Kelompok IV
Nama Kelompok :
i
Program Non Reguler
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Udayana
2017
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
ii
Visi Universitas Udayana
Menjadi lembaga pendidikan tinggi yang menghasilkan
sumberdaya manusia unggul, mandiri dan berbudaya.
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
tersebut. Kalau pada jaman dulu informasi disebarluaskan dari mulut ke
mulut, kemudian melalui radio, surat kabar, televisi dan meida lainnya
maka sekarang dengan kemajuan di bidang teknologi informasi ada
beberapa sarana baru yang lebih mempercepat penyebarluasan
informasi. Secara umum SIM merupakan kebutuhan setiap organisasi. Hal
ini disebabkan karena data yang disimpan suatu organisasi harus selalu
diperbarui dan ditambah, sehingga keberadaannya dapat membantu
memberikan keputusan dengan cepat. Untuk bidang pariwisata maka SIM
dapat digunakan untuk mengelola data yang dapat dimanfaatkan oleh
wisatawan, industri pariwisata maupun pemerintah. Data pariwisata yang
banyak dan selalu bertambah membutuhkan pengelolaan yang tepat.
Keberadaan sistem informasi manajemen yang terintegrasi dengan baik
disertai dengan dukungan sistem komputer akan sangat membantu
pengelolaan data pariwisata.
.
2
2. Untuk mengetahui bagimana system informasi pemasaran
pariwisata
3. Untuk mengetahui mengenai system perencanaan
4. Untuk mengetahui system evaluasi pemasaran
3
BAB II
PEMBAHASAN
Tourist Information Center (TIC) juga dapat diartikan sebagai pusat informasi
pariwisata yang memberikan informasi kepada wisatawan mengenai lokasi, atraksi,
penginapan, pusat hiburan, peta dan segala sesuatu mengenai pariwisata di daerah tersebut.
Biasanya pusat-pusat informasi pariwisata ini berlokasi di bandara, tempat-tempat wisata
yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta (Suwintari, 2012:14). Pengelolaan TIC yang
dilakukan baik oleh pemerintah maupun oleh swasta, adalah ditujukan untuk menyediakan
informasi yang akurat kepada wisatawan mengenai segala potensi pariwisata yang dapat
memudahkan wisatawan untuk mengetahui objek wisata dan kegiatan/event kepariwisataan.
4
2. Fungsi Orientasi dan Peningkatan Kunjungan
Fungsi ini menekankan pada kualitas pengalaman bagi pengunjung. TIC perlu
memberikan tampilan, yang menunjukkan lokasi baru dan umumnya
menginformasikan pengunjung tentang fitur dari wilayah untuk mempromosikan
perilaku yang bertanggung jawab. Hal ini adalah sebuah kesungguhan yang bukan
hanya sekedar merangsang permintaan dan melibatkan apresiasi bahwa permintaan
adalah sensitif terhadap prinsip-prinsip perilaku pariwisata yang berkelanjutan.
4. Fungsi Substitusi
TIC harus bisa menjadi pengganti daya tarik wisata atau setidaknya menjadi daya
tarik besar dalam dirinya sendiri. TIC menekankan fungsi ini sering disebut sebagai
pusat penafsiran atau lebih sederhananya diberi label sebagai tempat wisata.
Pergantian fungsi sangat penting ketika sejumlah besar pengunjung yang lemah, sakit
fisik atau kurang pengetahuan untuk mengakses dan memahami sumber dayanya.
5. Fungsi Tambahan
TIC dapat bertindak sebagai fasilitas masyarakat untuk berbagai kegiatan budaya dan
sosial lokal, terutama dimana ruangnya berisi ruang teater atau pertemuan.
Selanjutnya, dapat dikatakan bahwa
fungsinya lebih simbolis dari sebuah
Visitor Center dan makna dari suatu
kota atau situs untuk pariwisata
adalah alasan utama untuk
keberadaan TIC tersebut.
5
Tersedianya informasi pariwisata secara akurat tidak lepas dari bagaimana pemerintah
maupun swasta menerapkan fungsi manajemen dalam mencapai tujuannya. Fungsi
manajemen adalah suatu bentuk kerja yang melekat dalam proses manajemen yang akan
menjadi acuan dalam melakukan pekerjaan mengandung unsur yaitu :
mengenai suatu objek wisata, kawasan wisata ataupun wahana - wahana di suatu
objek/kawasan wisata. Sistem ini juga menyajikan tentang beberapa informasi yang
Asosiasi pariwisata
Brosur, newsletter
Wisatawan lainnya
(Marketing Information System atau disingkat MIS) ini sangat penting. Sebab
6
perilaku calon wisatawan sangat dinamis perkembangannya dari waktu ke waktu.
Jika didefinisikan dalam arti yang luas, sistem informasi pemasaran adalah
tersebut.
Sistem informasi ini merupakan gabungan dari keputusan yang berkaitan dengan:
1. Produk (Product) adalah tawaran untuk memuaskan kebutuhan dari perusahaan.
Tawaran ini dapat berbentuk barang, jasa, atau campuran keduanya. Produk
menggambarkan bagaimana perusahaan menciptakan produk yang tepat untuk pasar
sasaran. Berkaitan dengan produk adalah pemberian merek, pengemasan, jaminan,
pengembangan produk baru, kualitas produk dan lini produk yang ada.
4. Harga (Price) adalah sejumlah uang yang perlu dibayarkan konsumen untuk mendapatkan
tawaran perusahaan. Jika perusahaan melihat harga sebagai pendapatan, maka konsumen
melihat harga sebagai biaya.Yang perlu diperhatikan adalah tujuan penetapan harga,
kebijakan harga yang digunakan, dan bagaimana menetapkan harga di dunia bisnis.
Sistem informasi pemasaran dapat juga diartikan sebagai suatu struktur yang
7
untuk mengumpulkan, mensortir, menganalisis, mengevaluasi dan mendistribusikan
informasi yang dibutuhkan, secara tepat waktu, dan akurat kepada pengambil keputusan
Pariwisata adalah salah satu sektor yang merupakan industri multiproduk dimana
Akomodasi, restoran, daya tarik, penerbangan, toko cinderamata, biro perjalanan, dan
dapat berpikir dan bertindak dengan cara tertentu. Pemasaran pariwisata melibatkan
hiburan, restoran, gerai ritel, dan operator yang masuk (incoming operator).
8
produk/jasa pariwisata termasuk sistem distribusi global, internet, komunikasi elektronik,
pembuatan tiket, dan transfer biaya. Efisiensi dan efektifitas diperoleh dengan
operasional, khususnya di sektor hotel dan catering (yaitu manajemen hasil), kemajuan
dan kenikmatan, dan daya tarik wisata dengan menggunakan teknologi canggih dalam
menunjang pemasaran pariwisata yang low cost high impact sehingga dapat memberikan
keuntungan yang besar terhadap industri pariwisata. Selain itu, terdapat beberapa
Dengan perkembangan dan perubahan yang kian dinamis inilah, keputusan harus
dapat cepat diambil untuk menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi. Skema sistem
informasi.
9
3. Faktor Lingkungan yang mempengaruhi pemasaran.
10
Karena dalam kepariwisataan perencanaan tidak lepas dari segala aspek
yang berhubungan dengan pariwisata, dengan demikian perencanaan
kepariwisataan mencakup seluruh jaringan yang berkaitan dengan
pariwisata yaitu diantarnya adalah :
1. Kalangan pemerintah (vertikal maupun horizontal).
2. Para pelaku usaha pariwisata.
3. Masyarakat umum.
11
2. Pariwisata makin
kompetitif dan promosi
destinasi wisata makin
gencar
3. Pariwisata bisa
berakibat buruk pada
sumberdaya alam dan
budaya jika kurang tepat pengelolaannya
12
1. Persiapan studi adalah awalan bagi badan perencana di bawah
pemerintahan daerah memutuskan atau melakukan study dan
menyusun acuan kerja atau organisasi.
2. Penentuan sasaran, merumuskan maksud pokok memrakarsai studi,
misalnya untuk menunjang pengembangan pariwisata kota dalam
rangka meraih manfaat ekonomi (yang terukur) dan lingkungan kota
serta manfaat bagi penduduk kota melalui menciptakan lapangan
kerja dan memperluas pelayanan bagi penduduk maupun
wisatawan.
3. Segi semua elemen, menghimpun ragam sumberdaya pariwisata
dan perkembangan daerah maupun ekonomi kepariwisataan. Untuk
itu perlu dikumpulkan data
perihal kebutuhan pariwisata
kota ( misalnya : karakteristik
wisatawan, pola perjalanan, dan
kecenderungannya) dan
ketersediaan sumber daya
kepariwisataan (misalnya : daya
tarik, akomodasi, fasilitas,
prasarana, struktur ekonomi
pariwisata, dan lingkungan) serta
penilaian kemungkinan tentang
penanaman modal bagi perkembangan dimasa depan.
4. Analisis dan sintesis temuan temuan, mengacu pada proses analisis
informasi yang diperoleh dari hasil penyigian sebagai dasar
perumusan rencana.
5. Rumusan kebijakan dan rencana, menyususun draft rencana
pengembangan berdasarkan pilihan kebijakan pariwisata.
6. Dasar pertimbangan usulan, adalah tahap perencanaan seluruhnya
diajukan kepada komisi perencanaan pemerintah daerah untuk
dikaji dan memperoleh masukan. Diskusi berlangsung antara
penyusun rencana dan komisi perencanaan pemerintah dapat juga
13
dilakukan konsultasi kepada pihak-pihak lain yang mempunyai
perhatin.
7. Pelaksanaan dan pemantauan rencana, tahap rencana diwujudkan
dalam tindakan, kegagalan baru disadari saat proses berjalan maka
dari itu pelu diadakan pemantauan.
8. Tinjauan berkala, mengacu pada proses pelaporan balik atas
kemajuan rencana dan tahap studi persiapan sering perlu dilakukan
lagi. Kegagalan rencana di tahap ini sering
diakibatkan oleh :
a. Kegagalan membangkitkan minat
pengembang.
b. Ketidak mampuan membuat aturan yang
diperlukan untuk proses pengembangan lahan.
c. Kegagalan koordinasi sektor publik dan
swasta.
d. Kelangkaan anggaran sektor publik untuk
melaksanakan rencana keseluruhan.
e. Ketersediaan sarana prasarana angkutan yang
tidak memadai.
f. Ketidakmampuan memahami oposisi
masayarakat atas pengembangan
pariwisata yang dapat menunda rencana.
14
8. Tentukan zona tujuan yang cocok bagi pangsa pasar.
9. Tetapkan gabungan zona destinasi untuk kepentingan kombinasi
pasar.
15
Standar pelayanan pariwisata tingkat nasional
Tingkat regional
16
Keseluruhan proses tersebut bermuara pada pencapaian tujuan untuk meningkatkan
frekuensi terjadinya transaksi pariwisata bagi suatu Negara/masyarakat tertentu yang
berbeda-beda, sesuai dengan tujuan filosofi dari (pembangunan) bangsa/Negara itu sendiri.
Selain itu, terdapat batasan pemasaran wisata yang digunakan sebagai penyesuaian yang
sistematis dan terkoordinasi mengenai kebijakan dari badan-badan usaha wisata maupun
kebijakan dalam sektor pariwisata pada tingkat pemerintah, lokal, regional, nasional dan
internasional, guna mencapai suatu titik kepuasan optimal bagi kebutuhan-kebutuhan
kelompok pelanggan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya, sekaligus untuk mencapai
tingkat keuntungan yang memadai (Krippendorf dalam Wahab, 1992).
4. Memantapkan dan memacu porsi pasar dalam menghadapi persaingan pada bidang
pariwisata.
17
Permintaan wisata tidak menggambarkan sekelompok
homogeny orang-orang yang sedang berusaha bepergian setelah
terdorong oleh motivasi tertentu. Perbedaan struktur permintaan
wisata ini tidak mengikuti suatu pola sistematis yang didasarkan
pada kebangsaan, tempat kediaman, jabatan, susunan
keluarga/tingkat sosial, atau tingkat umur dan jenis kelamin.
18
pelabuhan udara, kereta api, angkutan darat lainnya, dan
pelabuhan laut.
d. Sarana pelengkap yang bersifat rekreatif dan hiburan.
e. Pola hidup masyarakat yang sudah menjadi khas wisata
yang sangat penting, seperti cara hidup bangsa dan
pandangan hidup.
19
d. Pemberian rabata selama jangka waktu tertentu biasanya diberikan
pada waktu promosi.
e. Pemberian hadiah, khusus selama waktu promosi, misalnya karcis
bebas untuk atraksi di daerah pariwisata dan sebagainya.
20
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
21
DAFTAR PUSTAKA
22