Anda di halaman 1dari 17

NOMOR : 772/PAN/PAB/RSI-N/VI/2017

RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA PANCOR


No. Izin : 1938/503/PP.II.50.A8/04/2015
JL. KH. Ahmad Dahlan No. 17 Pancor Lombok Timur
Telp. (0376) 21004, Fax (0376) 22693

SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RS. ISLAM NAMIRA
NOMOR : 772/PAN/PAB/RSI-N/VI/2017

TENTANG

PANDUAN PELAYANAN BEDAH DI RUMAH SAKIT ISLAM NAMIRA PANCOR

Direktur Rumah Sakit Islam Namira dengan senantiasa memohon bimbingan,


lindungan dan ridho Allah SWT :
MENIMBANG 1. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
: Rumah Sakit, maka diperlukan penyelenggaraan
pelayanan bedah yang bermutu tinggi;

2. Bahwa agar pelayanan bedah di Rumah Sakit dapat


terlaksana dengan baik, perlu adanya kebijakan
Direktur Rumah Sakit sebagai landasan bagi
penyelenggaraan pelayanan bedah di Rumah Sakit
Islam Namira
3. Bahwa untuk mencapai point 1 dan 2 maka diperlukan
adanya panduan pelayanan bedah di Rumah Sakit
Islam Namira yang ditetapkan oleh Direktur Rumah
Sakit Islam Namira

MENGINGAT : 1. Undang-Undang RI Nomor 36 tahun 2009 tentang


Kesehatan.
2. Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
3. Undang-Undang RI Nomor 29 tahun 2004 tentang
Praktek Kedokteran
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 1438/Menkes/Per/IX/2010 tentang Standar
Pelayanan Kedokteran

MEMUTUSKAN
MENETAPKAN :
KESATU Panduan Pelayanan Bedah di Rumah Sakit Islam
Namira sebagaimana terlampir dalam keputusan ini
KEDUA Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan,
sampai ada ketetapan selanjutnya
KETIGA Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan
dalam ketetapan ini maka akan diadakan perbaikan
sebagaimana mestinya

Ditetapkan di : Lombok Timur


Tanggal : 5 Juni 2017 M
1 Syawal 1434 H

Rumah Sakit Islam Namira


Lombok Timur

(dr.Utun Supria, M.Kes)


Direktur

Lampiran SK Direktur
Nomor : 772/PAN/PAB/RSI-N/VI/2017
Tanggal : 5 Juni 2017
Tentang : Panduan Pelayanan Bedah

BAB I
DEFINISI

A. DEFINISI
Pelayanan bedah adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien dimulai
dari persiapan pra bedah sampai dengan dilaksanakan tindakan
pembedahan dan perawatan pasca bedah di kamar operasi.

B. TUJUAN
Managemen kamar operasi atau tempat tindakan itu bertujuan untuk
meningkatkan layanan penanganan pasien, meningkatkan kepuasan pasien,
meningkatkan kepuasan tim bedah yang mencakup didalamnya dokter
bedah, dokter anestesi, dan perawat

BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang Lingkup Pelaksana


1. Dokter Bedah Umum
2. Dokter Spesialis Obstetri Ginekologi
3. Dokter Spesialis Urologi
4. Dokter Spesialis THT
5. Dokter Spesialis Mata
6. Dokter Spesialis Anesthesi
7. Perawat Assisten Bedah
8. Perawat Instrument Bedah
9. Perawat Sirkulasi
10. Perawat Anesthesi

BAB III
TATA LAKSANA

A. PRE OPERATIF
1. Assesmen pasien
a. Penilaian Awal
Pada saat pasien datang, dokter yang berwenang dan kompeten akan
malakukan Screening / penilaian awal, untuk menentukan dengan
segera mengenai kebutuhan pasien dan pengumpulan data. Penilaian
awal ini sangat menentukan untuk menentukan kebijakkan suatu
departemen / bagian bedah. Screening atau kriteria penilaian awal
terdiri dari :
1) Identifikasi pasien
2) Penilaian sosial :
a) Perkembangan kepribadian (usia , kebutuhan khusus)
b) Tingkat pendidikan
c) Kelainan rangsang sensoris
d) Kebutuhan spiritual / budaya
e) Batasan bahasa
f) Pecandu alkohol / pengguna obat-obatan
g) Jaringan pendukung sosial ( lingkungan masyarakat )
3) Hasil tes diagnostik dan laboratorium
4) Keluhan nyeri
5) Tanda-tanda kemungkinan penganiayaan
6) Riwayat kesehatan sebelumnya termasuk kemungkinan
kehamilan
7) Riwayat operasi atau pembiusan sebelumnya
8) Penilaian fisik yang sesuai dengan sistem tubuh termasuk
kelainan mental dan fisik, keterbatasan komunikasi dan gerak.
Penialaian itu meliputi :
a) Saluran napas
b) Sistem kardiovaskuler
c) Sistem saraf
d) Sistem otot dan kerangka ( fungsi )
e) Sistem saluran cerna ( nutrisi )
f) Sistem saluran kencing dan genetalia
g) Sistem integument ( jaringan penyangga)
9) Status emosi dan psikis
10) Status ekonomi dan social
11) Obat-obatan yang sedang diminum
12) Riwayat alergi
13) Penggunaan perhiasan, lensa kontak, prothese gigi
14) Rencana kebutuhan pulang / keluar rumah sakit
a) Transportasi yang aman
b) Ketersediaan orang yang bertanggungjawab dan membantu
perawatan di rumah
c) Kesiapan rumah pasien
d) Batasan-batasan pasien saat pulang
e) Rujukan yang sesuai
f) Kebutuhan dan ketersediaan kebutuhan pasien

b. Penilaian Ulang dan Lanjutan


Berdasarkan pemeriksaan awal pasien dan perencanaan perawatan
yang sudah dilakukan, penilaian ulang dan didokumentasikan lewat
proses perawatan dan bila memungkinkan pemantauan pada saat
penderita kontrol ulang pasca operasi. Kerangka waktu penilaian
ulang ditentukan dalam kebijakkan bagian bedah. Penialaian ulang
dilakukan berdasarkan berbagai kondisi :
1) Saat ditemukan perubahan yang signifikan pada kondisi dan
diagnostic pasien
2) Sesudah pengobatan / prosedur theraphy
3) Saat transfer pasien dari tempat penilaian awal ke tempat
perawatan
4) Saat keluar rumah sakit
Perencanaan perawatan secara teratur diulangi dan diperbaiki sesuai
kondisi dan proses yang sedang terjadi.

2. Penjadwalan Operasi
a. Proses Penerimaan Jadwal Acara Operasi:
1) Perawat ruangan/ unit rawat jalan menghubungi ke kamar operasi
melalui telepon untuk memberitahukan jadwal acara operasi
antara lain:
a) Jenis acara operasi, termasuk operasi elektif atau cito
b) Diagnose pre operasi
c) Rencana tindakan pembedahan yang akan dilakukan
d) Rencana waktu acara operasi, tanggal dan jam
e) Posisi klien saat tindakan pembedahan / sesuai lokasi
operasi
f) Asal pasien dari unit rawat jalan atau rawat inap
g) Rencana anastesi pada tindakan pembedahan
h) Nama dokter ahli bedah
2) Perawat kamar operasi mencatat rencana jadwal acara
operasi di papan penjadwalan operasi
3) Ketentuan ruangan tindakan pembedahan disesuaikan
dengan jenis operasi kotor atau bersih

b. Penerimaan Cito Operasi Dari IGD:


1) Petugas dari IGD menghubungi kamar operasi per telepon,
untuk memberitahukan acara cito operasi
2) Perawat kamar operasi mencatat acara cito operasi di papan
penjadwalan acara operasi sesuai perosedur
3) Keluarga pasien sudah menyelesaikan administrasi di IGD
4) Pasien dan keluarga yang bertanggung jawab sudah dijelaskan
oleh petugas IGD, dan menyetujui antara lain : Biaya kamar
operasi dan Rencana tindakan pembedahan yang akan
dilakukan
5) Pasien dan keluarga yang bertanggung jawab sudah dijelaskan
untuk mengisi formulir informed consent serta menanda tangani
dengan nama terang
6) Persiapan pasien pre operasi di IGD antara lain :
a) Melaporkan ke dokter ahli bedah dan dokter ahli anasthesi
( B1 – B6 ) sesuai prosedur
b) Memberikan terapi sesuai intruksi dokter
c) Pasang infus
d) Pemberian profilaxis
e) Melakukan pemerikaan sesuai intruksi dokter
f) Laboratorium
g) Foto
h) ECG
i) Menyiapkan fisik dan mental klien
j) Lokasi operasi dicukur dan dibersihkan
k) Memberikan dukungan mental dan memberi rasa aman
kepada klien
l) Pasien tidak boleh memakai perhiasan, cat kuku, kontak
lensa, dll
m) Pasien diantar ke kamar operasi oleh petugas IGD dan
petugas kamar terima
n) Pasien diterima melalui ruang penerimaan transfer pre
operasi
o) Keluarga pasien yang bertanggung jawab harus ada yang
mengantar
p) Status lengkap dan data – data pasien harus disertakan di
kamar operasi
q) Keluarga pasien yang bertanggung jawab atau yang
mewakili dianjurkan menunggu di ruang tunggu pasien
sampai tindakan pembedahan selesai
r) Perawat IGD melakukan serah terima dengan perawat
kamar operasi sesuai prosedur.
s) Penerimaan Pasien Pre Operative Rawat Inap ( ELEKTIF /
CITO ):
(1) Perawat ruangan menghubungi kamar operasi per
telepon untuk memberitahukan rencana acara operasi
(2) Perawat kamar operasi mencatat rencana di papan
penjadwalan acara operasi sesuai prosedur
(3) Pasien dan keluarga yang bertanggung jawab sudah
dijelaskan dan menyetujui tentang biaya kamar operasi
serta tindakan pembedahan yang akan dilakukan.
(4) Formulir acara operasi dikirim ke kamar operasi minimal
1 hari sebelum tindakan pembedahan.
(5) Perawat kamar operasi menghubungi ke ruangan per
telepon untuk mempersiapkan klien pre operative
(6) Petugas kamar operasi mengambil pasien di ruangan
dengan membawa formulir acara operasi.
(7) Pasien diantar ke kamar operasi oleh perawat ruangan
dan petugas kamar operasi, 1 jam sebelum tindakan
pembedahan.
(8) Pasien diterima melalui ruang penerimaan transfer pre
operative.
(9) Keluarga pasien yang bertanggung jawab harus ada
yang mengantar dan dianjurkan menunggu di ruang
tunggu sampai tindakan pembedahan selesai.
(10) Petugas kamar operasi memberi salam kepada pasien serta
mengenalkan diri.
(11) Pakaian pasien diganti dengan pakaian khusus kamar operasi
(12) Pasien dipindahkan ke transfer bed kamar operasi sesuai
prosedur.
(13) Perawat ruangan melakukan serah terima persiapan pasien
pre operative dengan perawat kamar operasi.
(14) Pasien disiapkan di ruangan premed untuk pemberian
premedikal
Catatan :
Pada acara operasi cito, pasien diantar ke kamar operasi oleh perawat
ruangan.

c. Serah Terima Pasien Pre Operative di Kamar Operasi:


Perawat ruangan melakukan serah terima persiapan klien pre
operative dengan perawat kamar operasi.
Kriteria :
1) Sebutkan identitas lengkap pasien : Nama, Umur, Nomer Rekam
Medis, Sex / jenis kelamin, Alamat / telepon, Nama keluarga yang
perlu dihubungi ( yang bertanggung jawab )
2) Pelaksanaan waktu tindakan pembedahan :Tanggal, jam
3) Nama dokter ahli bedah yang melakukan tindakan pembedahan
4) Diagnosa pre operative pasien
5) Rencana tindakan pembedahan yang akan dilakukan
6) Rencana tindakan pembiusan dengan anasthesi :Dokter ahli
anasthesi, Perawat anasthesi, Lokal anasthesi, Tanpa anasthesi
7) Catatan formulir informed concent yang sudah ditanda tangani
oleh pasien dan keluarga yang bertanggung jawab dengan nama
terang.
8) Catatan instruksi dari dokter ahli bedah dan ahli anasthesi serta
dokter ahli yang lain.
9) Hasil pemeriksaan yang disertakan :Laboratorium, ECG,
Foto(jumlah + pembacaan ),USG
10) Anamnese riwayat penyakit lain yang pernah dialami oleh pasien :
Jantung, Asthma, Hepatitis, TBC paru, Diabetes, Hipertensi, Alergi
obat – obatan
11) Terapi yang sudah diberikan kepada pasien ( obat per oral +
injeksi )Jenis obat, Dosis dan cara pemberian,Tanggal dan jam
pemberian obat, Nama perawat yang memberikan, Reaksi
terhadap obat yang diberikan
12) Obat dan alat kesehatan yang disertakan
13) Darah dan cairan bius yang diseertakan Jenis dan jumlah
14) Cairan infus yang sedang jalan:Jenis, Jumlah tetesan, Lancar /
tidak
15) Catatan formulir observasi tanda – tanda vital klien ( B1 – B6 )T,
N, Suhu, RR ; Kesadaran; Keadaan umum, GCS, Perfusi, Jumlah
cairan yang masuk ( cairan infus ), Jumlah cairan yang keluar
( produksi urine, cairan lambung )
16) Persiapan fisik dan mental pasien: Makan / minum terakhir
( puasa ), gigi palsu, perhiasan, cat kuku, kontak lensa, pasien
sudah dimandikan k/p cuci rambut, Pemasangan tampon,
pelaksanaan lavement ( berhasil/tidak ), nama petugas yang
melakukan, Lokasi operasi sudah dicukur dan dibersihkan, Lokasi
pemasangan infus ( tgl, adanya pembengkakan, flebitis), memberi
dukungan mental dan spiritual serta memberi rasa aman kepada
pasien
17) Perawat dari ruangan dan perawat dari kamar operasi yang
melakukan serah terima persiapan klien pre operative tanda
tangan dengan nama terang di formulir persiapan klien pre
operative.
18) Periksa kembali data dan kelengkapan status pasien
a) Pemeriksaan Identitas dan administrasi Pasien
Persetujuan operasi dari pasien atau keluarga merupakan hal
yang mutlak diperlukan, sebelum tindakan pembedahan
dilaksanakan untuk menghindarkan tim bedah / rumah sakit
dari tuntutan hukum bila ada hal – hal yang terjadi
sehubungan dengan tindakan pembedahan yang dilakukuan
serta untuk melindungi pasien dari mal praktek. Persetujuan
antara lain:
a) Setiap pembedahan kecil, sedang maupun besar harus ada
persetujuan
b) Secara tertulis, yang sudah dipahami oleh pasien / keluarga.
c) Setiap tindakan pembedahan yang menggunakan pembiusan
atau tanpa pembiusan harus ada persetujuan tertulis dari
pasien maupun keluarga.
d) Persetujuan operasi diperoleh dari pasien / keluarga yang
bersangkutan atau perwalian yang sah menurut hukum.
e) Dalam keadaan emergency pada pasien yang tidak sadar dan
tidak ada keluarga (perwalian yang bertanggung jawab) maka
persetujuan operasi dapat diberikan oleh Direktur rumah sakit
atau pejabat yang berwenang.
f) Pasien harus mendapat penjelasan yang lengkap dan jelas

d. Persiapan pre operasi


1) Persiapan peralatan anestesi (lihat panduan pelayanan anestesi)
2) Persiapan peralatan bedah
Untuk kelancaran pembedahan maka diperlukan pengecekkan
peralatan bedah, material bedah dan implan atau prothese apabila
diperlukan. Pengecekkan itu meliputi :
a) Cek set instrumen yang diperlukan sesuai rencana tindakan
pembedahan, cek sterilitas dari indikator eksternal
b) Cek tambahan instrumen apabila diperlukan
c) Cek fungsi instrumen dari awal apakah masih berfungsi
dengan baik, sebelum pembedahan
d) Cek alkes benang, obat, cairan desinfeksi dan alat bedah
lainnya
e) Cek fungsi alat-alat tambahan
f) Cek fungsi dari meja operasi

3) Puasa pra bedah


Pengosongan lambung tergatung pada jenis isi lambung, padat
atau cair dan komposisinya, lemak, karbohidrat protein atau gula.
Hal ini perlu dilakukan untuk mencegah refluks dan resiko aspirasi
isi lambung ke dalam paru-paru lebih lanjut. Komplikasi yang
mungkin terjadi adalah Hipoglikemia yaitu defisiensi glukosa darah
sirkulasi yang menyebabkan kelemahan muskuler, inkoordinasi,
kebingungan mental dan berkeringat dingin, jika timbul berat maka
bisa terjadi koma hipoglikemia. Pertimbangan kebutuhan pasien
juga diperlukan pada puasa ini karena anak-anak mempunyai
resiko lebih besar mengalami hipoglikemi karena anak-anak
memiliki kecepatan metabolik yang lebih cepat. Hipoglikemia juga
bisa meningkatkan resiko kejang epileptik pada pasien yang
rentan ( dewasa dan anak-anak). Pasien dengan diabetes melitus
juga sangat rentan mengalami hipoglikemi.

4) Pengaturan posisi pasien saat operasi


Letak posisi pasien yang aman memegang peranan penting untuk
mendapatkan jalur jalan masuk (surgical acces), dan untuk
mencegah kemungkinan timbulnya trauma, baik pada pasien
maupun tenaga medik di ruang operasi. Hal ini dapat dicapai
dengan menilai resiko, dengan merencanakan penggunaa alat
yang ada dan benar. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangakan
untuk menjamin posisi pasien yang aman dan terlindungi yaitu :
a) Usia
b) Tinggi badan
c) Berat badan
d) Keadaan kulit
e) Status kardiopulmonal dan nutrisi
f) Keadaan pasien sebelumnya
g) Jenis dan lamanya prosedur
h) Jalur masuk bedah
i) Jenis peralatan
j) Proteksi pasien
k) Penopang meja
l) Tekanan pada pembuluh darah mayor
m) Kemungkinan kerusakkan saraf, agar kerusakkan saraf dapat
dihindari, lengan sebaiknya tidak diabduksi hingga sudut lebih
dari 90° dari linea mediana
n) Semua tindakkan memosisikan pasien perlu dilakukan dengan
cermat, untuk menilai dan meminimalkan resiko kerusakkan
saraf

5) Penggunaan Checklist keselamatan bedah


Dilakukan untuk mencegah salah sisi, salah prosedur dan salah
pasien yang akan dioperasi. Beberapa hal yang bisa berpotensi
untuk terjadi kesalahan pembedahan adalah :
a) Lebih dari satu dokter yang terlibat
b) Dilakukan lebih dari satu prosedur tindakan
c) Pasien memiliki bebrapa karakteristik khusus seperti
deformitas fisik atau obesitas masif

6) Sebelum pasien masuk ruang operasi (Sign In)


Keselamatan bedah ( Sign In ), Untuk menjamin keselamatan dan
keamanan pasien, semua anggota tim bedah meneliti kembali
antara lain:Identitas pasien, rencana tindakan, Jenis tindakan
anestesi yang akan di pakai, faktor – faktor alergi, resiko penyakit
penyerta, hasil pemeriksaan penunjang, kesiapan alat-alat
anesthesi, sepeti mesin anestesi, oxymetri, monitor ECG, gas
medis dan alat-alat resusitasi, Penandaan lokasi operasi :
a) menggunakan
surgical marker yang tidak mudah hilang karena desinfeksi
b) menggunakan
tanda O
c) Penandaan
dilakukan pada semua kasus termasuk sisi ( laterality),
multiple struktur 9 jari tangan, jari kaki, lesi) atau multiple level
(tulang belakang)
d) Kesiapan alat-
alat medis yang akan digunakan
e) Adanya risiko
perdarahan , penyediaan darah dan cairan pengganti
f) Cek sistem
keamanan kelistrikan

7) Dilakukan sebelum incisi operasi ( Time Out ), hal yang


dikaji adalah :
a) Respon pasien selama perioperatif
b) Antisipasi adanya risiko dan komplikasi selama tindakan
pembedahan
c) Antisipasi adanya risiko dan komplikasi selama tindakan
anestesi
d) Penghitungan jumlah instrumen bedah , kassa dan jarum
e) Antisipasi pasien dari bahaya akibat penggunaan alat yang
kurang teliti
f) Kesterilan peralatan bedah

8) Post Operatif ( Sign Out )


a) Konfirmasi ulang nama prosedur tindakan
b) Penghitungan kesesuaian jumlah instrument bedah, kassa dan
jarum sebelum dan sesudah tindakan pembedahan, bila tidak
sama jumlah penghitungan, lakukan tindakan sesuai prosedur
c) Pengelolaan specimen
Spesimen dikelola dan dihantarkan secara benar, untuk
menghindari kontaminasi, yang dapat mempengaruhi hasil,
dan bisa mengakibatkan kesalahan diagnosis. Pemeriksaan
dapat dipengaruhi oleh tempat bahan specimen dan waktu
pengiriman. Tatakelola spesimen meliputi :
 Pemilihan wadah dan pengisian formalin yang benar
 Waktu pengiriman yang tidak terlambat
 spesifik , bahaya infeksi serta nama dan tandatangan
dokter yang meminta.
 Jika lebih dari satu specimen, masing-masing specimen
diberi nomer atau tanda dan dilakukan pencatatan
informasi tentang masing-masing specimen pada lembar
permintaan.
 Formulir yang telah dilengkapi untuk setiap specimen,
yang memuat nama, nomer register pasien, lokasi
pengambilan specimen , instruksi
 Pelabelan spesimen secara benar
d) Identifikasi peralatan, chek fungsi dan kelengkapan alat
e) Review recovery pasien dan manajemen perawatan pasien
pasca pembedahan

B. INTRA OPERATIF
1. Monitoring Anestesi dan Sedasi
2. Pemberian Obat-Obatan
a. Identifikasi pasien dan konfirmasi alergi obat yang dimiliki ( gelang
pasien )
b. Verifikasi obat sebelum pemberian obat
c. Perintah verbal diulang
d. Identifikasi penggunaan obat-obatan high alert
e. Standarisasi preparasi obat-obatan yang dilarutkan agar siap
digunakan
f. Komunikasikan dosis yang akan di dimasukkan dan klarifikasi dosis
maksimal dengan dokter anestesi
g. Kaji dan validasi kompetensi klinis tentang penggunaan dan
pemberian obat-obatan high alert

C. POST OPERATIF
1. Membersihkan Lingkungan Operasi
a. Pembuangan sisa-sisa bekas operasi, sesuai prosedur yang berlaku
1) Sisa patologi manusia yang meliputi jaringan, organ, bagian tubuh
dan cairan
2) Darah manusia dan komponen darah yang meliputi serum, plasma
dan komponen darah
3) Benda tajam yang terpakai
4) Sisa-sisa alat atau benda yang terkontaminasi pasien
5) Benda-benda tajam yang tidak terpakai

b. Transportasi linen kotor, bekas operasi


1) Penanganan linen non infeksius
a) Siapkan ember besar,
beri plastik warna hitam
b) Masukkan linen kotor
kedalam plastik tersebut
c) Linen kotor tidak boleh
dijatuhkan dilantai
d) Ikat plastic
e) Bawa ke ruang transfer
tempat linen kotor

2) Penanganan linen infeksius


a) Siapkan ember besar, beri plastik warna kuning
b) Masukkan linen kotor kedalam plastik kuning
c) Linen kotor tidak boleh dijatuhkan dilantai
d) Ikat plastic
e) Bawa keruang transfer tempat linen kotor

Linen dibawa keruang laundry dengan plastik yang sudah terikat, dan
dibawa dengan menggunakan trolley laundry untuk linen kotor.

c. Membersihkan area operasi


1) Pembersihan seluruh ruangan kamar operasi dilaksanakan
setiap hari.
2) Pembersihan kamar operasi dilaksanakan rutin setiap hari
setelah kegiatan operasi selesai.
3) Bongkar besar kamar operasi dilaksanakan setiap 2 kali
seminggu
4) Bila ada ceceran darah maka daerah tersebut dibersihkan
dengan prinsip spill kit sesuaikan dengan ketentuan PPI
5) Pembersihan lantai dengan mengggunakan clorin yang
sudah diencerkan dengan air perbandingan 1 : 9
6) Pembersihan meja operasi, meja instrumen, mesin anestesi,
lemari material, lemari anestesi , disemprot dengan larutan
chlorhexidin yang dilarutkan dengan air 1 dan dilap dengan
kain bersih. Sesuaikan dengan disinektan yang digunakan di
rs serta cara pengencerannya sesuaikan dengan produk
yang digunakan
7) Dalam pembersihan lingkungan operasi, petugas
pembersihan harus menggunakan sarung tangan.

D. MANAGEMEN RESIKO
1. Meminimalkan distraction dan interupsi
2. Mencegah trauma benda tajam ( surgical scaple / mess, jarum, gunting )
dengan memperhatikan keselamatan tehnik :
a. Menggunakan zona netral dimana benda-benda tajam ditempatkan
tanpa kontak tangan ( menggunakan bengkok steril bila memberikan
ke dokter bedah)
b. Perawatan peralatan hand hygiene di kamar operasi
c. Menggunakan sarung tangan dua rangkap
d. Sebisa mungkin menghindari lapangan bedah ketika dokter bedah
memotong dan menjahit
e. Memakai alas kaki yang tertutup / terlindung
f. Program kontrol pajanan
g. Program edukasi ke petugas kamar bedah
3. Mencegah tertinggalnya benda-benda didalam luka operasi dengan
metode penghitungan alat-alat
4. Mencegah luka bakar pada pasien :
a. Cek plate diatermi dan kabel
b. Cek besar coagulasi dan cutting radio
5. Mencegah kebakaran :
a. Persiapan pasien
b. Persiapan dan penggunaan alat-alat secara aman
c. Membatasi bahan-bahan yang mudah terbakar
d. Mengkontrol gas-gas medis
e. Berupaya dalam penanggulangan pencegahan kebakaran
f. Komunikasi efektif dan kerja tim
g. Merespon bila terjadi kebakaran , cara pemadaman, penanganan
pasien, memindahkan pasien ke tempat yang aman evakuasi ruang
operasi yang aman, cara mengaktivasi system keamanan kebakaran,
mencegah penyebaran asap, cara menemukan dan menggunakan alat
pemadam kebakaran, peran tim penangulangan kebakaran dari luar

E. MANAGEMEN NYERI PASCA BEDAH


Penilaian intensitas nyeri
1. Dewasa : menggunakan Numeric Pain Scale
Metode ini menggunakan angka-angka untuk menggambarkan range dari
intensitas nyeri.Umumnya pasien akan menggambarkan intensitas nyeri
yang dirasakan dari 0 – 10. “0” menggambarkan tidak ada nyeri,
sedangkan “10” menggambarkan nyeri yang hebat.
2. Anak-anak : menggunakan Wong-Baker Faces Pain Rating Scale
Cara penggunaan metode ini adalah dengan melihat mimik wajah pasien,
biasanya dipakai untuk menilai intensitas nyeri pada pasien anak-anak. 0
menggambarkan wajah senyum, 10 menggambarkan wajah yang sangat
kesakitan

MIMIK WAJAH AKTIVITAS


0-1 Tanpa nyeri Waspada, senyum Tidak ada batasan
aktivitas
Aktivitas normal
1-3 Nyeri Tak ada canda, datar, Terasa nyeri tetapi tidak
sekilas serius membatasi aktivitas
3-5 Nyeri Dahi berkerut, bibir Dapat melakukan
ringan mecucu, manahan napas kebanyakan aktivitas
dengan diselingi periode
istirahat
5-7 Nyeri Hidung berkerunyut, bibir Tidak mampu melakukan
sedang atas terangkat, napas beberapa aktivitas
cepat karena nyeri
7-8 Nyeri berat Kedipan mata lambat, Tidak mampu melakukan
mulut terbuka kebanyajan aktivitas
8-10 Nyeri Mata menutup, Tidak mampu melakukan
paling mengerang, menangis aktivitas apapun
berat

Gambar : Skala pengukuran nyeri anak dan dewasa


BAB IV
DOKUMENTASI

Berikut ini adalah beberapa instrumen data dan sistem monitoring yang
diimplementasikan di Kamar operasi :
a) Gelang Identitas pasien
b) Stiker Identitas pasien
c) Pertemuan pra bedah ( Briefing pre operatif )
d) Formulir kelengkapan data pra bedah ( inform concent , asesmen
pra bedah dan pra anestesi , daftar pemberian informasi pembiusan dan
pembedahan , pemeriksaan klinis dan penunjang )
e) Formulir serah terima pasien dari Kamar Operasi
f) Cheklis Keselamatan Bedah ( Surgical Safety Checklist )
g) Papan Informasi ( Imaging Data )
h) Formulir Laporan Operasi
i) Formulir pemantauan / monitoring pre, peri dan post operatif
j) Formulir catatan Keperawatan perioperatif

Ditetapkan di : Lombok Timur


Tanggal : 5 Juni 2017 M
1 Syawal 1434 H

Rumah Sakit Islam Namira


Lombok Timur

(dr.Utun Supria, M.Kes)


Direktur

Anda mungkin juga menyukai