SOSIAL EKONOMI
TIM :
NUR AMIRAH
IRMA PRIYANA
HILDA
NENING
DITYA KHOIRUNISA
M asyari
FERDIAN
Aprir sabana
Resni
Riska
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pelayanan keperawatan di masa mendatang harus mengutamakan kebutuhan konsumen atau klien (
consumen minded ). Hal ini didasarkan pada kecenderungan perubahan saat ini dan
persaingan yang semakin ketat. Oleh karena itu, praktik keperawatan yang professional
harus dapat dijadikan sebagai indicator penting agar kebutuhan masyarakat
akan pelayanan kesehatan terpenuhi.
Dimensi etis ekonomi banyak yang mempertanyakan kualitas perawatan. Salah satu
contohnya dari sudut keadilan atau justis, klien sebagai manusia memiliki hak untuk
mendapatkan perawatan berkualitas tanpa memandang status ekonomi, kebangsaan, ras, dan
sebagainya. Sedangkan keperawatan professional berkewajiban untuk memastikan bahwa
layanan keperawatan benar-benar berkualitas.
B. Tujuan
Mengetahui tinjauan kesehatan dari aspek social ekonomi
BAB 2
PEMBAHASAN
Terdapat kaitan yang sangat siginifikan dan tidak dapat dipisahkan antara ekonomi dan
kesehatan. Bidang ekonomi akan mendukung keberhasilan kesehatan, dalam hal ini menyediakan
sarana dan prasarana yang mutlak dibutuhkan bagi kemajuan bidang kesehatan. Apabila
pendapatan baik negara maupun keluarga meningkat karena keberhasilan pembangunan bidang
ekonomi maka akan dapat menyediakan dana yang cukup untuk membangun fasilitas kesehatan
serta meningkatkan kemampuan membeli pelayanan kesehatan.
Masyarakat miskin biasanya rentan terhadap penyakir dan mudah terjadi penularan
penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan lingkungan, perumahan yang
saling berhimpitan, serta pengetahuan terhadap kesehatan dan pendidikan yang umumnya rendah.
Derajat kesehatan masyarakat miskin yang masih rendah tersebut diakibatkan karena sulitnya
akses terhadap pelayanan kesehatan. Kesulitan akses kesehatan ini dipengaruhi oleh berbagai
factor seperti tidak adanya kemampuan secara ekonomi dikarenakan biaya kesehatan memang
mahal. Peningkatan biaya kesehatan yang diakibatkan oleh berbagai factor seperti perubahan pola
penyakit, perkembangan teknologi kesehatan dan kedokteran, pola bembiayaan kesehatan
berbasis pembayaran out of pocket, kondisi geografis yang sulit dijangkau sarana kesehatan.
Aspek ekonomi seperti pendapatan merupakan syarat utama untuk dapat menikmati fasilitas
kesehatan dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat. Faktorfaktor yang mempengaruhi
tingkat kesehatan antara lain, tersedianya sarana kesehatan, keadaan lingkungan yang memadai,
dan mutu makanan yang di konsumsi. Penanganan faktor tersebut harus dilakukan terarah dan
terpadu dengan memperhatikan kondisi sosial ekonomi yang berkaitan (Rahmi, 2008). Keadaan
faktor sosial ekonomi juga berpengaruh dalam memanfaatkan fasilitas kesehatan yang tersedia,
seperti pendidikan, pekerjaan dan tingkat pendapatan yang diperoleh oleh rumah tangga (Yulia,
2009).
Pelayanan kesehatan untuk masyarakat merupakan hak asasi manusia yang harus
dilaksanakan negara. Pemerintah harus mampu memberikan perlakuan yang sama kepada
warganya dalam pelayanan kesehatan maupun pelayanan publik lainnya. Dalam penyelenggaraan
pelayanan kesehatan, masyarakat dengan status ekonomi lebih tinggi mempunyai askses terhadap
pelayanan kesehatan lebih baik dibandingkan dengan mereka dengan status ekonomi rendah
(Susanto dan Mubasysyir, 2006). Peningkatan pelayanan kesehatan diharapkan dapat
menghasilkan derajat kesehatan masyarakat lebih tinggi sehingga memungkinkan masyarakat
hidup lebih produktif, baik secara ekonomi maupun sosial sehingga tercipta masyarakat sehat
secara keseluruhan.
Beberapa karaakteristik khusus pelayanan kesehatan sebagai berikut (Santerre dan Neun, 2000):
1. Intangibility. Tidak seperti mobil atau makanan, pelayanan kesehatan tidak bisa dinilai oleh
panca indera. Konsumen (pasien) tidak bisa melihat, mendengar, membau, merasakan, mengecap
pelayanan kesehatan.
2. Inseparability. Produksi dan konsumsi pelayanan kesehatan terjadi secara simultan (bersama).
Makanan bisa dibuat dulu, untuk dikonsumsi kemudian. Tindakan operatif yang dilakukan dokter
bedah pada saat yang sama digunakan oleh pasien.
3. Inventory. Pelayanan kesehataan tidak bisa disimpan untuk digunakan pada saat dibutuhkan
oleh pasien nantinya.
4. Inkonsistensi. Komposisi dan kualitas pelayanan kesehatan yang diterima pasien dari dari
seorang dokter dari waktu ke waktu, maupun pelayanan kesehatan yang digunakan antar pasien,
bervariasi.
Jadi pelayanaan kesehatan sulit diukur secara kuantitatif. Biasanya pelayanan kesehatan diukur
berdasarkan ketersediaaan (jumlah dokter atau tempat tidur rumah sakit per 1,000 penduduk) atau
penggunaan (jumlah konsultasi atau pembedahan per kapita).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ekonomi kesehatan sebagai ilmu yang mempelajari suplai dan demand sumber daya
pelayanan kesehatan dan dampak sumber daya pelayanan kesehatan terhadap populasi. Tentu saja
definisi hanya merepresentasikan sebagian kecil topik yang dipelajari dalam ekonomi kesehatan.
Ekonomi kesehatan perlu dipelajari, karena terdapat hubungan antara kesehatan dan ekonomi.
Kesehatan mempengaruhi kondisi ekonomi, dan sebaliknya ekonomi mempengaruhi kesehatan.
Ada beberapa aspek sistem kesehatan yang dapat dilihat efisiensinya yakni efisiensi
produktif, efisiensi teknis, dan efisiensi alokatif. Kemajuan intervensi di bidang pencegahan,
pengobatan dan rehabilitasi penyakit (ilmu kedokteran) tidak akan mampu meningkatkan status
kesehatan masyarakat secara adil (equal) bila tidak dibarengi dengan pengelolaan sistem kesehatan
yang tepat, yaitu dengan memaksimalkan manfaat untuk kepentingan masyarakat banyak. Sistem
kesehatan yang teapt juga akan membuat suatu negara mencapai tujuan normatif sistem kesehatan,
yakni peningkatan efisiensi, mutu, ekuitas, dan kesinambungan pelayanan kesehatan.
Keseimbangan ekonomi adalah keadaan di mana kekuatan ekonomi yang seimbang dan
tidak adanya pengaruh eksternal, (keseimbangan) nilai dan variabel ekonomi tidak akan berubah.
Ini adalah titik di mana kuantitas yang diminta dan kuantitas yang ditawarkan sama.
Keseimbangan pasar, misalnya, mengacu pada suatu kondisi dimana harga pasar yang dibentuk
melalui kompetisi seperti bahwa jumlah barang atau jasa yang dicari oleh pembeli adalah sama
dengan jumlah barang atau jasa yang dihasilkan oleh penjual.