Anda di halaman 1dari 10

ORANG LAUT : MENELUSURI KEARIFAN BUDAYA SUKU BAJAU

TUGAS SEJARAH MARITIM

OLEH

SUCI YATI

1662042013

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2018

ORANG LAUT : MENELUSURI KEARIFAN BUDAYA SUKU BAJAU


Suci Yati

Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar

Abstract
This paper talks about how the side of life and the characteristics and maritime activities of sea
people, especially at sea Sulawesi which there are groups of people who fall into the category of
Orang Laut with various names such as Bajau or Bajo, Samal, Samal sea and besides, there are
several tribes which is called Talaud, Tondano, or Tolour, aranao, Ilanun or Iranun, angindano,
etc. more or less also have the same meaning of "sea people" or "water people" who, although
their way of life has settled, reside in the house and not in a boat . The purpose of this paper is to
introduce us to our daily life and to direct us to the recognition of the system, customs and
cultural systems of marine people who are entirely dependent upon nature and at the same time
refute the inaccurate perception of marine people alleged that they always avoid contact some
sort of interaction with others. This study uses literature review method where the reference book
used in the writing of this paper is a book from Adrian B.Lapian entitled "Orang Laut, Pirate,
Raja Laut" in particular the history of sea area in Sulawesi. Further data obtained then in though
such a way and presented in the form of literature research report.

Keyword : Sea People, Culture System, Bajau Tribe

Abstrak

Tulisan ini berbicara tentang bagaimana sisi kehidupan serta ciri khas dan aktivitas maritime dari
orang laut terutama dilaut Sulawesi yang terdapat kelompok kelompok yang masuk dalam
kategori Orang Laut dengan berbagai macam nama seperti Bajau atau Bajo, Samal, Samal laut
serta disamping, itu ada beberapa suku bangsa yang disebut Talaud, Tondano, atau Tolour,
aranao, Ilanun atau Iranun, angindano, dll yang kurang lebih juga mempunyai arti sama yaitu
“orang laut” atau “orang air” yang meskipun cara hidup mereka sudah menetap, bermukim
dalam rumah dan tidak dalam perahu. Adapun tujuan dalam penulisan ini adalah untuk lebih
mengenalkan kita terhadap kehidupan keseharian serta mengarahkan kita terhadap pengenalan
sistemetika, Adat dan Sistem budaya dari orang laut yang dipercaya seluruh kehidupannya
bergantung sepenuhnya pada alam dan sekaligus membantah persepsi tidak tepat mengenai
orang laut yang diduga bahwa mereka selalu menghindari kontak semacam interaksi dengan
orang lain. Penelitian ini menggunakan metode kajian pustaka yang dimana buku rujukan yang
digunakan dalam penulisan makalah ini yaitu buku dari Adrian B.Lapian yang berjudul ”Orang
Laut,Bajak Laut,Raja Laut” terkhusus Sejarah kawasan laut di Sulawesi. Selanjutnya Data yang
didapatkan kemudian di olah sedemikian rupa dan disajikan dalam bentuk laporan Penelitian
Kepustakaan.

Kata Kunci : Orang Laut , Sistem Budaya. Suku Bajui.

A. PENDAHULUAN
Laut Sulawesi merupakan laut yang terletak di wilayah Sulawesi, tepatnya di sebelah barat
samudera pasifik dan dibatasi oleh kepulauan Sulu, laut Sulu dan pulau mindanao, terletak kira-
kira antara 118º dan 125 BTº dan1º dan 5º LU. Letak kawasan Laut Sulawesi yang berdekatan
dengan garis khatulistiwa memberi kepada daerah ini iklim tropis maritim. Lintasan kawasan
yang sangat erat hubunganya dengan penjelajahan Laut Sulawesi adalah kepulauan Sulu,
Mindanao.Filiphina.Lingkungan hidup yang begitu dekat dengan laut telah mendorong penduduk
pantai di Sulawesi untuk mengembangkan suatu cara hidup yang sedikit bersifat maritim. Study
sejarah Indonesia hingga sekarang lebih banyak mementingkan peristiwa yang terjadi di darat ,
walaupun sesungguhnya lebih dari separuh wilayah Republik Indonesia terdiri dari laut. Oleh
sebab itu perhatian terhadap aspek maritime bukan lagi merupakan hal yang pantas dilakukan,
melainkan menjadi sesuatu yang wajib mendaoat prioritas isteewa. Dan dalam hubungan ini
maka pokok perhatian tulisan ini merupakan suatu upaya untuk menyoroti secara khusus
sebagian dari masa bahari bangsa dan negara (dalam arti masa lampau maritim).
Orang bajo merupakan suku yang hidup dilaut. Pola interaksi masyarakat Bajo terpusat
pada laut yang merupakan sumber kehidupan mereka, Gaya Hidup nomaden (mengembara atau
berpindah-pindah ) membuat orang bajo merasakan perubahan nyata pada kehidupan mereka.

1. Pengertian Orang Laut, Bajak Laut, Raja Laut.


Menurut A.B Lapian untuk menyoroti kegiatan bajak laut perlu dibuat tipologi Orang Laut,
Bajak Laut dan Raja Laut.

 Orang Laut : Semua kelompok masyarakat yang belum atau tidak mengenal bentuk
organisasi kerajaan atau negara. Mereka bertepat tinggal dalam perahu yang berhimpun
dalam satu lokasi tertentu , biasanya di suatu teluk atau muara sungai yang terlindung
dari obak besar dan angin rebut. Oleh karena sifat mobile dari ruahruah perahu ini maka
mereka dengan mudah dapat berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, sehingga
mereka juga dikenal sebagai pengembara laut (sea nomads, sea-gypsies). Meskipun
demikian sesungguhnya mereka tidak terus menerus berpindah tempat atau mengembara
karena wilayah perpindahanya terbatas . Hal itu seperti petani di darat yang
berpindahpindah dari satu ladang ke ladang yang baru, tetapi areal perpindahanya
terbatas dala wilayah tertentu saja. Di antara mereka juga ada yang sudah tinggal di
rumah, tetapi rumah tersebut di dirikan di atas tiang-tiang yang ditancapkan dibagian
yang dangkal di tengah laut atau di tepi pantai yang selalu digenangi air laut walaupun air
sedang surut.
 Bajak Laut : Kelompok pelaut yang melakukan kekerasan tetapi tidak termasuk dala
golongan Orang Laut dan Raja Laut. Mereka ini bertindak untuk kepentingan
pemimpinya . Oleh karena itu tindakan kekerasan dapat dikategorikan sebagai tindakan
criminal. Oleh karena itu para penguasa pribumi maupun pemerintah kolonial
menganggap tindakan mereka itu sebagai tindakan diluar hukum dan memperlakukan
mereka sebagai outlaw. Aktifitas perompakan tentu mempunyai motif- motif tersendiri.
Tidak jarang motif mereka diberi perlindungan ketika diburu oleh penguasa. Sebaliknya
apabila motif ekspedisi mereka ditujukan guna menangkap orang untuk dijadikan budak,
mereka akan dimusuhi atau setidaknya ditakuti oleh penduduk. Dalam kaitan ini banyak
penduduk pantai yang berpindah ke pedalaman untuk menghindari serangan bajak laut
yang ganas.
 Raja Laut : Mengacu pada kapal dan perahu beserta isinya yang merupakan kekuatan
laut raja-raja di Asia Tenggara. Raja Laut bertugas sebagai penjaga wilayah perairan
kerajaan. Dalam tugasnya itu mereka merasa berwenang untuk menggunakan kekerasan
terhadap siapa saja yang memasuki wilayah yang dijaganya tanpa mengindahkan
peraturanyang berlaku. Sayang perkembangan politik dan ekonomi pada abad XIX telah
menyudutkan dan kegiatanya ulai terganggu dengan datang nya kekuatan asing yang
mulai membatasi kekuasaan laut mereka. Dengan fasilitas yang lebih canggih dan
mengunakan tenaga uap, membuat kekuatan asing ini berangsur mulai menenggelamkan
kekuasaan pribumi.
2. Fokus Kajian : Orang Laut
Sebuah nama baru telah muncul dalam kepustakaan ilmiah sejak dasawarsa 1970an,
yakni Orang Duano atau Suku Duano (Archipel, 1977). Nama Duano atay suku Duano
adalah nama yang dipakai mereka sendiri untuk membedakanya dari kelompok lain
khususnya. Baik masyarakat Pesukuan pada umumnya maupun masyarakat Orang Laut
khususnya . walaupun dahulu mereka juag bertempat tinggal di perahu, sekarang mereka
telah mempunyai pemukiman dikampung yang terdiri dari rumah rumah panggung yang
dibangun diatas air. Nama lain mengacu kepadaa tempat tingga, seperti Suku mantang
atau orang mantang (mendiami pulau mantang), Orang Tambus( di Kampung Tambus,
Pulau Galang), Orang mapor (bertempat tinggal di pulau mapor) dan sebagainya.
3. Hal Menarik
Salah satu hal menarik mengapa tema kajian ini dipilih yaitu Uniknya kehidupan dari
Orang Laut jalani, yang dimana seluruh kehidupan nya dihabiskan diatas perahu, semua
terjadi diperahu , meski kehidupanya nomaden namun ketika ada kerabat yang meninggal
suku Bajau tetap melakukan tradisi penguburan jenazah terutama suku Bajau yang
beragama islam.

B. PEMBAHASAN

BAJAU

Nama Bajau lebih terkenal di kawasan ini orang Bajau ( disebut juga Bajo) ditemukan di
perairan Selat Makassar , di teluk Bone di daerah Nusa Tenggara Timur, dikepulauan
Banggai di sebelah tiur Sulawesi : di Teluk Tomini, di Maluku Utara di Kepulauan Bacan
dan Halmahera dan di perairan Laut Sulawesi baik di pantai Sulawesi Utara dan Kalimantan
Timur maupun di kepulauan sa’bah. Suku Bajau adalh suku Bangsa yang tanah asalnya
kepulauan Sulu, Filiphina Selatan. Suku ini merupakan suku nomaden yang hidup di atas laut,
sehingga disebut gipsi laut. Suku Bajau Menggunakan bahasa Sama-Bajau. Suku Bajau sejak
ratusan tahun yang lalu sudah menyebar ke negeri sabah dan berbagai wilayah Indonesia.
Suku Bajau juga merupakan anak negeri di sabah. Suku suku di Kalimantan diperkirakan
berimigrasi dari arah Utara (Filiphina) pada zaman prasejarah. Suku Bajau yang usli ini
erupakan gelobng terakhir migrasi dari arah utara kalimatan yang memasuki pesisir
Kalimantan Timur hingga Kalimantan Selatan dan menduduki pulau pulau sekitarnya. Nama
Bajau atau Bajo seperti juga nama Orang Laut adalah exony, yang diberi oleh orang luar.
Mereka sendiri menyebut dirinya ‘Orang Sama’ Zacot melaporkan bahwa orang Bajo di
Teluk Toini dan Pulau Nain (Teluk Manado ) juga menyebutnya dirinya sama begitu pula
orang bajau di pulsu Laut (Kalimantan Selatan) menurut peneliti bahasa menggunakan nama
‘sammah’ untuk dirinya . Tetapi di Kawasan Sabah dan Kepulauan Sulu naa Bajau dan
Sama digunakan untuk dua suku bangsa yang berbeda.

BENTUK PERAHU

Keterangan kepustakaan mengenai keragaman bentuk perahu yang menjadi tempat


kediaman Orang Laut/Bajau mencerminkan variasi tingkat persentuhan kebudayaan ereka
dengan kebudayaan sekitarnya , baik dalam luas lingkup maupun dalm intenditas
persentuhan itu. Mengenai perahu Bajau di perairan sebelah timur Taylor , ada beberapa jenis
perahu Bajau yang ditemukan di Pulau Sibitu, Kepulauan Sulu. Pertama,Perahu Sapit yang
memperlihatkan ciri- ciri bentuk Eropa. Perahu ini terdiri dari sebuah lunas dan
menggunakan papan untuk membentuk perahunya. Semua papan dikerjakan dengan alat
sederhana, kemudian dilakukan dala bentuk yang dikehendaki dengan jalan memanasinya
diatas api. Bentuk kedua, disebut lipa yang digunakan untuk menangkap ikan dan juga
sebagai tepat tinggal keluarga Bajua yang sederhana. Jenis perahu ini terdiri dari sebuah
perahu lesung sebagai dasarnya ( dibuat dari satu batng kayu yang dikeruk bagian dalamnya
bagaikan lesung yang memanjang), kemudian dipertinggi dengan satu atau dua bilah papan.
Diatasnya diberi atap dari daun nipah. Perahu lipa ini tidak mempunyai cadik.Bentuk perahu
ysng ketiga disebut vinta yang biasanya dipakai untuk menangkap ikan (menurut Taylor,
perahu vinta dipakaui pula dalam kegiatan penyelundupan) Perahu vinta adalah perahu
lesung berbentuk panjang dan sempit yang dibuat dari satu batang saja. Untuk enjaga
keseibangan perahu yang sempit ini diberi cadik di sebelah menyebelah perahu. Cadik dibuat
dari bambu yang panjang dan yang dihubungkan dengan tiga sampai empat kayu melintang
yang langsung diikatkan pada masing masing cadik. Keseluruhan kerangka cadik ini
diperkuat lagi dengan menggunakan kayu tambahan yang diletakkan secara alang dan
ditautkan pada lambung perahu. Jenis Vinta ini tersebar luas di Kepulauan Sulu, baik
dikalangan orang saal maupun orang Tausug. Dalam kepustakaan Barat bentuk perahu
semacam ini biasanya disebut ‘vinta moro’. Kemudian ada pula perahu Bajau yang menjadi
tempat kediaman orang yang lebih berada. Prahu ini berbentuk besar dengan cadik ganda dan
didiami oleh bersama kepala keluarganya. Menurut taylor, perahu serupa ini tidak pernah
meninggalkan tempatnya lagi dan hanya dipakai sebagai tempat tinggal.

SUSUNAN KEMASYARAKATAN

Menurut Nimmo, susunan masyarakat Bajau yang sekarang masih bertepat tinggal di
perahu dapat dibeda bedakan dalam tiga tingkat, yakni(1) mataan, (2) pagmundah dan (3)
dakampungan. Mataan adalah Unit yang paling kecil yang biasanyaa terdri dari satu keluarga
inti atau keluarga batih. Beberapa mataan membentuk sebuah dakampungan.Pagmundah
adalah sekelompok perahu yang berlayar bersama sama dan berlabuh bersama sama pula.
Jadi kelompok ini merupakan kumpulan dari beberapa keluarga batih. Biasanya antara
mereka ada hubungan kekeluargaan yang sangat dekat , misalnya terdiri dari saudara
kandung dari suai atau istri, atau terdiri dair orang tua bersama putera puteranya yang telah
berkeluarga dan menempati perahu sendiri. Dakampungan merupakan kelompok masyarakat
yang paling besar, satuan yang besar ini dipimpin oleh seorang panglima. Secara ideal
warisan ini diwariskan dari ayah ke puteranya yang sulung. Akan tetapi dalam prakteknya
ada segi-segi lain yang lebih penting yang menenetukan pewarisan jabatan panglima ini.

PEMERINTAH

Suatu kelompok perahu Bajau yang berlabuh bersama sama di satu tempat memberi
kesan kepada orang luar bahwa ia berhadapan disii dengan sebuah kapung terapung. Istilah
yang dipakai orabg Bajau sendiri, dakampungan, menunjukan bahwa mereka sendiri pun
menyamakan kelompok rumah perahu ini dengan kampung. Dengan mepunyai pemimpin
yang disebut panglima atau punggawa dan dengan adanya sususnan kemasyarakatan,
peraturan peraturan adat yang khas serta dengan mengenal suatu tata tertib sendiri yang
mengatur hubungan antar anggota kelompok. Masyarakat Bajau belum mengenal sistem
pemerintahan yang lebih tinggi dari pada satuan kampung yang dikepalai oleh seorang
panglima. Cara hidup didalam perahu yang sekaligus merupakan rumah, memudahkan
mereka berpindah tempat baik untuk encari nafkah atau jika ada ketidak puasan terhadap
keputusan yang diabil panglia mengenai dirinya. Jadi sebenarnya keanggotaan masyarakat
sangat peka dan kekompakn sosial tidak begitu kuat.

HUBUNGAN DENGAN BAJAK LAUT

Lebih dahulu telah diketengahkan baHwa pada dasarnya Orang Laut merupakan orang
pemalu alah dikatakan bahwa merka penakut . cenderung menghindari kontak degan orang
luar. Disamping itu, mereka sesungguhnya senantiasa berusaha enghindari konflik, baik
antara sesa anggota aupun jika berhadapn dengan pemipinya. Jika seseorang tidak setuju atau
tidak senang perlakuan terhadapnya, ia lebih baik pindah ke tempat lain dari pada
menimbulkan pertikaian atau kerusuhan. Dengan kata lain, sifat agresig. Berdasrkan
kenyataan ini sukar menarik kesimpulan bahwa Orang Laut bisa dianggap sebagai Bajak
Laut namun orang laut juga mengenal semaca wilayah laut yang dimilikinya dengan
demikian siapapun yang memasuki wilayah laut yang dimilikinya dapat disergap dan
ditangkap Jadi berita mengenai kegiatan orang laut yang bertindak sebagai bajak laut
hendaknya dilihat dari sudut ini.

PENYEBARAN KETIMUR

Banyak versi yang menceritakan penyebaran Orang laut ke timur, misalnya ada sumber
yang mengatakan bahwa orang Bajau di pantai Timur Sabah erupakan keturunan dari
pengawal puteri johor yang dalm pelayaranya terbawa angin ribut , sehingga mereka
kehilangan arah tujuannya. Tetapi yang berperan dalam cerita kelompok Bajau di sebelah
selatan, dipantai Kalimantan Timur, bukan puteri melainkan seorang pangeran johor
memerintahkan pelau Bajau untuk mencari puteranya yang hilang,akan tetapi tidak bisa
menemukan jalan pulang. Orang bajau di teluk tomini juga menghubungkan kehadiran
mereka disini dengan tokoh puteri Johor yang sedang dicari cari mereka. Puteri ini diikatkan
kawin dengan putera Raja Bone (Bugis). Tetapi ada versi lain yang mengisahkan bahwa
putera ini kawin dengan seorang wanita Bajau.
C. KESIMPULAN
Mengenai kehidupan orang laut sudah berlangsung lama sebelum abad ke XIX ,
karena mereka memang sebuah masyarakat kecil yang hidup di laut dan menggantungkan
hidupnya dilaut. Mereka belum mengenal organisasai atau sebuah aturan yang ada pada
suatu Negara, sistem masyarakatnya masih sangat sederhana, mereka hanya mengenal
pemimpin hanya setas keluarga, mereka hidup diatas perahu kecil. Mereka pada
umumnya hidup nomaden yaitu berpindah dari atu tempat ke tempat yang lain namun
tidak sampai ke laut lepas. Dalam kehidupan yang serba terasing ini orang laut juga
sesekali melakukan kontak dengan orang – orang dari luar.
References

A.Bastian, 1885. Indonesien. s.l.:s.n.

Archipel, S., 1977. Duano littoral fishing. s.l.:s.n.

Cyrill, A., 1966. Threatened paradise. London: s.n.

Hapip, A. D., 1979. Bahasa Bajau. s.l.:s.n.

Nimmo, A. A., 1972. The sea people of Sulu. s.l.:s.n.

sopher, 1977. Duano liitoral fishing. universitas cambridge: s.n.

Zacot, F., 1978. to be or not to be Badjo. indonesian: s.n.

Anda mungkin juga menyukai