik adalah suatu personil yang bertugas memanajemen peralatan
proyek sebagai alat untuk melaksanakan pekerjaan pembangunan sehingga dapat
meminit waktu perawatan alat, sehingga penggunaan alat lebih efisien.
Tugas dari Mekanik yaitu :
1. Bertugas untuk menyediakan alat-alat yang dibutuhkan dalam proyek.
2. Melakukan pemeriksaan terhadap alat yang mengalami kerusakan.
3. Memperbaiki alat yang rusak sehingga dapat digunakan kembali.

2.3.11 Manager Keuangan dan SDM


Manager Keuangan dan SDM merupakan badan organisasi perusahaan
yang mengatur keuangan dan sumber daya manusia dalam perusahaan dengan apa
yang sudah di tetapkan oleh Manager Plant.
Tugas dari Manager Keuangan dan SDM antara lain :
1. Melakukan seleksi atau perekrutan pekerja diproyek untuk pegawai
bulanan sampai dengan pekerja harian dengan spesialisasi keahlian
masing-masing sesuai posisi organisasi proyek yang dibutuhkan.
2. Pembuatan laporan keuangan atau laporan kas bank proyek, laporan
pergudangan, laporan bobot prestasi proyek, daftar hutang dan lain-lain.
3. Membuat dan melakukan verifikasi bukti-bukti pekerjaan yang akan
dibayar oleh owner sebagai pemilik proyek.
4. Melayani tamu–tamu intern perusahaan maupun ekstern dan melakukan
tugas umum.
5. Mengisi data-data kepegawaian, pelaksanaan, asuransi tenaga kerja,
menyimpan data-data kepegawaian karyawan dan pembayaran gaji serta
tunjangan karyawan.

13
6. Membuat laporan akutansi proyek dan menyelesaikan perpajakan serta
retribusi.
7. Mengurus tagihan kepada pemilik proyek atau jika kontraktor nasional
dengan banyak proyek maka bertugas juga membuat laporan ke kantor
pusat serta menyiapkan dokumen untuk permintaan dana ke bagian
keuangan pusat.
8. Membantu project manager terutama dalam hal keuangan dan
sumberdaya manusia sehingga kegiatan pelaksanaan proyek dapat
berjalan dengan baik.
9. Membuat laporan ke pemerintah daerah setempat, lurah atau kepolisian
mengenai keberadaan proyek dan karyawan dalam pelaksanaan
pekerjaan pembangunan.
10. Mencatat aktif proyek meliputi inventaris, kendaraan dinas, alat-alat
proyek dan sejenisnya.
11. Menerima dan memproses tagihan dari sub kontraktor jika proyek yang
dikerjakan berskala besar sehingga melakukan pemborongan kembali
kepada kontraktor spesialis sesuai dengan item pekerjaan yang
dikerjakan.
12. Memelihara bukti-bukti kerja sub bagian administrasi proyek serta data-
data proyek.
Dalam melaksanakan tugasnya Manager Keuangan & SDM
dibantu orang-orang diposisi seperti :
1) Bagian Keuangan
2) Kasir
3) Akuntansi
4) Administrasi
5) Sekretaris
6) Umum (Gudang)

7) Driver
8) Office Boy

14
2.3.12 Manager Peralatan dan Maintance
Manager Peralatan dan Maintance adalah bertanggung jawab langsung
kepada pimpinan di dalam menyelenggarakan kegiatan penyediaan perbekalan dan
peralatan untuk proyek, sehingga persiapan perbekalan dan peralatan proyek lebih
terkontrol.
Tugas Manager Peralatan dan Maintance antara lain :
1. Memberikan bantuan dan jasa kepada satuan pelaksana di dalam masalah
yang sifatnya khusus logistic (pergudangan, perbengkelan, angkutan,
dsb).
2. Memberikan bantuan kepada koordinator proyek dalam hal pengendalian
penggunaan peralatan untuk konstruksi.
3. Melakukan pengawasan terhadap kondisi dan penggunaan yang tepat
dari peralatan.
4. Memberikan data kepada bagian teknik mengenai analisa biaya peralatan
dalam kondisi yang ada dan yang berhubungan dengan kemampuan
produktif beserta biaya operasionalnya.
Dalam melaksanakan tugasnya Manager Alat dibantu orang –
orang diposisi seperti :

1) Procurement

2) Administrasi

3) Mekanik

4) Asisten Mekanik

2.3.13 Operator Loader


Operator Loader merupakan badan organisasi perusahaan yang bertugas
menjalankan atau mengoprasikan mesin loader untuk memasukkan materiat splet
dan screen dari timbunan atau tempat penyimpanan material menuju ke bin dalam
pembuatan beton ready mix.

Tugas dari Operator Loader adalah sebagai berikut :

15
1. Melaksanakan pemeliharaan wheel loader sesuai dengan petunjuk
pemeliharaan antara lain adalah melaksanakan pemeriksaan keliling
(walk around inspection).
2. Melakukan pemeriksaan minyak pelumas engine, transmisi, minyak
rem, minyak hidrolik, air pendingin, bahan bakar dan air accu.
Menghidupkan engine sesuai prosedur.
3. Melakukan pemeliharaan setelah engine hidup. Melakukan
pemeliharaan selama dan setelah pengoperasian.
4. Melaksanakan pengoperasian wheel loader sesuai dengan aplikasi dan
teknik operasi yang benar untuk jenis pekerjaan konstruksi tertentu
dengan cycle maksimal 150% dari standart cycle time.
5. Melaksanakan persiapan pengoperasian loader.
6. Memuat material kedalam dump truck dengan cycle time maksimal
150% dari standart cycle time.
7. Memuat dan memindah material cycle time maksimal 150% dari
standart cycle time.
8. Meratakan dan merapikan area kerja dengan hasil kemiringan
maksimal 5% dan tingkat kerataan maksimal 10 mm.
9. Melaksanakan pengoperasian wheel loader sesuai dengan aplikasi dan
teknik operasi yang benar untuk jenis pekerjaan konstruksi tertentu
dengan cycle maksimal 120% dari standart cycle time antara lain
adalah Melaksanakan persiapan pengoperasian loader, memuat
material kedalam dump truck dengan cycle time maksimal 120% dari
standart cycle time, memuat dan memindah material cycle time
maksimal 120% dari standart cycle time, meratakan dan merapikan
area kerja dengan hasil kemiringan maksimal 2% dan tingkat kerataan
maksimal 50 mm.
10. Membuat laporan operasi antara lain adalah membuat harian operasi,
membuat laporan K3 dan menyampaikan laporan kepada atasan
langsung.

2.3.14 Helper

16
Helper merupakan badan organisasi perusahaan yang berfungsi sebagai
menjaga keamanan harta perusahaan dan merawat aset perusahaan, sehingga
perusahaan lebih terjamin dalam hal tersebut.
Tugas dari Helper antara lain :
1. Membantu menjaga keamanan harta perusahaan dan dokumen penting.
2. Membantu kepala gudang dalam memasarkan produk yang di
tawarkan.
3. Membantu secara langsung dalam pengiriman barang ke relasi.
4. Menerima barang yang diserahkan oleh bagian stock keeper untuk
dipasarkan.
5. Mempertanggungjawabkan pelaksanaan kerja kepada kepala gudang
melaporkan jika barang tersebut telah dikirim.

2.3.15 Security
Security (keamanan) merupakan badan organisasi perusahaan yang
mendukung lancarnya suatu proyek, sehingga tidak semua orang dapat keluar
masuk proyek yang dapat menyebabkan terganggunya ketertiban dan kelancaran
pekerjaan. Tanggung jawab keamanan proyek meliputi semua yang berada dalam
lingkungan proyek.
Tugas dari Security (keamanan) adalah sebagai berikut:
1. Mengawasi orang-orang yang keluar masuk proyek.
2. Mengawasi barang-barang yang keluar masuk proyek.
3. Menjaga ketertiban dan keamanan didalam maupun sekitar proyek.
4. Mengantisipasi gangguan pencurian material, alat dan fasilitas lain di
lingkungan proyek.

2.3.16 Driver
Driver merupakan bagan organisasi perusahaan yang berfungsi sebagai
pengemudi kendaraan perusahaan, sehingga penggunaan kendaraan dalam
perusahaan lebih efektif dan terkontrol.
Tugas dari Driver adalah sebagai berikut:
1. Melakukan pembersihan di dalam dan di luar kendaraan.

17
2. Melakukan pengecekan mesin, perlengkapan kendaraan dan surat
pengemudi.
3. Mengetahui dan mematuhi rambu-rambu lalu lintas.
4. Mengetahui dan menguasai jalan/tujuan pemakai jasa.

2.3.17 Office Boy / Pelayan Kantor


Bertugas sebagai pembantu umum dalam semua kegiatan kantor, dari awal
hingga akhir pekerjaan dalam hal kebersihan, persiapan, dll. Sehingga pekerjaan
perusaan setiap harinya lebih efektif.
Tugas dari Office Boy sebagai berikut:
1. Membantu menjaga kebersihan perusahaan.
2. Membantu dalam hal konsumsi perusahaan.
3. Membantu pekerjaan kecil dalam perusahaan, sehingga dapat
meminimalisir pekerjaan.

2.4. Data Pembimbing Lapangan


Berikut merupakan data pembimbing lapangan :

Nama : Septo Dwihanggoro


Tanggal Lahir : 05 September 1994
Alamat : Karangkemiri RT 04/RW 01, Kec. Wanadadi Kab.
Banjarnegara, Jawa Tengah
Pendidikan Akhir : D3 Teknik Sipil
Jabatan : Staf Teknik dan Mutu
Agama : Islam
No. HP : 081212869448
BAB 3
HASIL KERJA PRAKTIK

18
3.1 Waktu dan Tempat Kegiatan
Kerja Praktik dilaksanakan mulai tanggal 25 Juli 2018 sampai dengan
tanggal 07 September 2018 dengan jumlah jam kerja 450 jam. Waktu pelaksanaan
perhari diambil 12, 13 dan 14 jam kerja sesuai dengan kegiatan yang dilaksanakan
pada hari tersebut. Berikut merupakan tempat pelaksanaan kerja praktik:
Nama Proyek : Proyek Pembangunan Jalan Tol Pasuruan-
Probolinggo
Alamat : 1. BP Muneng (Jl. Raya Sukapura No. 1 Desa
Muneng Kecamatan Sumberasih Kabupaten
Probolinggo)
2. BP Leces (Jl. Raya Leces, Dusun Krajan, Desa
Sumberbulu, Kec. Tegalsiwalan, Kab.
Probolinggo)
3. BP Tongas (Blk. Tempuran, Desa Wringinanom,
Kec. Tongas, Kab. Probolinggo)

Nama Perusahaan : PT. Waskita Beton Precast, Tbk.

Panjang Proyek : 31,3 Km

Lokasi kerja praktik dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.1 Lokasi Kerja Praktik


(Google Map,2018)

19
3.2 Jadwal Kegiatan
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktik
Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari Februari Maret
Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu Minggu
Kegiatan
ke ke ke ke ke ke ke ke ke ke
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pelaksanaan Kerja Praktik

Studi Literatur

Penyusunan Laporan

Konsultasi Laporan
20

Ujian Kerja Praktik

Revisi Laporan Kerja Praktik


Sumber: Hasil Pengolahan, 2018

Keterangan:
: pelaksanaan kerja praktik

20
3.3 Hasil Kerja Praktik
Proyek Pembangunan Jalan Tol Pasuruan-Probolinggo merupakan salah
satu pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) PT. Trans Jawa Paspro. Dalam
pembangunan tersebut, beton menjadi bahan utama yang paling dibutuhkan.
Sebagai salah satu penyuplai beton segar (readymix concrete), PT. Waskita Beton
Precast Tbk memproduksi berbagai macam kebutuhan beton untuk pembangunan
tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan beton segar dalam Pembangunan Jalan Tol
tersebut diperlukan lebih dari satu Batching Plant agar dapat mencapai target
pembangunan.
Dalam kegiatan kerja praktik ini, penulis melakukan tugas sebagai unit
Quality Control yang bertugas untuk mengendalikan, menyeleksi, menilai kualitas
dan memonitoring pelaksanaan dilaboratorium agar hasilnya sesuai dengan
perencanaan yang diinginkan.

3.3.1 Komponen Utama dan Komponen Pendukung Batching Plant


Adapun mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses pembuatan
beton ready mix PT. Waskita Beton Precast, Tbk agar lebih mudah, cepat, dan
ekonomis dalam pembuatan beton ready mix yaitu :
1. Truk Concrete Mixer
Truk Concrete Mixer dalam proses produksi beton ready mix berfungsi untuk
mengaduk campuran beton sekaligus untuk mengangkut adukan beton ready mix
dari tempat pencampuran beton ke lokasi proyek. Selama pengangkutan, mixer
terus berputar dengan kecepatan putaran 4-16 putaran per menit agar beton tidak
mengeras. Kapasitas muatan beton Truk Concrete Mixer PT. Waskita Beton
Precast, Tbk yaitu 8 m3 atau standar kapasitas normal dalam persentase volume
kotor drum, tidak boleh lebih dari 50%. Dalam drum Truk Concrete Mixer terdapat
bilah-bilah baja, ketika dalam perjalanan menuju lokasi proyek, drum ini berputar
berlahan-lahan berlawanan jarum jam, sehingga adukan mengarah kedalam.
Perputaran didalam drum dilakukan agar beton tetap dalam keadaan homogen
sampai penuangan di lapangan. Ketika akan dilakukan pengecoran di lapangan arah
putaran drum dibalikkan searah putaran jarum jam dan putaran drum di perbesar
agar beton dalam drum biasa keluar. Proses pengiriman beton ready mix diatur

21
dengan memperhatikan jarak, kondisi lalulintas, cuaca dan suhu karena hal tersebut
sangat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan.

Gambar 3.2 Truk Concrete Mixer PT. Waskita Beton Precast, Tbk
(Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

2. Wheel Loader
Wheel Loader dalam proses produksi berfungsi untuk mengangkut
bahan/material (agregat kasar dan agregat halus) dari tempat penumpukan material
(stockpile) menuju ke bin batching plant.

Gambar 3.3 Wheel Loader PT. Waskita Beton Precast, Tbk


( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

3. Batching Plant Operation (BPO)


Mesin Batching Plant Operation merupakan mesin yang berfungsi untuk
mencampur bahan baku Beton Ready Mix atau beton siap pakai dalam skala yang
besar. Batching Plant PT. Waskita Beton Precast, Tbk ditempatkan pada sebidang
tanah yang dekat dengan pompa air, laboratorium beton, tumpukan agregat dan alat-
alat lain yang mendukung proses produksi beton segar.

Gambar 3.4 Mesin Batching Plant PT. Waskita Beton Precast, Tbk
( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

22
Pada mesin Batching Plant terdapat alat-alat diantaranya :
a. Semen Silo
Semen Silo adalah tempat untuk penyimpanan semen dan menjaga semen agar
tetap baik, karena didalam silo merupakan tempat anti lembab yang mempunyai
ketinggian lebih dari 30 cm dari permukaan tanah dilengkapi dengan timbangan
(Wikipedia, 2018, Silo, https://id.wikipedia.org/wiki/Silo, diakses pada 30
November 2018). Semen Silo khusus digunakan sebagai tempat untuk
penyimpanan semen pada batching plant beton ready mix sehingga semen lebih
tahan lama. Pengisian semen dilakukan dari tingkat paling atas, sehingga yang
masuk lebih dulu akan berada di bawah. Pengambilan semen dilakukan dari bawah
untuk disalurkan pada pipa yang terhubung dengan pan mixer. Sebelum semen
dapat digunakan, semen didiamkan dulu selama 24 jam agar dingin. Saat akan
digunakan, semen ditimbang pada BPO (Batching Plant Operation) lalu akan
disedot dan disalurkan melalui pipa.

Gambar 3.5 Semen Silo


( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

b. Belt Conveyor
Belt Conveyor adalah alat yang berfungsi untuk menarik bahan atau material
(agregat halus dan agregat kasar) ke atas dari storage bin ke pan mixer untuk
dicampur menjadi beton ready mix. Pada Belt Conveyor terdapat karet lentur dan
terdapat tonjolan-tonjolan sebagai tempat atau wadah agregat untuk ditarik dari
storage bin ke pan mixer. Belt Conveyor harus di cek secara berkala untuk
mengetahui ada atau tidak lubang atau robek agar agregat yang diangkat tidak
terjatuh. Belt Conveyor harus dalam keadaan kering, agar tidak ada agregat yang
menggumpal ataupun menempel yang dapat mengurangi takaran agregat dalam

23
pencampuran. Belt Conveyor diberi pelindung dibagian atasnya agar tidak terkena
air hujan.

Gambar 3.6 Belt Conveyor


( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

c. Bin dan Storage Bin


Bin berfungsi sebagai tempat pengumpulan bahan atau material (agregat kasar
dan agregat halus) yang berasal dari penumpukan bahan di stockpile dengan
bantuan wheel loader untuk di tarik ke atas (storage bin). Pada batching plant
disediakan bin dengan kompartemen-kompartemen (ruang) terpisah atau storage
bin yang memadai untuk agregat halus dan untuk setiap fraksi agregat kasar.
Storage Bin dibagi menjadi 4 fraksi yaitu : agregat kasar (split), agregat menengah
(screen) dan 2 Bin lainnya agregat halus (pasir). Yang terdiri dari ayakan lolos 1,5
dan 2 inchi. Setiap kompartemen dapat mengeluarkan material secukupnya dan
dengan lancar ke hopper timbangan untuk ditimbang sesuai dengan mix design
yang telah di buat oleh kepala teknik dan mutu. Dan disediakan juga alat kontrol
sehingga begitu jumlah yang dikehendaki dalam hopper timbangan hampir
terpenuhi, material mengalir pelan-pelan dan berhenti setelah jumlahnya tercapai
tepat. Untuk membuang kelebihan material dalam hopper, harus disediakan lubang
atau sarana lainnya. Hopper timbangan dapat mengosongkan seluruh material
tanpa sisa. Dan pada Bin terdapat Storage Bin yang digunakan untuk memisahkan
fraksi agregat antara agregat kerikil ukuran 1-2, 2-3 dan agregat pasir. Dalam
pengangkutan material pasir dan kerikil ke bin di bantu oleh loader agar lebih
mudah dan cepat dalam pekerjaannya.

24
Gambar 3.7 Bin
( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

Gambar 3.8 Storage Bin


( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

d. Timbangan
Pada alat batching plant timbangan dibagi menjadi 3 macam, yaitu: timbangan
untuk agregat, timbangan untuk semen dan timbangan untuk air. Timbangan
agregat dan semen harus dari tipe palang (beam type) ataupun tipe cakram non
pegas. Alat timbangan harus mempunyai ketepatan sampai 0,5 % untuk berbagai
pemakaian. Untuk memeriksa ketepatan, harus disediakan sepuluh anak timbangan
dengan berat masing-masing 25 kg. Tiang tumpu, gandar dan suku cadang lainnya
yang terbuka harus selalu bersih. Untuk tetap menjaga keakuratan timbangan,
Konsultan Pengawas harus mengecek timbangan setiap paling lambat 28 hari.

Gambar 3.9 Timbangan


( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

e. Dosage Pomp

25
Dosage pomp digunakan untuk penambahan bahan admixture seperti retarder.
Pada dosage pomp terdapat tempat penampungan air yang berfungsi sebagai supply
kebutuhan air pada ready mix, agar kebutuhan air saat percampuran beton ready
mix tetap terkendali.

Gambar 3.10 Dosage pomp


(Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

f. Pan Mixer
Pan Mixer digunakan untuk mencampur beberapa material untuk di jadikan
adonan beton ready mix. Setiap loading atau pengadukan adonan beton
menghasilkan 2 m3. Mixer dilengkapi dengan hopper pengisi yang memadai,
tempat air dan alat pengukur air yang dengan ketepatan sampai batas 1%. Dan
dilakukan pengontrolan, agar air hanya bisa di pakai bila mixer sedang berisi. Level
pembuangan harus bisa terkunci secara otomatis, sampai material campuran
teraduk dalam waktu tertentu setelah semua material berada dalam mixer. Pada
bagian bawah mixer terdapat tempat keluarnya beton ready mix dan untuk
memasukkan beton ready mix masuk kedalam truck mix. Dalam interval waktu
tertentu mixer harus dibersihkan. Mata pisau (blade) pick-up dan throw-over dalam
drum harus diganti bila telah mengalami keausan 10%, dan mixer harus di cek
secara berkala dalam waktu maksimal 1 bulan sekali agar mixer tidak mengalami
masalah pada saat memproduksi beton ready mix dalam jumlah banyak.

Gambar 3.11 Pan Mixer

26
( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

4. Vibrator
Beton harus dipadatkan (consolidated) dengan vibrator mekanik yang bekerja
didalam beton. Bila perlu, vibrator harus dibantu dengan pemadat dengan tangan
menggunakan alat yang memadai untuk menjamin kepadatan yang memadai. Tipe
vibrator yang digunakan harus disetujui konsultan pengawas, dan mempunyai
frekuensi minimum 3500 getaran per menit, dan harus bisa membuat beton menjadi
merosot 2 cm pada daerah dengan radius 45 cm. Jumlah vibrator yang digunakan
harus dalam jumlah minimum sebagaimana yang ditunjukkan tabel dibawah ini
untuk memadatkan beton secara memadai dalam waktu 10 menit setelah dicor ke
cetakan, dan selain itu harus disediakan vibrator cadangan (Divisi 10-Stuktur Beton
Spesifikasi Teknis Jalan Bebas Hambatan dan Jalan Tol).
Tabel 3.2 Tabel Kecepatan Pengecoran Beton
Kecepatan Pengecoran beton (m3/ jam ) Jumlah Minimum Alat
4 2
8 3
12 4
16 5
20 6
Sumber: Rencana Kerja Syarat PT.Waskita Beton Precast, Tbk, 2018

Gambar 3.12 Vibrator


( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)
5. Arco
Arco biasanya digunakan untuk memindahkan suatu material agar pekerjaan
lebih muda dan dapat lebih cepat terselesaikan. Biasanya arco juga digunakan untuk

27
tempat beton ready mix saat pengetesan slump di proyek Pembangunan Jalan Tol
Pasuruan-Probolinggo.

Gambar 3.13 Arco


( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

3.3.2 Produksi Beton


Tahapan proses produksi beton ready mix PT. Waskita Beton Precast, Tbk
meliputi penakaran bahan (batching), pencampuran (mixing), penimbangan,
pengangkutan (transporting) dan penuangan (placing). Semua pekerjaan beton
harus menggunakan beton ready mix dari supplier beton ready mix yang telah
disetujui oleh direksi pengawas dengan perbandingan campuran sesuai dengan mix
design yang telah diuji di laboratorium dan disetujui oleh direksi pengawas.
Takaran campuran serta pengiriman/pengangkutannya harus memenuhi
persyaratan didalam SNI 03-2847-2000, ACI 305R-99 (Recommended practice for
measuring, mixing and transporting and placing concrete).
Berikut ini adalah proses tahapan pembuatan beton ready mix PT. Waskita
Beton Precast, Tbk:
a. Tahap Pertama:
1) Seleksi material
2) Rancangan campuran
3) Peralatan
b. Tahap Kedua:
1) Penakaran
2) Pencampuran
3) Pengangkutan
4) Uji mutu beton segar
5) (Keseragaman campuran, slump, berat isi, kadar udara) + pengecoran
+ pembuatan benda uji
6) Pemadatan

28
7) Penyelesaian

c. Tahap Ketiga: Perawatan (Curing)


d. Tahap Keempat: Pengetesan kuat tekan dan kuat lentur

3.3.2.1.Seleksi Material
Dalam mengontrol kualitas bahan, PT. Waskita Beton Precast, Tbk
melakukan pengujian terhadap agregat kasar, agregat halus dan semen yang
dijadikan bahan baku dalam beton ready mix. Pengujian bahan yang di lakukan
(pengujian stock pile) agar kualitas bahan di PT. Waskita Beton Precast, Tbk tetap
terkontrol. Dalam menjaga kualitas mutu beton, pengujian yang dilakukan antara
lain pengujian gradasi agregat, pengujian kadar air agregat, pengujian berat jenis,
dan pengujian zat organik.
Bahan baku beton adalah pasir (agregat halus), kerikil (agregat kasar),
semen,air dan zat adiktif tambahan. Berdasarkan kebutuhan produksi beton yang
banyak dan untuk mengantisipasi kekurangan material, maka PT. Waskita Beton
Precast Tbk, mendatangkan supplier agar dapat memproduksi beton setiap harinya.
Berikut merupakan jadwal kegiatan pengujian material pasir dan kerikil yang
dilakukan.
Tabel 3.3 Jadwal Pengujian Material Pasir dan Kerikil
Karakteristik
Metode Pengendalian
Dikendalikan
Karakteristik
Proses Persiapan Standar
No Mutu
Pemeriksaan
1. Material Beton
- Pasir - Kadar Lumpur Setiap (PBI 71: ≤ 5% Berat
Kedatangan Kering, SNI 03-
/ Truk 4142-1996) atau ≤
8% Volume Basah
sebagai Konversi
dari Berat Kering
- Berat Jenis 1 Bulan ASTM C33, C128,
Sekali SNI 1970-2008 (Min
(Internal) 2,4)

29
6 Bulan
Sekali
(Eksternal)
- Gradasi 1 Bulan ASTM C33, C136,
Sekali SNI 03-1968-1990
(Internal)
6 Bulan (Range FM = 2.3 s/d
Sekali 3,1) Sesuai Material
(Eksternal) Sampel
- Kadar Air 1 Bulan ASTM C566 - 97 ,
Sekali SNI 03-1971-1990
(Internal) (< 5%)

6 Bulan
Sekali
(Eksternal)
- Zat Organik 1 Bulan ASTM C 40 - 92 ,
Sekali SNI 03 - 2816 -1992
(Internal) (Kuning/Standar)

6 Bulan
Sekali
(Eksternal)
- Split - Kalvari Setiap Instruksi Kerja
Kedatangan Pengujian Kalvari
/ Truk PT. Waskita Beton
Precast Tbk. (< 15%)
- Kadar Air 1 Bulan ASTM C566 - 97 ,
Sekali SNI 03-1971-1990
(Internal) (< 5%)

6 Bulan
Sekali
(Eksternal)
- Gradasi 1 Bulan ASTM C33, C136,
Sekali SNI 03-1968-1990
(Internal)

6 Bulan (Range FM = 2.3 s/d


Sekali 3,1) Sesuai Material
(Eksternal) Sampel
- Berat Jenis 1 Bulan ASTM C33, C127,
Sekali SNI 1969-2008 (Min
(Internal) 2,4)

6 Bulan
Sekali
(Eksternal)

30
Sumber: Rencana Kerja Syarat PT.Waskita Beton Precast, Tbk, 2018

1. Pasir (Agregat Halus)


Pasir merupakan bahan baku utama dalam campuran beton yang
fungsinya sebagai filler (pengisi). Pada Batching Plant PT. Waskita Beton
Precast, Tbk agregat halus (pasir) didatangkan dari supplier Lumajang. Berikut
merupakan pasir pada stockpile Batching Plant PT. Waskita Beton Precast, Tbk.

Gambar 3.14 Pasir (agregat halus)


(Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)
Pada stockpile agregat halus dipisahkan dari agregat kasar. Saat pasir
dari supplier datang, pengujian pertama yang dilakukan adalah uji kadar lumpur
(SNI 03-4142-1996, PBI 71). Langkah pengujiannya sebagai berikut :
a. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan diantaranya gelas ukur
(1000ml), kapur, sendok, air dan pasir yang akan diuji.
b. Mengisi gelas ukur dengan air sampai batas 500 ml.

Gambar 3.15 Langkah pertama pengujian kadar lumpur pasir


(Dokumentasi Kerja Praktik,2018)

31
c. Menambahkan 1 sendok kapur lalu kocok/goyang gelas ukur agar kapur larut
dalam air.

Gambar 3.16 Langkah pengujian kadar lumpur pasir


(Dokumentasi Kerja Praktik,2018)
d. Memasukkan pasir kedalam gelas ukur sampai batas 500 ml kemudian
kocok/goyang sampai tercampur merata.

Gambar 3.17 Langkah pengujian kadar lumpur pasir


(Dokumentasi Kerja Praktik,2018)
e. Mendiamkan selama 5-15 menit untuk melihat prosentase kadar lumpur
dalam pasir.

Gambar 3.18 Langkah pengujian kadar lumpur pasir


(Dokumentasi Kerja Praktik,2018)
f. Prosentase kadar lumpur dihitung dengan persamaan:
∑Lumpur
% Kadar Lumpur = ∑Pasir+Lumpur
x 100%.

32
Sumber : Instruksi Kerja Pengetesan Kadar Lumpur Agregat Halus PT.
Waskita Beton Precast Tbk.
Dari pengujian yang telah dilakukan didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 3.4 Hasil Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus
Tanggal Tes ∑Lumpur ∑Pasir + Lumpur % Kadar Lumpur
27/07/2018 30 580 30
x 100% = 5.17%
580

(< 8%)
28/07/2018 35 560 35
x 100% = 6.25%
560

(< 8%)
30/07/2018 28 550 28
x 100% = 5.09%
550

(< 8%)
31/07/2018 40 580 40
x 100% = 6.89%
580

(< 8%)
01/08/2018 15 570 15
x 100% = 2.63%
570

(< 8%)
02/08/2018 20 540 20
x 100% = 3.70%
540

(< 8%)
03/08/2018 35 590 35
x 100% = 5.93%
590

(< 8%)
07/08/2018 15 580 15
x 100% = 2.58%
580

(< 8%)
Sumber : Hasil Pengujian Kadar Lumpur Agregat Halus PT. Waskita Beton
Precast Tbk.

Selain pengujian diatas, pengujian yang perlu dilakukan pada agregat


halus antara lain uji kadar air, uji berat jenis material, gradasi material, dan uji zat
organik pada material.
1. Uji Kadar Air Agregat Halus (ASTM C566 - 97 , SNI 03-1971-1990)
Langkah pengujian kadar air agregat halus diantaranya:

33
a. Menyiapkan alat dan bahan (timbangan, wadah, agregat halus ±500 gram,
oven)
b. Menimbang berat wadah kosong dan berat wadah+agregat.

Gambar 3.19 Langkah pengujian kadar air pasir


(Dokumentasi Kerja Praktik,2018)
c. Memasukkan sampel kedalam oven selama satu jam lalu didinginkan dulu
sebelum ditimbang.

Gambar 3.20 Langkah pengujian kadar air pasir


(Dokumentasi Kerja Praktik,2018)
d. Menghitung kadar air agregat halus dengan menggunakan persamaan:
𝑊3−𝑊5
% Kadar Air Agregat = x 100%
𝑊5

Dimana :
W3 = W2-W1
W1 = berat wadah
W2 = berat benda uji + wadah
W3 = berat benda uji
W5 = W4-W1

34
W4 = berat benda uji setelah dioven + wadah
W5 = berat benda uji setelah di oven

Data pengujian yang didapatkan adalah sebagai berikut:


Tabel 3.5 Hasil Pengujian Kadar Air Agregat Halus
Tanggal Tes W3(W2-W1) W5(W4-W1) % Kadar Air Agregat
26/07/2018 500 gram 490 gram 500−490
x 100% = 2.04%
490

(< 5%)
02/08/2018 500 gram 495 gram 500−495
x 100% = 1.01%
495

(< 5%)
27/08/2018 500 gram 487 gram 500−487
x 100% = 2.67%
487

(< 5%)
06/08/2018 500 gram 485 gram 500−485
x 100% = 3.10%
485

(< 5%)
Sumber : Hasil Pengujian Kadar Air Agregat Halus PT. Waskita Beton
Precast Tbk.
e. Seluruh penentuan massa dihitung berdasarkan pembulatan /presentase
/volume ke 0.1 gram/0.1%/1 ml terdekat.
Sumber : Instruksi Kerja Pengetesan Kadar Air Agregat Halus PT. Waskita
Beton Precast Tbk.

2.Uji Berat Jenis Pasir (SNI 03-1969-1990)


Langkah pengujian berat jenis pasir antara lain :
a. Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan ( timbangan, piknometer,
oven, pasir dalam kondisi SSD)
b. Menimbang piknometer kosong.

35
Gambar 3.21 Langkah pengujian berat jenis pasir
(Dokumentasi Kerja Praktik,2018)
c. Menimbang pasir kondisi SSD sebanyak 500 gram.

Gambar 3.22 Langkah pengujian berat jenis pasir


(Dokumentasi Kerja Praktik,2018)
d. Memasukkan pasir ke dalam piknometer kemudian di timbang.

Gambar 3.23 Langkah pengujian berat jenis pasir


(Dokumentasi Kerja Praktik,2018)
e. Piknometer yang berisi pasir diisi air sampai penuh dan dipegang miring
(diputar-putar) hingga gelembung udara keluar.

Gambar 3.24 Langkah pengujian berat jenis pasir

36
(Dokumentasi Kerja Praktik,2018)
f. Piknometer diisi air hingga batas kapasitas dan ditimbang beratnya.

Gambar 3.25 Langkah pengujian berat jenis pasir


(Dokumentasi Kerja Praktik,2018)
g. Piknometer kosong diisi air hingga batas kapasitas dan ditimbang.

Gambar 3.26 Langkah pengujian berat jenis pasir


(Dokumentasi Kerja Praktik,2018)
h. Persamaan perhitungan berat jenis adalah sebagai berikut:
𝑊1
BJ Pasir = (𝑊1+𝑊3−𝑊2)

Dengan : W2 = Berat picnometer + air + pasir

W1 = Berat pasir SSD

W3 = Berat picnometer + air

Sumber : Instruksi Kerja Pengetesan Berat Jenis Agregat Halus PT. Waskita
Beton Precast Tbk.
Data pengujian yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Tabel 3.6 Hasil Pengujian Berat Jenis Agregat Halus
Tanggal Tes W1 W2 W3 Berat Jenis Pasir
27/07/2018 500 990 655
500
= 3.03 (>2.4)
(500+655−990)

37
03/08/2018 500 982 624
500
= 3.52 (>2.4)
(500+624−982)

25/08/2018 500 980 652


500
= 2.90 (>2.4)
(500+652−980)

03/09/2018 500 975 620


500
= 3.44 (>2.4)
(500+620−975)

Sumber : Hasil Pengujian Berat Jenis Agregat Halus PT. Waskita Beton
Precast Tbk.

3. Uji Gradasi Material (ASTM C 33-93 , ASTM C 136 , SNI 03 - 1968 – 1990)
Langkah pengujian gradasi :
a. Menyiapkan alat dan bahan (oven, pan, timbangan, ayakan, shieve shaker,
pasir)
b. Pasir yang akan diuji sebelumnya telah di oven selama 24 jam.

Gambar 3.27 Langkah pengujian gradasi pasir


(Dokumentasi Kerja Praktik,2018)
c. Menimbang pasir sebanyak 1000 gram.

Gambar 3.28 Langkah pengujian gradasi pasir


(Dokumentasi Kerja Praktik,2018)
d. Mengurutkan ayakan dari nomor ayakan paling besar berada diatas.

38
Gambar 3.29 Langkah pengujian gradasi pasir
(Dokumentasi Kerja Praktik,2018)

e. Memasukkan pasir kedalam ayakan, lalu diletakkan pada shieve shaker.

Gambar 3.30 Langkah pengujian gradasi pasir


(Dokumentasi Kerja Praktik,2018)
f. Shieve shaker digetarkan selama 5 menit.

Gambar 3.31 Langkah pengujian gradasi pasir


(Dokumentasi Kerja Praktik,2018)
g. Menimbang pasir pada setiap ayakan.

39
Gambar 3.32 Langkah pengujian gradasi pasir
(Dokumentasi Kerja Praktik,2018)
Sumber : Instruksi Kerja Pengetesan Gradasi Agregat Halus PT. Waskita
Beton Precast Tbk.
h. Hasil pengujian kemudian diolah dan dimasukkan kedalam grafik untuk
mengetahui kesesuaian spesifikasi material.

Gambar 3.33 Hasil pengujian gradasi pasir


(Dokumentasi Kerja Praktik,2018)

40
Gambar 3.34 Hasil pengujian gradasi pasir
(Dokumentasi Kerja Praktik,2018)

Gambar 3.35 Hasil pengujian gradasi pasir


(Dokumentasi Kerja Praktik,2018)

41
4. Uji Zat Organik (ASTM C 40 - 92 , SNI 03 - 2816 -1992)
Pengujian zat organik biasanya dilakukan menggunakan NaOH, namun juga
dapat dilakukan dengan menggunakan tawas atau bisa juga menggunakan soda api
atau bahan yang lainnya. Berikut adalah proses pengujian zat organik menggunakan
tawas :
a. Menyiapkan alat dan bahan (gelas ukur, tawas, pasir).
b. Mengisi gelas ukur dengan air sampai batas 500 ml.

Gambar 3.36 Langkah pengujian zat organik pasir


(Dokumentasi Kerja Praktik)
c. Memasukkan satu sendok tawas, lalu goyang gelas ukur agar larut
sempurna.

Gambar 3.37 Langkah pengujian zat organik pasir


(Dokumentasi Kerja Praktik)
d. Memasukkan pasir yang akan diuji sampai batas 500 ml.

42
Gambar 3.38 Langkah pengujian zat organik pasir
(Dokumentasi Kerja Praktik)
e. Menggoyangkan gelas ukur sampai pasir tercampur sempurna.

Gambar 3.39 Langkah pengujian zat organik pasir


(Dokumentasi Kerja Praktik)
f. Mendiamkan sampel selama 24 jam.
g. Mengamati warna agregat halus,lalu menyimpulkan hasilnya.

Gambar 3.40 Hasil pengujian zat organik pasir


(Dokumentasi Kerja Praktik)

43
Sumber : Instruksi Kerja Pengujian Zat Organik Agregat Halus PT.
Waskita Beton Precast Tbk.

Gambar 3.41 Hasil pengujian zat organik pasir


(Dokumentasi Kerja Praktik)

Gambar 3.42 Hasil pengujian zat organik pasir


(Dokumentasi Kerja Praktik)

2. Kerikil (Agregat Kasar)

44
Agregat kasar merupakan bahan yang berfungsi sebagai kekuatan utama
pada beton, sehingga mutu ataupun karakteristiknya harus memenuhi syarat. Agar
nantinya dapat diperoleh mutu beton yang sesuai dengan perencanaan. Berikut
merupakan agregat kasar yang terdapat pada stockpile Batching Plant PT. Waskita
Beton Precast, Tbk.

Gambar 3.43 Kerikil (agregat kasar)


(Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)
Pada Batching Plant PT. Waskita Beton Precast, Tbk memiliki dua jenis
kerikil (split), yaitu split 1-2 (ukuran 1-2 cm) dan split 2-3 (ukuran 2-3 cm).
Perbedaan jenis kerikil yang digunakan dalam campuran beton disesuaikan dengan
kebutuhan pada Job Mix Formula perencanaan campuran beton. Pada awal
kedatangan agregat kasar dilakukan uji kalvari, yaitu untuk mengetahui berapa
prosentase bata merah pada agregat kasar. Berdasarkan instruksi kerja pengujian
kalvari PT. Waskita Beton Precast Tbk. cara pengujiannya sebagai berikut :
a. Mengambil sampel secukupnya pada pan (1000 gram).
b. Menyiram agregat dengan air.
c. Memisahkan agregat dengan batu merah.
d. Menganalisa prosentase batu merah lebih dari 15% atau tidak dengan
menimbang jumlah batu merah, jika kurang maka agregat boleh untuk
bongkar muat.

Gambar 3.44 Hasil Pengujian Kalvari


(Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

45
Sumber : Instruksi Kerja Pengujian Kalvari Agregat Kasar PT. Waskita
Beton Precast Tbk.
Dari pengujian yang dilakukan, diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 3.7 Hasil Pengujian Kalvari
Tanggal Tes ∑ Sampel ∑ Batu Merah % Batu Merah
31/07/2018 1000 28 gram (20/1000)x100% = 2.8%
gram (<15%)
02/08/2018 1000 38 gram (38/1000)x100% = 3.8%
gram (<15%)
03/08/2018 1000 34 gram (34/1000)x100% = 3.4%
gram (<15%)
06/07/2018 1000 56 gram (56/1000)x100% = 5.6%
gram (<15%)
07/08/2018 1000 43 gram (43/1000)x100% = 4.3%
gram (<15%)
09/08/2018 1000 38 gram (38/1000)x100% = 3.8%
gram (<15%)
10/08/2018 1000 53 gram (53/1000)x100% = 5.3%
gram (<15%)
Sumber: Hasil Pengujian Kalvari Agregat Kasar PT. Waskita Beton Precast
Tbk.

Selain pengujian awal, terdapat pengujian lain yang perlu dilakukan


terkait dengan kualitas agregat kasar diantaranya uji berat jenis, uji kadar air,dan
uji gradasi agregat kasar.

1. Uji Kadar Air (ASTM C566 - 97 , SNI 03-1971-1990)


Langkah pengujian uji kadar air adalah sebagai berikut :
a. Menyiapkan alat dan bahan (timbangan, agregat kasar, oven).
b. Mengambil sampel sebanyak 500 gram.

46
Gambar 3.45 Langkah pengujian kadar air agregat kasar
(Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)
c. Memasukkan sampel kedalam oven selama 24 jam.
d. Mendiamkan sampel yang sudah dikeluarkan dari oven agar agregat dingin
lalu ditimbang.

Gambar 3.46 Hasil pengujian kadar air agregat kasar


(Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)
e. Menghitung hasil pengujian dengan persamaan sebagai berikut:
𝑊3−W5
% Kadar Air Agregat = x 100%
W5

Dimana :
W3 = W2-W1
W1 = berat wadah
W2 = berat benda uji + wadah
W3 = berat benda uji
W5 = W5-W1
W5 = berat benda uji setelah dioven + wadah
W5 = berat benda uji setelah di oven

47
Sumber : Instruksi Kerja Pengujian Kadar Air Agregat Kasar PT. Waskita
Beton Precast Tbk.
Dari pengujian yang telah dilakukan, didapatkan data sebagai berikut:
Tabel 3.8 Hasil Pengujian Kadar Air Agregat Kasar
Tanggal Tes W3(W2-W1) W5(W5-W1) % Kadar Air Agregat
26/07/2018 500 gram 483 gram 500−483
x 100% = 3.51%
483
(< 5%)
02/08/2018 500 gram 492 gram 500−492
x 100% = 1.62%
492
(< 5%)
27/08/2018 500 gram 487 gram 620−487
x 100% = 2.66%
487
(< 5%)
06/08/2018 500 gram 490 gram 560−490
x 100% = 2.04%
490
(< 5%)
Sumber: Hasil Pengujian Kadar Air Agregat Kasar PT. Waskita Beton
Precast Tbk.
2. Uji Berat Jenis (ASTM C33-03, ASTM C127 - 01 , SNI 1969 – 2008)
Langkah pengujian berat jenis split adalah sebagai berikut :
a. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan (timbangan, gelas ukur,
agregat kasar).
b. Memasukkan air sebanyak 500 ml kedalam gelas ukur.

Gambar 3.47 Langkah pengujian berat jenis agregat kasar


(Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)
c. Menimbang agregat sebanyak 500 gr.

48
Gambar 3.48 Langkah pengujian berat jenis agregat kasar
(Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)
d. Memasukkan agregat kedalam gelas ukur.

Gambar 3.49 Langkah pengujian berat jenis agregat kasar


(Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)
e. Untuk menghitung berat jenis split menggunakan persamaan :
BJ Split = (W1+W2)/W1
Dengan : W1 = Tinggi air awal
W2 = Tinggi kenaikan air setelah dimasukkan split seberat
500 gr
Sumber : Instruksi Kerja Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar PT.
Waskita Beton Precast Tbk.
Data yang diperoleh dari pengujian berat jenis agregat kasar adalah
sebagai berikut:
Tabel 3.9 Hasil Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar
Tanggal Tes W1 W2 Berat Jenis Kerikil
27/07/2018 500 780 (500+780)/500 = 2.56 (>2.4)
03/08/2018 500 792 (500+792)/500 = 2.58 (>2.4)

49
25/08/2018 500 810 (500+810)/500 = 2.62 (>2.4)
03/09/2018 500 835 (500+835)/500 = 2.67 (>2.4)
Sumber: Hasil Pengujian Berat Jenis Agregat Kasar PT. Waskita Beton
Precast Tbk.
3. Uji Gradasi Agregat Kasar (ASTM C 33-03 , ASTM C 136-01 , SNI 03-
1968-1990)
Langkah pengujian gradasi agregat kasar pada yang dilakukan pada Batching
Plant PT. Waskita Beton Precast, Tbk adalah sebagai berikut :
a. Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan (timbangan, ayakan
standar, oven, shieve shaker, pan).
b. Menyiapkan agregat yang sudah di oven selama 24 jam (sudah di
dinginkan).

Gambar 3.50 Langkah pengujian gradasi agregat kasar


(Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)
c. Menimbang agregat sebanyak 2000 gr.

Gambar 3.51 Langkah pengujian gradasi agregat kasar


(Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)
d. Mengurutkan ayakan standar dari yang terkecil dibawah dan yang
terbesar diatas.
e. Memasukkan agregat yang telah ditimbang kedalam ayakan standar.

50
Gambar 3.52 Langkah pengujian gradasi agregat kasar
(Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)
f. Meletakkan ayakan di shieve shaker.
g. Menggetarkan shieve shaker selama ± 5 menit.
h. Menimbang agregat yang tertahan pada setiap ayakan.

Gambar 3.53 Langkah pengujian gradasi agregat kasar


(Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)
i. Memasukkan data yang diperoleh kedalam form dan di analisa hasilnya.
Sumber : Instruksi Kerja Pengujian Gradasi Agregat Kasar PT. Waskita
Beton Precast, Tbk.

51
Gambar 3.54 Hasil pengujian gradasi agregat kasar
(Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

Gambar 3.55 Hasil pengujian gradasi agregat kasar


(Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

3. Semen Portland
Selain agregat kasar dan halus, semen merupakan bahan baku yang amat
penting dalam campuran beton. Semen berfungsi sebagai perekat campuran beton.

52
Semen Portland termasuk dalam jenis Semen Hidrolik yang mampu untuk
mengikat dan mengeras di dalam air. Kontraktor harus menggunakan satu jenis atau
tipe semen dari merek dengan mutu yang sama untuk satu proyek. Semen yang di
gunakan pada pekerjaan adalah semen portland, kecuali bila ada petunjuk lain
dalam gambar atau dari konsultan pengawas. Ordinary Portland Cement (OPC)
Tipe 1 harus memenuhi persyaratan SNI 15-2049-2004 “Semen Portland”. PT.
Waskita Beton Precast, Tbk menggunakan semen portland yang diproduksi oleh
industri Gresik.
Semen harus disimpan di gudang anti lembab dengan ketinggian lantai
sekurang-kurangnya 30 cm dari tanah. Sedemikian rupa mudah untuk diperiksa dan
digunakan. Semen karung tidak boleh ditumpuk lebih dari 13 sak. Semen yang
menjadi basah atau keadaannya tidak memadai, tidak boleh digunakan. Semen yang
disimpan oleh kontraktor lebih dari 60 hari harus disetujui dulu oleh konsultan
pengawas, apa bila harus digunakan. Bila konsultan pengawas mengizinkan
penggunaannya, semen dari berbagai merek, tipe, atau dari pabrik lain harus
disimpan terpisah. Semen dari karung bekas tidak boleh digunakan tanpa
persetujuan Konsultan Pengawas (Divisi 10-Stuktur Beton Spesifikasi Teknis Jalan
Bebas Hambatan dan Jalan Tol).
Dalam proses pencampuran beton pada Batching Plant , semen diletakkan
pada silo yang merupakan tempat penyimpanan semen. Pengisian silo dilakukan
dengan truk semen memompa langsung semen pada tangki truk dengan bantuan
selang yang terdapat pada mesin pemompa di truk. Berikut ini adalah gambar silo
pada Batching Plant PT. Waskita Beton Precast, Tbk.

Gambar 3.56 Silo semen


(Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

53
4. Air
Semen tidak bisa menjadi pasta tanpa air. Air selalu ada di dalam beton
cair, tidak saja untuk hidrasi semen, tetapi juga untuk mengubahnya menjadi suatu
pasta sehingga betonnya lecak (workable). Air di PT. Waskita Beton Precast, Tbk
air yang di pergunakan untuk beton harus di setujui oleh konsultan pengawas. Air
yang di gunakan dalam percampuran, pengawetan, atau pekerjaan lain harus bersih
dan bebas dari minyak, garam, asam, alkali, gula, tumbuhan atau zat lainnya yang
merusak hasil pekerjaan. Bila dimintai oleh konsultan pengawas, air harus diuji
dengan diperbandingkan terhadap air suling. Bila sumber air dangkal
pengambilannya harus sedemikian rupa agar lumpur, rumput, atau bahan asing
lainnya tidak ikut terbawa. Untuk penakaran air juga harus melihat dari MC
(Mouster Content) dari agregat halus dan kasar, maka PT. Waskita Beton Precast,
Tbk selalu mengecek MC (Mouster Content) agregat pagi dan siang hari agar
takaran air dalam pembuatan beton ready mix tetap dalam standar mutu yang telah
di tetapkan dalam mix desain (Divisi 10-Stuktur Beton Spesifikasi Teknis Jalan
Bebas Hambatan dan Jalan Tol).
5. Zat Adiktif
PT. Waskita Beton Precast, Tbk menggunakan bahan kimia pembantu
yang diproduksi oleh PT. Sika Indonesia. Bahan tambahannya berupa bahan kimia
ditambahkan dalam campuran beton dalam jumlah tidak lebih dari 5% berat semen
selama proses pengadukan atau selama pelaksanaan pengadukan tambahan dalam
pengecoran beton. Ketentuan mengenai bahan tambahan ini harus mengacu pada
SNI 03-2495-1991 (Spesifikan Bahan Tambahan untuk Beton) atau AASHTO
M194-00 (Chemical Admixeture for Concrete). Untuk tujuan peningkatan kinerja
beton segar, bahan tambahan campuran beton dapat di gunakan untuk keperluan –
keperluan, meningkatkan kinerja kelecakan adukan beton tanpa menambah air,
mengurangi penggunaan air dalam campuran beton tanpa mengurangi kelecakan,
mempercepat pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton, memperlambat
pengikatan hidrasi semen atau pengerasan beton, meningkatkan kinerja kemudahan
pemompaan beton, mengurangi kecepatan terjadinya kehilangan slump (slump
loss), mengurangi susut beton atau memberi sedikit pengembangan volume beton

54
(ekspansi), mengurangi terjadinya bleeding, mengurangi terjadinya segregasi.
Jenis-jenis bahan kimia ada beberapa macam yaitu:
a. Tipe Normal Water-Reducing (Type A)
Bahan tambah water-reducing disebut juga bahan tambah pengurang air.
Bahan tambah tipe ini bisa digunakan untuk mencapai kemudahan pengerjaan yang
dikehendaki tanpa memberi tambahan air, atau bila diperlukan menurunkan nilai
faktor-air semen dengan cara mengurangi air, tapi dengan sifat kemudahan yang
tidak berubah.
b. Tipe Retarding (Type B)
Bahan tambah retarding admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi
untuk menghambat waktu pengikatan. Sehingga campuran akan tetap cair dalam
perjalanan dan ketika penuangan beton di lapangan tidak mengalami kesulitan,
sehingga workability pengecoran beton dapat tercapai secara maksimum. Bahan
pembantu Type B ini digunakan sesuai dengan kebutuhan yaitu tidak lebih dari 5%
dari berat semen (kg) yang digunakan (Devisi 10 Struktur Beton “Spesifikasi
Teknis Jalan Bebas Hambatan dan Jalan Tol”)
c. Tipe Accelerating (Type C)
Bahan tambah accelerating admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi
untuk mempercepat pengikatan dan pencapaian kekuatan awal beton yang lebih
tinggi.
d. Tipe Retarding Water-Reducing (Type D)
Bahan tambah retarding water-reducing adalah bahan tambah yang berfungsi
ganda, yaitu mengurangi jumlah air pencampur dengan konsistensi adukan tertentu
serta menghambat pengikatan awal.
e. Tipe Accelerating Water-Reducing (Type E)
Bahan tambah accelerating water-reducing adalah bahan tambah yang
berfungsi ganda, yaitu mengurangi jumlah air pencampur dengan konsistensi
adukan tertentu serta mempercepat pengikatan awal.
f. Tipe High Range Water-Reducing (Type F)
Penggunaan bahan tambah tipe high range water-reducing atau disebut juga
superplasticizer bisa mengurangi air pencampur 12% atau lebih (SNI-03-2495-

55
1991). Konsistensi adukan beton yang dihasilkan bisa berbentuk flowing concrete
(beton yang mengalir).
g. Tipe Retarding High Range Water-Reducing (Type G)
Dalam hal pengurangan air dan workabilitas, bahan tambah tipe ini sama
dengan bahan tambah tipe high range water-reducing, tetapi dengan tambahan sifat
mampu menunda waktu pengikatan, sehingga beton tidak mengalami pembekuan
ketika pengiriman, mengurangi jumlah air campuran sebesar 12% (SNI-03-2495-
1991).
Pada PT. Waskita Beton Precast, Tbk menggunakan bahan kimia pembantu
jenis B (memperlambat pengikatan), dan F atau superplasticizer (membuat beton
mengalir).

3.3.2.2.Rancangan Campuran (Job Mix Beton) dan Kelas Mutu Beton


Pekerjaan beton dapat mulai di kerjakan bila campuran dan kelas mutu
beton sudah di setujui oleh Konsultan Pengawas, begitu pula dengan perbandingan
campuran dan takaran dilakukan jika material yang disediakan oleh kontraktor
sudah di setujui oleh konsultan pengawas. Berikut adalah Rencana Campuran (Job
Mix Beton) dan Kelas Mutu Beton PT. Waskita Beton Precast, Tbk:
1) Kelas B1 :
a) Wing Wall
b) Retaining Wall
c) Pile Cape
d) Top Slab
e) Bottom Slab
f) Pier Head
g) Diafragma
h) Dinding
i) Barier
j) Back Wall
k) Kolom
l) Dinding Parapet
2) Kelas B2 : Bore Pile

56
3) Kelas C :
a) Selimut RCP
b) Cross Drain
c) Sambungan Cross Drain
d) Box Culvert
e) Bokong Semar
4) Kelas D : Trotoar Jembatan
5) Kelas E :
a) LC (Lean Concrete)
b) LC Mainroad
c) LC RCP
d) LC Detor
e) LC Retaining Wall
f) LC Cross Drain
g) LC Box Underpass
h) LC Box Culvert
6) Kelas P : Rigid Paver dan Rigid Manual
7) Kelas A2 : Kepala Girder

MATERIAL : SPLIT 1 = PASURUAN


BCA 10/20 1/2 ADMIX1 =CONSOL
TAMCEMSG
6R
SPLIT 2 = PASURUAN 2/3 ADMIX2 =
PASIR 1 =LUMAJANG
CIMALAKA
PASIR 2 = GALUNGGUNG

Tabel 3.10 Tabel Job Mix Beton


Kondisi SSD
MUTU SLUMP SEMEN FLY ASH SPLIT 1 SPLIT 2 PASIR 1 PASIR 2 AIR ADMIX 1 ADMIX 2 DENSITY
kg
FC'10 Klas E 7,5 ± 2,5 215 0 1114 0 962 0 158 0.65 0.00 2450
FC'13 Klas D 7,5 ± 2,5 228 0 1133 0 901 0 169 0.68 0.00 2432
FC'20 Klas C 7,5 ± 2,5 315 0 1000 0 935 0 181 0.92 0.00 2432
FC'30 Klas B1 7,5 ± 2,5 370 0 890 0 952 0 181 1.48 0.00 2394
FC'30 Klas B2 18 ± 2 450 0 990 0 726 0 215 1.61 0.00 2383
FC'35 Klas A2 7,5 ± 2,5 430 0 1035 0 791 0 181 1.29 0.00 2438
FS 45 Klas P Max 5 380 0 817 302 821 0 155 1.36 0.00 2476
Sumber: Job Mix PT. Waskita Beton Precast, Tbk, 2018

57
Gambar 3.57 Rincian mutu beton
(Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

3.3.2.3.Penakaran Bahan (batching)


Menakar dan menjatuhkan bahan agregat ke Belt conveyor sesuai dengan
takaran agar langsung diangkat ke atas lalu dicampur dan dimasukkan ke dalam
truk concrete mixer. Penakaran bahan dilakukan dengan menimbang yang
dioperasikan pada Batching Plant Operation. Besarnya proporsi masing-masing
bahan agregat didasarkan dari perencanaan campuran (job mix formula) yang telah
disetujui oleh pihak-pihak terkait.

Gambar 3.58 Pengangkatan bahan agregat dengan Belt Conveyor


( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

3.3.2.4.Pencampuran (mixing)
Setelah bahan agregat sudah selesai ditakar. Kemudian di campur di dalam
mixer. Pencampuran dilakukan di dalam mixer sampe campuran agregat beton
homogen dan setelah homogen beton dituangkan kedalam truk mix. Pengadukan
harus ditentukan oleh Konsultan Pengawas menurut SNI 03-3976-1995 (Tata Cara

58
Pengadukan Pengecoran Beton) atau JIS A119 (Method of Test for Variation in
Weight of Air Free Mortar in Freshly Mixer Concrete). Bila hasil pengujian tersebut
tidak ada, maka lamanya pengadukan harus lebih dari 11/2 menit sejak semua
material di masukkan kedalam mixer, namun lamanya pengadukan jangan lebih
dari tiga kali jangka waktu 11/2 menit. Pengisian air kedalam mixer dimulai sebelum
pengisian semen dan agregat. Selama pengadukan, mixer harus berkecepatan rotasi
yang telah ditetapkan oleh operator mesin baching plant. Volume pengadukan
beton pada mixer tidak boleh melebihi batas yang sudah ditetapkan yaitu 2 m3,
tanpa seijin Konsultan Pengawas. Apabila mata pisau (blade) pick-up dalam drum
mixer sudah menyusut 2 cm atau lebih, harus diganti.

Gambar 3.59 Pencampuran bahan di mixer.


( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)
3.3.2.5.Pengangkutan (transporting)
Pengangkutan beton ready mix di PT. Waskita Beton Precast, Tbk
menggunakan truk concrete mixer atau sering disebut dengan truk molen, yang
bertujuan untuk memaksimalkan pekerjaan dan pengangkutan beton ready mix ke
lapangan. Maksimal pengisian dari beton ready mix ke dalam truk yaitu 7 m³ dan
standar kapasitas normal dalam persentase kapasitas normal dalam volume kotor
drum, tidak boleh lebih dari 50%. Beton harus sudah di antar ke lokasi tidak boleh
lebih dari jangka waktu 45 menit dan putaran truk mixer 4-16 putaran per menit.
Pengiriman beton ready mix dapat menempuh jarak dekat dan jarak jauh sekalipun,
tergantung jarak pengecoran per STA di lapangan. Takaran campuran serta
pengiriman/pengangkutannya harus memenuhi persyaratan didalam SNI 03-3976-
1995 (Tata Cara Pengadukan Pengecoran Beton) atau ACI-304 (Recommended
practice for measuring, mixing and transporting and piacing concrete).
Penambahan air selama pengangkutan beton tidak diijinkan. Penambahan air
dilapangan/proyek untuk meningkatkan slump beton atau untuk alasan lain tidak

59
diperkenankan untuk menghindari pengaruh penurunan mutu beton ready mix
(Devisi 10 Struktur Beton “Spesifikasi Teknis Jalan Bebas Hambatan dan Jalan
Tol”).

Gambar 3.60 Pengangkutan (transporting)


(Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

3.3.2.6.Kelecakan Beton (Slump Test)


Industri PT. Waskita Beton Precast, Tbk melakukan pengendalian nilai
slump pada saat dimana beton ready mix akan berangkat untuk melakukan
pengecoran di lapangan dan pada saat sampai di lapangan (proyek). Nilai slump
ditetapkan sesuai dengan kebutuhan dari proyek atau sesuai dengan rencana. Jika
nilai slump test tidak memenuhi persayaratan (dalam keadaan terlalu lecak atau
terlalu padat) maka beton akan di tambahkan super plas (sp) sesuai dengan takaran
3 liter per 7 kubik beton. Dan bila beton terlalu lecak sehingga mempersulit
pengecoran, maka beton akan di kembalikan ke baching plant untuk ditambahkan
mortar dan diolah kembali. Berdasarkan SNI 1972:2008, peralatan yang di gunakan
dalam slump test ini adalah :
a. Kerucut Abram, yaitu kerucut terpancung dengan ukuran :
1) Tinggi kerucut : 30 Cm
2) Diameter bagian atas : 10 Cm
3) Diameter Bagian Bawah : 20 Cm
b. Tongkat besi dengan diameter 16 mm dan panjang 60 cm serta ujung yang
dibulatkan.
c. Alas kerucut yang rata, tidak menyerap air dan bersih, yang di pakai disini
adalah papan plat.
d. Cetokan.
e. Pengukur meteran.

60
Gambar 3.61 Pengambilan sampel untuk slump test beton
( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

Pengetesan slump dilakukan pada truk mixer dengan memilih secara acak
untuk mengetahui keadaan beton yang akan di tuangkan dilapangan, masih dalam
keadaan baik atau tidak. Langkah pengetesan slump adalah:
1) Kerucut Abram di bersihkan dan disiram dengan air agar dalam melakukan
tes uji slump beton tidak menempel, lalu disiapkan diletakkan diatas papan
multi triplek.
2) Menuangkan adukan beton 1/3 bagian pada alat slump test (Kerucut abram).
3) Dilakukan perojokan sebanyak 25 kali. Langkah (1) dan (2) dilakukan
kembali pada 2/3 bagian agar beton tidak ada rongga udara di dalamnya dan
melakukan perojokan hingga penuh, lalu setelah penuh bagian atas diratakan.
4) Kerucut dibuka dan diukur tinggi jatuh betonnya dengan menggunakan
meteran. Hal ini dilakukan karena apabila beton terlalu encer atau kental,
maka sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan pengecoran (workability).
Jadi hasil pengujian slump harus sesuai dengan standart yang telah ditentukan
dan perbedaan slump tidak boleh lebih dari 2,5 cm pada saat pengujian slump
di laboratorium. Seperti Gambar 3.57.

Gambar 3.62 Slump test


( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)
Tabel 3.11 Nilai slump test pada setiap kelas mutu beton

61
Kelas Mutu Beton Nilai Slump Test
A2 7,5 cm ± 2,5 cm
B1 7,5 cm ± 2,5 cm
B2 18 cm ± 2 cm
C 7,5 cm ± 2,5 cm
D 7,5 cm ± 2,5 cm
E 7,5 cm ± 2,5 cm
P Maksimal 5 cm
Sumber: Job Mix PT. Waskita Beton Precast, Tbk, 2018

3.3.2.7.Pengambilan benda uji


Benda uji diambil sebanyak 2 buah per 14 m3. Pada saat penuangan beton
pada silinder dan balok juga dilakukan perojokan 25 kali setiap 1/3 bagiannya dan
melakukan pemukulan secara perlahan dengan menggunakan palu karet setiap
selesai perojokan, agar kandungan angin di dalam beton tidak ada. Karena
kandungan udara di dalam beton dapat menimbulkan rongga-rongga kecil di dalam
beton, setelah penuh lalu di lakukan perataan di permukaannya. Perojokan
dilakukan agar beton dapat tercampur dengan merata dan mencapai mutu yang
direncanakan.
Untuk memadatkan beton dengan kelas mutu P, digunakan concrete
vibrator agar memudahkan pekerjaan. Teknis pemadatan beton dengan concrete
vibrator yaitu menancapkan ke dalam beton sampai lapisan air semen mulai timbul
pada permukaan. Pemadatan dengan concrete vibrator tidak boleh sampai terkena
beton yang sudah dicor sebelumnya yang sudah bersifat beku, juga dihindari agar
saat menggetarkan tidak langsung terkena besi beton. Concrete vibrator harus
dimasukkan secara vertikal. Lama pemadatan dengan concrete vibrator kurang
lebih 30 detik.
Jika pemadatan diteruskan sampai terlalu lama akan terjadi segregasi, yaitu
secara berturut-turut berkumpulnya agregat kasar bersama-sama turun kebagian
bawah, kemudian diikuti terkumpulnya agregat yang halus. Setelah selesai
pemadatan, concrete vibrator ditarik dengan kecepatan sedemikian rupa agar tidak
membuat lubang dan juga pukul mold menggunakan palu karet agar beton padat.
Beton-beton ini nantinya akan direndam didalam bak perawatan dan ketika telah
mencapai umur rencana akan diuji kuat tekan dan kuat lentur.

62
Dibawah ini adalah proses pembuatan sampel benda uji beton untuk di
laboratorium PT. Waskita Beton Precast, Tbk :
1. Menyiapkan cetakan silinder atau kubus untuk mencetak beton, kemudian
melapisi cetakan tersebut dengan oli yang sudah disediakan, agar benda uji
beton tidak melekat pada bekisting uji beton, sehingga beton tidak
mengalami gopel-gopel dan keadaan permukaan bawah maupun sisi
samping permukaan tetap dalam keadaan baik .

Gambar 3.63 Menyiapkan cetakan


( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)
2. Mengambil adukan beton ready mix yang sudah di aduk selama 3 menit,
per 1 menit 16 putaran di truk concrete mixer. Sebelum di tuangkan
sebagai sampel pengadukan dalam truk mixer di percepat agar beton lebih
homogen, sehingga sampel beton di laboratorium sesuai dengan standart
yang telah ditetapkan dan keadaan beton uji dilaboratorium dalam
keadaan baik.

Gambar 3.64 Pengambilan beton ready mix


( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

3. Menuangkan adukan beton kedalam cetakan dengan 3 lapisan. Masing-


masing lapisan dirojok sebanyak 25 kali. Meratakan permukaan beton
setelah selesai menuangkan, agar tidak mempersulit ketika pengujian kuat
tekan beton.

63
Gambar 3.65 Penuangan beton ready mix kedalam cetakan
( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

4. Menunggu beton mengeras selama 24 jam.

Gambar 3.66 Benda uji


(Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

5. Membuka cetakan beton dengan hati-hati dan merendam beton-beton


tersebut kedalam air selama waktu yang dibutuhkan sesuai umur rencana.

Gambar 3.67 Membuka cetakan & merendam beton


( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

3.3.3 Perawatan Beton di Laboratorium dan Pengujian Kuat Tekan ataupun


Kuat Lentur Beton
Beton ready mix merupakan produk akhir yang berbentuk beton siap pakai
yang akan dikirim ke lapangan. Dalam pengendalian kualitas beton ready mix
di industri PT. Waskita Beton Precast memperhatikan tes kuat tekan beton.

64
Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Semakin tinggi
tingkat kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin tinggi pula mutu beton yang
dihasilkan. PT. Waskita Beton Precast, Tbk mempunyai laboratorium lengkap
dengan alat-alat pengujian yang dibutuhkan untuk keperluan pengujian material
dan beton ready mix. Proses dalam pengendalian kuat tekan beton PT. Waskita
Beton Precast, Tbk menggunakan alat penguji yaitu pengujian menggunakan
mesin uji kuat tekan beton untuk di laboratorium.

Gambar 3.68 Alat uji kuat tekan


( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

Gambar 3.69 Alat uji kuat lentur


( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

Proses pengujian kuat tekan beton menggunakan mesin uji kuat tekan di
laboratorium adalah sebagai berikut :
1. Mengambil sampel yang sudah direndam dan sesuai dengan umur yang
sudah di tetapkan yang meliputi umur: 7 hari dan 28 hari. Pengambilan
sampel pada umur tersebut didasarkan pada kesepakatan perencanaan yang
telah disepakati.
2. Mendiamkan beberapa saat sampai beton kering agar beton tidak
mengalami pengeroposan di sisinya pada saat pengujian.

65
Gambar 3.70 Mendiamkan benda uji silinder agar kering
( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

3. Meratakan bagian atas sampel beton untuk jenis beton silinder


menggunakan belerang (capping) yang sudah di cairkan lalu menuangkan
belerang pada cetakan dan meletakkan beton pada cetakan.

Gambar 3.71 Meratakan sampel (capping)


( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

4. Membersihkan alat uji kuat tekan beton lalu meletakkan beton di mesin
secara presisi, dan mulai melakukan pengujian kuat tekan. Dalam
pengujian kuat tekan harus didampingi oleh Teknisi Laboratorium, di
saksikan oleh Kontraktor sebagai penulis data hasil kuat tekan, di saksikan
oleh quality control laboratorium dan di awasi oleh konsultan pengawas.

Gambar 3.72 Uji kuat tekan beton


( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

66
5. Mencatat bacaan yang tertera pada mesin uji kuat tekan beton pada buku
kendali mutu beton untuk membantu pendataan uji kuat tekan beton yang
akan di input oleh quality control laboratorium.

Gambar 3.73 Mencatat hasil bacaan uji kuat tekan beton


( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

6. Hasil pengujian kuat tekan beton selanjutnya dimasukkan ke dalam


Microsoft Excel untuk kemudian dilaporkan seperti gambar berikut:

Gambar 3.74 Kuat tekan beton kelas B1 umur 7 hari


( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

Gambar 3.75 Kuat tekan beton kelas B1 umur 28 hari


( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

67
Gambar 3.76 Kuat tekan beton kelas B2 umur 7 hari
( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

Gambar 3.77 Kuat tekan beton kelas B2 umur 28 hari


( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

Gambar 3.78 Kuat tekan beton kelas C umur 7 hari


( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

Gambar 3.79 Kuat tekan beton kelas C umur 28 hari


( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

Gambar 3.80 Kuat tekan beton kelas D umur 7 hari


( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

68
Gambar 3.81 Kuat tekan beton kelas D umur 28 hari
( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

Gambar 3.82 Kuat tekan beton kelas E umur 7 hari


( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

Gambar 3.83 Kuat tekan beton kelas E umur 28 hari


( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

Gambar 3.84 Rata-rata kuat tekan beton


( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

Selain uji kuat tekan, dilakukan uji kuat lentur yang diperlukan pada kelas
mutu beton P. Kelas mutu beton P merupakan struktur utama yang digunakan

69
sebagai perkerasan kaku pada pembangunan jalan tol. Berikut merupakan langkah
pengujian kuat lentur beton.
1. Mengangkat benda uji yang telah direndam dalam bak perawatan untuk
selanjutnya didiamkan agar kering. Untuk mengeringkan benda uji yang
akan di tes, didiamkan saja dan tidak boleh dikeringkan dibawah sinar
matahari. Karena akan mengurangi mutu beton yang akan di uji.

Gambar 3.85 Benda uji untuk pengujian kuat lentur


( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

2. Meletakkan benda uji pada alat uji kuat lentur dengan posisi tidur.

Gambar 3.86 Posisi benda uji untuk pengujian kuat lentur


( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

3. Memompa tuas hidrolik secara konstan dan semakin cepat hingga benda uji
terbelah.

Gambar 3.87 Uji kuat lentur


( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

70
4. Mencatat hasil bacaan pada alat uji kemudian memasukkan data kedalam
Microsoft Excel untuk dilaporkan.

Gambar 3.88 Hasil uji kuat lentur beton kelas P umur 7 hari
( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

Gambar 3.89 Hasil uji kuat lentur beton kelas P manual umur 7 hari
( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

Gambar 3.90 Hasil uji kuat lentur beton kelas P umur 28 hari
( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

Gambar 3.91 Hasil uji kuat lentur beton kelas P manual umur 28 hari
( Dokumentasi Kerja Praktik, 2018)

71
Halaman ini sengaja dikosongkan

72
BAB 4
STUDI KASUS/ANALISIS PEKERJAAN

4.1 Hambatan dan Solusi Pekerjaan


Dalam suatu proyek pasti ada sebuah hambatan atau kendala yang
dihadapi maka dari itu perlu adanya pengendalian proyek agar proyek dapat
berjalan dengan maksimal. Adapun kendala yang dihadapi PT. Waskita Beton
Precast, Tbk dalam pembuatan beton ready mix maupun pada saat melakukan
pengecoran dilapangan.

4.1.1 Hambatan Pekerjaan


1. Saat pembelian pasir, terkadang PT.Waskita Beton Precast menerima
bahan yang kurang memenuhi standart yang telah ditetapkan. Terutama
pasir sering mengandung lumpur. Sebagaimana yang telah di isyaratkan
bahwa kandungan lumpur yang di izinkan adalah tidak lebih dari 5% dari
berat pasir. Dalam banyak kejadian kandungan lumpur pada pasir
terkadang tidak merata, ada halnya kandungan lumpur pada pasir bagian
bawah pada saat dimuat di dalam dump truk lebih tinggi dari pada pada
bagian atas, yang di karenakan lumpur ikut larut oleh air kebawah pada
saat pengangkutan ke dump truk. Berikut beberapa pengaruh yang terjadi
bila kadar lumpur terlalu banyak atau melebihi jumlah yang di isyaratkan
adalah :
a. Lumpur dan tanah liat adalah jenis agregat dengan kekuatan yang
rendah, semakin banyak kandungan dalam campuran beton maupun
dalam campuran mortar maka kekuatan konstruksi akan semakin
kecil.
b. Semakin banyak jumlah lumpur dalam campuran, maka jumlah
permukaan lumpur akan semakin banyak, sehingga akan
membutuhkan semen yang semakin banyak untuk mengikat
permukaan antara masing-masing agregat. Jika kita menggunakan
komposisi yang tetap antara campuran semen, pasir dan kerikil

73
padahal jumlah lumpur melebihi yang di isyaratkan makan kekuatan
pengikatan akan berkurang.
c. Lumpur dan tanah liat adalah material yang banyak menyerap air,
sehingga adukan/campuran beton bisa berubah. Ketika beton masih
muda, pengikatan antara semen dengan agregat pasir ataupun kerikil
akan terganggu. Penambahan air terhadap adukan beton akan
membuat kekuatan beton tidak kuat dan kita akan mendapatkan hasil
yang kurang baik. Penambahan air yang di izinkan
terhadap campuran adalah maksimum 9% dari jumlah air dari
komposisi yang direncanakan.
d. Ketika beton sudah keras, jika lumpur mempunyai hubungan kontak
langsung dengan air melalui pori-pori beton, maka lumpur akan
mengembang ataupun menyusut di dalam beton. Jika hal ini terjadi
maka dalam waktu yang lama akan mengakibatkan beton menjadi
lemah.
e. Kadang kita akan tertipu, dimana beton yang sudah selesai dikerjakan
secara visual kelihatan dalam kondisi padat, tetapi tanpa kita sadari
beton telah mengalami pengeringan secara tiba-tiba, apalagi bila
pengecoran kita laksanakan saat musim panas, pengeringan yang tiba-
tiba sangat tidak bagus terhadap kekuatan beton yang di hasilkan.
f. Jika lumpur terlalu banyak dalam adukan untuk struktur atas, maka
akan membuat pelaksanaan akan sulit, bila adukan air kebanyakan
maka membuat mortar akan cepat jatuh saat dilaksanakan pengecoran.
2. Ketidak akuratnya slump, terlalu kaku atau tinggi yang diakibatkan
adanya hambatan saat melakukan pengiriman beton ke lapangan,
sehingga penuangan beton melebihi durasi waktu yang sudah di tetapkan.
Atau cuaca terlalu exstrim. Sehingga berakibat penambahan air terhadap
beton pada saat berlangsungnya pengecoran dilapangan ketika
pengecoran dilapangan tidak diawasi oleh teknisi laboraturium quality
control atau teknisi sedang lengah dalam pengawasannya.
Adapun alasan penambahan air terhadap beton ketika pengecoran sedang
berlangsung:

74
1. Untuk menaikkan slump.
5. Karena rasio pasir dan total agregat pada beton tidak tepat, berakibat
mix menjadi terlalu kasar atau halus.
6. Mix yang terlalu kasar/halus, dapat meningkatkan konsumsi air.
Efek penambahan air terhadap beton saat pengecoran di lapangan:
1. Meningkatkan slump.
2. Menurunkan kuat tekan.
3. Menurunkan durabilitas.
4. Menurunkan kekedapan air.
5. Menyebabkan bleeding.
3. Terdapat perbedaan ukuran material agregat kasar dari supplier dengan
ukuran yang tidak sesuai (di bawah ukuran 1-2, 2-3) atau persentase
ukuran agregat kasar tidak sesuai dengan mutu agregat yang sudah
diisyaratkan, sehingga dapat mempengaruhi kualitas mutu beton terhadap
kuat tekan beton.
4. Adanya pengkalibrasian atau penyesuaian timbangan pada BPO
(Batching Plant Operation), sehingga tidak dapat melakikan loading
beton atau pembuatan beton segar.
5. Kurangnya kebersihan pada truck mix, sehingga sisa beton yang mengeras
didalam truck mix mempengaruhi kualitas mutu beton baru.
6. Kurangnya pengecekan dan pengawasan pada bak curing sehingga
sampel tidak sepenuhnya terendam air.

4.1.2 Solusi Pekerjaan


1. Untuk mengatasi kelebihan kadar lumpur tersebut ada beberapa hal yang
dapat di lakukan:
a. Menghindari pembelian pasir yang secara visual pasir kelihatan kotor,
jangan tergoda oleh harga yang lebih murah.
b. Mencari tempat pembelian dimana sistem pengolahan pasir sudah
melalui penyaringan dan pencucian.
c. Jika akan membeli pasir dalam jumlah besar, melakukan kesepakatan
dengan pihak supplier bahwa akan diadakan pengujian di

75
laboratorium terlebih dahulu baru akan melakukan pembelian, dan
harus melakukan kesepakatan akan melakukan pengujian secara acak
terhadap pasir yang masuk ke lokasi PT.Waskita Beton Precast jika
sewaktu-waktu merasa pasir yang didatangkan dari supplier kurang
memenuhi persyaratan akan dikembalikan ke supplier dengan
memberikan surat penolakan dari PT.Waskita Beton Precast.
d. Melakukan pemeriksaan sederhana dengan menggunakan gelas ukur,
berikut adalah tahapan-tahapan pengujian kadar lumpur:
1) Memasukkan pasir dengan 1/4 bagian pasir kedalam gelas ukur.
2) Kemudian memasukkan air 3/4 dari gelas ukur dan mencampur
dengan tawas dengan takaran 2 sendok makan.
3) Menutup gelas ukur dengan rapat, kemudian menggoncang gelas
ukur dengan kuat.
4) Meletakkan gelas ukur ditempat datar dan aman , dan tunggu 4-5
menit.
5) Setelah 4-5 menit, bagian agregat akan mengendap secara
berlapis berdasarkan agregatnya dimana akan kelihatan pasir dan
lumpur pada lapisan paling atas.
6) Mengukur ketinggian lapisan pasir dan lapisan lumpur di dalam
gelas ukur kemudian menghitung berapa persentase kandungan
lumpur di pasir tersebut.
2. Untuk mengurangi slump yang tinggi saat beton sudah berada di lapangan
atau akan melakukan pengecoran, dengan cara menambahkan
superplasticizer (obat pengencer beton) dengan takaran 3 liter per 7 kubik
beton.
3. Untuk menyikapi agregat kasar dari supplier yang tidak sesuai dengan
ukuran mutu agregat kasar yang sudah ditetapkan, dengan cara melakukan
perbandingan antara ukuran agregat yang sesuai dengan ukuran yang tidak
sesuai, apabila ukuran agregat yang tidak sesuai lebih banyak dari 50%
agregat yang sesuai atau yang sudah di tetapkan oleh mutu, maka agregat
kasar dari supplier akan diberi surat penolakan dan akan dikembalikan ke
supplier.

76
4. Ketika terjadi hambatan (pengkalibrasian) pada batching plant PT. Waskita
Beton Precast, Tbk daerah Muneng, pengecoran akan dialihkan di plant
cabang bajing plan PT. Waskita Beton Precast, Tbk Tongas maupun Leces.
Sehingga pengecoran tidak terhambat.
5. Melakukan pembersihan truk mix pada saat sudah melakukan pengecoran
dan melakukan pengecekan ulang saat akan melakukan loading beton di
baching plant.
6. Melakukan pengecekan dan pengawasan pada bak curing.

4.2 Rencana Judul Tugas Akhir


“Evaluasi Jalur Interchange Ruas Tol Muneng Terhadap Pelebaran Jalan
Raya Muneng Yang Merupakan Jalur Menuju Wisata Bromo”

77
Halaman ini sengaja dikosongkan

BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

78
Dari pelaksanaan Kerja Praktik yang telah dilakukan selama 450 jam pada
pembangunan proyek Jalan Tol Pasuruan-Probolinggo dari proses Quality Control
Mutu Beton Ready Mix PT. Waskita Beton Precast, Tbk, dalam pembuatan beton
serta pekerjaan penuangan atau pengecoran di lapangan dapat diambil beberapa
kesimpulan yaitu :
1. Tahapan Pembetonan harus sesuai dengan apa yang sudah ditetapkan agar tidak
mempengaruhi kualitas mutu beton, antara lain:
a. Tahap Pertama:
1) Seleksi material
2) Rancangan campuran
3) Peralatan
b. Tahap Kedua:
1) Penakaran
2) Pencampuran
3) Pengangkutan
4) Uji mutu beton segar (keseragaman campuran, slump, berat isi, kadar
udara) + pengecoran + pembuatan benda uji
5) Pemadatan
6) Penyelesaian
c. Tahap Ketiga: Perawatan (Curing)
d. Tahap Keempat: Pengujian kuat tekan dan kuat lentur
2. Pada Pengendalian Mutu Beton Ready Mix
a. Keadaan material semen yang digunakan pada proyek ini, semen sudah baik
yaitu disimpan di dalam ruangan didalam tangki truk semen. Semua semen
yang digunakan satu merek yang sama. semen yang mulai menggumpal tidak
langsung digunakan.
b. Kondisi material diproyek pembangunan Jalan Tol Pasuruan-Probolinggo ini
baik, untuk agregat kasarnya tidak pecah/hancur meskipun terpengaruh
cuaca dan sesuai dengan ukurannya yaitu 1-2 dan 2-3, Sedangkan agregat
halus pasir terdiri dari butir-butir yang bersih dari lumpur dan keras. Dan
pada setiap bulannya diadakan pengujian material bulanan (stok pile),

79
sehingga kualitas agregat pada PT. Waskita Beton Precast, Tbk tetap terjaga
dalam kondisi baik.
c. Penggunaan bahan tambah kimia pada pembuatan beton ready mix berguna
untuk meningkatkan kinerja beton segar tanpa mengurangi mutu beton pada
saat pengerjaan dilapangan, sehingga pengerjaan penuangan atau
pengecoran di lapangan lebih mudah atau workability pengecoran beton
dapat tercapai.
d. Pengetesan slump test juga berpengaruh terhadap kualitas mutu beton,
pengujian slump test berfungsi untuk menentukan layak tidaknya beton
ready mix yang akan melakukan pengecoran, karena ketidaksetabilan slump
test dengan apa yang sudah ditetapkan akan berpengaruh terhadap
workability pengecoran beton di lapangan.

5.2 Saran

Dalam pelaksanaan Proyek Pembangunan Jalan Tol Pasuruan-Probolinggo


dijumpai beberapa permasalahan. Adapun saran dari kesimpulan yang didapat
antara lain :
1. Pengendalian mutu beton, tahapan pembuatan beton, serta pekerjaan
pengecoran dalam sebuah proyek kontruksi sangat penting maka dari itu
dibutuhkan ketelitian dalam pelaksanaannya.
2. Perawatan material dan benda uji harus diperhatikan karena dapat
mengurangi mutu material dan benda uji tersebut.
3. Kebersihan alat terutama mixer dan truck mixer lebih dijaga, agar tidak
terjadi penggumpalan beton yang dapat mempengaruhi mutu beton baru.
4. Dalam memimpin suatu proyek, harus dilakukan kerjasama, koordinasi
yang matang dengan semua pihak yang terkait dan harus diupayakan
progres waktu yang jelas, sehingga apa yang direncanakan dapat berjalan
dengan lancar dan tidak ada keterlambatan dalam pekerjaan.
5. Kebutuhan K3 merupakan hal yang sangat penting baik dari segi pekerja,
kontraktor maupun dari pihak konsultan.

80
81
Halaman ini sengaja dikosongkan

82

Anda mungkin juga menyukai