Anda di halaman 1dari 3

Bapakku Pahlawanku

Karya:Fitri handayani
Pada suatu hari....di sebuah Desa,tinggal sebuah keluarga. Mereka tinggal di rumah
yang sangat sederhana. Yang hanya terbuat dari papan dan atap rumah mereka
terbuat dari seng yang sudah berkarat.
Pak karto adalah tulang punggung dalam keluarga tersebut, dan Ibu Mariam adalah
istrinya,serta kedua anak perempuannya. Sekarang mereka telah tumbuh menjadi
gadis-gadis yang cantik.
Bunga adalah anak sulung Pak Karto. Ia bekerja di sebuah Toko baju yang berada di
pasar.
Sedangkan Bela adalah anak bungsu Pak Karto. Ia masih duduk di bangku SMA.
Pagi yang cerah...Terdengar suara Bela memanggil Pak Karto.
“Bapak...Bapak...Bapak”( Bela memanggil pak karto dengan suara keras).
“iya Bela ada apa kamu memanggil Bapak?”
“Bela minta uang Pak?
“untuk apa nak?”
“Bela mau beli sepatu baru.”
“memangnya sepatu kamu kenapa nak?”
“Enggak papa Pak, tapi Bela mau beli sepatu baru seperti teman-teman Bela yang
lain.Mereka aja pakai sepatu-sepatu mahal. Bela enggak mau kalah Pak sama
mereka.”
“Udah deh Pak enggak usah basa-basi, buruan mana uangnya?”(Bela berbicara
dengan
nada membentak dan menadahkan tangan)
“Bapak belum punya uang nak, nanti jika Bapak sudah dapat uang dari hasil
memulung,
inshaa allah bapak belikan ‘’
“kelamaan pak, bela maunya sekarang’’
“tapi sekarang bapak belum punya uang nak”
“Bapak jadi orang tua gak berguna banget sih. Engga bisa memenuhi kemauan
anaknya
sendiri. Bela capek Pak hidup miskin. Bela pengen jadi orang kaya, bukan mlarat
kayak
gini.”
“Maafkan Bapak nak belum bisa membuat kalian bahagia. Kamu harus kuat ya nak,
mungkin ini cobaan dari tuhan untuk keluarga kita.”
“Udahlah Pak gak usah ceramahin Bela. Bela mau pergi aja dari sini.”
“Dubrrraakk.”(Bela menutup pintu dengan keras)
Saat itu Bu Mariam hanya bisa menangis di atas kasur lusuh. Ia tidak bisa berbuat
apa-apa, karena penyakitnya. Bu Mariam menderita penyakit stroke selama dua tahun
terakhir.
Setelah kejadian itu, Pak Karto lebih giat mengumpulkan botol-botol dan kaleng
bekas yang lebih banyak lagi, agar dia dapat membelikan sepatu yang diinginkan
putrinya.
walaupun dengan umur yang tidak muda lagi dan penyakit lambung yang di deritanya,
Pak Karto tidak pernah menyerah untuk terus bekerja, demi anak dan istrinya.
Pada siang itu...ia berjalan menuju sekolahan Bela. Dengan membawa sebungkus
nasi yang di bungkus daun pisang dan aqua gelas(Pak Karto berjalan dengan langkah
gemetar karena kehujanan)
Sesampainya disana, ia melihat Bela dan kawan-kawannya sedang di kantin
sekolah.
Pak Karto bergegas menghampiri mereka.
“Bela”
“Bapak”. (Bela berbicara dalam hati)
“Dia siapa Bela?. (tanya Rara teman Bela)
“gak tau. Gue aja gak kenal dia siapa.”
“Bela...Ini Bapak Bela.Bapak membawa makanan kesukaan kamu.” (Pak Karto
menyodorkan makanan tersebut kepada Bela).
“Ih apaan sih, sayakan udah bilang sama Bapak, kalo saya gak kenal sama Bapak.”
“Ini Bapak, Bela...”(Pak Karto memegang tangan Bela).
“Lepasin gue, cepat pergi dari sini.”
“Bruuukk.”(Bela mendorong Pak Karto hingga terjatuh ke tanah).
Kemudian dia menarik tangan Pak Karto dan membawanya pergi jauh dari teman-
temannya.Setelah itu Bela memarahi Pak Karto.
“Bapak kenapa sih datang ke sekolah Bela?”(Bela bertanya dengan wajah marah).
“Bapak cuma mau mengantar makanan untuk kamu nak.”
“Gak perlu Pak, Bela enggak suka Bapak datang lagi ke sekolah Bela.”
“Memangnya kenapa nak?”
“Bela malu Pak, punya Bapak seorang pemulung.”
“Maafkan Bapak nak. Jika itu yang kamu mau, Bapak tidak akan kesini lagi.”
‘’Memang seharusnya seperti itu. ‘’(Bela pergi meninggalkan pak karto)
pada saat itu pak karto tidak sadar bahwa tangannya terluka, karna tergores batu.
Ia menangis betapa kejam perbuatan anaknya. Anak yang telah ia rawat sejak kecil.
pada pagi hari yang cerah Pak karto kembali memulung di jalanan yang sama.
Tetapi kali ini, ia di temani bunga anak sulungnya yang hendak pergi ke pasar.
Saat itu ia melihat Bela sedang menyebrang dari jalan menuju cafe di depannya. Tiba
tiba ada sebuah mobil sedan yang melaju kencang akan menabrak Bela.
‘’Belaaaaaa...... awas.’’(suara Pak karto dengan nada keras dan lari menuju ke arah
Bela).
Pak Karto mendorong Bela.
‘’Gubraaakkkkk.....’’tubuh Pak karto terbaring di jalan dengan penuh darah yang
terus mengalir, sedangkan Bela matanya terluka karena terbentur oleh batu, yang
membuat ia buta.
‘’Bapakkkkkkk’’ (Bunga berteriak sangat keras dan lari ke arah bapaknya)
saat kejadian itu, Bela dan Bunga ada di samping pak Karto.
‘’Pak, Bela minta maaf, Bela menyesal udah jahat sama bapak. Bela janji pak, Bela
akan berubah demi bapak.
‘’Bela, bapak sudah memaafkanmu. Jadilah anak yang tangguh nak, kelain harus
berjanji untuk menjaga Ibu. Jika bapak tidak ada, ambil saja mata bapak nak, untuk
kamu Bela.
Bapak tau kamu terluka ‘’(dengan suara terbata bata)
‘’ Bapak enggak boleh bicara seperti itu. Bela yakin bapak pasti bisa bertahan.’’
Setelah itu Pak Karto menutup matanya dan pergi untuk selama lamanya. Akhirnya
Bela menyesali perbutannya dan meminta maaf kepada Ibu dan Kakak nya. Mata Belah
telah di angkat dan diganti dengan mata Bapaknya (Pak karto). Ia kembali dapat
melihat dunia dan menangis karna teringat perbutan jahat kepada bapaknya di
masalalu. Sekarang Bela sadar...
‘’BAPAKU ADALAH PAHLAWANKU.”
TAMAT.

Editor:I Gusti ayu


niken

Anda mungkin juga menyukai