Anda di halaman 1dari 20

Ayi Hidayat, SS.

NIM : 4103810318023

UJIAN AKHIR SEMESTER


MATA KULIAH
MANAJEMEN ORGANISASI, PERSONIL DAN
KEPEMIMPINAN

Dosen : 1. Dr. H. Adjat Sudrajat, M.Pd.


2. Dr. Ade Tutty R. Rosa, M.M.Pd.

Oleh :
Ayi Hidayat, SS.
NIM : 4103810318023

SEKOLAH PASCA SARJANA


UNIVERSITAS ISLAM NUSANTARA

BANDUNG
2019
Ayi Hidayat, SS.
NIM : 4103810318023

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) SPs (S2)


TAHUN AKADEMIK 2018-2019
Mata Kuliah : MANAJEMEN ORGANISASI, PERSONIL & KEPEMIMPINAN
Hari/Tanggal : Sabtu , ….. NOP 2019
Waktu : -
Kelas / Angktan : A / Semester 2
/Semester
Sifat Ujian : Take Home
Dosen : Dr. H. Adjat Sudradjat , M.Pd dan Dr. Hj ADE TUTTY R ROSA
MMPd

SOAL
1. Beberapa perubahan dari hasil para peneliti saat ini tentang organisasi,Personil dan
Kepemimpinan Dalam Manajemen pendidikan lebih terkesan pada sisi sumber daya manusia
yang cenderung lebih disrupsi dalam tekanan perkembangan technology yang sulit
terkendali,Jelaskan dengan singkat Bagaimana Langkah strategis SDM khususnya bidang
pendidikan agar survive diihat dari : a. Hierarki Suatu organisasi dalam pandangan Persons di
sekolah dilihat dari Level/ Tingkatan b. Koordinasi Dalam Sekolah; c. Hubungan kekuasaan
sekolah ; d. Organisasi Formal dan Informal; e. perilaku SDM di Sekolah

JAWAB
Pendidikan diyakini sebagai salah satu bidang yang memiliki peran penting dan strategis dalam
pembangunan suatu bangsa. Bahkan menjadi faktor dominan di dalam proses peningkatan
kecerdasan bangsa. Betapa penting dan strategis peranan pendidikan di dalam pembangunan
bangsa, hal tersebut telah diakuai sejak dirumuskannya UUD 1945. Tanpa bangsa yang cerdas
tidak mungkin bangsa itu ikut serta dalam percaturan global. Secara umum, terdapat dua orientasi
pendidikan dalam pembangunan bangsa, yaitu orientasi individual dan orientasi masyarakat.
Orientasi individual, pendidikan berperan dalam pembentukan insan terdidik (educated person)
yaitu melalui proses pengembangan potensi diri. Kemampun yang dimiliki oleh insan terdidik
merupakan sarana bagi pemahaman diri dan lingkungan, upaya adaptasi dan partisipasi dalam
perubahan, pelaku utama bagi perubahan (inovator), dan memiliki orientasi prediktif dan
antisipatif. Dengan demikian, manusia terdidik dapat menjadi anutan bagi yang lainya (reference
behavior) dan memiliki andil dalam membangun masyarakat (society building). Untuk itu,
manusia terdidik harus memiliki keunggulan partisipatif bagi terwujudnya transformasi sosial
yang menyeluruh. Sedangkan orientasi masyarakat, pendidikan memiliki tiga peran utama yakni
sebagai agen konservatif (agent of conservation), agen inovatif (agent of innovation), dan agen
perubahan (agent of change). Sebagai agen konservatif, pendidikan secara operasional praktis
Ayi Hidayat, SS.
NIM : 4103810318023
melalui kegiatan pembelajaran yang berorientasi pada penanaman dan pelestarian nilai-nilai
sosial-budaya asli (indigeneous) yang memiliki ketangguhan dan ketahanan (homeostatic).
Dengan demikian, masyarakat akan memiliki jati diri dalam menyikapi arus globalisasi. Sebagai
agen inovatif, pendidikan memiliki peran dalam mengembangkan ilmu pengetahuan,
mendesiminasikan, mensosialisasikan, dan mengaplikasikannya. Melalui perannya tersebut,
pendidikan akan menghasilkan masyarakat pembelajar (learning society) yang diekspresikan
dengan gemar mencari informasi, menggunakan, dan mengkomunikasikannya. Sedangkan sebagai
agen perubahan, pendidikan memiliki konsekuensi terhadap aplikasi dari produk inovasi
pendidikan, sehingga pendidikan menjadi katalisator bagi terjadinya transformasi sosial.
Pendidikan tidak hanya berorientasi pada masa sekarang, melainkan bersifat dinamis dan
antisipatif bagi terjadinya perubahan. Dengan beberapa peran yang dimilikinya tersebut,
pendidikan dituntut memiliki sumber daya pendidikan untuk mempersiapkan pelaku-pelaku
perubahan yang tangguh, unggul, partisipatif, dan kompetitif. Sumber daya pendidikan adalah
segala sesuatu yang dipergunakan dalam penyelenggaraan pendidikan yang meliputi tenaga
kependidikan, masyarakat, dana, sarana, dan prasarana (UURI No. 20 Tahun 2003). Selanjutnya
dinyatakan bahwa tenaga kependidikan adalah anggota masyarakat yang mengabdikan diri dan
diangkat untuk menunjang penyelenggaraan pendidikan. Selanjutnya, dalam pembahasan ini,
tenaga kependidikan dipakai istilah sumber daya manusia pada bidang pendidikan. Mengingat
peran penting dan strategis bidang pendidikan, maka pengembangan sumber daya manusia pada
bidang ini menjadi tuntutan, baik tuntutan yuridis formal dan teknis operasionalnya maupun
tuntutan penguasaan teoretis dan praktik empiris. Pertanyaannya adalah bagamana pengembangan
sumber daya manusia yang berorientasi pada peningkatan kualitas dan ketercapaian tujuan
pendidikan nasional.
a. Hierarki Suatu organisasi dalam pandangan Persons di sekolah dilihat dari Level/ Tingkatan
Robert Tanembuan mengatakan bahwa yang disebut pemimpin adalah mereka yang
menggunakan wewenang formal untuk mengorganisasi, mengarahkan dan mengontrol para
bawahan yang bertanggungjawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai
tujuan perusahaan.
Sementara itu Malayu S.P. Hasibuan mengatakan pemimpin adalah seseorang yang dengan
kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaannya
dalam mencapai tujuan.
Selain itu, dalam Al-Qur'an surat al-Baqarah ayat 30 dikatakan bahwa Allah, hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi. Jadi pemimpin itu harus mempunyai bawahan,
harus membagi pekerjaannya dan harus tetap bertanggungjawaab terhadap pekerjaannya.
Tingkatan Pemimpin atau Manager yang terdapat dalam perusahaan atau Lembaga
dikelompokkan menjadi tiga kelompok, yaitu :
1. Top Manager (Manager puncak) adalah pemimpin tertinggi dari suatu perusahaan.
Ayi Hidayat, SS.
NIM : 4103810318023
Yang termasuk dalam kelompok ini adalah Direktur Utama (Dirut) dan Dewan Komisaris
(board of director). Corak kegiatan Top Manager adalah memimpin organisasi,
menentukan tujuan dan kebijaksanaan pokok (Basic Policy).
2. Middle Manager (Manager menengah) adalah pemimpin menengah dari suatu
perusahaan. Yang termasuk golongan ini adalah kepala divisi, kepala unit, kepala bagian,
pimpinan cabang. Corak kegiatan Middle Manager ini adalah memimpin Lower Manager
dan menguraikan kebijaksanaan pokok yang dikeluarkan Top Manager. Pada tingkat ini
perencanaan lebih bersifat administratif, artinya sudah lebih jelas menunjukkan cara-cara
bagaimana perencanaan yang bersifat direktif dan dapat dilakukan sebaik-baiknya.
3. Lower Manager (manajer terendah) adalah pimpinan terendah yang secara langsung
memimpin, mengarahkan dan mengawasi para karyawan pelaksana (operasional) dalam
mengerjakan tugas-tugasnya, supaya tujuan perusahaan dapat tercapai. Yang termasuk
kelompok ini adalah setiap pemimpin (managing the workers) yang langsung memimpin
para karyawan operasional.
Pada dasarnya tugas-tugas manager pada semua tingkatan itu sama dalam proses
manajemen, yakni membenahi semua fungsi manajemen dengan baik supaya tujuan dapat
tercapai dengan optimal.
Manajer harus bertanggung jawab atas pekerjaan orang lain dan bertanggung jawab atas
hasil yang dicapai. Tegasnya manajer harus bertanggungjawab atas perkembangan dan
kesinambungan perusahaan atau lembaga yang dipimpinnya itu.
Secara umum tugas manajer itu meliputi hal-hal sebagai berikut :
1) Managerial Cycle adalah siklus pengambilan keputusan, perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, pengendalian, penilaian dan pelaporan.
2) Memotivasi, artinya seorang manajer harus dapat mendorong para bawahannya untuk
bekerja giat dan membina bawahan dengan baik sehinga tercipta suasana kerja yang baik
dan harmonis.
3) Manajer harus berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan para bawahannya, supaya
loyalitas dan partisipasinya meningkat.
4) Manajer harus dapat menciptakan kondisi yang akan membantu bawahannya mendapatkan
kepuasan dalam pekerjaannya.
5) Manajer harus berusaha agar para bawahannya bersedia memikul tanggung jawab dalam
menyelesaikan tugasnya dengan baik.
6) Manajer harus membina bawahannya agar dapat bekerja secara efektif dan efesien.
7) Manajer harus membenahi fungsi-fungsi fundamental manajemen secara baik.
8) Manajer harus mewakili dan membina hubungan yang harmonis dengan pihak-pihak luar.
9) Manajer harus bertanggung jawab atas keselamatan kerja para bawahannya selama
melakukan pekerjaan.
10) Manajer harus mengadakan pembagian pekerjaan dan mengkoordinasi tugas-tugas supaya
terintegrasi pada tujuan yang diinginkan.
Ayi Hidayat, SS.
NIM : 4103810318023
11) Manajer harus bersedia menjadi penanggung jawab terakhir mengenai hasil yang dicapai
dari proses manajemen itu.
Dari penjelasan diatas dapat dipahami bahwa tugas seorang manajer adalah berusaha untuk
mencapai tujuan sesuai dengan yang diinginkan dari proses manajemen yang dipimpinnya.

b. Koordinasi Dalam Sekolah


Koordinasi atau dalam bahasa Inggris coordination, berasal dari bahasa latin, yakni cum yang
berarti berbeda-beda, dan ordinare yang berarti penyusunan atau penempatan sesuatu pada
keharusannya (westra, 1983). Dalam kamus besar Indonesia, koordinasi diartikan sebagai
perihal mengatur suatu organisasi atau kegiatan sehingga peraturan dan tindakan yg akan
dilaksanakan tidak saling bertentangan atau simpang siur
Dalam manajemen berbasis sekolah koordinasi berkaitan dengan penempatan berbagai
kegiatan yang berbeda-beda pada keharusan tertentu, sesuai dengan aturan yang berlaku untuk
mecapai tujuan dengan sebaik-baiknya melalui proses yang tidak membosankan. Koordinasi
sering dimaknai sebagai kerjasama. Padahal, koordinasi lebih daripada kerjasama karena dalam
koordinasi juga terkandung sinkronisasi.
Pada hakikatnya pengkoordinasian merupakan upaya untuk menyelaraskan satuan-
satuan, pekerjaan-pekerjaan, dan orang-orang agar bekerja dengan tertibdan seirama menuju
ketercapaiannya tujuan tanpa terjadinya (chaos), penyimpangan, percekcokkan, dan
kekosongan kerja (vaccum). Jadi, koordinasi dapat dimaknai sebagai proses penyatupaduan
sasaran-sasaran dan kegiatan-kegiatan dari unit-unit lembaga, untuk mencapai tujuan lembaga
secara efektif dan efisien.
Koordianasi bukan upaya sesaat, tapi merupakan upaya berkesinambungan dan
berlangsung terus menerus untuk menciptakan dan mengembangkan kerjasama serta
mempertahankan keserasian dan keselarasan tindakan, antara pegawai maupun unit lembaga
sehingga sasaran-sasaran yang telahditetapkan dapat diwujudkan sesuai dengan rencana.
Handayaningrat (1992) mengemukakan karakteristik koordinasi sebagai berikut:
a. Tanggung jawab koordinasi terletak pada pimpinan. Oleh karena itu koordinasi menjadi
wewenang dan tanggung jawab pimpinan sehingga dapat dikatakan bahwa pimpimnan bias
berhasil jika melakukan koordinasi.
b. Koordinasi adalah kerjasama. Hal ini karena kerjasama merupakan syarat mutlak
terselenggaranya koordinasi.
c. Koordinasi merupakan proses yang terus menerus, dan berkesinambungan dalam rangka
mewujudkan tujuan lembaga.
d. Pengaturan usaha kelompok secara teratur karena merupaka konsep yang diterapkan dalam
kelompok untuk mecapai tujuan bersama.
e. Kesatuan tindakan merupakan inti koordinasi. Pimpimnan merupakan pengatur usaha-
usaha dan tindakan-tindakan individu sehingga diperoleh keserasian dalam mencapai hasil
bersama.
Ayi Hidayat, SS.
NIM : 4103810318023
f. Tujuan bersama (common purpose). Kesatuan bersama meminta kesadaran semua pihak
untuk berpartisipasi aktif melaksanakan tujuan bersama.
Selain karakteristik koordinasi, terdapat lima prinsip utama koordinasi untuk
kepentingan diatas, yaitu:
a. Koordinasi harus dimulai dari tahap perencanaan awal
b. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah menciptakan iklim yang kondusif bagi
kepentingan bersama.
c. Merupakan proses yang terus menerus dan berkesinambungan
d. Merpakan pertemuan-pertemuan bersama untuk mencapai tujuan.
e. Perbedaan pendapat harus diakui sebagai pengayaan dan harus dikemukakan secara
terbuka dan diselidiki dalam kaitannya dengan situasi secara keseluruhan.

Komunikasi Dalam Manajemen Berbasis Sekolah


Komunikasi dalam MBS dapat dibedakan menjadi dua, yaitu komunikasi intern dan
ekstern.
1. Komunikasi Intern
Komunikasi intern yang terbina dengan baik akan memberikan kemudahan dan
keringanan dalam melaksanakan serta memecahkan masalah sekolah menjadi tugas
bersama.
Manajemen dilihat dari para anggotanya, di sekolah tidak banyak personil dewasa
yang terdiri atas guru dan pegawai. Namun jika peserta didik juga dipandang sebagai
personil sekolah, jumlahnya akan menjadi banyak. Oleh karena itu, terjalinnya komunikasi
yang baik antarpersonil sekolah merupakan hal yang urgen. Kurang komunikasi akan
mengakibatkan kurang tercapainya hasil yang diinginkan.
Dalam suatu sekolah yang memiliki komunikasi yang bururk akan mengakibatkan
hubungan tidak harmonis antara personil sekolah dan cenderung memusatkan perhatian
kepada dirinya sendiri. Sehingga jika terjadi suatu masalah pada sekolah akan sulit
menemukan titik temu antara para personil sekolah. Oleh karena itu kepala sekolah wajib
untuk membina komunikasi intern yang baik agar personil sekolah mau dan mampu
meningkatkan kemampuan kinerja masing-masing. Selain itu komunikasi yang baik dapat
menciptakan suasana yang hangat dan menari.
Komunikasi intern akan sangat dirasakan manfaatnya terutama bagi seorang
pemula. Yang awalnya memiliki rasa canggung menjalani rutinitas dalam dunia yang baru
namun teman-temannya yang sudah berada lebih awal akan mampu membantunya dan
membuat kondisi menjadi lebih nyaman. Komunikasi intern bukan hanya untuk pemula
namun juga untuk pegawai yang sudah ada akan senantiasa memerlukan komunikasi yang
baik untuk mengetahiu pendapat orang lain mengenai suatu maslah. Bantuan rekan kerja
akan sangat bermanfaat untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dalam
pekerjaan.
Ayi Hidayat, SS.
NIM : 4103810318023
Dalam komunikasi intern terdapat prinsip-prinsip komunikasi sebagai berikut:
a. Bersikap terbuka, tidak memaksakan kehendak, tetapi bertindak sebagai fasilitator
yang mendorong suasana demokratis dan kekeuargaan.
b. Mendorong para guru untuk mau dan mampu mengemukakan pendapatnya dalam
memecahkan maslah, serta dapat harus mendorong aktivitas danrkreatifitas guru
c. Mengembangkan kebiasaan untuk berdiskusi secara terbuka, dan mendidik guru-guru
untuk mau menerima pendapat orang lain secara objektif.
d. Mendorong para guru dan pegawai untuk mengambil keputusan yang paling baik dan
meaati keputusan tersebut.
e. Berlaku sebagai pengarah, pengatur pembicaraan, perantara, dan pengambil keputusan
secara redaksional.
Prinsip-prinsip diatas akan membuat kepala sekolah menerapkan prinsip
demokratis dengan memandang bahwa para guru bukan hanya menjadi pembantunya tetapi
sebagai mitra atau partner kerja dalam kelompok. Dalam kepemimpinan seperti ini disebut
“bekerja di luar dan di dalam sekaligus”.
Di seiap sekolah mmiliki masalah yang harus segera dicari jalan keluar yang
proporsional. Untuk kepentingan tersebut, perlu adanya pertemuan secara berkala dan
teratur, contoh seminggu sekali. Waktu yang diperlukan untuk memecahkan masalah
sangat bergantung pada pertemuan antarpersonil. Makin jarang pertemuan diadakan, makin
lama masalah akan mendapat jalan keluar. Dalam pertemuan tersebut, kepala sekolah akan
bertindak sebagai pimpinan dan guru-guru akan mengemukakan pendapat tentang masalah
yang dihadapi untuk mengembangkan dan meningkatkan kemampuan professional para
guru.
Dalam diskusi biasanya akan memunculkan hal baru yang harus diketahui guru.
Misalnya kebijakan baru departemen pendidikan yang harus segera diketahui oleh para
guru maupun atau guru yang telah kembali dari penataran akan membagikan hal-hal yang
didapat selama kegiatan tersebutb yang belum diketahui oleh rekan guru yang lain.
Keadaan ini dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kemampuan dan keprofesionalan
personilnsekolah dengan menyelenggarakan diskusi dan tany jawab. Jika hal ini dapat
dilakukan secara berkesinambungan akan tersa besar manfaatnya untuk pemecahan
masalah dan pengembangan kemampuan dan kinerja personil sekolah.
2. Komunikasi Ekstern
Komunikasi ekstern merupakan komunikasi yang antara sekolah denga lingkunan
sekitar untuk mendapatken masukan-masukan dari lingkungan yang berkaitan dengan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan di sekolah. Komunikasi ekstern meliputi komunikasi
sekolah dengan orangtua siswa, dan komunikasi sekolah dengan masyarakat, baik individu
maupun melembaga.
c. Hubungan kekuasaan sekolah ;
Ayi Hidayat, SS.
NIM : 4103810318023
Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna
menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan
tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau
kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan
dari pelaku (Miriam Budiardjo,2002). Hubungan Kekuasaan dan Kepemimpinan dapat di
ibaratkan seperti gula dengan manisnya tak terpisahkan atau bisa juga di ibaratkan seperti gula
dan semut dimana ada gula disitu ada semut. Seorang pemimpin yang efektif merupakan
pemimpin yang dapat mengelola kekuasaannya, sehingga pemimpin dapat menggunakan
kekuasaannya dengan benar untuk meningkatkan kinerja para bawahannya.
Kekuasaan tidak terbatas dimiliki oleh pemerintahan diktator saja, tetapi telah memasuki dunia
kebudayaan dan pendidikan. Proses pendidikan ternyata seringkali digunakan untuk
memperkuat dan memperlemah resistensi demi kelanggengan struktur kekuasaan dengan
mempertahankan ideologi dan hegemoni negara. Dalam kerangka pelaksanaan otonomi daerah
di Indonesia, batas-batas kekuasaan pemerintah pusat dan daerah perlu dirumuskan agar
pendidikan tetap merupakan upaya pengembangan potensi manusia untuk mewujudkan
individualitasnya. Kekuasaan dalam pendidikan dan kekuasaan negara bertemu dalam ruang
edukatif. kedua kekuasaan tersebut harus memiliki titik tolak yang sama agar tidak saling
berinterferensi .
Proses pendidikan yang sebenarnya adalah proses pembebasan dengan jalan memberikan
kepada peserta didik suatu kesadaran akan kemampuan kemandirian, atau memberikan
kekuasaan padanya untuk menjadi individu. Proses individualisasi hanya terjadi dalam tatanan
masyarakat yang berbudaya.
Bagaimanakah dengan proses kekuasaan? Proses melaksanakan kekuasaan berarti proses
menguasai. Artinya, ada yang melaksanakan kekuasaan (menguasai) dan ada yang menjadi
objek penguasa (dikuasai). Di sini ada hubungan subordinatif antara penguasa dan objek
kekuasaan. Dengan demikian , dapat terjadi perampasan kebebasan individu atau pembatasan
kebebasan individu kepada suatu otoritas atau suber kekuasaan di luar dirinya. Sumber otoritas
tersebut dapat timbul dari Negara, dari kekuatan ekonomi, atau dari kelas social yang
hegemonik.
Dari kacamata pendidikan dan melihat proses pendidikan yang menyeluruh disana terdapat
suatu gerakan yang membawa kekuatan dan menggerakkan kebutuhan yang diminta
masyarakat guna peningkatan taraf hidupnya. Tidak jarang kekuasaan-kekuasaan menyelimuti
pendidikan di dalam berbagai bentuknya. Kekuasaan tersebut dapat berwujud objektif atau
terang-terangan atau juga dapat berwujud subjektif atau secara tidak disadari telah
mengarahkan kegiatan-kegiatan pendidikan yang dikenal sebagai “hidden curriculum”.
Ekspresi yang negatif dari kekuasaan dalam pendidikan dapat kita lihat misalnya dalam
perubahan pendidikan pada masyarakat yang relative masih tertutup. Suatu penelitian tentang
perubahan pendidikan dalam masyarakat Dayak menunjukkan bagaimana masyarakat yang
semula berjalan dengan tenang di suatu rumah yang panjang dan dilaksanakan oleh suatu
Ayi Hidayat, SS.
NIM : 4103810318023
kelompok masyarakat yang tertutup yang boleh dikatakan dalam situasi masyarakat yang stabil
mengalami perubahan-perubahan besar dengan masuknya teknologi informasi yang masuk
melembas ke hutan-hutan yang terisolasi. Adanya perubahan pendidikan dalam keluarga telah
merubah pola-pola pengaruh kekuasaan dari struktur yang ada di masyarakat dayak.
Transformasi social yang terjadi dalam suatu keluarga berarti pergeseran kekuasaan yang
dimiliki oleh “tua-tua” masyarakat dan beralih kepada kekuasaan informasi oleh teknologi
informasi yaitu televise dan parabola.
Kekuatan media massa dalam masyarakat modern diakui oleh para pakar. Di daerah maju
seperti kota-kota besar transformasi social menjadi sangat cepat sehingga proses pendidikan
yang ada dalam keluarga mengalami perubahan yang revolusioner bahkan mengalami tekanan
dan berbagai kekuasaan yang mempengaruhi keluarga, yaitu dari suatu keluarga yang tertutup
menjadi keluarga yang terbuka. Tidak jarang norma-norma yang menguasai keluargamenjadi
berubah.
Setelah kita melihat gambaran pendidikan dan kekuasaan yang melibatkan seluruh aspek
manusia, maka timbul pertanyaan dari kita apakah kekuasaan mempunyai tempat dalam
pendidikan. Ada kaitan erat antara pendidikan dan kekuasaan. Justru karena adanya proses
kekuasaan itulah terjadi proses pendidikan. Hanya masalahnya ialah, apakah kekuasaan itu
sesuai dengan arah dan proses pendidikan yang sebenarnya atau tidak? Marilah kita melihat arti
yang hakiki antara kekuasaan dan pendidikan.
Proses pendidikan yang sebenarnya adalah proses pembebasan dengan jalan memberikan
kepada peserta didik suatu kesadaran akan kemampuan kemandirian atau memberikan
kekuasaan kepadanya untuk menjadi individu. Pemberian kekuasaan ini atau empowerment
merupakan cirri dari pedagogic transformative. Proses individuasi hanya terjadi melalui proses
partisipasi dalam kehidupan masyarakat yang berbudaya.
Bagaimana dengan proses kekuasaan? Proses melaksanakan kekuasaan berarti proses
menguasai artinya ada yang melaksanakan kekuasaan dan ada yang dikuasi atau menjadi objek
penguasa. Disini terjadi hubungan subrdinatif antara penguasa dan yang dikuasai. Dengan
demikian dapat terjadi perampasan kebebasan individu atau mengikat kebebasan individu pasa
suatu otoritas atau sumber kekuasaan di luar dirinya sendiri. Sumber otoritas tersebut dapat lahir
dari Negara, dari kekuatan ekonomi, atau dari kelas social yang hegemonic.
Pengertian kekuasaan dalam pendidikan rupanya mempunyai konotasi yang berbeda dengan
pengertian kekuasaan sebagaimana yang kita lihat dari kehidupan sehari-hari. Dapat kita
bedakan antara jenis kekuasaan: 1) kekuasaan yang transformatif; 2) kekuasaan yang berfungsi
sebagai transmitif.
Kekuasaan dalam pendidikan adalah bentuk kekuasaan yang transformative. Tujuannya adalah
dalam proses terjadinya hubungan kekuasaan tidak ada bentuk subordinasi antara subjek
dengan subjek yang lainnya. Kekuasaan yang transformative bahkan membangkitkan refleksi,
dan refleksi tersebut menimbulkan aksi orientasi yang terjadi dalam aksi tersebut merupakan
aksi orientasi yang advokatif.
Ayi Hidayat, SS.
NIM : 4103810318023
Di dalam kekuasaan sebagai transmitif terjadi proses transmisi yang diinginkan oleh subjek
yang memegang kekuasaan terhadapat subjek yang terkena kekuasaan itu sendiri. Orientasi
kekuasaan disini bersifat orientasi kekuasaan legitimatif. Dengan demikian, yang terjadi dalam
proses pelaksanaan kekuasaan adalah suatu aksi dari subjek yang bersifat robotic karena
sekedar menerima atau dituangkan sesuatu ke dalam bejana subjek yang bersangkutan. Inilah
yang disebut oleh Paulo freire sebagai proses system banking (banking system). Perbedaan
selanjutnya dari orientasi advokatif dan orientasi legitimatif ialah soal proses perubahan dari
refleksi kepada aksi yang meminta waktu. Apalagi apabila proses tersebut berkenaan dengan
perubahan kelakuan manusia maka diperlukan waktu yang cukup untuk beradaptasi dengan
lingkungan yang berubah.
Praksis Pendidikan dalam Empat masalah Pendidikan Berdasarkan Kekuasaan
Sekarang kita lihat praksis pendidikan dilaksanakan berdasarkan kekuasaan seperti yang telah
dirumuskan sebelumnya. Ada empat masalah yang berkenaan erat dengan pelaksanaan
pendidikan berdasarkan kekuasaan : 1) Demostifikasi dan stupidifikasi pendidikan; 2)
Indoktrinasi; 3) Demokrasi dalam Pendidikan; 4) Integrasi social.

d. Organisasi Formal dan Informal;


Organisasi didirikan oleh sekelompok orang tentu memiliki alasan. Seorang pakar bernama
Herbert G. Hicks mengemukakan dua alasan mengapa orang memilih untuk berorganisasi: a.
Alasan Sosial (social reason), sebagai “zoon politicon ” artinya mahluk yang hidup secara
berkelompok, maka manusia akan merasa penting berorganisasi demi pergaulan maupun
memenuhi kebutuhannya. Hal ini dapat kita temui pada organisasi-organisasi yang memiliki
sasaran intelektual, atau ekonomi. b. Alasan Materi (material reason), melalui bantuan
organisasi manusia dapat melakukan tiga macam hal yang tidak mungkin dilakukannya sendiri
yaitu: 1) Dapat memperbesar kemampuannya 2) Dapat menghemat waktu yang diperlukan
untuk mencapai suatu sasaran, melalui bantuan sebuah organisasi. 3) Dapat menarik manfaat
dari pengetahuan generasi-generasi sebelumnya yang telah dihimpun.
Tipe-tipe organisasi
Secara garis besar organisasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu organisasi formal dan
organisasi informal. Pembagian tersebut tergantung pada tingkat atau derajat mereka
terstruktur. Namur dalam kenyataannya tidak ada sebuah organisasi formal maupun informal
yang sempurna.

1. Organisasi Formal
Organisasi formal ialah suatu organisasi yang memiliki struktur yang jelas, pembagian tugas
yang jelas, serta tujuan yang ditetapkan secara jelas. Atau organisasi yang memiliki struktur
(bagan yang menggambarkan hubungan-hubungan kerja, kekuasaan, wewenang dan tanggung
jawab antara pejabat dalam suatu organisasi). Atau organisasi yang dengan sengaja
Ayi Hidayat, SS.
NIM : 4103810318023
direncanakan dan strukturnya secara jelas disusun. Organisasi formal harus memiliki tujuan
atau sasaran. Tujuan ini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi struktur organisasi
yang akan dibuat.
Struktur organisasi (desain organisasi) dapat didefinisikan sebagai mekanisme-mekanisme
formal dengan mana organisasi dikelola. Struktur organisasi menunjukan kerangka dan susunan
perwujudan pola tetap hubungan-hubungan diantara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-
posisi, atau pun orang-orang yang menunjukan kedudukan, tugas wewenang dan tanggung
jawab yang berbeda-beda dalam organisasi. Struktur ini mengandung unsur-unsur spesialis
kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan
besaran (ukuran) satuan kerja.
Unsur dan Tiang Dasar Organisasi Formal
Ada 3 Unsur pokok organisasi formal, yaitu :
1. Sistem kegiatan terkoordinasi
2. Kelompok orang
3. Kerjasama mencapai tujuan
Tiang dasar teori organisasi formal:
1. Pembagian kerja
2. Proses skalar (hirarki) dan fungsional (horizontal)
3. Struktur
4. Rentang kendali
Ciri-Ciri Organisasi Formal
1. Suatu organisasi terdiri dari hubungan-hubungan yang ditetapkan antara jabatan-jabatan.
Blok-blok bangunan dasar dari organisasi formal adalah jabatan-jabatan.
2. Tujuan atau rencana organisasi terbagi kedalam tugas-tugas; tugas-tugas organisasi
disalurkan di antara berbagai jabatan sebagai kewajiban resmi
3. Kewenangan untuk melaksanakan kewajiban diberikan kepada jabatan. Yakni, satu-satunya
saat bahwa seseorang diberi kewenangan untuk melakukan tugas-tugas jabatan adalah ketika
ia secara sah menduduki jabatannya.
4. Garis-garis kewenangan dan jabatan diatur menurut suatu tatanan hierarkis. Hierarkinya
mengambil bentuk umum suatu piramida, yang menunjukkan setiap pegawai bertanggung
jawab kepada atasannya atas keputusan-keputusan bawahannya serta keputusan-
keputusannya sendiri.
5. Suatu sistem aturan dan regulasi yang umum tetapi tegas, yang ditetapkan secara formal,
mengatur tindakan-tindakan dan fungsi-fungsi jabatan dalam organisasi.
6. Proesedur dalam organisasi bersifat formal dan impersonal – yakni, peraturan-peraturan
organisasi berlaku bagi setiap orang. Jabatan diharapkan memiliki orientasi yang impersonal
dalam hubungan mereka dengan langganan dan pejabat lainnya.
7. Suatu sikap dan prosedur untuk menerapkan suatu sistem disiplin merupakan bagian dari
organisasi.
Ayi Hidayat, SS.
NIM : 4103810318023
8. Anggota organisasi harus memisahkan kehidupan pribadi dan kehidupan organisasi.
9. Pegawai dipilih untuk bekerja dalam organisasi berdasarkan kualifikasi teknis, alih-alih
koneksi politis, koneksi keluarga, atau koneksi lainnya.
10. Meskipun pekerjaan dalam birokrasi berdasarkan kecakapan teknis, kenaikan jabatan
dilakukan berdasarkan senioritas dan prestasi kerja.

Ciri-ciri suatu organisasi formal berkaitan dengan suatu fenomena yang disebut komunikasi
jabatan. Hubungan dibentuk antara jabatan-jabatan, bukan antara orang-orang. Keseluruhan
organisasi terdiri dari jaringan jabatan.
Ada pun faktor-faktor utama yang menentukan perancangan struktur organisasi formal adalah
sebagai berikut :
1. Strategi organisasi untuk mencapai tujuannya
Strategi menjelaskan bagaimana aliran wewenang dan saluran komunikasi dapat disusun
diantara para pimpinan dan bawahan. Menurut Chandler, pengubahan strategi mengakibatkan
perubahan desain organisasional. Peningkatan kompleksitas menyebabkan struktur
tersentralisasi menjadi tidak efisien. Perusahaan-perusahaan harus mengubah strukturnya
menjadi struktur yang desentralisasi.
2. Lingkungan yang melingkupinya
Dalam hal ini perlu dibedakan tiga tipe lingkungan sebagai berikut :
a. Lingkungan stabil, yaitu lingkungan dengan sedikit atau tanpa perubahan yang tidak
diperkirakan atau secara tiba-tiba.
b. Lingkungan berubah (changing environment), yaitu lingkungan di mana inovasi
(perubahan) mungkin terjadi dalam setiap atau seluruh bidang.
c. Lingkungan bergejolak (turbulent environment), yaitu lingkungan di mana sering terjadi
perubahan secara drastis.

3. Teknologi yang digunakan


Perbedaan teknologi yang digunakan untuk memproduksi barang- barang atau jasa akan
membedakan struktur organisasi. Semakin kompleks teknologi, semakin besar jumlah manajer
dan tingkatan manajemen. Perusahaan yang ingin sukses harus memiliki struktur yang sesuai
dengan tingkat teknologinya.
4. Ukuran organisasi.
Besarnya organisasi secara keseluruhan maupun satuan kerjanya yang sangat mempengaruhi
struktur organisasi.Semakin besar ukuran organisasi, struktur organisasi akan semakin
kompleks dan harus dipilih struktur yang tepat.
5. Anggota (pegawai/karyawan) dan orang-orang yang terlibat dalam organisasi.
Kemampuan dan cara berpikir para anggota, serta kebutuhan mereka untuk bekerja sama harus
diperhatikan dalam merancang struktur organisasi. Kebutuhan manajer dalam pembuatan
keputusan juga akan mempengaruhi saluran komunikasi, wewenang dan hubungan diantara
Ayi Hidayat, SS.
NIM : 4103810318023
satuan kerja pada rancangan struktur organisasi. Para manajer organisasi, terutama para manajer
puncak, akan mempengaruhi pemilihan strategi, dan pemilihan strategi ini akan mempengaruhi
tipe struktur yang digunakan dalam organisasi.

Model- model struktur organisasi Formal


1. Model tradisional
2. Model hubungan manusiawi
3. Model sumber daya manusia
Unsur – unsur struktur organisasi
1. Spesialisasi kegiatan
2. Standarisasi kegiatan
3. Koordinasi kegiatan
4. Sentralisasi dan desentralisasi pembuatan keputusan
5. Ukuran satuan kerja

Dimensi- dimensi dasar struktur organisasi formal


1. Pembagian kerja
2. Wewenang
3. Kekuasaan
4. Tanggung jawab
5. Rentang kendali
6. Struktur tall
7. Struktur flat
8. Hubungan lini dan staff
9. Komunikasi dalam organisasi
10. Sentralisasi dan desentralisasi
11. Rantai wewenang scalar
12. Kesatuan perintah

Organisasi informal
Organisasi Informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu aktifitas
serta tujuan bersama yang tidak disadari. Keanggotaan pada organisasi-organisasi informal
dapat dicapai baik secara sadar maupun tidak sadar, dan kerap kali sulit untuk menentukan
waktu eksak seseorang menjadi anggota organisasi tersebut. Sifat eksak hubungan antar
anggota dan bahkan tujuan organisasi yang bersangkutan tidak terspesifikasi. Contoh organisasi
informal adalah pertemuan tidak resmi seperti makan malam bersama. Organisasi informal
dapat dialihkan menjadi organisasi formal apabila hubungan didalamnya dan kegiatan yang
dilakukan terstruktur dan terumuskan. Selain itu, organisasi juga dibedakan menjadi organisasi
primer dan organisasi sekunder menurut Hicks:
Ayi Hidayat, SS.
NIM : 4103810318023
Organisasi Primer, organisasi semacam ini menuntut keterlibatan secara lengkap, pribadi dan
emosional anggotanya. Mereka berlandaskan ekspektasi rimbal balik dan bukan pada
kewajiban yang dirumuskan dengan eksak. Contoh dari organisasi semacam ini adalah
keluarga-keluarga tertentu.
Organisasi Sekunder, organisasi sekunder memuat hubungan yang bersifat intelektual, rasional,
dan kontraktual. Organisasi seperti ini tidak bertujuan memberikan kepuasan batiniyah, tapi
mereka memiliki anggota karena dapat menyediakan alat-alat berupa gaji ataupun imbalan
kepada anggotanya. Sebagai contoh organisasi ini adalah kontrak kerjasama antara majikan
dengan calon karyawannya dimana harus saling setuju mengenai seberapa besar pembayaran
gajinya.

Organisasi Informal memiliki ciri-ciri :


Lepas
Fleksibel
Tidak terumuskan
Spontan

Keanggotaan pada organisasi-organisasi informal dapat dicapai baik secara sadar, maupun tidak
sadar. Kerapkali sulit untuk menentukan waktu eksak seseorang menjadi anggota organisasi
tersebut. Sifat eksak hubungan-hubungan antara para anggota, bahkan tujuan-tujuan organisasi
yang bersangkutan tidak terspesifikasi. Contoh Organisasi Informal :
1. Arisan ibu-ibu
2. Orang-orang di kendaraan umum
3. Sekumpulan penonton yang menyaksikan sepak bola.

e. Perilaku SDM di Sekolah


Kepegawaian disebut juga personalia dan pegawainya disebut juga personel atau
karyawan. Pegawai pada suatu sekolah ialah mereka yang tergabung dalam suatu sekolah untuk
melaksanakan tugas dalam rangka mencapai tujuan pendidikan. (Burhanuddin, 2005 : 65).
Pada prinsipnya yang dimaksud personel ialah orang-orang yang melaksanakan sesuatu
tugas untuk mencapai tujuan. Karena itu , personel di sekolah meliputi unsur guru yang disebut
tenaga edukatif dan unsnur karyawan yang disebut tenaga administratif. (Suryosubroto, 2004 :
86).
Seringkali juga untuk mengasumsikan seorang pegawai menggunakan istilah staf. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia staf berarti sekelompok orang yang bekerja sama membantu
seorang ketua dalam mengelola sesuatu. Staf yang dimaksud dalam bahasan kita adalah
sekelompok sumber daya manusia yang bertugas membantu kepala sekolah dalam mencapai
tujuan sekolah yang terdiri dari para guru, laboran, pustakawan, dan kelompok sumber daya
Ayi Hidayat, SS.
NIM : 4103810318023
manusia yang bertugas sebaai tenaga administrasi yang khusus dalam hal keuangan,
kepegawaian, perlengkapan dan sebagainya.
Guru sebagai tenaga pendidik, ialah sekelompok sumber daya manusia yang ditugasi
untuk membimbing, mengajar dan atau melatih para peserta didik menuju ke arah perubahan
yang lebih baik. Laboran adalah orang (ahli kimia dan sebagainya) yang bekerja di
laboratorium. Pustakawan adalah orang yang bergerak di bidang perpustakaan; ahli
perpustakaan.
Tenaga administrasi atau administrator adalah pengurus, penata usaha di bidang-bidang
tertentu seperti keuangan, kepegawaian, perlengkapan dan sebagainya.

2. Menejemen Personalia di Sekolah


Keberadaan sumber daya manusia merupakan bagian integral dalam kehidupan suatu
sekolah. Karena masing-masing sumber daya manusia mempunyai peranan yang strategis.
Oleh sebab itu, pembinaan terhadap personal yang ada menjadi tanggung jawab kepala
sekolah sebagai pimpinan tertinggi di suatu sekolah. Konsekwensinya setiap kepala sekolah
harus memahami benar mengenai lingkup atau dimensi-dimensi kepegawaian.
Banyak masalah yang tidak terpisahkan dari kehidupan sekolah sebagai suatu
organisasi. Masalah –masalah itu mencakup beberapa aspek, seperti mendefinisikan tujuan,
menentukan kebijaksanaan, mengembangkan program, mempekerjakan orang, mengadakan
fasilitas, mencapai hasil dan mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan yang terpisah-pisah.
Semua kegiatan tersebut memerlukan keterlibatan orang-orang dengan latar belakang
kemampuan yang berbeda-beda , seperti para guru yang professional, kelompok orang-orang
yang tidak terlibat dalam tugas mengajar, seperti pustakawan, laboran, dan sebagainya.
Secara umum kita akui bahwa keberhasilan usaha seseorang mempunyai hubungan
yang erat dengan kualitas manusia yang melakukan usaha atau tugas tersebut. Kualitas
sumber daya manusia yang nampak melalui kompetensi yang dimilikinya merupakan hal
esensial untuk menjadi manusia professional. Begitu juga dengan keberhasilan suatu
sekolah.
Keberhasilan sekolah sangat ditentukan oleh keberhasilan pimpinannya mengelola
tenaga kependidikan yang tersedia di sekolah. Pengelolaan atau manajemen tenaga
kependidikan bertujuan untuk memberdayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan
efisien untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi yang menyenangkan.
Sehubungan dengan itu, fungsi personalia yang harus dilaksanakan pimpinan adalah
menarik, mengembangkan, menggaji, dan memotivasi personil guna mencapai tujuan.
Oleh sebab itu, kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus mampu mengolah
dan memanfaatkan segala sumber daya manuasi yang ada, sehingga tercapai efektivitas
sekolah yang pada ujungnya menghasilkan perubahan yang diharapkan pada anak didik.
Untuk mengelola sumber daya manusia agar memiliki kecakapan, motivasi dan
kreativitas secara maksimal, maka hendaknya melalui tahapan – tahapan sebagai berikut :
Ayi Hidayat, SS.
NIM : 4103810318023
a. Identifikasi staf / pegawai
b. Penempatan
c. Penyesuaian diri
d. Evaluasi
e. Perbaikan
f. Kompensasi pegawai.
g. Pemberhentian pegawai

2. Jelaskan dengan singkat menurut babarapa Teori para ahli tentang motivasi , Bagaimana
kaitannya dengan Manajemen Organisasi personil dan kepemempinannya pendidikan Dalam
revolusi Industry 4.0 dan sosiety 5.0 saat ini .
Secara umum definisi atau pengertian motivasi dapat diartikan sebagai suatu tujuan atau
pendorong, dengan tujuan sebenarnya tersebut yang menjadi daya penggerak utama bagi
seseorang dalam berupaya dalam mendapatkan atau mencapai apa yang diinginkannya baik itu
secara positif ataupun negatif. Adapun istilah dalam pengertian Motivasi berasal dari perkataan
Bahasa Inggris yakni motivation. Namun perkataan asalnya adalah motive yang juga telah
digunakan dalam Bahasa Melayu yakni kata motif yang berarti tujuan atau segala upaya untuk
mendorong seseorang dalam melakukan sesuatu. Secara ringkas, Selain itu, Pengertian Motivasi
merupakan suatu perubahan yang terjadi pada diri seseorang yang muncul adanya gejala
perasaan, kejiwaan dan emosi sehingga mendorong individu untuk melakukan atau bertindak
sesuatu yang disebabkan karena kebutuhan, keinginan dan tujuan.
Pengertian dan definisi motivasi menurut pendapat para ahli
 Menurut Hamalik (1992:173), Pengertian Motivasi merupakan perubahan energi dalam diri
atau pribadi seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai
tujuan.
 Menurut Sardiman (2006:73), Pengertian Motivasi merupakan perubahan energi dalam diri
seseorang yang ditandai dengan munculnya felling dan didahului dengan tanggapan terhadap
adanya tujuan.
 Menurut Mulyasa (2003:112), Pengertian Motivasi merupakan tenaga pendorong atau
penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah suatu tujuan tertentu. Peserta didik
akan bersungguh-sungguh karena memiliki motivasi yang tinggi.
 Menurut Victor H. Vroom, motivasi ialah sebuah akibat dari suatu hasil yang ingin diraih
atau dicapai oleh seseorang dan sebuah perkiraan bahwa apa yang dilakukannya akan
mengarah pada hasil yang diinginkannya.
 Robbins dan Judge, motivasi ialah suatu proses yang menjelaskan intensitas, arah dan
ketekunan individu agar dapat mencapai tujuannya.
Ayi Hidayat, SS.
NIM : 4103810318023
 Mc. Donald, motivasi ialah sebuah perubahan energi yang ada dalam diri seseorang yang
ditandakan dengan adanya rasa (feeling) dan didahului dengan respon adanya sebuah tujuan.
 Azwar, motivasi merupakan sebuah rangsangan atau dorongan yang dimiliki oleh seseorang
atau sekelompok masyarakat yang ingin bekerjasama secara maksimal dalam melakukan
sesuatu yang sudah direncanakan untuk mencapai sebuah tujuan yang sudah ditetapkan.
 Malayu, menjelaskan bahwa motivasi diambil dari kata latin yaitu movere yang artinya
dorongan atau pemberian daya penggerak yang dapat menciptakan suatu kegairahan kerja
seseorang agar mereka mau bekerja efektif, bekerjasama dan terintegrasi dengan segala
upaya untuk mencapai sebuah kepuasan.
 Edwin B. Flippo, disebutkan bahwa motivasi merupakan suatu keahlian dalam mengarahkan
seorang pegawai & sebuah organisasi agar dapat bekerja supaya berhasil, hingga para
pegawai dan tujuan dari organisasi tersebut tercapai.
 American Encyclopedia, disebutkan bahwa motivasi sebagai sebuah kecendrungan yang ada
didalam diri seseorang yang membangkitkan topangan & mengarahkan tindak-tanduknya.
 G. R. Terry, menjelaskan bahwa motivasi ialah sebuah keinginan yang ada pada diri
seseorang yang merangsangnya untuk melakukan berbagai tindakan.
 Morgan et al. (dalam Marwansyah dan Mukaram, 2002: 151) menjelaskan bahwa : "motivasi
merupakan kekuatan yang mengendalikan dan menggerakkan seseorang untuk melakukan
tindakan atau perilaku yang diarahkan pada tujuan tertentu".
 Barton dan Martin (dalam Marwansyah dan Mukaram, 2000: 151) menjelaskan bahwa:
"motivasi merupakan kekuatan yang menggerakkan perilaku yang memberi arah pada
perilaku dan mendasari kecenderungan untuk tetap menunjukkan perilaku tersebut."
 Djamarah (2002: 34) mendefiniskan motivasi sebagai perubahan energi dalam diri seseorang
yang ditandai dengan munculnya feelling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya
tujuan. Perubahan energi dalam diri seseorang itu berbentuk suatu aktivitas nyata berupa
kegiatan fisik. Karena seseorang mempunyai tujuan tertentu dan aktivitasnya, maka
seseorang mempunyai motivasi yang kuat untuk mencapainya dengan segala upaya yang
dapat ia lakukan untuk mencapainya.
 Menurut Winardi (2007,p1), motivasi berasal dari kata motivation yang berarti
”menggerakkan”. Motivasi merupakan hasil sejumlah proses yang bersifat internal atau
eksternal bagi seorang individu, yang menyebabkan timbulnya sikap entutiasme dan
persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu.
 Menurut A. Anwar Prabu Mangkunegara, memberikan pengertian motivasi dengan kondisi
yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara prilaku yang berubungan
dengan lingkungan kerja.
 Menurut H. Hadari Nawawi mendefinisikan motivasi seseseorang melakukan sesuatu
perbuatan atau kegiatan yang berlangsung secara sadar.
Ayi Hidayat, SS.
NIM : 4103810318023
 Menurut Henry Simamora, pengertian motivasi menurutnya adalah Sebuah fungsi dari
pengharapan individu bahwa upaya tertentu akan menghasilkan tingkat kinerja yang pada
gilirannya akan membuahkan imbalan atau hasil yang dikehendaki.
 Menurut Soemanto secara umum mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan tenaga
yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi- reaksi pencapaian tujuan. Karena kelakuan
manusia itu selalu bertujuan, kita dapat menyimpulkan bahwa perubahan tenaga yang
memberi kekuatan bagi tingkahlaku mencapai tujuan,telah terjadi di dalam diri seseorang.
 Menurut Weiner (1990) yang dikutip Elliot et al. (2000), motivasi didefenisikan sebagai
kondisi internal yang membangkitkan kita untuk bertindak, mendorong kita mencapai tujuan
tertentu, dan membuat kita tetap tertarik dalam kegiatan tertentu.
 Menurut Uno (2007), motivasi dapat diartikan sebagai dorongan internal dan eksternal dalam
diri seseorang yang diindikasikan dengan adanya; hasrat dan minat; dorongan dan
kebutuhan; harapan dan cita-cita; penghargaan dan penghormatan. Motivasi adalah sesuatu
apa yang membuat seseorang bertindak (Sargent, dikutip oleh Howard, 1999) menyatakan
bahwa motivasi merupakan dampak dari interaksi seseorang dengan situasi yang
dihadapinya (Siagian, 2004).
Dari pengertian maupun definisi motivasi para ahli diatas maka dapat disimpulkan bahwa
motivasi merupakan suatu keadaan atau kondisi yang mendorong, merangsang atau
menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu atau kegiatan yang dilakukannya sehingga ia
dapat mencapai tujuannya
Terkait dengan teori motivasi penting untuk dimiliki lembaga pendidikan dalam rangka
merencanakan pendidikan pada zaman industry 4.0. Berbagai sumber daya yang terdapat di
lembaga pendidikan sudah semestinya dapat dioptimalkan demi tercapainya tujuan pendidikan,
yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa (UUD 1945) dan meningkatkan taraf hidup
masyarakatnya. Utamanya sumber daya manusia yang berperan sebagai subjek sekaligus objek
dalam lembaga pendidikan perlu dipahami karakter dirinya, khususnya motivasi individu. Hal
ini dimaksudkan agar seluruh potensi dapat dioptimalkan demi mencapai tujuan Pendidikan
Ayi Hidayat, SS.
NIM : 4103810318023
3. Sifat kepemimpinan dari suatu organisasi diantaranya harus memiliki jiwa : Subordination of
individual interest to the common good,, Unity of direction; Remuneration , Centralization, The
Hierarchy Order ,Equity (Stability of staff ,Initiative , Esprit de Corps, sehingga menimbulkan
rasa Kesatuan. Buat strategi Map/ Peta masalah komunikasi dalam sifat kepemimpinan tersebut,
jelaskan fungsi kepemimpinan social dan Kecerdasan (Daya) Pemimpin Yang Perlu
Dikembangkan.
Jawab:

Komunikasi dalam sebuah kepemimpinan merupakan suatu unsur yang sangat penting
dalam mencapai keberhasilan tujuan yang akan diraih oleh suatu organisasi. Oleh karena itu
seorang pemimpin hendaklah piawai dalam berkomunikasi baik itu verbal maupun non verbal.
Komunikasi yang baik akan akan mampu meningkatkan motivasi, sehingga informasi yang
disampaikan dapat diterima dengan baik dan hal ini akan mampu meningkatkan kinerja serta
control kerja juga akan terlaksana dengan baik. Di dalam sebuah organisasi pemimpin adalah
sebagai komunikator. Pemimpin yang efektif pada umumnya memiliki kemampuan komunikasi
yang efektif, sehingga sedikit banyak akan mampu merangsang partisipasi orang-orang yang
dipimpinnya. Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial,
komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi antara lain
fungsi informative, Regulatif, Integratif dan Persuasive. Proses komunikasi ini akan mengalami
banyak hambatan. Beberapa Hambatan Komunikasi dapat berupa Hambatan Sematik, Hambatan
Mekanik, Hambatan antropologis dan Hambatan psikologis. Untuk mengatasi masalah tersebut
maka pemimpin harus meningkatkan kemampuan komunikasi yang efektif yang mencakup
pemahaman komunikasi yang baik, iklim budaya pendukung organisasi, dan perhatian yang baik.
Ayi Hidayat, SS.
NIM : 4103810318023
4. Jelaskan sejauhmana menurut anda pentingnya karakter, Konsep , dan kompetensi pemimpin
Dalam Suatu organisasi sekolah, Bagaimana pengaruh kepemimpinan dalam kinerja dan Peran
Sistem Infomasi Manajemen pendidikan Dalam Meningkatkan Pelayanan di sekolah.

Jawab:
Pentingnya karakter, konsep, dan kompetensi mesti seimbang dalam diri seorang
pemimpin. Pemimpin yang memiliki kompetensi dan karakter, namun tidak memiliki konsep
yang tepat, maka akan sering muncul konflik baik konflik dalam dirinya sendiri maupun konflik
dengan bawahan atau orang lain karena konsepnya yang keliru, sehingga dengan demikian akan
menghambat pergerakan atau perjalanan sebuah organisasi sehingga otomatis organisasi akan
terganggu dan tidak menjadi efektif dan efisien, tidak sehat, dan pasti produktifitas akan
terganggu. Pemimpin yang memiliki konsep dan kompetensi, namun tidak memiliki karakter
maka pemimpin itu akan bersikap arogan. Kearoganan pemimpin sudah sering terjadi, dapat
bersikap sewenang-wenang, rentan melakukan korupsi, dan tindakan-tindakan yang dapat
merugikan organisasi atau perusahaan. Sedangkan pemimpin yang memiliki karakter dan
konsep, namun tidak memiliki kompetensi maka akan menghasilkan pemimpin yang minder.
Minder karena selain tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan serta tidak punya
pengalaman, akibatnya posisinya dapat terancam karena dinilai tidak efektif dan tidak produktif.
Oleh karena itu ketiga faktor tersebut antara karakter, konsep, dan kompetensi mesti seimbang
dalam diri seorang pemimpin. Dengan adanya keseimbangan antara ketiga hal tersebut, maka
seorang pemimpin akan dapat memimpin dengan efektif, efisien, sehat, dan produktif.
Organisasi yang baik memiliki visi dan misi untuk mencapai tujuan–tujuan yang hendak
dicapai. Akan lebih baik jika organisasi mengalami perbaikan dan perkembangan secara
berkelanjutan. Salah satu perbaikan yang diupayakan organisasi yakni meningkatkan atau
mempertahankan keunggulannya dengan peran pemimpin. Gaya kepemimpinan seorang
pemimpin dalam organisasi sangat penting dalam kemajuan organisasi untuk maju mundurnya
suatu perusahaan tergantung dari gaya kepemimpinan seorang pemimpin baik dalam proses
mempengaruhi, mengarahkan dan memberikan pengaruh yang penting agar tujuan perusahaan
tercapai. Gaya kepemimpinan yang baik adalah gaya kepemimpinan yang dapat memberikan
motivasi kerja pada bawahannya. Ivancevich (2001) dalam Widyatmini dan Hakim (2008: 169)
mengatakan, seorang pemimpin harus menyatukan berbagai keahlian, pengalaman, kepribadian
dan motivasi untuk membangkitkan kinerja karyawan akan baik apabila pimpinan dapat memberi
motivasi yang tepat dan pimpinan memiliki gaya kepemimpinan yang dapat diterima oleh seluruh
karyawan dan mendukung terciptanya suasana kerja yang baik

Anda mungkin juga menyukai