“HIPERLIPIDEMIA”
Dosen Pengampu :
Dra. Kisrini, M.Si., Apt.
Kelas A/ Kelompok 2
B. Rumusan Masalah
1. Apa defenisi dari hiperlipidemia?
2. Bagaimana patofisiologi hiperlipidemia?
3. Bagaimana etiologi dari hiperlipidemia?
4. Bagaimana diagnosis hiperlipidemia?
5. Bagaimana manifestasi klinis dari hiperlipidemia?
6. Bagaimana terapi farmakologi dan non farmakologi pada penderita
hiperlipidemia?
C. Tujuan
1. Mengetahui defenisi dari hiperlipidemia
2. Mengetahui patofisiologi hiperlipidemia
3. Mengetahui etiologi dari hiperlipidemia
4. Mengetahui diagnosis hiperlipidemia
5. Mengetahui manifestasi klinis dari hiperlipidemia
6. Mengetahui terapi farmakologi dan non farmakologi pada penderita
hiperlipidemia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Hiperlipidemia
Hiperlipidemia adalah gangguan metabolisme lemak yang menimbulkan
peningkatan kadar lemak darah, kolesterol, ester kolesterol, trigliserida, dan
fospolipid merupakan lemak utama yang terdapat di dalam darah. Ditinjau dari
penyebabnya ada dua jenis hyperlipidemia, yaitu hyperlipidemia primer yang
sifatnya herediter dan hyperlipidemia sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain
misalnya diabetes. Hiperlipidemia ialah kelainan metabolisme lipid yang ditandai
dengan kelainan (peningkatan maupun penurunan) fraksi lipid dalam plasma.
Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kadar kolesterol total yang tinggi, kadar
trigliserida yang tinggi, dan kadar kolesterol HDL yang rendah.
Hiperlipidemia (hiperlipoproteinemia, dislipidemia) ialah kelainan
metabolisme lipid yang ditandai kelainan (peningkatan maupun penurunan) fraksi
lipid dalam plasma. Hiperlipidemia merupakan kelainan metabolik yang paling
sering ditemukan. Kelainan fraksi lipid yang utama adalah kadar kolesterol total
yang tinggi, kadar trigliserid yang tinggi, dan kadar kolesterol HDL yang rendah.
Dalam proses terjadinya aterosklerosis, ketiganya memiliki peran yang penting dan
sangat erat kaitannya satu sama lain. Hiperlipoproteinemia dapat menimbulkan:
1. Aterosklerosis yang termanifestasi menjadi PJK
2. Nyeri perut berulang, yang disebakan oleh peningkatan trigliserida (TG) darah,
dan dapat terjadi pankreatitis akut yang membahayakan jiwa bila kadar TG
darah cukup tinggi.
3. Xantoma, ialah tumor lipid di kulit, tendon, terutama di tendon Achilles
Hiperlipidemia adalah peningkatan salah satu atau lebih kolesterol,
kolesterol ester, fosfolipid atau trigliserid. Hiperlipidemia merupakan penyakit
yang dapat bersifat primer atau sekunder, tergantung penyebabnya. Hiperlipidemia
primer berasal dari kelainan gen tunggal yang diwarisi atau lebih sering,
disebabkan kombinasi faktor genetik lingkungan. Hiperlipidemia sekunder
merupakan penyakit metabolik yang lebih umum seperti diabetes mellitus, asupan
alkohol yang berlebihan, hipotiroidisme, atau sirosis biliar primer. Sebenarnya,
semua lipid plasma manusia diangkut sebagai kompleks dengan protein kecuali
asam lemak, yang terutama terikat pada albumin, lipid ini diangkut dalam
kompleks makromolekuler yang dinamakan lipoprotein. Sejumlah kelainan
metabolic yang mempengaruhi peningkatan konsentrasi plasma protein dinamakan
hiperlipoproteinemia. Istilah hiperlipemia dibatasi pada keadaan yang melibatkan
peningkatan kadar trigliserida dalam plasma .hiperlipidemia termasuk dalam
keadaan kedua grup tersebut. Hiperlipidemia adalah suatu peningkatan konsentrasi
setiap atau semualipid dalam plasma, meliputi hipertrigliseridemia,
hiperkolesterolemia, dan lainlain. Istilah hiperlipidemia disebut juga disebut juga
hiperlipemia, lipemia dan lipidemia.
Hyperlipidemia adalah peningkatan salah satu atau lebih kolesterol,
kelompok ester, fosfolipid atau trigliserida. Hiperlipoproteinemia adalah
meningkatnya konsentrasi makro molekul lipoprotein yang membawa lipid dan
plasma. Ketidaknormalan lipid plasma dapat menyebabkan pengaruh yang buruk
(predisposition) terhadap koroner, serebrovaskular dan penyakit pembuluh arteri
perifer Secara klinis hiperlipidemia dapat diklasifikasikan menurut jenis lipid yang
meningkat, yakni:
a. Hiperkolesterolemia
b. Hipertrigliseridemia
c. Campuran hiperkoleterolemia dan hipertrigliseridemia
Kolesterol HDL tidak dimasukkan dalam klasifikasi tersebut, namun kadar
kolesterol HDL harus menjadi pertimbangan karena mempunyai arti klinik yang
penting.
Pengaturan Kadar Lipid Plasma: Konsep Dasar
Konsentrasi lipid dalam plasma darah pada suatu saat bergantung pada
kecepatan transpor LPP yang masuk ke dalam sirkulasi darah dan kecepatan
pengeluarannya atau bersihannya dari sirkulasi darah. Oleh karena itu, setiap
pengobatan yang menurunkan konsentrasi lipid darah harus sedemikian rupa
sehingga tercapai keseimbangan, baik dengan menurunkan pemasukan LPP ke
dalam plasma ataupun dengan peningkatan kecepatan pengeluaran dari plasma.
Kecepatan kolesterol dan TG masuk ke dalam sirkulasi dari hepar dan usus
halus bergantung pada suplai lipid dan protein yang diperlukan untuk membentuk
LPP kompleks. Walaupun protein harus disintesis, lipid dapat diturunkan baik dari
makanan ataupun dari biosintesis de novo dalam jaringan ini. Dengan demikian,
manipulasi makanan dapat menurunkan ketersediaan lipid, dan obat yang
menurunkan biosintesis komponen lipid atau protein dari LPP (apoprotein) dapat
menurunkan pemasukan LPP ke dalam sirkulasi.
Sekresi LPP oleh hepar dan usus halus juga dapat dipengaruhi oleh faktor
yang mengganggu penggabungan lipid dan protein ke dalam suatu pertikel LPP.
Stimulasi aktivitas LPP lipase dapat mempercepat pengeluaran kilomikron dan
trigliserid-VLDL dari sirkulasi. Faktor yang memperkuat katabolisme partikel LDL
sirkulasi dapat memberikan kontribusi pada pengurangan kolesterol plasma. Faktor
yang menurunkan kandungan kolesterol dalam hepar dapat meningkatkan
pembentukan reseptor LDL oleh hepar, sehingga meningkatkan pengeluaran LDL
dari darah.
B. Patofisiologi
Kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid diangkut dalam darah sebagai
kompleks lipid dan protein (lipoprotein). Peningkatan kolesterol total dan LDL dan
penurunan kolesterol HDL terkait dengan perkembangan penyakit jantung koroner
(PJK).
Faktor risiko seperti LDL teroksidasi, cedera mekanik pada endotelium, dan
homocysteine yang berlebihan dapat menyebabkan disfungsi endotel dan interaksi
seluler yang memuncak pada aterosklerosis. Hasil klinis akhir mungkin termasuk
angina, infark miokard (MI), aritmia, stroke, penyakit arteri perifer, aneurisma
aorta perut, dan kematian mendadak.
Lesi aterosklerotik timbul dari transportasi dan retensi LDL plasma melalui
lapisan sel endotel ke dalam matriks ekstraseluler ruang subendothelial. Setelah di
dinding arteri, LDL secara kimia dimodifikasi melalui oksidasi dan nonenzimatik
glikasi. LDL yang teroksidasi ringan merekrut monosit ke dalam dinding arteri,
yang berubah menjadi makrofag yang mempercepat oksidasi LDL. LDL
teroksidasi memprovokasi respon inflamasi yang dimediasi oleh chemoattractants
dan cytokines.
Cedera dan perbaikan berulang dalam plak aterosklerotik akhirnya
mengarah pada tutup fibrosa yang melindungi inti lipid, kolagen, kalsium, dan sel-
sel inflamasi yang mendasarinya. Pemeliharaan plak fibrosa sangat penting untuk
mencegah ruptur plak dan trombosis koroner.
Gangguan lipoprotein primer atau genetik diklasifikasikan ke dalam enam
kategori: I (chylomicrons), IIa (LDL), IIb (LDL + lipoprotein densitas sangat
rendah [VLDL]), III (intermediatedensity lipoprotein), IV (VLDL), dan V (VLDL
+ chylomicrons). Bentuk sekunder dislipidemia juga ada, dan beberapa golongan
obat dapat mempengaruhi tingkat lipid (misalnya, progestin, diuretik tiazid,
glukokortikoid, β-bloker, isotretinoin, protease inhibitor, siklosporin, mirtazapin,
dan sirolimus).
Defek utama pada hiperkolesterolemia familial adalah ketidakmampuan
untuk mengikat LDL ke reseptor LDL (LDL-R). Hal ini menyebabkan kurangnya
degradasi LDL oleh sel dan biosintesis kolesterol yang tidak diatur.
C. Etiologi
Hiperlipidemia disebabkan adanya lemak nabati / kolesterol yang terlalu
tinggi.Jika kalori dalam makanan yang dikonsumsi melebihi dari batas yang
diperlukanoleh tubuh, kalori yang berlebihan akan tersimpan di dalam otak dalam
bentuk trigliserida dan menjadi lemak, lalu hal tersebut menyebabkan kandungan
lemak dalam darah meningkat. Kadar lipoprotein, terutama kolesterol LDL,
meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Dalam keadaan normal, pria
memiliki kadar yang lebih tinggi, tetapi setelah menopause kadarnya pada wanita
mulai meningkat. Sebagian besar kasus peningkatan kadar trigliserida dan
kolesterol total bersifat sementara dan tidak berat, dan terutama merupakan akibat
dari makan lemak.
Hiperlipidemia biasanya disebabkan oleh :
1. Riwayat keluarga dengan hiperlipidemia
2. Obesitas
3. Diet kaya lemak
4. Kurang olahraga
5. Penggunaan alcohol
6. Merokok
7. Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik
8. Kelenjar tiroid yang kurang aktif
D. PRESENTASI KLINIS
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun.
Pasien yang simtomatik mungkin mengeluh nyeri dada, palpitasi, berkeringat,
cemas, sesak napas, sakit perut, atau kehilangan kesadaran atau kesulitan berbicara
atau gerakan.
Tergantung pada kelainan lipoprotein, tanda-tanda pada pemeriksaan fisik
mungkin termasuk xanthoma kulit, polineuropati perifer, tekanan darah tinggi, dan
peningkatan indeks massa tubuh atau ukuran pinggang.
E. Diagnosis
Ukur profil lipoprotein puasa (kolesterol total, LDL, HDL, trigliserida)
pada semua orang dewasa 20 tahun atau lebih tua setidaknya sekali setiap 5 tahun.
Ukur kadar kolesterol plasma, trigliserida, dan HDL setelah puasa 12 jam
karena trigliserida dapat meningkat pada individu yang tidak berpuasa; kolesterol
total hanya dipengaruhi oleh puasa.
Dua penentuan, 1 hingga 8 minggu terpisah dianjurkan untuk
meminimalkan variabilitas dan mendapatkan baseline yang dapat diandalkan. Jika
kolesterol total lebih dari 200 mg / dL (> 5,17 mmol / L), penentuan kedua
dianjurkan, dan jika nilainya lebih besar dari 30 mg / dL (> 0,78 mmol / L)
terpisah, gunakan rata-rata dari tiga nilai.
Riwayat dan pemeriksaan fisik harus menilai: (1) ada atau tidak adanya
faktor risiko kardiovaskular atau penyakit kardiovaskular yang pasti; (2) riwayat
keluarga penyakit kardiovaskular prematur atau gangguan lipid; (3) ada atau
tidaknya penyebab sekunder dislipidemia, termasuk obat bersamaan; dan (4)
kehadiran atau tidak adanya xanthoma, nyeri perut, atau riwayat pankreatitis,
penyakit ginjal atau hati, penyakit vaskular perifer, aneurisma aorta perut, atau
penyakit vaskular serebral (bruit karotis, stroke, atau serangan iskemik transien).
Diabetes mellitus dan sindrom metabolik dianggap setara dengan risiko
PJK; Kehadiran mereka pada pasien yang tidak diketahui PJK dikaitkan dengan
tingkat risiko yang sama seperti pasien tanpa mereka tetapi telah mengkonfirmasi
CHD.
Elektroforesis lipoprotein kadang-kadang dilakukan untuk menentukan
kelas lipoprotein yang terlibat. Jika trigliserida kurang dari 400 mg / dL (4,52
mmol / L), dan tidak ada tipe III dislipidemia atau kilomikron yang dideteksi oleh
elektroforesis, maka seseorang dapat menghitung konsentrasi VLDL dan LDL:
VLDL = trigliserida ÷ 5; LDL = kolesterol total - (VLDL + HDL). Pengujian awal
menggunakan kolesterol total untuk penemuan kasus, tetapi keputusan manajemen
selanjutnya harus didasarkan pada LDL
F. Manifestasi klinis
1. Familial hiperkolesterolemia dicirikan oleh peningkatan selektif LDL plasma
dan penyimpanan kolesterol derivat LDL di tendon (Xanthomas) dan arteri
(atheromas).
2. Defisiensi familial lipoprotein lipase dicirikan oleh akumulasi masif kilomikron
dan peningkatan trigleserida plasma atau pola lipoprotein tipe I. Manifestasinya
termasuk serangan berulang pancreatitis dan sakit abdominal, xanthomatosis
kutaneus yang hebat, dan hepatosplenomegali yang mulai muncul saat masa
anak-anak. Keparahan simtom proporsional dengan asupan lemak dari diet, dan
konsekuensinya peningkatan kilomikron. Athenosklerosis yang dipercepat tdak
dihubungkan dengan penyakit ini.
3. Pasien dengan familial tipe III hiperlipoproteinemia mengembangkan ciri klinik
berikut setelah usia 20: xanthoma striata palmaris (hilangnya warna kuning
pada creases palmar dan digital); xanthomas tuberous atau tuberoeruptive
(bulbous cutaneous xanthomas); dan aterosklerosis parah yang melibatkan
arteri koroner, arteri karotid, dan aorta abdominal.
4. Tipe IV hiperlipoproteinemia adalah umum dan terjadi saat dewasa terutama
pada pasien obesitas, diabetik, dan hiperurisemi dan tidak mempunyai
xanthomas. Ini bisa muncul setelah mengkonsumsi alkohol dan bisa diperparah
oleh stress, progestin, kontrasepsi oral, thiazides atau β blocker.
5. Tipe V dicirikan oleh sakit abdominal, pancreatitis, xanthomas yang eruptiv,
dan polyneuropati perifer. Pasien ini umumnya obesitas, hiperurisemi dan
diabet; asupan alkohol, estrogen eksogen dan gagal ginjal tampaknya
merupakan faktor yang memperparah. Resiko aterosclerosis meningkat dengan
kelainan ini.
G. KLASIFIKASI
1) Hiperlipid primer
Hiperlipidemia primer merupakan hiperlipidemia yang disebabkan oleh
adanya kelainan genetik yang mengkode enzim lipoprotein lipase yakni
apoprotein reseptor yang terlibat dalam metabolisme lipid.
2) Hiperlipid sekunder
Hiperlipidemia sekunder merupakan hiperlipidemia karena gangguan
sistemik. Misal pada pasien DM: pada pasien DM kadar insulinnya rendah,
padahal insulin mempengaruhi mobilisasi asam lemak di jaringan adipose
sehingga perpidahan asam lemak bebas meningkat dan terjadi penurunan
penggunaan kilomikron dan VLDL sehingga trigliserida meningkat.
H. FAKTOR RESIKO
Ada beberapa faktor yang diketahui dapat menjadi penyebab hiperlipidemia terjadi
pada seseorang. Dengan mengetahui apa yang menjadi penyebab dari terjadinya
hiperlipidemia, maka untuk penanganannya pun akan jauh lebih mudah nantinya.
Berikut ini adalah faktor-faktor akan kadar lemak meningkat, termasuk pada VLDL
dan LDL.
1) Faktor usia – Kolesterol LDL pada umumnya memang akan mengalami
peningkatan pada kadarnya seiring dengan pertambahan usia seseorang.
2) Faktor jenis kelamin – Kolesterol LDL tak hanya terjadi karena
bertambahnya usia, melainkan juga dari jenis kelamin pun pria mempunyai
risiko jauh lebih besar karena memang dalam kondisi normalnya pun kadar
kolesterol LDL pria lebih tinggi ketimbang wanita, walau memang kadar
pada wanita juga turut naik ketika sudah melalui menopause.
3) Kurang olahraga
4) Kebiasaan merokok
5) Diabetes, terutama yang tak terkendali dengan cukup baik.
6) Obesitas
7) Riwayat keluarga yang memiliki atau menderita hiperlipidemia.
8) Diet tinggi lemak
9) Kelenjar tiroid yang tak begitu aktif.
I. TERAPI FARMAKOLOGI
Tujuan terapi.
Tujuan utamanya adalah mengurangi resiko penyakit kardiovaskular
aterosklerotik dan untuk mencegah munculnya pankreatitis dan xantoma eruptif
yang berkaitan dengan dengan sindrom kilomikronemia. Selain itu tujuan
terapinya adalah menurunkan kadar kolesterol total, LDL, kolesterol sehingga
dapat menurunkan resiko timbulnya atau kekambuhan dari infark miokard,
angina, gagal jantung, stroke sistemik, atau bentuk penyakit arteri perifer
seperti stenosis carotid.
REKOMENDASI TERAPI
Pengobatan tipe I hyperlipoproteinemia diarahkan pada pengurangan
kilomikron yang berasal dari diet lemak dengan pengurangan trigliserida
plasma berikutnya. Total asupan lemak harian tidak boleh lebih dari 10 hingga
25 g, atau ~ 15% dari total kalori.
Penyebab sekunder hipertrigliseridemia harus dikeluarkan, dan, jika
ada, gangguan yang mendasarinya harus ditangani dengan tepat.
Hiperkolesterolemia primer (hiperkolesterolemia familial, dislipidemia
familial gabungan, dan hipoprokoproteinemia tipe IIa) diterapi dengan BAR,
statin, niacin, atau ezetimibe.
Gabungan hyperlipoproteinemia (tipe IIb) dapat diobati dengan statin,
niacin, atau gemfibrozil untuk menurunkan LDL-C tanpa meningkatkan VLDL
dan trigliserida. Niasin adalah agen yang paling efektif dan dapat
dikombinasikan dengan BAR. BAR saja dalam gangguan ini dapat
meningkatkan VLDL dan trigliserida, dan penggunaannya sebagai agen tunggal
untuk mengobati hiperlipoproteinemia gabungan harus dihindari.
Hiperlipoproteinemia tipe III dapat diobati dengan fibrat atau niacin.
Meskipun fibrat telah disarankan sebagai obat pilihan, niacin adalah alternatif
yang masuk akal karena kurangnya data yang mendukung manfaat kematian
kardiovaskular dari fibrat dan karena efek samping yang berpotensi serius.
Suplementasi minyak ikan dapat menjadi terapi alternatif.
Hiperlipoproteinemia tipe V membutuhkan pembatasan ketat asupan
lemak. Terapi obat dengan fibrat atau niacin diindikasikan jika respon terhadap
diet saja tidak memadai. Trigliserida rantai menengah, yang diserap tanpa
pembentukan chylomicron dapat digunakan sebagai suplemen diet untuk
asupan kalori jika diperlukan untuk kedua tipe I dan V.
Efek Terapi Obat terhadap Lipid dan Lipoprotein
SIMVASTATIN
Simvastatin merupakan obat golongan inhibitor HMG COA REDUKTASE
Statin menghambat 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A (HMG-CoA)
reduktase, mengganggu konversi HMG CoA reduktase yaitu enzim yang berperan
pada sintesis kolesterol menjadi mevalonat, tahap yang menentukan dalam
biosintesis kolesterol de-novo. Pengurangan sintesis LDL dan peningkatan
katabolisme LDL dimediasi melalui reseptor LDL menjadi prinsip kerja untuk efek
penurunan lipid.
Ketika digunakan sebagai monoterapi, statin adalah agen kolesterol total
dan LDL yang paling poten dan di antara yang paling ditoleransi. Kolesterol total
dan LDL dikurangi dengan cara yang berhubungan dengan dosis hingga 30% atau
lebih ketika ditambahkan ke terapi diet.
Terapi kombinasi dengan statin dan BAR adalah rasional karena jumlah
LDL-R meningkat, menyebabkan degradasi kolesterol LDL yang lebih besar;
sintesis intraseluler kolesterol dihambat; dan daur ulang enterohepatik dari asam
empedu terganggu.
Terapi kombinasi dengan statin dan ezetimibe juga rasional karena
ezetimibe menghambat penyerapan kolesterol di perbatasan usus dan menambah
12%-20% pengurangan lebih lanjut bila dikombinasikan dengan statin atau obat
lain.
Konstipasi terjadi pada kurang dari 10% pasien yang menggunakan statin.
Efek samping lainnya termasuk peningkatan alanin aminotransferase, peningkatan
kadar creatine kinase, miopati, dan, jarang, rhabdomyolysis.
Indikasi :
o Terapi tambahan pada diet untuk menurunkan kolesterol pada
hiperkolesterolemia primer atau dislipidemia campuran
o Mengurangi koroner pada kejadian koroner klinis dan memperlambat progesi
aterosklerosis koroner pada pasien dengan penyakit jantung koroner dan kadar
kolesterol 5.5 mmol/atau lebih.
Efek samping
Miositis yang bersifat sementara merupakan efek samping yang jarang tapi
bermakna. Statin juga menyebabkan sakit kepala, perubahan fungsi ginjal dan
efek saluran cerna (nyeri lambung, mual dan muntah). Statin juga
menyebabkan perubahan uji fungsi hati (hepatitis namun jarang terjadi),
parestesia, dan efek pada saluran cerna meliputi nyeri abdomen, flatulens,
konstipasi, diare, mual dan muntah. Ruam kulit dan reaksi hipersensitivitas
(meliputi angioedema dan anafilaksis) telah dilaporkan namun jarang terjadi.
Juga alopesia, anemia, pusing, depresi, parestesia, neuropati perifer, hepatitis,
sakit kuning, pankreatitis; sindrom hipersensitivitas (termasuk angioedema)
jarang dilaporkan.
Kontra Indikasi
pasien dengan penyakit hati yang aktif dan pada kehamilan (karena itu
diperlukan kontrasepsi yang memadai selama pengobatan dan selama 1 bulan
setelahnya) dan menyusui. Porfiria.
Peringatan
Statin harus digunakan dengan hati-hati pada pasien dengan riwayat penyakit
hati atau peminum alkohol (hindari penggunaan pada penyakit hati yang aktif).
Hipotiroidisme harus diatasi secara memadai sebelum memulai pengobatan
dengan statin. Fungsi hati harus diukur sebelum dan selang 1-3 bulan sejak
dimulainya pengobatan dan setelah pengobatan dengan selang 6 bulan sampai 1
tahun kecuali jika diindikasikan segera karena adanya gejala hepatotoksisitas.
Obat harus dihentikan bila kadar transaminase serum meningkat hingga, dan
bertahan pada 3 kali batas atas nilai normal. Statin harus digunakan hati-hati
pada pasien dengan faktor risiko miopati atau rabdomiolisis. Pasien harus
dinasehati untuk melaporkan nyeri otot yang tidak dapat diketahui
penyebabnya (lihat efek pada otot di bawah). Statin harus dihindari pada
porfiria tapi rosuvastatin dianggap aman.
Dosis
Hiperkolesterolemia, 10 mg sehari malam hari, disesuaikan dengan interval
tidak kurang dari 4 minggu; kisaran lazim 10-40 mg sekali sehari malam hari.
Penyakit jantung koroner, awalnya 20 mg sekali sehari malam hari.
BAB III
PEMBAHASAN
B. CONTOH KASUS
Laki-laki usia 50 tahun ke apotik sendiri membawa resep, status gizi
obese.
Resep obat yang akan diambil berisi :
C. KONSELING
Tahap 1 (Diskusi pembukaan)
Keterangan : A = Apoteker, P = Pasien
A : “Selamat pagi pak, ada yang bisa saya bantu, saya nabila
apoteker di apotek setia budi.”
P : “Selamat pagi mbak, saya mau menebus resep.” (menyerahkan
resep)
A : “Siapa yang sakit pak ?”
P : “Saya sendiri mbak.”
A : “Baik pak tunggu sebentar ya saya siapkan obatnya.”
(± 5 menit apoteker kembali)
A : (memanggil pasien) “Bapak A?”
P : “Iya, saya mbak.”
A : “bapak, ini di resepnya ada 1 macam obat. Apakah bapak bersedia
meluangkan waktu untuk konseling dengan saya sebentar agar
penggunaan obat ini dapat maksimal?”
P : “Oh iya, bisa mbak.”
A : “Baik bu kalau begitu mari kita ke ruang konseling bu.”
(Apoteker dan pasien masuk dalam ruang konseling)
A : “Silakan duduk dulu pak. Sebelumnya, di sini ada formulir,
silahkan bapak mengisi formulir ini, kalau menjumpai kesulitan
saya bantu.”
P : “Baik mbak.”
(pasien mengisi formulir ± 5 menit)
A : “Lain kali kalau bapak membutuhkan penjelasan tentang obat yang
ibu minum ini, kami mempunyai arsipnya dan kami bisa membantu.
Terima kasih pak atas kesediaannya mengisi formulirnya.”
P : “Oh iya mbak.”
DiPiro J.T., Wells B.G., Schwinghammer T.L. and DiPiro C. V., 2015,
Pharmacotherapy Handbook, Ninth Edit., McGraw-Hill Education
Companies, Inggris.