Anda di halaman 1dari 11

PANDUAN MISDINAR

Baik secara sadar atau tidak, dengan berbagai alasan yang dipilih, ketika seseorang memutuskan untuk menjadi
seorang misdinar, di dalam dirinya terdapat suatu keinginan untuk melayani. Menjadi seorang misdinar bukan
semata-mata menjadi seorang pelayan di altar, tetapi juga menjadi seorang pelayan di kebun anggur Allah.

St. Tarsisius adalah pelindung para putra-putri altar yang secara resmi ditetapkan oleh Gereja dan diperingati
setiap tanggal 15 Agustus, bersamaan dengan Hari Raya St. Perawan Maria Diangkat ke Surga. Ada berbagai
versi mengenai riwayat St. Tarsisius, namun dari semuanya itu dapat dipetik satu hal yang jelas. Menjadi
seorang pelayan di altar Allah menuntut ketulusan dan ketaatan. St. Tarsisius, pada saat wafatnya, ia berumur
tidak lebih dari 15 tahun. Usianya masih amat muda waktu itu, tetapi ia sedikitpun tidak menjadikan usia itu
sebagai halangan baginya untuk menjalankan tugas pelayanannya kepada Allah. Ia melihat Hosti Kudus bukan
lagi sekadar roti yang diangkat imam pada saat konsekrasi, melainkan benar Tubuh Kristus. Penghormatan yang
tulus dan seutuhnya ini akan pribadi Kristus inilah yang menjadi dasar utamanya untuk menjalankan tugas
sebagai seorang misdinar. Sebagai seorang misdinar, ia pula sadar bahwa ia tidak hanya dibutuhkan selama
Misa, tetapi juga di luar Misa. Masih banyak orang-orang yang sakit, menderita, dan menanggung beban berat
di dalam masyarakat yang membutuhkan Kristus, tetapi mereka tidak dapat meraihnya. Untuk membantu
mereka, St. Tarsisius berkenan untuk menghantarkan Tubuh Kristus sendiri kepada mereka yang ditahan di
penjara. Tugas yang diembannya tidak mudah karena pada akhirnya ia harus wafat di tengah jalan sebelum ia
menunaikan tugasnya. Ia wafat karena dilempari batu oleh rekan-rekan seusianya yang menuduhnya kafir dan
ingin merebut Hosti Kudus dari tangannya. Pengorbanannya yang tulus inilah yang patut menjadi teladan dan
contoh bagi setiap misdinar.

BAGIAN PERTAMA

a. Pengenalan Misdinar

Misdinar (Belanda : misdieenarr; Inggris : altar boys; Latin : akolit) adalah suatu posisi pelayanan Gerejawi
yang diberikan kepada kaum awam dengan tugas utama untuk bersama-sama dengan imam mempersiapkan
Ekaristi yang layak kepada Tuhan. Misdinar atau sering juga disebut sebagai putra-putri altar atau juga pelayan
altar turut membantu imam baik dalam mempersiapkan materi-materi Ekaristi, mendupai umat, memberikan
tanda konsekrasi, menambah makna liturgis Misa, dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya, silahkan melihat artikel
mengenai misdinar di sini.

b. Struktur Misa Kudus

Adapun struktur Misa Kudus dapat dilihat sebagai berikut :

RITUS PEMBUKA
1 Perarakan
2 Tanda Salib
3 Salam
4 Pengantar
5 Pernyataan Tobat
6 Madah Tuhan Kasihanilah
7 Madah Kemuliaan
8 Doa Pembukaan

LITURGI SABDA
1 Bacaan Pertama
2 Mazmur Tanggapan
3 Bacaan Kedua
4 Bait Pengantar Injil
5 Bacaan Injil
6 Homili
7 Syahadat Para Rasul
8 Doa Umat

LITURGI EKARISTI
1 Persiapan Persembahan
1.1 Persiapan Persembahan
2.2 Doa Persembahan
2 Liturgi Ekaristi
2.1 Dialog Pembukaan
2.2 Prefasi
2.3 Kudus
2.4 Doa Syukur Agung
3 Komuni
3.1 Bapa Kami
3.2 Embolisme
3.3 Doa Damai
3.4 Pemecahan Roti
3.5 Persiapan Komuni
3.6 Pembagian Tubuh (dan Darah) Kristus
3.7 Saat Hening
3.8 Madah Syukur
3.9 Doa Komuni

RITUS PENUTUP
1 Pengumuman
2 Berkat dan Pengutusan

BAGIAN KEDUA

Peralatan Misa dan dalam Gereja

1. Tempat air suci

Umumnya tempat air suci diletakkan dekat pintu-pintu masuk gereja/kapel, dengan tujuan memudahkan umat
mengambil air suci saat memasuki rumah Allah. Menandai diri sendiri dengan air suci sendiri memiliki makna
pengenangan kembali akan pembaptisan suci yang telah diterima.
Cara menandai diri dengan air suci hendaknya seperti berikut :
Celupkan kelima jari tangan Anda ke dalam tempat air suci, cukup sampai bersentuhan dengan air suci saja.
Kemudian dengan kelima jari tangan, buatlah tanda salib. Urutan tanda salib yang benar adalah :
1. Menandai dahi dengan menyebut Demi nama Bapa;
2. Menandai perut dengan menyebut dan Putera;
3. Menandai bahu kiri dengan menyebut dan Roh;
4. Menandai bahu kanan dengan menyebut Kudus;
5. Menandai ulu hati dengan menyebut Amin.

Alasan untuk terlebih dahulu menandai bahu kiri kemudian bahu kanan pada saat membuat tanda salib ialah
bahu kiri diperlambangkan sebagai kejahatan, sedangkan bahu kanan sebagai kebaikan sehingga dengan
menandai bahu kiri terlebih dahulu daripada bahu kanan ialah sebagai perlambang kita beralih dari kejahatan
kepada kebaikan. Sedangkan alasan penggunaan kelima jari sekaligus saat membuat tanda salib adalah
pengenangan dari kelima luka suci Kristus (kepala. tangan kiri, tangan kanan, kaki kiri, dan kaki kanan).
2. Kain altar

Kain penutup altar berjumlah 3 (tiga) helai. Helai pertama melambangkan altar sebagai meja perjamuan,
digunakan untuk menutupi sisi atas dan sebagian sisi samping altar. Helai kedua melambangkan altar sebagai
meja persembahan, digunakan untuk menutupi sisi atas dan sisi samping altar. Sedangkan helai ketiga
melambangkan intensi yang dirayakan (pesta, peringatan, misa biasa, dll) sehingga warnanya seturut warna
liturgi dan digunakan menutupi seluruh sisi altar. Adapun helai pertama dan helai kedua haruslah berwarna
putih.
Alasan penggunaan lapisan – lapisan kain altar ialah selain melambangkan makna perjamuan dan persembahan,
tetapi juga sebagai langkah antisipasi jika andai saja terjadi tumpahan Darah Kristus ke meja altar sehingga
dengan adanya kain altar, tumpahan Darah Kristus akan segera mengering di kain dan tidak sampai tercecer ke
altar.

3. Salib altar

Salib altar merupakan salib kecil yang diletakkan di tengah altar bagian depan dengan posisi menghadap ke
imam. Tujuan peletakan salib ini agar imam pada saat memimpin Misa, selalu mengingat Kristus dalam
pelayanannya.

4. Lilin altar

Lilin altar memiliki makna sebagai simbol iman Gereja kepada Allah. Jumlah lilin altar sendiri minimal 2 (dua)
diletakkan di sisi kiri dan kanan depan altar. Namun pada saat peringatan-peringatan para kudus, pesta-pesta,
dan hari-hari raya, lilin yang diletakkan di altar harus berjumlah 4 (empat) buah sebagai ungkapan syukur
meriah atas iman yang dianugerahkan Allah kepada manusia. Lilin altar juga harus berwarna putih, tidak boleh
berwarna lain karena warna putih turut melambangkan iman yang mengarahkan manusia kepada kesucian hidup
kepada Allah.

5. Lilin/lampu tabernakel

Sebagai penanda bagi umat bahwa Tubuh Kristus sedang ditakhtakan dalam tabernakel, maka digunakan
penanda yang bercahaya sebagaimana Kristus sendiri adalah cahaya iman kita. Selama Tubuh Kristus berada
dalam tabernakel, cahaya tersebut harus tetap menyala. Sedangkan jika Tubuh Kristus tidak berada dalam
tabernakel, cahaya tersebut harus dipadamkan. Perlu diingat, pemindahan Tubuh Kristus dari tabernakel ke
tempat lain yang layak, kecuali pada saat Misa Kudus, harus disertai dengan lilin bernyala sebagai penanda bagi
setiap orang bahwa Kristus hadir
6. Meja kredens

Meja kredens merupakan meja kecil yang ditempatkan di panti imam. Di atas meja ini, ditempatkan 1 set piala,
sibori, ampul air dan anggur, wadah dan kain lavabo, serta dapat pula lilin-lilin. Sehingga dapat kita simpulkan
meja kredens adalah meja yang digunakan sebagai tempat peletakan alat-alat keperluan Misa. Meja kredens
sendiri dilapisi dengan sehelai kain putih yang menutupi minimal sisi atas dan sisi samping meja.

7. Piala

Piala (chalice) merupakan media anggur dan air setelah dituangkan dari ampul dan sekaligus Darah Kristus.
Bentuk piala sendiri dipilih untuk menjaga keselarasan dengan tradisi karena pada saat perjamuan malam
terakhir, Kristus juga menggunakan piala sebagai tempat Darah-Nya yang diberikan kepada para murid yang
berkumpul. Piala haruslah benda yang dikhususkan bagi Misa Kudus sehingga tidak boleh digunakan untuk
keperluan lain. Bahan pembuatan piala boleh dari perak, emas, atau kristal, namun lapisan dalam cawan piala
haruslah dari emas mengingat Darah Kristus akan ditempatkan di situ. Pegangan piala juga harus diberikan
semacam tonjolan di tengah.
8. Purifikatorium

Purifikatorium yang berarti penyuci, adalah sehelai kain putih berbentuk persegi panjang dengan ciri khas salib
kecil yang berada di tengah – tengah lipatan akhir. Purifikatorium digunakan untuk membersihkan bagian dalam
cawan piala setelah imam meminum semua Darah Kristus setelah pembagian Komuni. Dikarenakan bentuknya
yang sama dengan kain lavabo yang digunakan untuk pembasuhan tangan imam, maka sering kali terjadi
kesalahan berupa tertukarnya purifikatorium dengan kain lavabo.

9. Patena

Patena adalah piringan kecil yang berdiameter sedikit lebih lebar daripada diameter cawan piala. Patena
haruslah berupa lempengan yang minimal dilapisi oleh emas karena digunakan sebagai tempat Tubuh Kristus
usai dikonsekrasi. Bentuk patena sendiri diharapkan berupa lempengan cekung. Ini dikarenakan imam akan
menggunakan patena untuk mengambil remah-remah Hosti yang mungkin terjatuh untuk kemudian dipersatukan
kembali dengan Darah Kristus yang akan disantap oleh imam, setelah imam selesai mengedarkan Tubuh (dan
Darah) Kristus.

10. Hosti besar

Hosti jenis ini digunakan khusus untuk pemecahan roti dan hosti inilah yang diangkat dan dipertunjukkan
kepada umat saat kata-kata konsekrasi diucapkan. Perbedaan yang dimiliki hosti jenis ini dengan hosti kecil
yang diedarkan kepada umat adalah pada hosti ini terdapat ornamen-ornamen serupa salib atau monogram
Kristus. Pada hosti jenis ini juga terdapat garis patahan yang akan memudahkan imam untuk memecahkan hosti
dan hosti inilah yang harus disantap oleh imam, walaupun diperkenankan untuk membagikannya pula kepada
umat.

11. Hosti kecil

Hosti jenis ini merupakan hosti yang dibagikan kepada umat. Hosti terbuat dari bahan gandum dan tidak
menggunakan ragi dalam proses pembuatannya. Jika didapat kesulitan menggunakan gandum sebagai bahan
pembuatannya, dapat digunakan bahan-bahan makanan pokok lain sebagai ganti gandum, dengan ketentuan
memiliki unsur-unsur penyusun yang sama seperti gandum. Hal ini bertujuan untuk menjaga kesinambungan
dengan tradisi perjamuan seperti yang telah dilakukan Kristus sendiri pada perjamuan malam terakhir di
Yerusalem bersama para murid-murid-Nya.

12. Palla

Palla merupakan lempengan tipis kaku yang digunakan untuk menutup cawan piala ketika anggur sudah
dituangkan ke dalam piala dan dicampurkan dengan air. Pada umumnya, palla dibuat dalam bentuk lempengan
kayu tipis yang dibalut dengan kain putih berornamen atau bisa pula dalam bentuk plastik, misalnya. Material
logam hendaknya dihindari dalam pembuatan palla karena pada saat menutup piala, dapat menimbulkan suara
ketika bersentuhan. Hal ini hendaknya dihindari karena sedikit banyaknya dapat menggangu makna dari piala
itu sendiri sebagai piala Darah Kristus.

13. Korporale (Korporal)

Korporale merupakan kain putih berbentuk persegi empat dengan ornamen tertentu dan diletakkan di atas palla.
Korporale digunakan sebagai alas Hosti dan Tubuh Kristus di atas patena. Pada saat membuka korporale, imam
mengucapkan Dalam nama Bapa (saat membuka lipatan korporale ke arah utara), dan Putera (saat membuka
lipatan korporale ke arah selatan), dan Roh (saat membuka korporale ke arah barat), Kudus (pada saat membuka
korporale ke arah timur).
14. Ampul air dan anggur

Ampul adalah wadah yang digunakan untuk menampung anggur dan air yang akan digunakan dalam
Misa Kudus.Dalam alternatif ritus Missa Forma Ekstra Ordinaria, sebelum memberikan ampul kepada imam,
akolit mencium ampul terlebih dahulu. Begitu pula saat memberikan ampul kepada imam, akolit memegang
ampul anggur di tangan kanan kepada imam dan segera memindahkan ampul air ke tangan kanan dan
memegang ampul anggur di tangan kiri.
15. Wadah dan kain lavabo

Lavabo berasal dari kata lavabris yang berarti pembasuhan tangan. Wadah lavabo berisikan air yang digunakan
oleh imam untuk membasuh tangannya sebelum memulai Prefasi. Pada saat membasuh tangan, imam juga
memohon kepada Tuhan agar berkenan menyucikan dirinya dan melayakkannya untuk mempersembahkan
kurban kepada Tuhan dalam Misa Kudus.

16. Sibori

Sibori merupakan tempat penyimpanan Hosti sebelum dikonsekrasi dan Tubuh Kristus. Sibori memiliki bentuk
seperti piala namun tidak memiliki tonjolan di bagian gagangnya. Sibori biasanya terbuat dari perak ataupun
emas, namun tetap harus dilapisi emas di bagian dalam cawan sibori. Sebagai penanda wadah penyimpan Tubuh
Kristus, di bagian tutup sibori diberikan salib.

17. Piksis

Piksis mirip seperti sibori, namun dalam ukuran yang lebih kecil. Piksis tidak memiliki gagang.

18. Monstrans

Monstrans adalah tempat penahtaan Sakramen Maha Kudus. Karena penggunaannya sebagai tempat penahtaan
untuk dapat dipertunjukkan kepada umat, maka umumnya monstrans berukuran agak besar dan dihiasi berbagai
ornamen untuk menunjukkan keistimewaanya. Di bagian tengah monstrans, terdapat bagian yang tembus
pandang yang dibagian depannya ditutupi kaca. Bagian ini disebut dengan corona, tempat penakhtaan Sakramen
Maha Kudus itu sendiri. Dinamakan corona seturut lingkaran cahaya yang terlihat pada matahari. Hal ini
sebagai penanda bahwa Sakramen Maha Kudus adalah Kristus sendiri yang memancarkan cahaya-Nya ke dunia.

19. Wiruk

Wiruk merupakan tempat pedupaan yang digunakan pada saat Misa Hari Raya, Peringatan, dan Pesta-pesta. Di
dalam wiruk terdapat arang atau briket yang telah dipanaskan sehingga ketika dupa dimasukkan ke dalamnya,
akan menimbulkan kepulan asap. Kepulan asap ini sendiri melambangkan untaian doa mat manusia yang harum
semerbak menuju ke hadirat Allah.
Wiruk terdiri atas tiga bagian yakni bagian penyatu rantai yang terletak di bagian paling atas, rantai wiruk yang
terjalin di keempat sisi wiruk, dan wiruk sebagai tempat diletakkannya arang atau briket. Di sekeliling wiruk
juga diberikan lubang-lubang kecil sebagai tempat masuknya udara, sekaligus tempat keluarnya kepulan asap.
Cara memegang wiruk yang baik ialah memegangnya pada satu titik yakni di bagian penyatu rantai sehingga
saat dipegang, wiruk akan menjuntai dari atas ke bawak. Ayunan wiruk hendaknya dipertahankan sebesar
kurang lebih 30 derajat. Hal ini bertujuan untuk menjaga sirkulasi udara dalam wiruk sehingga arang tetap
menyala dan mengeluarkan kepulan asap.

20. Dupa/ Kemenyan

Dupa merupakan pasangan dari wiruk. Dupa biasanya merupakan semacam bubuk-bubuk yang terbuat dari
berbagai macam rempah. Penggunaan dupa selain bertujuan untuk menimbulkan kepulan asap setelah
ditaburkan ke atas arang atau briket, juga bertujuan untuk membuat kepulan asap menjadi harum sebagaimana
doa umat beriman yang melambung ke hadirat Allah yang Mahakuasa, amatlah harum.
21. Lilin

Lilin digunakan dalam Misa sebagai pertanda Kristus yang membawa terang kepada dunia dan terang iman itu
sendiri. Dalam Misa, lilin digunakan baik sebagai cahaya di altar, cahaya di tabernakel, pada saat perarakan
masuk dan keluar, pada saat pembacaan Injil oleh imam, serta pada saat pembagian komuni.

22. Salib

Biasanya digunakan saat perarakan misa di saat tertentu.

23. Hisop

Hisop merupakan alat yang digunakan untuk memerciki umat dengan air suci. Hisop pada umumnya ada
beberapa macam, misalnya ada hisop yang ujungnya berupa untaian serat atau bulu, dan ada pula hisop yang
ujungnya menyerupai bola kecil namun terdapat lubang-lubang kecil sehingga ketika dicelupkan ke dalam air
suci, untuk sementara air suci akan masuk ke dalam bulatan tersebut namun akan keluar kembali melalui
lubang-lubang kecil pada saat dipercikkan kepada umat. Perecikan air suci kepada umat sendiri dilakukan
khususnya pada hari-hari raya, misa dengan intensi khusus, dan kegiatan pembaptisan atau pengenangan
pembaptisan. Perecikan umat dengan air suci juga hanya merupakan tindakan simbolis sehingga tidak perlu
semua umat mendapatkan perecikan air suci oleh imam.

24. Wadah air suci percikan

Wadah ini digunakan sebagai tempat air suci yang akan digunakan dalam ritus perecikan air suci di dalam Misa
Kudus.

25. Lilin Paskah

Lilin Paskah merupakan perlambang Kristus sendiri yang membawa cahaya ke dalam kehidupan manusia. Lilin
Paskah pertama kali dinyalakan pada saat Ritus Cahaya pada Misa Malam Paskah yang dilakukan paling cepat
setelah matahari terbenam. Pada lilin Paskah paling tidak terdapat unsur – unsur berikut :
a. Angka tahun yang sedang berjalan
b. Gambar salib, sebagai peringatan akan salib dan luka-luka suci Kristus
c. Lambang Alpha dan Omega
d. Tiga buah garis, yang melambangkan Allah Tritunggal Maha Kudus.

Setelah lilin Paskah dinyalakan, lilin Paskah diangkat tiga kali dalam tiga kali pemberhentian, dengan ucapan
“Kristus Cahaya Dunia” yang dilontarkan oleh imam, dan umat menjawab dengan “Syukur kepada Allah”. Lilin
Paskah juga digunakan ketika ada upacara pembaptisan yakni untuk memberkati air baptis.

26. Lilin Adven

Lilin Aden merupakan pertanda bahwa Gereja telah memasuki masa Adven. Masing-masing lilin Adven
memiliki makna tersendiri. Lilin Adven diletakkan pada suatu karangan Adven yang tersusun dari rangkaian
daun cemara dan dilengkapi unsur-unsur lain dalam semangat Adven serta dalam warna ungu, seturut semangat
Adven yang menyatakan pengharapan akan kelahiran Penebus ke dunia.

27 Altar

Altar dalam Gereja Katolik merupakan pusat dari seluruh Misa Kudus. Altar melambangkan meja perjamuan
dan meja persembahan. Pada altar juga terdapat relikui-relikui dari pelindung Gereja atau kapel. Altar haruslah
berada di panti imam (sanctuarium) dan posisinya diharapkan lebih tinggi dari tempat-tempat yang lain di dalam
Gereja atau kapel dikarenakan hakikatnya sebagai tempat imam mempersembahkan kurban Misa yakni Kristus
sendiri sehingga pada dasarnya altar menjadi tempat kedua tersuci di dalam Gereja atau kapel, setelah
tabernakel.

28. Ambo/mimbar

29. Cathedra (Kursi uskup)

30. Kursi imam & kursi misdinar

31. Tabernakel

Pakaian Imam & Misdinar

Pakaian imam

1. Kasula

Kasula melambangkan beban salib yang harus dipikul oleh setiap gembala Kristus. Kasula tersedia dalam
berbagai macam warna sesuai dengan warna Liturgi.

2. Stola

Stola melambangkan kuasa imamat yang dianugerahkan oleh Kristus kepada setiap imam-Nya.
Stola tersedia dalam berbagai macam warna sesuai dengan warna Liturgi.

3. Alba/ Jubah

Alba yang berwarna putih, seringkali disebut jubah, adalah bentuk penyerahan seutuhnya kepada Kristus dalam
keadaan diri yang apa adanya.

4. Singel

Singel merupakan seuntai tali yang digunakan untuk mengikat bagian pinggang. Singel merupakan lambang
penguasahan diri / pengekangan hawa nafsu untuk melayani Tuhan dan sesama.

5. Velum

Velum merupakan lambang kebesaran imam dan persatuan pribadi imam dengan Allah yang digunakan hanya
pada penahtaan Sakramen Maha Kudus.

Pakaian misdinar

1. Jubah
2. Superpli

Superli adalah pakaian luar seperti rok yang berwarna putih, panjangnya sampai di atas lutut dan memiliki
lengan baju yang lebar; terkadang dengan renda-renda di bagian lengan dan lipatannya. Superpli merupakan
pengganti alba. Tapi, tidak boleh sembarangan memakai superpli. Kalau pelayan mengenakan kasula atau
dalmatik, ia harus mengenakan alba, tidak boleh menggantikan alba dengan superpli. Superpli bisa juga
dikenakan oleh siapa saja yang bertugas dalam liturgi, termasuk para frater dan misdinar.

3. Single
Singel merupakan seuntai tali yang digunakan untuk mengikat bagian pinggang. Singel merupakan lambang
penguasahan diri / pengekangan hawa nafsu untuk melayani Tuhan dan sesama.

KALENDER LITURGI

Tahun Liturgi

Awal tahun liturgi dimulai pada Hari Minggu Adven I [akhir November – awal Desember], yang menantikan
kedatangan Tuhan Yesus yang pertama. Akhir tahun liturgi jatuh pada Hari Raya Kristus Raja Semesta Alam
[akhir November], yang merayakan kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya, yakni pada akhir zaman.

Puncak Tahun Liturgi adalah Misteri Paskah Tuhan yang dirayakan selama Trihari Paskah yang puncaknya pada
Malam Paskah. Tahun Liturgi terbagi dalam 3 masa [Masa Khusus, Masa Biasa, Pesta atau peringatan orang
kudus]. Masa Khusus terdiri dari: lingkaran Natal [masa Adven dan masa Natal] dan lingkaran Paskah [masa
Prapaskah dan masa Paskah]. Masa Biasa terdiri dari 34 pekan biasa yang puncaknya pada hari Minggu. Pesta
peringatan orang kudus merupakan kebiasaan Gereja untuk menghormati orang-orang suci, dan untuk
memuliakan dan menghormati Tuhan.

Mengapa tahun 2012 masuk Tahun B? Gereja membagi lingkaran Tahun Liturgi dalam 3 tahun. Gereja
membaginya berdasarkan Injil yang dibacakan.
Tahun A, yaitu tahun 2005, 2008, 2011, 2014, dst : Injil Matius.
Tahun B, yaitu tahun 2006, 2009, 2012, dst: Injil Markus.
Tahun C, yaitu tahun 2007, 2010, 2013, dst: Injil Lukas.
Injil Yohanes diselipkan dalam ketiga tahun tersebut berdasarkan misteri iman yang dirayakan.

• Cara menentukan Tahun A, B, C adalah dengan membagi tahun bersangkutan dengan angka 3! Jika hasil
baginya bersisa satu berarti tahun bersangkutan adalah tahun A; jika hasil baginya bersisa dua berarti tahun
bersangkutan adalah Tahun B; jika tahun bersangkutan habis dibagi 3 berarti tahun C. Misalkan, tahun 2009
dibagi 3 = 669 sisa 2. Maka tahun 2009 adalah tahun B.
Tahun A, B, C di atas untuk menentukan bacaan Injil pada hari Minggu. Bacaan misa harian diatur dalam tahun
ganjil/genap [tahun I / tahun II].
Disebut tahun I , karena tahun ganjil [2007, 2009, dst];
Tahun II , karena tahun genap [2008, 2010, dst].
Yang membedakannya hanya bacaan pertama, sedangkan bacaan Injilnya sama.

Makna yang terkandung dalam Tahun Liturgi


1. Hari Raya

Merupakan tingkatan tertinggi dari perayaan pesta. Hari Raya adalah untuk memperingati peristiwa- peristiwa
dalam kehidupan Yesus, Maria atau para rasul; di mana peristiwa- peristiwa tersebut merupakan peristiwa
utama/ sentral dalam rencana keselamatan Allah. Dalam Misa Kudus, perayaan hari raya ditandai dengan
bacaan – bacaan Kitab Suci yang sesuai (Bacaan Pertama, Mazmur, Bacaan kedua dan Injil), pengucapan
Kemuliaan, dan Aku Percaya. Setiap hari Minggu adalah hari raya.

1 Januari: Hari Raya Santa Perawan Maria Bunda Allah


6 Januari: Hari Raya Penampakan Tuhan
Maret 19: Hari Raya St. Yusuf Suami SP Maria
Maret 25: Hari Raya Kabar Sukacita
Maret/ April (bervariasi): Hari Raya Triduum Paska
40 hari setelah Paskah: Hari Raya Kenaikan Tuhan
50 hari setelah Paskah: Hari Raya Pentakosta
Minggu setalah Pentakosta: Hari Tritunggal Mahakudus
Minggu setelah hari Tritunggal Mahakudus: Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus
Jumat setelah Hari Raya Tubuh dan Darah Kristus: Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus
24 Juni: Hari Raya Kelahiran St. Yohanes Pembaptis
29 Juni: Hari Raya St. Petrus dan Paulus
15 Agustus: Hari Raya Santa Perawan Maria diangkat ke surga
1 November: Hari Raya Semua Orang Kudus
November: Hari Minggu terakhir sebelum masa Adven: Hari Raya Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta
Alam
8 Desember: Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Noda
25 Desember: Hari Raya Natal

2. Pesta

Pesta adalah perayaan liturgis pada tingkatan yang kedua, untuk memperingati hidup Yesus, Bunda Maria atau
rasul atau para orang kudus tertentu (major Saints). Hari Pesta ini mempunyai juga bacaan yang sesuai, namun
hanya ada dua bacaan, ditambah dengan Kemuliaan (Gloria). Contoh: hari pesta hari kelahiran Bunda Maria 8
September, dan Pesta Transfigurasi dan Pesta Salib Suci (14 September), Pesta peringatan hari arwah (2
November)

3. Peringatan

Peringatan adalah perayaan orang kudus yang berada di bawah tingkatan Pesta. Peringatan ini ada yang wajib
maupun optional. Banyak hari peringatan merupakan pilihan/ tidak wajib, yang dilakukan di keuskupan tertentu/
daerah/ negara tertentu. Peringatan orang kudus tidak akan dirayakan/ diperingati jika jatuh bersamaan dengan
hari raya, pesta, hari Minggu, hari rabu Abu, Minggu paska atau PraPaskah.

4. Masa musim liturgis

Masa liturgis tertentu, seperti Adven, masa Natal, Prapaska, Paskah) di mana tidak ada hari raya, pesta atau hari
peringatan khusus yang dilakukan.

5. Masa Biasa
Hari- hari dalam masa biasa.

Warna Liturgi

Warna yang dimaksud dalam liturgi adalah warna Stola dan Kasula yang dipakai oleh Imam, begitu juga dengan
warna yang dikenakan Prodiakon, Lektor dan Putra/Putri Altar disesuaikan dengan warna yang dipakai imam
sesuai kalender liturgi.

HIJAU (H)

Pada umumnya, warna hijau dipandang sebagai warna yang tenang, menyegarkan, melegakan, dan manusiawi.
Warna hijau juga dikaitkan dengan musim semi, di mana suasana alam didominasi warna hijau yang memberi
suasana pengharapan. Warna hijau pada khususnya dipandang sebagai warna kontemplatif dan tenang.

Karena warna hijau melambangkan keheningan, kontemplatif, ketenangan, kesegaran, dan harapan, warna ini
dipilih untuk masa biasa dalam liturgi sepanjang tahun. Dalam masa biasa itu, orang Kristiani menghayati hidup
rutinnya dengan penuh ketenangan, kontemplatif terhadap karya dan sabda Allah melalui hidup sehari-hari,
sambil menjalani hidup dengan penuh harapan akan kasih Allah.

PUTIH DAN KUNING (U)

Warna putih dikaitkan dengan makna kehidupan baru, sebagaimana dalam liturgi baptisan si baptisan baru biasa
mengenakan pakaian putih. Warna putih umumnya dipandang sebagai simbol kemurnian, ketidaksalahan, terang
yang tak terpadamkan dan kebenaran mutlak. Warna putih juga melambangkan kemurnian mutlak. Warna putih
juga melambangkan kemurniaan sempurna, kejayaan yang penuh kemenangan, dan kemuliaan abadi. Dalam arti
ini pula mengapa seorang paus mengenkan jubah, single dan solideo putih.
Warna kuning umumnya dilihat sebagai warna mencolok sebagai bentuk lebih kuat dari makna kemuliaan dan
keabadian, sebagaimana dipancarkan oleh warna emas. Dalam liturgi, warna putih dan kuning digunakan
menurut arti simbolisasi yang sama, yakni makana kejayaan abadi, kemuliaan kekal, kemurnian, dan kebenaran.
Itulah sebabnya warna putih dan kuning bisa digunakan bersama-sama atau salah satu.

Warna putih atau kuning dipakai untuk masa Paskah dan Natal, hari-hari raya, pesta dan peringatan Tuhan
Yesus, kecuali peringatan sengsara-Nya. Begitu pula warna putih dan kuning digunakan pada hari raya, pesta
dan peringatan Santa Perawan Maria, para malaikat, para kudus bukan martir, pada hari raya semua orang kudus
(1 November), Santo Yohanes Pembaptis (24 Juni), pada pesta Santo Yohanes pengarang Injil (27 Desember),
Takhta Santo Petrus Rasul (22 Februari), dan Bertobatnya Paulus Rasul (25 Januari)

MERAH (M)

Warna merah merupakan warna api dan darah. Maka, warna merah ini amat dihubungkan dengan penumpahan
darah para martir sebagai saksi-saksi iman, sebagaimana Tuhan Yesus Kristus sendiri menumpahkan darah-Nya
bagi kehidupan dunia. Dalam tradisi Romawi kuno, warna merah merupakan simbol kuasa tertinggi, sehingga
warna itu digunakan oleh bangsawan tinggi, terutama kaisar. Apabila para kardinal memakai warna merah untuk
jubah, singel, dan solideonya, maka itu dimaksudkan agar para kardinal menyatakan kesiapsediaannya untuk
mengikuti teladan para martir yang mati demi iman.

Dalam liturgi warna mereh dipakai untuk hari Minggu Palma, Jumat Agung, Minggu Pentakosta, dalam
perayaan perayaan sengsara Kristus, pada pesta para rasul dan pengarang Injil, dan dalam perayaan-perayaan
para martir.

UNGU (U)

Warna ungu merupakan simbol bagi kebijaksanaan, keseimbangan, sikap berhati-hati, dan mawas diri. Itulah
sebabnya warna ungu dipilih untuk masa Adven dan Prapaskah sebab pada masa itu semua orang Kristiani
diundang untuk bertobat, mawas diri, dan mempersiapkan diri bagi perayaan agung Natal ataupun Paskah.
Warna itu juga digunakan untuk keperluan ibadat tobat.

Pada umumnya, liturgi arwah menggunakan warna ungu sebagai ganti warna hitam. Dalam liturgi arwah itu,
warna ungu itu melambangkan penyerahan diri, pertobatan, dan permohonan belaskasihan dan kerahiman Tuhan
atas diri orang yang meninggal dunia dan kita semua sebagai umat beriman.

HITAM (T)

Warna hitam merupakan lawan warna putih dan melambangkan ketiadaan, kegelapan, pengurbanan, malam,
kematian, dan kerajaan orang mati. Maka, warna hitam dapat melambangkan kesedihan dan kedukaan hati
secara paling itntensif. Warna hitam bisa digunakan dalam liturgi arwah, meskipun penggunaan warna ini
sekarang bersifat fakulatif.
Berikut beberapa sikap liturgi yang ada di Gereja Katolik.

1. Berlutut
→Berarti memperkecil atau merendahkan diri dihadapkan Allah.

2. Tunduk Kepala atau Hormat


→Berarti cara seseorang untuk menghormati dan membungkuk tanda penghormatan yang lebih besar.

3. Berdiri
→Berarti tanda penghormatan untuk Imam yang mewakili Kristus.

4. Duduk
→Berarti sedang memikirkan, merenungkan dan/atau mendengar sesuatu.

5. Berjalan
→Tidak tergesa-gesa berarti kita memiliki waktu yang seluas-luasnya untuk Tuhan.

6. Mengatupkan Tangan
→Berarti menghentikan segala kesibukan dan memusatkan pikiran dengan menyadari bahwa Kristus
Bersama dengan kita.

7. Bersalaman
→Memiliki arti kita mau hidup rukun dengan sesama di hadapan Allah atau hidup rukun bersama-
Nya.

8. Menepuk Dada
→Berarti tanda penyesalan bahwa kita merasa bersalah dihadapan Tuhan dan Sesama.

9. Meniarap
→Sikap Liturgi ini dapat dilihat pada Ibadat Jumat Agung dan memiliki arti penyesalan yang amat
mendalam.

Anda mungkin juga menyukai