Anda di halaman 1dari 9

Rekayasa spesifikasi dan proses tender diatur oleh Andi Septinus.

Andi
kakaknya Dedi Priyono. Kantor Dedi di Ruko Graha Mas Fatmawati Blok B No
33-35 menjadi pusat operasional pengaturan spesifikasi antara rekanan dan
pegawai Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

- Pada 1 Juli 2010-Februari 2011 dimulai pengaturan spesifikasi antara


pemerintah dan rekanan. Semuanya telah disiapkan, spek maupun
rekayasanya, antara Andi bersaudara dan konsorsium termasuk juga staf
Kemendagri.

- PT Quadra dimasukkan sebagai salah satu peserta konsorsium karena


perusahaan itu milik teman Direktur Jenderal Adiministr asi Kependudukan
(Minduk) Kemendagri yaitu Irman dan sebelum proyek e -KTP dijalankan, Dirjen
Minduk punya permasalahan dengan Badan Pemeriksa Keuangan. PT Quadra
membereskan permasalahan tersebut dengan membayar jasa Rp2 miliar.

- Panitia tender mulai Juli 2010 - Februari 2011 beberapa kali menerima uang
dari Andi Narogong dan konsorsium pada Juli 2010. Andi Narogong memberi
uang Rp10 miliar kepada Irman sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen
Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil).

- Pada September 2010 dia juga memberikan untuk persiapan Pejabat Pembuat
Komitmen (PPK) dan panitia di Kemendagri karena anggaran sudah yang
disepakati DPR akan diturunkan dan segera disahkan APBN 2011. Andi
Septinus mengantar uang ke gedung DPR lantai 12 untuk dibagikan ke pi mpinan
Komisi II, Anggota Banggar Komisi II dan pimpinan Banggar sebesar 4 juta
dolar AS.

- Pada Desember 2010, terjadi pertemuan di rumah (Setya) Novanto yang


dihadiri oleh Khairuman Harahap, Andi Septinus, seluruh direktur utama
konsorsium serta Nazaruddin untuk membicarakan finalisasi commitment fee.

- Pada Januari 2011, terjadi pertemuan di Equity Tower lantai 20 (kantor


Novanto) yang dihadiri oleh Novanto, Andi Septonus, Paulus Tanos, Khairuman,
Anas Urbaningrum, Nazaruddin, dan seluruh direktur utam a konsorsium untuk
membicarakan finalisasi commitment fee.

- Pada Desember 2010, untuk menyambut tahun baru, panitia tender meminta
uang kepada Andi Septinus. Andi menyiapkan amplop dengan uang total hampir
senilai 700 ribu dolar AS yaitu untuk anggota pa nitia (50 ribu dolar AS),
sekretaris panitia (75 ribu dolar AS), Ketua Panitia Drajat W isnu (100 ribu dolar
AS), PPK bernama Sugiarto (150 ribu dolar AS), Plt Dirjen Irman (200 ribu dolar
AS), Sekjen Dian A. Seluruh uang itu diserahkan di Hotel Millenium d i Tanah
Abang, Jakarta.

- Setelah diputuskan kelompok konsorsiumnya, tujuh hari sebelum


pengumuman, Andi Septinus dan Dedi Priyono memanggil PPK, ketua panitia
dan sekretaris panitia untuk memfinalisasi rekayasa dan spesifikasi tender yang
dihadiri oleh seluruh direktur utama konsorsium yaitu Perum PNRI, PT
Sucofindo (Persero), PT LEN Industri (persero), PT Quadra Solution, dan PT
Sandipala Arthapurtra. Saat panitia dan pimpinan proyek pulang, sudah
disiapkan uang "angpao" sebesar 500 ribu dolar AS oleh An di Septinus yang
dikumpulkan dari seluruh anggota konsorsium.

- Semua konsorsium mempunyai peran masing -masing. PT PNRI mencetak


blangko e-KTP dan personalisasi, PT Sucofindo (persero) melaksanakan tugas
bimbingan dan pendampingan teknis, PT LEN Industri mengadakan perangkat
keras AFIS, PT Quadra Solution bertugas mengadakan perangkat keras dan
lunak serta PT Sandipala Arthaputra (SAP) dan PT Paulus Tanos mencetak
blanko e-KTP dan personalisasi dari PNRI.

- Salah satu peserta konsorsium, PT Sandipala, mer upakan perusahaan yang


baru dibeli seharga Rp15 miliar dari Harry Sapto oleh pengusaha bernama
Paulus Tenos, yang merupakan teman akrab Menteri Dalam Negeri Gamawan
Fauzi. Sejak Gamawan masih Gubernur Sumatera Barat, Paulus sering
menangani proyek listrik di Sumatera Barat.

- PT SAP semula perusahan yang biasa mencetak KTP, ijazah, visa, ATM,
raport, dan passport. Karena selalu merugi dan tidak dapat lagi menerima order
cetakan dari pemerintah karena sudah dihukum, maka pemiliknya bernama Hary
Sapto menjual perusahaannya kepada Paulus Tenos seharga Rp 15 miliar.

- Saat konsorsium PT PNRI memenangkan tender e-KTP, maka perusahaannya


sebagai perusahaansecurity printing yang beralamat di Jalan Narogong
kilometer 15 Cibinong, Jawa Barat, sangat sibuk. Saat ini Direktur Utama PT
SAP bersama putrinya bernama Catherina Tanos masuk dalam daftar buron di
portal interpol dan diduga bersama keluarganya bersembunyi di Singapura.

- PT PNRI memenangkan tender dengan penawaran harga Rp 5,8 triliun. Para


pesaingnya mengajukan penawaran antara Rp 4,7 triliun- Rp 4,9 triliun yaitu
konsorsium Telkom dan konsorsium Solusindo.

- Putusan dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha (PKPU) menunjukkan


adanya persekongkolan dengan bentuk: Horizontal yaitu kesamaan kesalahan
pengetikan dokumen penawaran, kesamaan produk sekitar 70 persen,
kesamaan jumlah produk yang ditawarkan oleh konsorsium PNRI dan Astra
Graphia serta kesamaan isi dan nilai dari beberapa butir dalam kolom analisa,
harga satuan peralatan per jam ke jam dari PT Pagar Si ring Grup, PT Yala
Persada Angkasa, PT Budindah Mulya Mandiri, PT Tanjung Nusa Persada.

- Persekongkolan dalam bentuk vertikal yaitu panitia tender, konsorsium PNRI


dan Astra Graphia, melakukan tindakan post biding dan melakukan interaksi di
luar jam kerja, pantia tender melakukan fasilitasi terlapor konsorsium PNRI
sebagai pemenang terder. Putusan KPPU pun merekomendasikan Kemendagri
memberikan sanksi kepada pejabat panitia tender E -KTP, memberikan putusan
denda kepada PNRI sebesar Rp 20 miliar dan Astra Graphia Rp 4 miliar.[wid]

Kasus KTP elektronik alias e-KTP sudah lama bergulir. Kasus ini diduga
merugikan negara lebih dari Rp2 triliun. Bahkan, KPK (Komisi Pemberantasan
Korupsi) menilai, kasus korupsi ini adalah kasus paling serius. Dua tersangka
dari Kementerian Dalam Negeri sudah ditetapkan sebagai tersangka.

Konsorsium PT PNRI memenangkan tender dengan penawaran harga Rp5,8


triliun. Padahal, para pesaingnya mengajukan penawaran lebih rendah, antara
Rp4,7 triliun- Rp4,9 triliun. KPK juga memeriksa banyak pihak. Termasuk para
anggota Komisi II DPR, periode 2009-2014. Kasus ini meninggalkan peta yang
rumit.

Bagaimana kronologinya ?

Sejak Undang-undang nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi


Penduduk disahkan, data penduduk harusnya sudah dibangun. Kementerian
Dalam Negeri bertanggung jawab atas administrasi kependudukan ini.
Lelang e-KTP ini dimulai pada 2011. Terpidana korupsi M Nazaruddin bahkan
membeberkan, pengaturan lelang ini sudah berlangsung sejak Juli 2010.

Akhirnya, pada Juni 2011, Kementerian Dalam Negeri mengumumkan


Konsorsium PT PNRI sebagai pemenang dengan harga Rp5,9 triliun.
Konsorsium ini terdiri dari Perum PNRI, PT Sucofindo (Persero), PT Sandhipala
Arthapura, PT Len Industri (Persero), PT Quadra Solution). Mereka menang
setelah mengalahkan PT Astra Graphia yang menawarkan harga Rp6 triliun.
Tapi banyak pihak menilai janggal munculnya pemenang.
Dalam proses lelang, menurut ICW (Indonesian Corruption Watch) ada
kejanggalan. Tiga hal yang janggal menurut ICW adalah post bidding,
penandatanganan kontrak pada masa sanggah banding, dan persaingan usaha
tidak sehat. Post bidding adalah upaya mengubah dokumen penawaran setelah
batas akhir pemasukan penawaran.
Selain itu, LKPP (Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/jasa Pemerintah)
menilai, kontrak itu ditandatangani saat proses lelang tengah disanggah--oleh
dua peserta lelang, Konsorsium Telkom dan Konsorsium Lintas Bumi Lestari.

LKPP menyarankan penandatanganan kontrak ditunda selesai masa sanggah


banding. Sebab, sesuai pasal 82 Peraturan Presiden 54 tahun 2010 sanggahan
banding menghentikan proses lelang. Tapi saran LKPP ini tak digubris.

Enam bulan kemudian, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU)


menyatakan ada persekongkolan dalam tender penerapan KTP Berbasis NIK
Nasional (e-KTP) Tahun 2011-2012. Pelakunya, menurut KPPU adalah Panitia
Tender, Percetakan Negara Republik Indonesia (PNRI), dan PT Astra Graphia
Tbk.

Dalam putusan tersebut, majelis KPPU membeberkan bentuk-bentuk


persekongkolanyang dilakukan antara PNRI dan Astra Graphia. Persengkokolan
juga dijalin dengan panitia lelang.
PNRI dan Astra Graphia dinilai copy-paste dokumen tender. Bahkan kesalahan
tulis dokumen tender mereka sama. Di sisi lain, panitia lelang melakukan post
bidding. Panitia memasukkan dokumen walaupun lelang sudah ditutup.
KPPU menghukum PT PNRI denda Rp20 miliar dan Astra Graphia denda Rp4
miliar karena melakukan persaingan usaha tak sehat. Pengacara PNRI Jimly
Simanjuntak menilai putusan KPPU tak tepat. Mereka juga menggugat ke PN
Jakarta Pusat.
Maret 2013, PN Jakarta Pusat mengabulkan gugatan PNRI. KPPU tak terima
dan mengajukan kasasi. "Kami tetap yakin bahwa telah terjadi dalam
persekongkolan. Maka kami mengajukan upaya hukum," kata pengacara KPPU
Manaek SM Pasaribu, seperti dikutip Liputan6.
KPK mulai menelusuri dugaan korupsi pada 22 April 2014. Komisi menetapkan
S, mantan Direktur Pengelola Informasi Administrasi Kependudukan Ditjen
Dukcapil Kemendagri sebagai tersangka. Enam bulan selepas KPK masuk,
MA dalam putusannyamenolak kasasi KPPU tersebut.
Dua setengah tahun jadi tersangka, S baru ditahan pertengahan Oktober lalu.
Belakangan, KPK menetapkan IR yang juga pernah menjabat sebagai Direktur
Jenderal Kependudukan dan Catatan Sipil sebagai tersangka.
Wakil Ketua KPK, Basaria Panjaitan meyakini, kasus dugaan korupsi e-KTP
tidak hanya dilakukan oleh dua tersangka itu. Untuk mengusut kasus ini, tim
penyidik KPK telah memeriksa 110 orang yang dianggap mengetahui proses
proyek e-KTP. Banyak tokoh sudah diperiksa. Di antaranya mantan Menteri
Dalam Negeri Gamawan Fauzi dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.
Bahkan, Ketua DPR Setya Novanto juga bakal diperiksa.
Wakil Ketua KPK lainnya, Laode M Syarief menyatakan, kasus e-KTP
merupakan salah satu kasus yang menjadi fokus KPK saat ini. Namun, dengan
kerumitan proyek e-KTP, Syarief pesimistis, kasus ini akan tuntas sebelum akhir
tahun. "Saya pastikan e-KTP tidak bisa selesai tahun ini," katanya seperti dikutip
dari Beritasatu.com.

Kartu Tanda Penduduk elektronik atau electronic-KTP (e-KTP) adalah Kartu Tanda
Penduduk (KTP) yang dibuat secara elektronik, dalam artian baik dari segi fisik maupun
penggunaannya berfungsi secara komputerisasi. Program e-KTP diluncurkan oleh Kementerian
Dalam Negeri Republik Indonesia pada bulan Februari 2011. Program e-KTP dilatarbelakangi
oleh sistem pembuatan KTP konvensional/nasional di Indonesia yang memungkinkan seseorang
dapat memiliki lebih dari satu KTP. Hal ini disebabkan belum adanya basis data terpadu yang
menghimpun data penduduk dari seluruh Indonesia. Fakta tersebut memberi peluang penduduk
yang ingin berbuat curang dalam hal-hal tertentu dengan manggandakan KTP-nya. Misalnya
dapat digunakan untuk menghindari pajak, mengamankan korupsi atau kejahatan/kriminalitas
lainnya, menyembunyikan identitas (seperti teroris), dan lain-lain.

Berikut beberapa keunggulan e-KTP dibandingkan dengan KTP biasa/KTP nasional,


keunggulan-keunggulan tersebut diantaranya (1) Identitas jati diri tunggal (2) Tidak dapat
dipalsukan (3) Tidak dapat digandakan (4) Dapat dipakai sebagai kartu suara
dalam Pemiluatau Pilkada (E-voting), dan lain-lain.

Sedangkan kelemahannya, Misalnya tidak tampilnya tanda tangan sipemilik di permukaan KTP.
Tidak tampilnya tanda tangan di dalam e-KTP tersebut telah menimbulkan kasus tersendiri bagi
sebagian orang. Misalnya ketika melakukan transaksi dengan lembaga perbankan, e-KTP tidak di
akui karena tidak adanya tampilan tanda tangan. Ada beberapa kasus pemegang e-KTP tidak bisa
bertransaksi dengan pihak bank karena tidak adanya tanda tangan.

Meski tujuan diselenggarakannya program e-KTP adalah untuk menghindari terjadinya


kecurangan oleh pemegang KTP seperti yang telah disebutkan di atas, namun pada kenyataannya
hal ini justru digunakan oleh oknum-oknum yang mengambil keuntungan dari program e-KTP.

Seperti yang telah diketahui, kasus ini mulai terungkap karena pengakuan mantan Bendahara
Umum Partai Demokrat M. Nazaruddin. Nazaruddin mengaku korupsi e-KTP dilakukan oleh
mantan Ketua Umum Demokrat Anas Urbaningrum dan Bendahara Umum Golkar Setya
Novanto.

Dalam kasus dugaan korupsi pengadaan paket penerapan e-KTP di Kemendagri tahun anggaran
2011-2012, KPK menetapkan Direktur Pengelola Informasi Administrasi Kependudukan Ditjen
Dukcapil Kemendagri, Sugiharto, sebagai tersangka. Sugiharto diduga melakukan perbuatan
melawan hukum dan atau penyalahgunaan wewenang yang mengakibatkan kerugian Negara
terkait pengadaan proyek tersebut.

Menurut perhitungan sementara KPK, dugaan nilai kerugian negara dalam kasus ini sekitar Rp
1,12 triliun. KPK menjerat Sugiharto dengan Pasal 2 ayat 1 subsider Pasal 3 Undang-Undang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi juncto Pasal 55 ayat 1 ke-1 juncto Pasal 64 ayat 1 KUHP.
Nilai proyek pengadaan e-KTP 2011-2012 ini mencapai Rp 6 triliun.

Dalam hal kaitannya dengan audit keuangan, Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
maupun KPK perlu mempercepat proses audit. Hal ini bertujuan agar kasus-kasus yang perlu
ditangani oleh KPK maupun BPKP tidak menumpuk, bahkan sampai-sampai kasus tersebut tidak
terselesaikan. KPK perlu membentuk tim khusus dalam menangani kasus ini, sehingga anggota
tim dapat fokus pada satu kasus dan dapat segera menyelesaikannya.

Perlu dilakukan audit secara menyeluruh pada akun kas keluar, yaitu dalam kaitannya
penggunaan dana untuk proyek e-KTP. Apabila ditemukan kejanggalan pada penggunaan dana,
maka auditor perlu melakukan audit menyeluruh terhadap dana yang janggal tersebut.

Dengan mempercepat proses audit, pada akhir proses audit akan diperoleh nominal kerugian
yang menjadi dasar pencarian pihak-pihak yang ikut dalam pembagian hasil korupsi e-KTP.
Setelah jumlah kerugian proyek e-KTP diketahui, maka akan mempercepat penyelesaian kasus
ini. Seperti yang telah tertulis di atas bahwa sampai saat ini tersangka korupsi proyek e-KTP baru
Sugiarto, auditor perlu menafsirkan besar dana yang diterima Sugiarto, apabila ternyata dana
yang diterima Sugiarto lebih kecil dari kerugian total e-KTP, maka dapat disimpulkan masih ada
pihak-pihak lain yang menerima hasil korupsi tersebut. Auditor harus segera mencari kemana
aliran dana hasil korupsi tersebut mengalir.

\
Untuk mengujinya, mari kita analisis apakah unsur-unsur di atas terpenuhi:

1. Apakah menerima suap untuk kemudian memberi opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
terhadap pengelolaan keuangan Ditjen Dukcapil pada 2010 adalah tindakan yang disengaja?

 Jawab: Iya. Bahwa auditor sebagai profesi, memiliki standart dan kode etik profesi, dan setiap
auditor telah dibekali dengan pemahaman dan kewajiban untuk menjalankan kode etik sebagai
auditor. Dalam hal ini auditor BPK telah melanggar Peraturan BPK Nomor 2 Tahun 2011
tentang Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan. Bahwa dalam Peraturan BPK Nomor 2 Tahun
2011 tentang Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan, dalam pasal 2 disebutkan bahwa “Kode
Etik bertujuan untuk memberikan pedoman yang wajib ditaati oleh Anggota BPK, Pemeriksa
dan Pelaksana BPK Lainnya untuk mewujudkan BPK yang berintegritas, independen dan
professional demi kepentingan Negara”. Pasal 9 (2) “….Pemeriksa dan Pelaksana BPK Lainnya
selaku Aparatur Negara dilarang: meminta dan/atau menerima uang, barang, dan/ atau fasilitas
lainnya baik langsung maupun tidak langsung dari pihak yang terkait dengan pemeriksaan”.

2. Apakah menerima suap untuk kemudian memberi opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
terhadap pengelolaan keuangan Ditjen Dukcapil pada 2010 adalah tindakan yang curang?

 Jawab: Iya. Dalam hal ini terdapat perbuatan yang tidak jujur. Masih (merujuk) pada Peraturan
BPK Nomor 2 Tahun 2011 tentang Kode Etik Badan Pemeriksa Keuangan Pasal 9 (2)
“….Pemeriksa dan Pelaksana BPK Lainnya selaku Aparatur Negara dilarang: mengubah temuan
atau memerintahkan untuk mengubah temuan pemeriksaan, opini, kesimpulan, dan rekomendasi
hasil pemeriksaan yang tidak sesuai dengan fakta dan/atau bukti bukti yang diperoleh pada saat
pemeriksaan, opini, kesimpulan, dan rekomendasi hasil pemeriksaan menjadi tidak obyektif; dan
mengubah dan/atau menghilangkan bukti hasil pemeriksaan.”

3. Apakah menerima suap untuk kemudian memberi opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)
terhadap pengelolaan keuangan Ditjen Dukcapil pada 2010 adalah tindakan yang
menguntungkan diri-sendiri/kelompok?

 Jawab: Iya. Bahwa dengan menerima suap adalah tindakan yang menguntungkan sendiri, untuk
memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap pengelolaan keuangan Ditjen
Dukcapil pada 2010, yang tentunya memberikan keuntungan pada pihak lain.

Semua unsur terpenuhi, berarti tindakan Auditor yang menerima suap dalam kasus E-KTP
adalah dapat dikategorikan sebagai tindakan Fraud.

Apakah hal ini dapat digeneralisir, bahwa tindakan menyembunyikan fakta audit saat melakukan
pemeriksaan adalah tindakan fraud? Apabila kita sepakat dengan CGMA, tanpa melihat ukuran
dan kerugian yang ditimbulkan, asalkan ketiga unsur itu terpenuhi, maka suatu tindakan sudah
bisa dikategorikan sebagai Fraud.
Selanjutnya atas tindakan Fraud dalam Audit, dapat disimpulkan berdasarkan atribut-atribut
audit sebagai berikut:

Simpulan audit:

Kondisi: Terdapat indikasi Fraud dalam Audit

Kriteria: Kode Etik dan Standart Audit

Sebab: Auditor tidak menerapkan Kode Etik dan Standart Audit

Akibat: Hasil audit tidak dapat dipertanggungjawabkan,

Rekomendasi: Agar dilaksanakan audit dengan tujuan tertentu atas indikasi Fraud dalam Audit.
Majelis Kehormatan Kode Etik agar menindaklanjuti dugaan pelanggaran kode etik.

Kasus KTP elektronik atau e-KTP telah bergulir sejak 2011. Kini kasus tersebut akan
disidangkan hari ini.

Berdasarkan data yang dihimpun detikcom, Kamis (9/3/2017), kasus e-KTP telah bergulir
selama hampir 6 tahun hingga akhirnya disidangkan oleh PN Tipikor. Selain oleh KPK,
sebenarnya kasus ini pernah diusut oleh Polri dan Kejaksaan Agung.

Megaproyek e-KTP mulanya direncanakan senilai Rp 6,9 triliun. Kemendagri menyiapkan


anggaran sebesar Rp 6 triliun pada 2010 untuk proyek yang direncanakan rampung pada 2012
ini.

Setelah ditenderkan, anggaran e-KTP menjadi Rp 5,9 triliun. Ada 5 korporasi yang menjadi
pemenang tender dalam proyek ini.

KPK menetapkan tersangka pertama untuk kasus e-KTP pada 22 April 2014. Tersangka
pertama itu adalah eks Direktur Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan di Direktorat
Kependudukan dan Catatan Sipil Kemendagri sekaligus Pejabat Pembuat Komitmen (PPK),
Sugiharto.

KPK baru mengumumkan total kerugian negara dalam kasus ini pada 2016, yakni sebesar Rp
2,3 triliun. Dari angka tersebut, sebanyak Rp 250 miliar dikembalikan kepada negara oleh 5
korporasi, 1 konsorsium, dan 14 orang.

Total ada 280 saksi yang dipanggil KPK sebagai saksi terkait dengan skandal e-KTP ini. KPK
lalu menetapkan 1 orang lagi sebagai tersangka, yakni eks Dirjen Dukcapil Kemendagri Irman
pada 30 September 2016.

Kasus ini dilimpahkan oleh KPK ke PN Tipikor pada 1 Maret 2017. Ada 24 ribu lembar berkas
kasus dan 122 halaman dakwaan dalam kasus ini.

PN Tipikor dijadwalkan menyidangkan kasus ini pada pukul 09.00 WIB pagi ini. Akan ada
sejumlah nama besar yang disebutkan dalam dakwaan nantinya.

KPK baru mengumumkan total kerugian negara dalam kasus ini pada 2016, yakni sebesar Rp
2,3 triliun. Dari angka tersebut, sebanyak Rp 250 miliar dikembalikan kepada negara oleh 5
korporasi, 1 konsorsium, dan 14 orang.

Total ada 280 saksi yang dipanggil KPK sebagai saksi terkait dengan skandal e-KTP ini. KPK
lalu menetapkan 1 orang lagi sebagai tersangka, yakni eks Dirjen Dukcapil Kemendagri Irman
pada 30 September 2016.

Kasus ini dilimpahkan oleh KPK ke PN Tipikor pada 1 Maret 2017. Ada 24 ribu lembar berkas
kasus dan 122 halaman dakwaan dalam kasus ini.

PN Tipikor dijadwalkan menyidangkan kasus ini pada pukul 09.00 WIB pagi ini. Akan ada
sejumlah nama besar yang disebutkan dalam dakwaan nantinya.

Anda mungkin juga menyukai