Anda di halaman 1dari 12

SISTEM HUKUM DAN PERADILAN

NASIONAL
DISUSUN OLEH KELOMPOK 4
NAMA : KRISMON SITORUS (15400015)
: AFBRANDO SIPAYUNG (15400001)
: PIKKI ARJUNA GINTING (154000
:RICALDY PURBA (154000
: DANIEL RAJA GUKGUK (154000
: ARISTON SURBAKTI (154000
Kata Pengantar
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Mahakuasa , karena
berkat rahmat dan hidayah- Nya saya dapat menyelesaikan tugas penyusunan
Makalah 1 yang berjudul “ Sistem Hukum dan Peradilan Nasional “.
Tujuan dari penyusunan makalah ini, selain untuk memenuhi salah satu
tugas mata pelajaran PKn, juga saya susun sebagai bahan pembelajaranuntuk
teman – teman yang lain .
Namun di samping itu, saya menyadari betul bahwa dalam makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan dan untuk itu saya mengharapkan kritik dan
saran yang sekiranya membangun dari para pembaca sekalian juga teman –
teman semua agar kekurangan dari “ makalah 1” ini dapat diperbaiki dan menjadi
lebih sempurna , selain untuk melanjutkan ke makalah selanjutnya yaitu “
Makalah 2” juga untuk proses penambahan wawasan kita semua.
BAB 1

PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN HUKUM

Para ahli banyak sekali yang mendeskripsikan tentang pengertian hukum, di bawah ini
Definisi hukum menurut para ahli hukum, antara lain
:
1. Plato
Hukum dilukiskan dalam bukunya Republik. Hukum adalah sistem peraturan-peraturan
yang teratur dan tersusun baik yang mengikat masyarakat.

2. Aristoteles
Hukum hanya sebagai kumpulan peraturan yang tidak hanya mengikat masyarakat tetapi
juga hakim. Undang-undang adalah sesuatu yang berbeda dari bentuk dan isi konstitusi; karena
kedudukan itulah undang-undang mengawasi hakim dalam melaksanakan jabatannya dalam
menghukum orang-orang yang bersalah.

3. Austin
Hukum adalah sebagai peraturan yang diadakan untuk memberi bimbingan kepada
makhluk yang berakal oleh makhluk yang berakal yang berkuasa atasnya (Friedmann, 1993:
149).

4. Bellfoid
Hukum yang berlaku di suatu masyarakat mengatur tata tertib masyarakat itu didasarkan
atas kekuasaan yang ada pada masyarakat.

5. Mr. E.M. Mayers,


Hukum adalah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan ditinjau kepada
tingkah laku manusia dalam masyarakat dan yang menjadi pedoman penguasa-penguasa negara
dalam melakukan tugasnya.

6. Duguit,
Hukum adalah tingkah laku para anggota masyarakat, aturan yang daya penggunaannya
pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan bersama
terhadap orang yang melanggar peraturan itu.

7. Immanuel Kant
Hukum adalah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak dari orang yang satu
dapat menyesuaikan dengan kehendak bebas dari orang lain memenuhi peraturan hukum tentang
Kemerdekaan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan Hukum adalah suatu sistem yang
dibuat manusia untuk membatasi tingkah laku manusia agar tingkah laku manusia dapat
terkontrol , hukum adalah aspek terpenting dalam pelaksanaan atas rangkaian kekuasaan
kelembagaan, Hukum mempunyai tugas untuk menjamin adanya kepastian hukum dalam
masyarakat. Oleh karena itu setiap masyarat berhak untuk mendapat pembelaan didepan
hukum sehingga dapat di artikan bahwa hukum adalah peraturan atau ketentuan-ketentuan
tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur kehidupan masyarakat dan menyediakan sangsi
bagi pelanggarnya.

Tujuan hukum mempunyai sifat universal seperti ketertiban, ketenteraman, kedamaian,


kesejahteraan dan kebahagiaan dalam tata kehidupan bermasyarakat. Dengan adanya hukum
maka tiap perkara dapat di selesaikan melaui proses pengadilan dengan prantara hakim
berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku,selain itu Hukum bertujuan untuk menjaga dan
mencegah agar setiap orang tidak dapat menjadi hakim atas dirinya sendiri.

B. PENGERTIAN SISTEM HUKUM NASIONAL


Sistem hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum di Eropa, hukum
agama, dan hukum adat. Sebagian besar sistem yang dianut mengacu pada hukum Eropa,
khususnya dari Belanda. Hal ini berdasarkan fakta sejarah bahwa Indonesia merupakan bekas
wilayah jajahan Belanda. Hukum agama juga merupakan bagian dari sistem hukum di Indonesia
karena sebagian besar masyarakat Indonesia menganut agama Islam, maka hukum Islam lebih
banyak diterapkan, terutama di bidang perkawinan, kekeluargaan, dan warisan. Sementara
hukum adat merupakan aturan-aturan masyarakat yang dipengaruhi oleh budaya-budaya yang
ada di wilayah Nusantara dan diwariskan secara turun-temurun.
Hukum secara umum dapat dibagi menjadi dua, yaitu Hukum Publik dan Hukum Privat. Hukum
pidana merupakan hukum publik, artinya bahwa Hukum pidana mengatur hubungan antara
para individu dengan masyarakat serta hanya diterapkan bilamana masyarakat itu benar-benar
memerlukan.
Van Hamel antara lain menyatakan bahwa Hukum Pidana telah berkembang menjadi Hukum
Publik, dimana pelaksanaannya sepenuhnya berada di dalam tangan negara, dengan sedikit
pengecualian. Pengeualiannya adalah terhadap delik-delik aduan (klacht-delicht). Yang
memerlukan adanya suatu pengaduan (klacht) terlebih dahulu dari pihak yang dirugikan agar
negara dapat menerapkannya.
PENGGOLONGAN HUKUM

Hukum dapat dibedakan / digolongkan / dibagi menurut bentuk, sifat, sumber, tempat
berlaku, isi dan cara mempertahankannya.

Menurut bentuknya, hukum itu dibagi menjadi :


1. Hukum Tertulis,
Hukum tertulis adalah hukum yang dituliskan atau dicantumkan dalam perundang-
undangan. COntoh : hukum pidana dituliskan pada KUHPidana, hukum perdata dicantumkan
pada KUHPerdata.

2. Hukum Tidak Tertulis


Hukum tidak tertulis adalah hukum yang tidak dituliskan atau tidak dicantumkan dalam
perundang-undangan. Contoh : hukum adat tidak dituliskan atau tidak dicantumkan pada
perundang-undangan tetapi dipatuhi oleh daerah tertentu.

Hukum tertulis sendiri masih dibagi menjadi dua, yakni hukum tertulis yang
dikodifikasikan dan yang tidak dikodifikasikan. Dikodifikasikan artinya hukum tersebut
dibukukan dalam lembaran negara dan diundangkan atau diumumkan. Indonesia menganut
hukum tertulis yang dikodifikasi. Kelebihannya adalah adanya kepastian hukum dan
penyederhanaan hukum serta kesatuan hukum. Kekurangannya adalah hukum tersebut bila
dikonotasikan bergeraknya lambat atau tidak dapat mengikuti hal-hal yang terus bergerak maju.

Menurut isinya, hukum itu dibagi menjadi :

1. Hukum Privat (Hukum Sipil),


Hukum privat adalah hukum yang mengatur hubungan antara perseorangan dan orang
yang lain. Dapat dikatakan hukum yang mengatur hubungan antara warganegara dengan
warganegara. Contoh : Hukum Perdata dan Hukum Dagang. Tetap dalam arti sempit hukum sipil
disebut juga hukum perdata.
2. Hukum Negara (Hukum Publik)
Hukum negara dibedakan menjadi hukum pidana, tata negara dan administrasi negara.
a. Hukum Pidana
Hukum pidana adalah hukum yang mengatur hubungan antara warganegara dengan
negara
b. Hukum Tata Negara
Hukum tata negara adalah hukum yang mengatur hubungan antara warganegara dengan
alat perlengkapan negara.
c. Hukum Administrasi Negara
Hukum administrasi negara adalah hukum yang mengatur hubungan antar alat
perlengkapan negara, hubungan pemerintah pusat dengan daerah.
C. Tata urutan sumber- hukum dan Macam - macam hukum di Indonesia :

1. Sumber-sumber hukum di Indonesia


Menurut Undang-undang No. 10/2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan, berikut adalah tata urutan sumber-sumber hukum di Republik Indonesia:
1. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 beserta Amandemennya
2. Undang-undang / Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang
3. Peraturan Pemerintah
4. Penetapan Presiden
5. Peraturan Daerah, yang dapat dibagi menjadi: Peraturan Daerah Provinsi (Tingkat I),
Peraturan Daerah Kabupaten/Kota (Tingkat II), Peraturan Daerah Desa.
Beberapa pakar secara umum membedakan sumber-sumber hukum yang termasuk
kedalam beberapa kriteria yaitu :

•Sumber hukum materiil Menurut Sudikno Mertokusumo


Sumber Hukum Materiil adalah tempat dari mana materiil itu diambil. Sumber hukum
materiil ini merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum, misalnya hubungan social,
hubungan kekuatan politik, situasi social ekonomis, tradisi (pandangan keagamaan, kesusilaan),
hasil penelitian ilmiah (kriminologi, lalulintas), perkembangan internasional, keadaan geografis,
dll

• Sumber hukum formal


Sumber hukum formal adalah sumber hukum secara langsung dapat dibentuk hukum
yang akan mengikat masyarakatnya. Dinamakan dengan sumber hukum formal karena semata-
mata mengingat cara untuk mana timbul hukum positif, dan bentuk dalam mana timbul hukum
positif, dengan tidak lagi mempersoalkan asal-usul dari isi aturan-aturan hukum tersebut.

Yang termasuk Sumber-sumber Hukum Formal adalah :


a. Undang-undang
Undang-undang dapat dibedakan atas :
1) Undang-undang dalam arti formal, yaitu keputusan penguasa yang dilihat dari bentuk dan cara
terjadinya sehingga disebut undang-undang. Jadi undang-undang dalam arti formal tidak lain
merupakan ketetapan penguasa yang memperoleh sebutan undang-undang karena cara
pembentukannya.
2) Undang-undang dalam arti materiil, yaitu keputusan atau ketetapan penguasa, yang dilihat dari
isinya dinamai undang-undang dan mengikat setiap orang secara umum.

b. Kebiasaan; Dasarnya : Pasal 27 Undang-undang No. 14 tahun 1970 tentang Pokok-pokok


Kekuasaan Kehakiman di Indonesia mengatur bahwa: hakim sebagai penegak hukum dan
keadilan wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat.

c. Traktat atau Perjanjian Internasional; Perjanjian Internasional atau traktat juga merupakan
salah satu sumber hukum dalam arti formal. Dikatakan demikian oleh karena treaty itu harus
memenuhi persyaratan formal tertentu agar dapat diterima sebagai treaty atau perjanjian
internasional.

2. Macam-macam hukum di Indonesia :

a. Hukum perdata Indonesia.


. Hukum perdata disebut pula hukum privat atau hukum sipil sebagai lawan dari hukum
publik. Jika hukum publik mengatur hal-hal yang berkaitan dengan negara serta kepentingan
umum (misalnya politik dan pemilu (hukum tata negara), kegiatan pemerintahan sehari-hari
(hukum administrasi atau tata usaha negara), kejahatan (hukum pidana), maka hukum perdata
mengatur hubungan antara penduduk atau warga negara sehari-hari, seperti misalnya
kedewasaan seseorang, perkawinan, perceraian, kematian, pewarisan, harta benda, kegiatan
usaha dan tindakan-tindakan yang bersifat perdata lainnya.

b. Hukum pidana Indonesia


Hukum pidana merupakan bagian dari hukum publik.Hukum pidana terbagi menjadi dua
bagian, yaitu hukum pidana materiil dan hukum pidana formil.Hukum pidana materiil mengatur
tentang penentuan tindak pidana, pelaku tindak pidana, dan pidana (sanksi). Di Indonesia,
pengaturan hukum pidana materiil diatur dalam kitab undang-undang hukum pidana (KUHP).
Hukum pidana formil mengatur tentang pelaksanaan hukum pidana materiil. Di Indonesia,
pengaturan hukum pidana formil telah disahkan dengan UU nomor 8 tahun 1981 tentang hukum
acara pidana (KUHAP).

c. Hukum tata Negara


Hukum tata negara adalah hukum yang mengatur tentang negara, yaitu antara lain dasar
pendirian, struktur kelembagaan, pembentukan lembaga-lembaga negara, hubungan hukum (hak
dan kewajiban) antar lembaga negara, wilayah dan warga negara. Hukum tata negara mengatur
mengenai negara dalam keadaan diam artinya bukan mengenai suatu keadaan nyata dari suatu
negara tertentu (sistem pemerintahan, sistem pemilu, dll dari negara tertentu) tetapi lebih pada
negara dalam arti luas.Hukum ini membicarakan negara dalam arti yang abstrak.

d. Hukum tata usaha (administrasi) Negara


Hukum tata usaha (administrasi) negara adalah hukum yang mengatur kegiatan
administrasi negara. Yaitu hukum yang mengatur tata pelaksanaan pemerintah dalam
menjalankan tugasnya .hukum administarasi negara memiliki kemiripan dengan hukum tata
negara.kesamaanya terletak dalam hal kebijakan pemerintah ,sedangkan dalam hal perbedaan
hukum tata negara lebih mengacu kepada fungsi konstitusi/hukum dasar yang digunakan oleh
suatu negara dalam hal pengaturan kebijakan pemerintah,untuk hukum administrasi negara
dimana negara dalam “keadaan yang bergerak”. Hukum tata usaha negara juga sering disebut
HTN dalam arti sempit.
D. SISTEM PERADILAN INDONESIA

Lembaga Peradilan
Menurut UU No. 14 Tahun 1970, tugas pokok badan-badan peradilan adalah menerima,
memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara-perkara yang diajukan kepadanya.
Menurut UUD 1945 Pasal 24 ayat 2, kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah mahkamah
Agung dan badan-badan peradilan yang berada dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum,
lingkungan peradilan agama, lingkungan militer dan lingkungan peradilan tata usaha Negara dan
sebuah mahkamah konstitusi.
Pengadilan umum terdiri dari Pengadilan negeri dan Pengadilan tinggi diatur dalam UU Darurat
No. 1 Tahun 1951 dan UU No. 13 Tahun 1965 tentang peradilan umum dan mahkamah agung.
Sedangkan Mahkamah Agung diatur pula dalam UU No.14 Tahun 1970 tentang ketentuan-
ketentuan pokok kekuasaan kehakiman.

A. Mahkamah Agung
Mahkamah Agung (MA) adalah lembaga tinggi yang memegang kekuasaan kehakiman di
dalam negara Republik Indonesia. Dalam trias politika, MA mewakili kekuasan yudikatif. Sesuai
dengan UUD 1945 (Perubahan Ketiga), kekuasaan kehakiman di Indonesia dilakukan oleh
Mahkamah Agung dan Mahkamah Konstitusi. Mahkamah Agung membawahi badan peradilan
dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer,
lingkungan peradilan tata usaha negara.

Tugas dan Wewenang


Menurut Undang-Undang Dasar 1945, kewajiban dan Wewenang MA adalah:
a. Berwenang mengadili pada tingkat kasasi, menguji peraturan perundang-undangan di
bawah Undang-Undang, dan mempunyai wewenang lainnya yang diberikan oleh Undang-
Undang
b. Mengajukan tiga orang anggota Hakim Konstitusi
c.Memberikan pertimbangan dalam hal Presiden member grasi dan rehabilitasi
Fungsi Sistem Peradilan
a. fungsi peradilan
1. Sebagai Pengadilan Negara Tertinggi, Mahkamah Agung merupakan pengadilan kasasi yang
bertugas membina keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi dan peninjauan
kembali menjaga agar semua hukum dan undang-undang diseluruh wilayah negara RI diterapkan
secara adil, tepat dan benar.

2. Disamping tugasnya sebagai Pengadilan Kasasi, Mahkamah Agung berwenang memeriksa


dan memutuskan pada tingkat pertama dan terakhir
- permohonan peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum
tetap (Pasal 28, 29,30,33 dan 34 Undang-undang Mahkamah Agung No. 14 Tahun 1985)
- semua sengketa tentang kewenangan mengadili.
- semua sengketa yang timbul karena perampasan kapal asing dan muatannya oleh kapal
perang Republik Indonesia berdasarkan peraturan yang berlaku (Pasal 33 dan Pasal 78 Undang-
undang Mahkamah Agung No 14 Tahun 1985)

3. Erat kaitannya dengan fungsi peradilan ialah hak uji materiil, yaitu wewenang
menguji/menilai secara materiil peraturan perundangan dibawah Undang-undang tentang hal
apakah suatu peraturan ditinjau dari isinya (materinya) bertentangan dengan peraturan dari
tingkat yang lebih tinggi (Pasal 31 Undang-undang Mahkamah Agung Nomor 14 Tahun 1985).

b. Fungsi Pengawasan
Mahkamah Agung melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya peradilan di
semua lingkungan peradilan dengan tujuan agar peradilan yang dilakukan Pengadilan-pengadilan
diselenggarakan dengan seksama dan wajar dengan berpedoman pada azas peradilan yang
sederhana, cepat dan biaya ringan, tanpa mengurangi kebebasan Hakim dalam memeriksa dan
memutuskan perkara (Pasal 4 dan Pasal 10 Undang-undang Ketentuan Pokok Kekuasaan Nomor
14 Tahun 1970).

c. Fungsi mengatur
Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang diperlukan bagi kelancaran
penyelenggaraan peradilan apabila terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam Undang-
undang tentang Mahkamah Agung sebagai pelengkap untuk mengisi kekurangan atau
kekosongan hukum yang diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan (Pasal 27
Undang-undang No.14 Tahun 1970, Pasal 79 Undang-undang No.14 Tahun 1985).
BAB III

KESIMPULAN , SARAN DAN PENUTUP


Kesimpulan
Hukum merupakan peraturan didalam negara yang bersifat mengikat dan
memaksa setiap warga Negara untuk menaatinya. Jadi, sistem hukum adalah
keseluruhan aturan tentang apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang
seharusnya tidak dilakukan oleh manusia yang mengikat dan terpadu dari satuan
kegiatan satu sama lain untuk mencapai tujuan.

Saran
Agar sistem hukum nasional benar-benar terarah untuk meningkatkan kualitas
kehidupan masyarakat dan pembangunan yang berkelanjutan maka perlu adanya
kesatuan sistem hukum yang memadai dalam masing-masing sistem dan adanya
pengawasan independen yang berkualitas dan berintegritas dalam rangka
menciptakan kekuasaan kehakiman yang bebas dan mandiri “Demi Keadilan Sosial
berdasarkan Ketuhanan yang Maha Esa.

 Penutup

Dengan demikian , mungkin hanya ini yang dapat saya sampaikan , saya mohon
maaf kepada para pembaca terutama kepada guru Pembimbing dan teman –
teman semua, apabila ada kesalahan penulisan kata dan ketidaksesuaian materi
pada makalah yang telah saya susun. Saya juga berharap kepada guru
Pembimbing dan teman – teman semua akan kritik dan saran agar kekurangan
dalam makalah ini dapat diperbaiki dan menjadi lebih sempurna untuk proses
penambahan wawasan kita semua.
Daftar Pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Hukum_Indonesia

http://www.pn-yogyakota.go.id/pnyk/pengertian-peradilan.html

http://just-alfin.blogspot.com/2012/03/peranan-lembaga-lembaga-peradilan.html

Anda mungkin juga menyukai