Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Indonesia semakin hari kualitasnya makin rendah. Berdasarkan
Survey United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization
(UNESCO), terhadap kualitas pendidikan di Negara-negara berkembang di Asia
Pacific, Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara. Sedangkan untuk
kualitas para guru, kulitasnya berada pada level 14 dari 14 negara berkembang.
Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah karena
lemahnya para guru dalam menggali potensi anak. Para pendidik seringkali
memaksakan kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat dan
bakat yang dimiliki siswanya. Kelemahan para pendidik kita, mereka tidak pernah
menggali masalah dan potensi para siswa. Pendidikan seharusnya memperhatikan
kebutuhan anak bukan malah memaksakan sesuatu yang membuat anak kurang
nyaman dalam menuntut ilmu. Proses pendidikan yang baik adalah dengan
memberikan kesempatan pada anak untuk kreatif. Itu harus dilakukan sebab pada
dasarnya gaya berfikir anak tidak bisa diarahkan.
Selain kurang kreatifnya para pendidik dalam membimbing siswa, kurikulum
yang sentralistik membuat potret pendidikan semakin buram. Kurikulum hanya
didasarkan pada pengetahuan pemerintah tanpa memperhatikan kebutuhan
masyarakat. Lebih parah lagi, pendidikantidak mampu menghasilkan lulusan yang
kreatif. Ini salahnya, kurikulum dibuat di Jakarta dan tidak memperhatikan kondisi
di masyarakat bawah. Jadi, para lulusan hanya pintar cari kerja dan tidak pernah
bisa menciptakan lapangan kerja sendiri, padahal lapangan pekerjaan yang tersedia
terbatas. Kualitas pendidikan Indonesia sangat memprihatinkan. Berdasarkan
analisa dari badan pendidikan dunia (UNESCO), kualitas para guru Indonesia
menempati peringkat terakhir dari 14 negara berkembang di Asia Pacifik. Posisi
tersebut menempatkan negeri agraris ini dibawah Vietnam yang negaranya baru
merdeka beberapa tahun lalu. Sedangkan untuk kemampuan membaca, Indonesia
berada pada peringkat 39 dari 42 negara berkembang di dunia. Lemahnya input
quality, kualitas guru kita ada diperingkat 14 dari 14 negara berkembang. Ini juga

1
kesalahan negara yang tidak serius untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dari
sinilah penulis mencoba untuk membahas lebih dalam mengenai pendidikan di
Indonesia dan segala dinamikanya.

B. Pembatasan Masalah
Dari uraian di atas dilihat begitu kompleksnya permasalahan dalam
pendidikan yang ada di Indonesia. Oleh karena itu Penulis membatasi beberapa
masalah dalam penulisan makalah dengan “Masalah-masalah mendasar pendidikan
di Indonesia, Kualitas pendidikan di Indonesia, dan Solusi Pendidikan di Indonesia.

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan


1. Tujuan
Sesuai dengan pembatasan masalah di atas, maka tujuan penulisan adalah
untuk mengetahui masalah-masalah apa saja yang terjadi pada pendidikan di
Indoensia yang dillihat dari kualitas pendidikannya semakin hari semakin
menurun.
2. Manfaat
Dari penulisan ini diharapkan mendatangkan manfaat berupa penambahan
pengetahuan serta wawasan penulis kepada pembaca tentang keadaan
pendidikan sekarang ini sehingga kita dapat mencari solusinya secara bersama
agar pendidikan di masa yang akan dapat meningkat baik dari segi kualitas
maupun kuantitas yang diberikan.

2
BAB II
LANDASAN TEORI

Sebelum kita membahas mengenai kondisi pendidikan di Indonesia,


sebaiknya kita melihat definisi dari pendidikan itu sendiri terlebih dahulu. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar didik
(mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran, pimpinan) mengenai
akhlak dan kecerdasan pikiran. Sedangkan pendidikan mempunyai pengertian yaitu
proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses perbuatan,
cara mendidik.
Ki Hajar Dewantara, sebagai Tokoh Pendidikan Nasional Indonesia, peletak
dasar yang kuat pendidikan nasional yang progresif untuk generasi sekarang dan
generasi yang akan datang merumuskan pengertian pendidikan sebagai berikut :
Pendidikan umumnya berarti daya upaya untuk memajukan
bertumbuhnya budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran
(intelektual dan tubuh anak); dalam Taman Siswa tidak boleh dipisahkan
bagian-bagian itu agar supaya kita memajukan kesempurnaan hidup,
kehidupan, kehidupan dan penghidupan anak-anak yang kita didik,
selaras dengan dunianya (Ki Hajar Dewantara, 1977:14)

Dari etimologi dan analisis pengertian pendidikan di atas, secara


singkat pendidikan dapat dirumuskan sebagai tuntunan pertumbuhan manusia sejak
lahir hingga tercapai kedewasaan jasmani dan rohani, dalam interaksi dengan alam
dan lingkungan masyarakatnya.
Pendidikan merupakan proses yang terus menerus, tidak berhenti. Di dalam
proses pendidikan ini, keluhuran martabat manusia dipegang erat karena manusia
(yang terlibat dalam pendidikan ini) adalah subyek dari pendidikan. Karena
merupakan subyek di dalam pendidikan, maka dituntut suatu tanggung jawab agar
tercapai suatu hasil pendidikan yang baik. Jika memperhatikan bahwa manusia itu
sebagai subyek dan pendidikan meletakkan hakikat manusia pada hal yang

3
terpenting, maka perlu diperhatikan juga masalah otonomi pribadi. Maksudnya
adalah, manusia sebagai subyek pendidikan harus bebas untuk “ada” sebagai
dirinya yaitu manusia yang berpribadi, yang bertanggung jawab.
Hasil dari pendidikan tersebut yang jelas adalah adanya perubahan pada
subyek-subyek pendidikan itu sendiri. Katakanlah dengan bahasa yang sederhana
demikian, ada perubahan dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi
mengerti. Tetapi perubahan-perubahan yang terjadi setelah proses pendidikan itu
tentu saja tidak sesempit itu. Karena perubahan-perubahan itu menyangkut aspek
perkembangan jasmani dan rohani juga.
Melalui pendidikan manusia menyadari hakikat dan martabatnya di dalam
relasinya yang tak terpisahkan dengan alam lingkungannya dan sesamanya. Itu
berarti, pendidikan sebenarnya mengarahkan manusia menjadi insan yang sadar
diri dan sadar lingkungan. Dari kesadarannya itu mampu memperbarui diri dan
lingkungannya tanpa kehilangan kepribadian dan tidak tercerabut dari akar
tradisinya.

4
BAB III
PEMABAHASAN

1. KONDISI DAN MASALAH MENDASAR PENDIDIKAN DI INDONESIA


SAAT INI
Permasalahan pendidikan ialah perbedaan program-program pendidikan antara
yang diharapkan dengan kenyataan yang terlaksana di lapangan. Berikut ini
beberapa program pendidikan tanah air kita :
a. Perluasan dan pemerataan kesempatan mengikuti pendidikan.
b. Peningkatan mutu pendidikan.
c. Peningkatan relevansi pendidikan.
d. Peningkatan efisiensi dan efektivitas pendidikan.
e. Pengembangan kebudayaan.
f. Pembinaan generasi muda.
(TAP MPR RI No.II/MPR/1993)
Masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan (dipecahkan),dengan kata
lain masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang
diharapkan dengan baik, agar tercapai tujuan dengan hasil yang maksimal.
Sementara itu, Pendidikan adalah persoalan asasi bagi manusia. Manusia
sebagai makhluk yang dapat didik dan harus dididik akan tumbuh menjadi manusia
dewasa dengan proses pendidikan yang dialaminya. Semenjak kelahirannya,
manusia telah memiliki potensi dasar yang bersifat universal.
Dalam perjalanannya menuju tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang
tertuang dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang tujuan pendidikan
nasional adalah “mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap tuhan
yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab dan kemasyarakatan dan kebangsaan.”
Masalah-masalah pendidikan (umum) yang perlu dipecahkan adalah :
a. Kurang meratanya pelayanan pendidikan

5
b. Kurang serasinya kegiatan belajar dengan tujuan pembelajaran
c. Belum efisien dan ekonomisnya pendidikan
d. Belum efektif dan efisiennya sistem penyajian
e. Kurang lancar dan sempurnanya sistem informasi kebijakan
f. Kurang dihargainya unsur kebudayaan nasional
g. Belum kokohnya kesadaran, identitas, dan kebanggaan nasional
h. Belum tumbuhnya masyarakat yang gemar belajar
i. Belum tersebarnya paket pendidikan yang dapat mengikat, mudah dicerna, dan
mudah diperoleh
j. Belum meluasnya kesempata kerja (pembuatan dan pemanfaatan teknologi,
komunikasi, software dan hardware.
Setiap Masalah pendidikan berkaitan erat dengan segi kehidupan yang lain,
masalahnya bersifat kompleks (rumit), sesuai dengan kehidupan masyarakatnya.
Seberapa besar keterkaitan suatu masalah pendidikan dengan masalah-masalah
social lain dalam masyarakatnya, secara sederhana masalah pendidikan dapat
dikelompokan kedalam beberapa jenis, :
1. Masalah pemerataan
2. Masalah Mutu / kualitas
3. Masalah efektivitas dan relevansi
4. Masalah efisiensi.
Pemecahan masalah-masalah pendidikan yag komplek itu dengan cara
pendekatan pendidikan yang konvensional sudah dianggap tidak efektif. Karena
itulah inovasi atau pembaruan pendidikan sebagai persepektif baru dalam dunia
pendidikan mulai dirintis sebagai alternative untuk memecahkan masalah-masalah
pendidikan yang belum dapat diatasi dengan cara konvensional secara tuntas.
Semakin besar/lebar perbedaan antara yang dicita-citakan dengan yang ternyata
ditemui di lapangan, seakin besar/rumit/kompleks permasalahan tersebut. Dewasa
ini permasalahan yang dipandang rumit/kompleks adalah permasalahan : 1)
pemerataan, 2)mutu, 3) efisiensi dan efektivitas, dan 4) relevansi. Ke 4
permasalahan pokok ini akan dipaparkan dalam bab ini disamping itu akan di
uraikan pula saling kait antar jenis masalah tersebut.

6
Sistem pendidikan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan
social budaya dan masyarakat sebagai suprasistem sehingga menciptakan kondisi
yang sedemikian rupa dan permasalahan interen system pendidikan itu menjadi
sangat kompleks. Artinya, permasalahan interen dalam system pendidikan
kaitannya dengan masalah-masalah diluar system pendidikan itu sendiri. Misalnya
masalah mutu hasil belajar suatu sekolah tidak dapat dilepaskan dari kondisi social
budaya dan ekonomi masyarakat disekitarnya, dan masih banyak lagi factor-faktor
lainnya di luar system persekolahan yang berkitn dengan mutu hasil belajar
tersebut.
Namun pada dasarnya ada dua masalah pokok yang dihadapi oleh dunia
pendidikan di tanah air kita dewasa ini yaitu :
 Bagaimana semua warga Negara dapat menikmati kesempatan pendidikan.
 Bagaimana pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterammpilan
kerja yang mantap untuk dapat terjun ke dalam kancah kehidupan
bermasyarakat.

2. MASALAH PEMERATAAN PENDIDIKAN.


a. Pengertian Pemerataan
Didalam tujuannya “pendidikan nasional dapat menyediakan kesempatan yang
seluas-luasnya bagi seluruh warga negara Indonesia untuk memperoleh
pendidikan”. Namun pada kenyataanya “masih banyak warga Negara kususnya
warga usia sekolah tidak tertampung di lembaga pendidikan (sekolah) yang ada”.
Permasalahannya adalah bagaimana sistim pendidikan dikelola sehingga dapat
menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh warga Negara
memperoleh pendidikan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata pemerataan berasal
dari kata dasar rata, yang berarti: 1) meliputi seluruh bagian, 2) tersebar kesegala
penjuru, dan 3) sama-sama memperoleh jumlah yang sama. Sedangkan kata
pemerataan berarti proses, cara, dan perbutan melakukan pemerataan. Jadi dapat
disimpulkan bahwa pemerataan pendidikan adalah suatu proses, cara dan perbuatan

7
melakukan pemerataan terhadap pelaksanaan pendidikan, sehingga seluruh lapisan
masyarakat dapat merasakan pelaksanaan pendidikan.
Pelaksanaan pendidikan yang merata adalah pelaksanaan program
pendidikan yang dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya bagi seluruh
warga negara Indonesia untuk dapat memperoleh pendidikan. Pemerataan dan
perluasan pendidikan atau biasa disebut perluasan keempatan belajar merupakan
salah satu sasaran dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Hal ini dimaksudkan
agar setiap orang mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh
pendidikan. Kesempatan memperoleh pendidikan tersebut tidak dapat dibedakan
menurut jenis kelamin, status sosial, agama, maupun letak lokasi geografis.
Dalam propernas tahun 2000-2004 yang mengacu kepada GBHN 1999-
2004 mengenai kebijakan pembangunan pendidikan pada poin pertama
menyebutkan: “Mengupayakan perluasan dan pemeraatan memperoleh pendidikan
yang bermutu tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia menuju terciptanya Manusia
Indonesia berkualitas tinggi dengan peninggakatan anggaran pendidikan secara
berarti“. Dan pada salah satu tujuan pelaksanaan pendidikan Indonesia adalah
untuk pemerataan kesempatan mengikuti pendidikan bagi setiap warga negara.
Dari penjelasan tersebut dapat dilihat bahwa Pemerataan Pendidikan
merupakan tujuan pokok yang akan diwujudkan. Jika tujuan tersebut tidak dapat
dipenuhi, maka pelaksanaan pendidikan belum dapat dikatakan berhasil. Hal inilah
yang menyebabkan masalah pemerataan pendidikan sebagai suatu masalah yang
paling rumit untuk ditanggulangi.
Permasalahan Pemerataan dapat terjadi karena kurang tergorganisirnya
koordinasi antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, bahkan hingga
daerah terpencil sekalipun. Hal ini menyebabkan terputusnya komunikasi antara
pemerintah pusat dengan daerah. Selain itu masalah pemerataan pendidikan juga
terjadi karena kurang berdayanya suatu lembaga pendidikan untuk melakukan
proses pendidikan, hal ini bisa saja terjadi jika kontrol pendidikan yang dilakukan
pemerintah pusat dan daerah tidak menjangkau daearh-daerah terpencil. Jadi hal ini
akan mengakibatkan mayoritas penduduk Indonesia yang dalam usia sekolah, tidak
dapat mengenyam pelaksanaan pendidikan sebagaimana yang diharapkan.

8
Permasalahan pemerataan pendidikan dapat ditanggulangi dengan
menyediakan fasilitas dan sarana belajar bagi setiap lapisan masyarakat yang wajib
mendapatkan pendidikan. Pemberian sarana dan prasrana pendidikan yang
dilakukan pemerintah sebaiknya dikerjakan setransparan mungkin, sehingga tidak
ada oknum yang dapat mempermainkan program yang dijalankan ini.

b. Tujuan pemerataan Pendidikan


Adalah menyiapkan masyarakat untuk dapat berpartisipasi dalam
pembangunan dan pengembangan bangsa, oleh karena itu setelah pelaksanaan
pemerataan pendidikan terpenuhi maka yang marus dilakukan selanjutnya adalah
meningkatkan mutu pendidikan.
Sebagaimana dijelaskan UU Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan Nasional (sisdiknas) bab 3 mengenai penyelenggaraan pendidikan pasal
4 yang berbunyi sebagai berikut :
a) Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
diskriminatif dengan menjungjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan,
nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
b) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistematik dengan
sistem terbuka multibermakna.
c) Pendidikan diselenggarakan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik yang berlangsung seumur hidup.
d) Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun
kemauan, serta mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam proses
pembelajaran
e) Proses pendidikan dikembangkan dengan budaya membaca, menulis, dan
berhitung bagi setiap masyarakat.
f) Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen
masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu
layanan pendidikan.
Berdasarkan uraian diatas dapat dipahami pendidikan diindoesia
dilaksanakan berdasarka kebutuhan warga masyarakat dalam pemberdayaan

9
terhadap warga negara dengan menjunjung tunggi nilai-nilai demokratis dan
keadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi HAM, nilai
keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.

3. MASALAH MUTU PENDIDIKAN.


a. Pengertian Mutu Pendidikan
Mutu sama halnya dengan memiliki kualitas dan bobot. Jadi pendidikan yang
bermutu yaitu pelaksanaan pendidikan yang dapat menghasilkan tenaga profesional
sesuai dengan kebutuhan negara dan bangsa pada saat ini. Sedangkan relevan
berarti bersangkut paut, kait mangait, dan berguna secara langsung. Sejalan dengan
proses pemerataan pendidikan, peningkatan mutu untuk setiap jenjang pendidikan
melalui persekolahan juga dilaksanakan. Peningkatan mutu ini diarahkan kepada
peningkatan mutu masukan dan lulusan, proses, guru, sarana dan prasarana, dan
anggaran yang digunakan untuk menjalankan pendidikan.
Kurangnya dana, kurangnya jumlah guru, kurangnya fasilitas pendidikan dapat
mempengaruhi merosotnya mutu pendidikan. Oleh sebab itudalam mengatasi
masalah ini pemerintah telah berusaha dengan sebaik mungkin untuk meningkatkan
kemampuan guru melalui training-training, dengan menambah fasilitas, dengan
menambah dana pendidikan, mencari sestem pengajaran tepat guna, serta sistem
eveluasi yang sebaik mungkin dengan tujuan dapat meningkatkan mutu pendidikan
secara bertahap.

b. Tujuan Mutu pendidikan


Adalah untuk memberikan jaminan kualitas pendidikan yang sesuai dengan
tujuan pendidikan. Oleh karena itu mutlak dilakukan atau dilaksanakan oleh
lembaga pendidikan. Mutu pendidikan erat kaitannya dengan lembaga pendidikan,
yaitu sekolah yang merupakan lembaga pendidikan secara khusus yang
mengembangkan SDM.

10
4. PERMASALAHAN EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS PENDIDIKAN.
a. Pengertian efisiensi dan efektivitas.
Sesuai dengan pokok permasalahan pendidikan yang ada selain sasaran
pemerataan pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan, maka ada satu masalah
lain yang dianggap penting dalam pelaksanaan pendidikan, yaitu efisiensi dan
efektifitas pendidikan. Pendidikan dikatakan efisiensi (ideal) ialah bila
penyelenggaraan pendidikan tersebut hemat waktu, tenaga, dan biaya tetapi
produktivitas (hasil) optimal. Pendidikan dikatakan efisiensi bila pendayagunaan
sumber daya yang ada (waktu, tenaga, biaya) tepat sasaran. Kada efisiensi itu
tergantung pada pemberdayaan sumber daya tersebut. Bila yang terjadi misalnya
tidak hemat (boros) waktu, biaya dan tenaga tidak berfungsi secara optimal maka
kadar efisiensi rendah (tidak/kurang efisien).
Maksud efisiensi adalah apabila sasaran dalam bidang pendidikan dapat dicapai
secara efisien atau berdaya guna. Artinya pendidikan akan dapat memberikan hasil
yang baik dengan tidak menghamburkan sumberdaya yang ada, seperti uang,
waktu, tenaga dan sebagainya.Pelaksanaan proses pendidikan yang efisien adalah
apabila pendayagunaan sumber daya seperti waktu, tenaga dan biaya tepat sasaran,
dengan lulusan dan produktifitas pendidikan yang optimal. Pada saat sekarang ini,
pelaksanaan pendidikan di Indonesia jauh dari efisien, dimana pemanfaatan segala
sumberdaya yang ada tidak menghasilkan lulusan yang diharapkan. Banyaknya
pengangguran di Indonesia lebih dikarenakan oleh kualitas pendidikan yang telah
mereka peroleh. Pendidikan yang mereka peroleh tidak menjamin mereka untuk
mendapat pekerjaan sesuai dengan jenjang pendidikan yang mereka jalani.
Pendidikan yang efektif adalah pelaksanaan pendidikan dimana hasil yang
dicapai sesuai dengan rencana / program yang telah ditetapkan sebelumnya. Jika
rencana belajar yang telah dibuat oleh dosen dan guru tidak terlaksana dengan
sempurna, maka pelaksanaan pendidikan tersebut tidak efektif.
Pendidikan diusahakan agar dapat memperoleh hasil yang baik dengan adanya
biaya dan waktu yang sedikit. Ini artinya harus dicari sistem mendidik dan mengajar
yang efisien dan efektif, yang sesuai dengan prinsip-prinsip dasar pendidikan.

11
b. Tujuan Efisiensi Pendidikan
Dalam konteks penyelenggaraan pendidikan diindonesia erat kaitannya dengan
profesional dalam management nasional pendidikan yang diterapkan, antara lain :
disiplin keahlian, etos kerja, dan cost effectiveness.
Bedasarkan uraian diatas dapat dipahami bahwa efisiensi pendidikan
merupakan salah satu faktor pendukung dalam membentuk lembaga pendidikan
yang efektif serta sesuai dengan yang diharapkan. Oleh karena itu proses
pendidikan harus diusahakan agar memperoleh hasil yang maksimal denga waktu
yang terbatas.

5. PERMASALAHAN RELEVANSI PENNDIDIKAN.


a. Pengertian relevansi pendidikan.
Relevansi pendidikan merupakan kesesuaian antara pendidikan dengan
perkembangan di masyarakat. Misalnya:Lembaga pendidikan tidak dapat mencetak
lulusan yang siap pakai. tidak adanya kesesuaian antara output (lulusan) pendidikan
dengan tuntutan perkembangan ekonomi.
Masalah relevansi ini pada prinsipnya cukup mendasar. Dalam kondisi sekarang ini
sangat dibutuhkan output pendidikan yang sesuai dengan tuntutan masyarakat
terutama dalam hubungannya dengan persiapan kerja.
Pendidikan dianggap relevan (ideal) ialah bila sistim pendidikan dapat
menghasilkan output (keluaran) yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan.
Kesesuaian (relevansi) tersebut meliputi/mencakup kuantitas (jumlah) ataupun
kualitas (mutu) output tersebut. Selanjutnya kesesuaian tersebut hendaknya
mempunyai tingkat keterkaitan (link) dan kesepadanan (match).
Pendidikan dikatakan tidak atau kurang. Kadar permasalahan ditentukan
oleh tingkat kesesuaian antara sistim pendidikan dengan kebutuhan masyarakat
pembangunan tersebut. Bila tingkat kesesuaian tinggi maka pendidikan dikatakan
relevan. Permasalahan akan semakin besar/rumit bila tingkat kesesuaian itu rendah.

b. Tujuan relevansi.
Upaya peningkatan relevasi dalam sstem pendidikan bertujuan agarhasil
pendidikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik, dalam artian prosese pendidikan

12
dapat memberikan dampak pemenuhan kebutuhan peserta didik, baik kebutuha
kerja , kehidupan dimasyarakat, dan melanjutkan kejenjang yang lebih tinggi.

6. TENAGA PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN.


a. pengertian Tenaga pendidik dan Tenaga Kependidikan
Tenaga pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,
dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator, dan
sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi dalam
menyelenggarakan (UU No. 20 tahun 2003 pasal 1, BAB 1 )
Tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan
diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan (UU No. 20 tahun 2003 psl
1, BAB 1)

b. Perananan Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Tenaga pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan
dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi tenaga pendidik pada perguruan tinggi. (UU No.20 THN
2003, PSL 39 (2))
Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk
melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan
nasional
Suatu keharusan bagi tenaga pendidik untuk mengetahui kecakapan, tingkat
mutu dan profesionalitas sehingga akan dihasilkan tenaga pendidik yang
berkualitas. Dan tenaga pendidik yang berkualitas merupakan salah satu indikator
dalam penjaminan mutu pendidikan.
Tenaga kependidikan merupakan tenaga yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan
pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. (UU
No.20 THN 2003, PSL 39 (1))

13
Tenaga kependidikan berperan sebagai penunjang penyelenggaraan
pendidikan. mulai dari pengaturan jadwal pembelajaran yang teratur, kelengkapan
sarana-prasarana sekolah yang memadai dan memenuhi standar, kebersihan dan
kenyamanan lingkungan sekolah yang selalu terjaga, manajemen sekolah yang
tegas serta supervisi yang ketat. Semua faktor itu adalah peran strategis tenaga
kependidikan, apakah itu staf TU, pustakawan, laboran, pesuruh/ penjaga sekolah,
pengawas sekolah dan kepala sekolah. Penilaian keberhasian pendidikan tidak
hanya diukur dari faktor tenaga pendidik (guru dan dosen) saja, tetapi juga harus
dilihat dari berbagai sudut pandang.

c. Permasalahan-Permasalahan
Beberapa permasalahan yang dihadapi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
antara lain :
1. Kesejahteraan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.
Kebijakan “upah minimum” boleh jadi telah menyebabkan pegawai bermental
kuli, bukan pegawai yang mengejar prestasi. Rendahnya dan bahkan tidak ada
lagi insentif dari pemerintah daerah terutama yang tinggal di desa terpencil.
Bahkan untuk tenaga kependidikan belum ada “pengakuan” dan penghargaan
atas kinerjanya seperti sertifikasi. Hal ini akan menimbulkan kesenjangan yang
mengakibatkan peningkatan mutu pendidikan terhambat.
2. Penilaian dan pengawasan kinerja
Kinerja kompetensi guru masih jauh dibawah standar isi dan proses.
3. Penempatan dan distribusi tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.
Terjadi penumpukan tenaga pendidik di kota, tetapi di pedesaan dan terpencil
sangat kekurangan. Hal ini disebabkan banyaknya mutasi tenaga pendidik
karena masalah jauh dari keluarga, medan yang sulit, tidak betah tinggal
dipedesaan dan terpencil. Begitu juga dengan tenaga kependidikan, bahkan di
pedesaan dan terpencil tidak ada tenaga kependidikan.
4. Promosi kepangkatan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan

14
Pengurusan promosi jabatan.pangkat bagi tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan terutama di daerah terpencil sangat sulit. Karena medan yang sulit
dan birokrasi yang berbelit
5. Mutasi fungsional dan struktural
Banyaknya tenaga pendidik yang potensial direkrut dalam jabatan struktural
seperti camat, anggota dewan

15
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Banyak sekali factor yang menjadikan rendahnya kualitas pendidikandi
Indonesia. Factor-faktor yang bersifat teknis diantaranya adalah rendahnya kualitas
guru, rendahnya sarana fisik, mahalnya biaya pendidikan, rendahnya prestasi siswa,
rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,
kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan. Namun sebenarnya yang menjadi
masalah mendasar dari pendidikan di Indonesia adalah sistem pendidikandi
Indonesia itu sendiri yang menjadikan siswa sebagai objek, sehingga manusia yang
dihasilkan dari sistem ini adalah manusia yang hanya siap untuk memenuhi
kebutuhan zaman dan bukannya bersikap kritis terhadap zamannya. Maka disinilah
dibutuhkan kerja sama antara pemerintah dan mesyarakat untuk mengatasi
segala permasalahanpendidikan di Indonesia.

B. Saran

16

Anda mungkin juga menyukai