(Buku Ajar)
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok 4
1. Sendi Karwanto (1913034002)
2. Diah Riyanti (1913034008)
3. Indah Juita (1913034026)
4. Mentari Mellina Citra (1913034028)
5. Evan Gunawan (1913034052)
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena telah melimpahkan rahmat-
Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga buku ini dapat selesai pada
waktunya, yaitu dengan judul ”Manajemen Pendidikan”.
Pada kesempatan ini kami menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
sudah berusaha keras memberikan bimbingan dan bantuan baik moril maupun
materil serta do’a dalam penyusunan buku ini.
Kami berharap semoga buku ini dapat menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa buku ini masih jauh dari kata
sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat
membangun demi terciptanya buku selanjutnya yang lebih baik lagi.
PENDAHULUAN
1. Agar tetap hidup, setiap orang harus berjuang untuk memenuhi kebutuhan
atau melepaskan ketegangannya;
2. Sejumlah sarana diperlukan untuk memenuhi kebutuhan (perkakas,
makanan, uang, kekuatan fisik, pengetahuan, dan sebagianya);
3. Kebanyakan kebutuhan individu terpenuhi dalam hubungan dengan
sesama atau kelompok, maka orang lain dan kelompok menjadi sarana
tempat kita bergantung terutama untuk pemenuhan kebutuhan;
4. Orang secara aktif mencari suatu hubungan bila melihat bahwa ada orang
lain disitu yang mempunyai sarana untuk memenuhi kebutuhan mereka;
5. Orang kemudian bergabung dalam kelompok, karena berharap bahwa
sebagai anggota mereka mempunyai sarana untuk memenuhi kebutuhan.
Sebaliknya orang akan meninggalkan suatu kelompok bila kelompok itu
tidak lagi dapat memuaskan kebutuhan mereka; dan
6. Anggota kelompok menerima pengaruh dan pengarahan seorang
pemimpin hanya bila mereka memandangnya serbagai seorang yang dapat
menyediakan sarana guna pemenuhan kebutuhan mereka.
B. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Kepemimpinan
C. Teori Kepemimpinan
Selain adanya syarat bagi seorang pemimpin yang baik, ada beberapa
aspek personalitas yang penting dimiliki seorang pemimpin dalam kepemimpinan
pendidikan yaitu:
E. Fungsi Kepemimpinan
1. Memiliki visi yang sangat kuat tentang masa depan sekolahnya dan
mampu mendorong semua warga sekolah untuk mewujudkan tujuan
sekolah.
2. Memiliki harapan tinggi terhadap prestasi pesarta didik dan kinerja seluruh
warga sekolah.
3. Senantiasa memprogramkan dan menyempatkan diri untuk mengadakan
pengamatan terhadap berbagai aktifitas guru dan pembelajaran dikelas
serta memberikan umpan balik (feedback) yang positif dan konstruktif
dalam rangka memecahkan masalah dan memperbaiki pembelajaran.
4. Mendorong pemanfaatan waktu secara efisiensi dan merancang prosedur
untuk meminimalisasi stress dan konflik negative.
5. Mendayagunakan berbagai sumber belajar dan melibatkan seluruh warga
sekolah secara kreatif, produktif, dan akuntabel.
6. Memantau kemajuan peserta didik baik secara individual, maupun
kelompok serta memanfaatkan informasi untuk mengarahkan perencanaan
pembelajaran.
7. Melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkesinambungan.
Hal yang harus dikenali dalam memimpin yaitu 1) kenali diri sendiri; 2)
kenali situasi yang dihadapi; 3) pilih gaya yang cocok dan situasi yang tepat; 4)
penuhi kebutuhan tugas; 5) penuhi kebutuhan kelompok; dan 6) penuhi kebutuhan
individu.
Tabel 1. Karakteristik Pemimpin yang Sukses
Max Weber (dalam Syaiful Sagala, 2009:1 50) menjelaskan bahwa adanya
tipe-tipe kepemimpinan yang didasarkan pada tradisi turun temurun, kharisma
atau wibawa yang disebabkan karakteristik istimewa dan aturan yang rasional,
atau campuran ketiga faktor tersebut. Keempat landasan lahirnya tipe
kepemimpinan itu menimbulkan adanya berbagai gaya kepemimpinan. Pemimpin
ada yang lahir karena memiliki hubungan darah atau familiar dengan pemimpin
yang lebih dahulu memimpin pada suatu suku atau lembaga. Ada yang memiliki
kharisma istimewa dan terlihat tanpa cela, sehingga kekaguman banyak orang
mengangkatnya menjadi pemimpin. Atau memang terikat oleh auatu aturan yang
rasional, sehingga muncul pemimpin yang lahir dari sebuah pemberlakuan sebuah
undang-undang.
A.T.Soegito (201 0:45-47) menguraikan beberapa gaya kepemimpinan
yang dikutip dari Studi Kepemimpinan Universitas Ohio, yaitu
a. Otoriter, Diktator, Authoritorian, autocratic
b. Demokratis
c. Kebebasan, free-rein, Laiseez-faire
A. Pengertian Komunikasi
Dari pengertian komunikasi tersebut di atas, ada tiga aspek yang perlu
diperhatikan dalam komunikasi, antara lain sebagai berikut:
Berdasarkan hal tersebut, bahwa tujuan dari suatu organisasi atau instansi
tentunya dapat tercapai secara optimal apabila proses komunikasinya lancar tanpa
adanya suatu hambatan, walaupun ada hambatan, maka komunikator dan
komunikan harus dengan cermat segera mengatasi permasalahan yang
menyebabkan terjadi suatu hambatan, sehingga proses komunikasi dapat
berlangsung.
2) Harus ada suatu maksud yang hendak dicapai, yang umumnya bias
dinyatakandalam kata-kata permbuatan yang oleh komunikasi diharapkan
akan dicapai.
5) Harus ada penerima berita. Akhirnya harus ada umpan balik atau respon
dipihak penerima berita. Umpan balik memungkinkan sumber berita untuk
mengetahui apakah berita itu telah diterima dan dinterprestasikan dengan
betul atau tidak.
C. Komunikasi Pendidikan
a. Komunikasi Internal
b. Komunikasi Eksternal
Di lain hal, komunikasi juga dipandang sebagai suatu proses. Yakni proses
pemberian dan penerimaan lambang-lambang yang mengandung makna.
Komunikasi merupakan suatu proses kegiatan, walaupun seakan-akan komunikasi
adalah sesuatu yang statis, yang diam, padahal komunikasi tidaklah seperti itu.
Segala hal dalam komunikasi selalu berubah. Kita dan orang yang kita ajak
berkomunikasi, begitu juga lingkungan yang ada selalu berubah. (Devito,
1997:47). Sendjaya (1993:3) menambahkan, “komunikasi adalah suatu proses
pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengelolaan pesan yang terjadi
dalam diri seseorang dan atau diantara dua orang atau lebih dengan tujuan
tertentu.
Proses ini terjadi pada diri peserta didik dan juga pendidik yang mengajar
ketika pendidik tersebut menjadi seorang peserta didik di sekolah, jika dalam
berkomunikasi dengan pendidik berusaha menanggapi atau menilai isi pesan,
perbuatan, pernyataan, perasaan dan menempatkan diri sebagai siswa dalam suatu
kondisi. Pendidik diharapkan dapat menyelami, menghayati dan
menginterpretasikan segala hal yang ada pada diri siswa dengan sebaikbaiknya.
Menurut Byrnes dalam Cangara (1998:3), “komunikasi sebagai instrumen dan
interaksi sosial berguna untuk mengetahui dan memprediksi sikap orang lain, juga
untuk mengetahui keberadaan diri sendiri dalam menciptakan keseimbangan
dengan masyarakat.
Proses komunikasi akan berjalan dengan baik dan efektif jika ide, gagasan
dan informasi dimiliki secara bersama-sama oleh manusia yang terlibat dalam
perilaku komunikasi. Begitu juga dengan komunikasi instruksional. Materi
pelajaran akan dicerna dengan baik, jika materi yang disampaikan dapat dimaknai
sama oleh peserta didik sebagaimana yang dimaksudkan oleh pendidik.
Pembelajaran lebih berorientasi pada pihak yang belajar, bukan pada pihak
yang mengajar. Pendidik atau pengajar berkedudukan sebagai motivator (pemberi
motivasi), pembina, dan pembimbing bagi peserta didik dalam proses belajar.
Bagi pendidik yang terpenting adalah bagaimana ia dapat menjalankan tugasnya
dengan sebaik-baiknya sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai motivator.
Membelajarkan artinya menyuruh belajar. Di sini, yang aktif
melaksanakan tindakan belajar adalah pihak pelajar yaitu peserta didik. Cara
membelajarkan bisa bermacam-macam, bergantung pada metode, teknik, dan
taktik yang digunakan oleh guru, dan tentunya disesuaikan dengan situasi dan
kondisi pada saat belajar. Keberhasilan seorang pendidik sebagai motivator dalam
dunia pendidikan berkaitan dengan kemampuannya dalam merencanakan
pembelajaran (Teaching Plans and Material), menyusun prosedur pembelajaran
(Classroom Procedures) dan membina hubungan antarpribadi (Interpersonal
Skill).
B. BeberapaTantanganDalamManajemen Pendidikan
Tantangan ialahh alat atau objek yang menggugah tekad untuk
meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah. Dalam makalah ini
pemakalah mengartikan tantangan sebagai masalah yang bisa menjadi bahan
garapan atau bisa dicarikan solusinya melalui apa yang ada pada manajemen
pendidikan. Ada dua garis besar di dalamnya yakni tantangan yang ada pada
sumber daya pendidikan dan sistem pelaksanaan pendidikan.
Berkaitan dengan hal tersebut secara garis besar problematika
penyelenggaraan pendidikan Indonesia pada dasarnya berhubungan dengan
beberapa hal diantaranya:
1) Sumber daya pendidikan belum cukup handal untuk mendukung
tercapainya tujuan dan target pendidikan secara efektif. Sumber daya
pendidikan yang ada lebih difokuskan pada urusan administratif daripada
diarahkan pada proses pembelajaran yang menyeluruh.
2) Sistem pembelajaran lebih menitikberatkan pada kuantitas hasil dibanding
kualitas proses. Bisa dilihat dalam semangat dalam menyelenggarakan
Ujian Nasional, mereka lebih memusatkan perhatian pada jumlah lulusan
daripada kualitas proses pembelajaran.
3) Kurikulum, proses pembelajaran, dan sistem evaluasi masih bersifat
parsial terhadap tujuan pendidikan nasional (pasal 3 Undang-Undang
Dasar).
4) Manajemen pendidikan dan kinerja mengajar guru/dosen lebih
menfokuskan pada tuntutan administrative (RPP dan laporan kelulusan)
daripada menciptakan budaya belajar yang bermutu.
5) Perubahan kebijakan dan kurikulum pendidikan belum mampu menjawab
kualitas proses dan mutu lulusan.
6) Peningkatan anggaran dan fasilitas belajar belum berdampak secara
signifikan terhadap kultur dan kinerja mengajar guru serta budaya belajar
siswa/mahasiswa.
7) Pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan belum didukung oleh sistem,
kultur dan kinerja mengajar, serta budaya belajar secara komprehensif.
b. Pelatihan
Apabila pendidikan dasar sebagai basis pembangunan nasional diserahkan
kepada tanggung jawab daerah maka program-program pelatihan yang
dibutuhkan oleh daerah haruslah diserahkan juga pada daerah. Daerah yang
persis mengetahui potensi-potensi pembangunan, kesempatan kerja serta
kemampuan-kemampuan yang dibutuhkan oleh daerah di dalam
pembangunannya.
c. Manajemen Pendidikan Tinggi
Pembinaan sistem pendidikan tinggi nasional dalam hal ini PTN dan
PTS perlu direformasi. PTS lebih dilihat sebagai hama, bukan partner bagi
PTN padahal pada kondisi real nya PTS mampu bersaing tinggi dan
mengeluarkan output yang kompeten untuk kemajuan pembangunan Negara
kita.
Berbagai konsep manajemen modern telah didiskusikan dalam
lingkungan pendidikan tinggi. PP no. 61 Tahun 1999 menunjukkan usaha
untuk mencari bentuk manajemen yang lebih sesuai.
2. Manajemen Kesiswaan
Berkenaan dengan manajemen kesiswaan, ada beberapa prinsip dasar yang
harus mendapat perhatian berikut ini ;
a. Semua siswa harus diperlakukan sebagai subjek bukan sebagai objek,
sehingga harus didorong untuk berperan serta dalam setiap perencanaan
dan pengambilan keputusan yang terkait dengan kegiatan mereka.
b. Keadaan dan kondisi siswa sangat beragam, ditinjau dari kondisi fisik,
kemampuan intelektual, sosial ekonomi, minat dan sebagainya.
c. Pada dasarnya siswa hanya akan termotivasi belajar, jika mereka
menyenangi apa yang diajarkan.
d. Perkembangan kondisi anak tidak hanya menyangkut ranah kognitif, tetapi
juga ranah afektif dan psikomotorik.
4. Manajemen Personalia/Anggota
Personalia adalah semua anggota organisasi yang bekerja untuk
kepentingan organisasi yaitu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Manajemen personalia adalah bagian manajemen yang memperhatikan orang-
orang dalam organisasi, yang merupakan salah satu sub manajemen. Perhatian
terhadap orang-orang itu mencakup merekrut, menempatkan, melatih,
mengembangkan dan meningkatkan kesejahteraan mereka yang dikatakan fungsi
manajemen personalia. Fungsi ini menunjukan apa yang harus ditangani oleh
manajer pada segi personalia.
Ruang lingkup manajemen personalia meliputi pembentukan staf dan
penilaian, melatih dan mengembangkan, memberi kesejahteraan uang dan
pelayanan, memperhatikan kesehatan dan keamanan, memperbaiki antar
hubungan, merencanakan personalia serta mengadakan penelitian personalia.
Ada istilah yang lebih populer dari manajemen personalia yaitu Man Power
Management atau Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM). Persamaannya
dengan manajemen personalia adalah keduanya merupakan ilmu yang mengatur
unsur manusia dalam suatu organisasi, agar mendukung terwujudnya tujuan
Ada beberapa pendekatan dalam perencanaan pendidikan antara lain adalah
pendekatan tuntunan sosial, ketenagakerjaan, biaya – keuntungan, ekonomi dan
sebagainya. Perencanaan personalia terutama menyangkut pendekatan
ketenagakerjaan. Perencanaan personalia mencakup jumlah dan jenis
kerampilan/keahlian orang, ditempatkan pada pekerjaan yang tepat, pada waktu
tertentu yang dalam jangka panjang memberikan keuntungan bagi individu dan
organisasi. Komponen-komponen dalam segi personalia adalah tujuan,
perencanaan organisasi, pendataan personalia, menafsirkan kebutuhan personalia,
dan program tindakan. Pendataan personalia adalah pengumpulan data tentang
personaliadalam lembaga pendidikan dan menganalisisnya biasanya dalam janka
waktu satu tahun.
Salah satu aktivitas untuk mempertahankan kelangsungan suatu organisasi
pendidikan adalah dengan jalan mengembangkan personalia pendidikan yang
bertujuan untuk mencegah pemakaian pengetahuan yang sudah usang dan
pelaksanaan tugas yang sudah ketinggalan zaman. Tujuan latihan dan pendidikan
personalia adalah (1) untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas output, (2)
merealisasi perencanaan personalia, (3) meningkatkan moral kerja dan
penghasilan/kesejahteraan serta kesehatan dan keamanan, (4) untuk
mengembangkan personalia dan mencegah ketuaan.
Ada beberapa prinsip dasar yang harus dipegang oleh kepala sekolah dalam
menerapkan manajemen personalia, yaitu:
a. Dalam mengembangkan sekolah, SDM adalah komponen paling berharga;
b. SDM akan berperan secara optimal jika dikelola dengan baik sehingga
mendukung tercapainya tujuan institusi/lembaga sekolah;
c. Kultur dan suasana organisasi di sekolah, serta prilaku manajerial kepala
sekolah sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pengembangan
sekolah;
d. Manajemen personalia di sekolah pada prinsipnya mengupayakan agar
setiap warga dapat bekerja sama dan saling mendukung untuk mencapai
tujuan sekolah.
5. Manajemen Keuangan
Ada tidak tiga persoalan pokok dalam manajemen pebiayaan pendidikan,
yaitu: (1) financing, menyangkut dari mana sumber pembiayaan diperoleh,
(2) budgeting, bagaimana dana pendidikan dialokasikan, dan (3) accountabillty,
bagaimana anggaran yang diperoleh digunakan dan dipertanggungjawabkan.
Pembiayaan sekolah adalah kegitan mendapatkan biaya serta mengelola
anggaran pendapatan dan belanja pendidikanterutama tingkat menengah, sebab
untuk pendidikan dasar, berkenaan dengan adanya Wajib Belajar, semestinya
pembiayaan ditanggung oleh pemerintah. Bagi sekolah-sekolah yang berstatus
negeri, sumber dana sekolah terbagi dua bagian, yaitu: (1) dana dari pemerintah,
yang umumnya terdiri dari dana rutin, meliputi jagi serta biaya operasional
sekolah dan perawatan fasilitas, dan dana dari masyarakat, yang sekarang melalui
komite sekolah, ada yang digali dari orang tua siswa maupun sumbangan dari
masyarakat luas maupun dunia usaha dan bahkan ada beberapa sekolah yang
mampu membangunnetworking cukup bagus sehingga mendapatkan pembiayaan
pendidikan yang cukup besar.
Dilihat dari segi penggunaan, sumber dana dapat dibagi menjadi (1)
anggaran untuk kegiatan rutin, yaitu gaji, biaya operasional keseharian sekolah,
dan anggaran untuk pengembangan sekolah. Lahirnya UU Otonomi Daerah ( UU
Nomor 22 dan 25 Tahun 1999, kemudian disempurnakan dengan UU Nomor 32
dan 33 Tahun 2004), yang diikuti dengan peraturan perundang-undangan lainnya,
mempunyai dampak yang besar bagi sistem manajemen pembiayaan pendidikan
di Indonesia.
Anggaran berfungsi sebagai perencanaan dan pengendalian kegiatan.
Secara formal pengendalian anggaran menentukan pelaksanaan anggaran dan
membandingkannya dengan data-data anggaran, untuk menentukan apakah perlu
mengadakan tindakan-tindakan perbaikan.
1. Desentralisasi Pendidikan
Desentralisasi pendidikan merupakan kebijakan nasional seiring
dengan berlakunya otonomi daerah di seluruh wilayah Replubik Indonesia.
Manajemen Pendidikan Berbasis Sekolah (MPBS) adalah implikasi dan
konsekuensi logis dengan diterapkannya desentralisasi pendidikan.
Desentralisasi pendidikan menguntungkan bagi daerah untuk dapat
melaksanakan apa yang menjadi kebutuhannya. Maka setiap sekolah yang
berada disetiap daerah dan menjadi tanggung jawab pemerintah daerah (kota
dan kabupaten), memiliki wewenang untuk mendorong sekolah menerapkan
manajemen sekolah yang sesuai dengan karakteristik daerah masing-masing.
Masyarakat yang duduk sebagai anggota Komite Sekolah adalah wujud dari
implementasi desentralisasi pendidikan.untuk terlibat secara langsung dengan
berbagai kebijakan sekolah secara proporsional. Masyarakat yang tergabung
dalam anggota komite sekolah, semakinmemahami arah dan kebijakan
pemerintah tentang pendidikan.
2. Otonomi Sekolah
Sekolah pada saat ini menjadi unit strategis yang memiliki
kewenangan untuk menentukan apa yang harus dilakukannya sesuai dengan
kebutuhannya tanpa mengabaikan program Nasional pendidikan secara
menyeluruh. Sebelum diberlakukannya otonomi sekolah, sekolah hanya
sebagai pelaksana saja, sedang segala sesuatu ditentukan dari satuan atasan
mulai dari perencanaan,pelaksanaan, materi ujian, penggandaan materi ujian,
hingga dalam memberikan penilaian.
Dengan berlakunya otonomi sekolah, maka hal itu merupakan
tantangan bagi manajemen sekolah untuk dapat dimanfaatkan bagi
pengembangan sekolah. Manajemen pendidikan berbasis sekolah, memang
menuntut diberlakukannya otonomi sekolah agar sekolah dapat mengelola
dirinya secara mandiri, kreatif,dinamis,memiliki insiatif dan inovatif dalam
mencapai tujuan sekolah.
3. Otonomi Kepala Sekolah
Pemberian Otonomi kepada Kepala sekolah, sebagai konsekuensi
otonomi sekolah,mengharuskan kepala sekolah meningkatkan kemampuan
intelejensi manajaerialnya.Intelegensi manajerial adalah kecerdasan
memimpin dan ketrampilan mengelola organisasi, dengan memanfaatkan
berbagai sumber daya yang ada atau yang tersedia,sehingga dengan seluruh
perangakat yang dimiliki organisasi menciptakan sinerji, diarahkan untuk
menuju kepada pencapaian tujuan organisai secara maksimal dan optimal.
Kekuasaan dan wewenang ini terkait dengan tanggung jawab kepala
sekolah untuk meningkatkan kinerja dan akuntabilitas sekolah yang
dipimpinnya. Otonomi sekolah sebagai bagian desentralisasi pendidikan,
dimana manajemen pendidikan berbasis sekolah diterapkan, mengharuskan
kepala sekolah melakukan berbagai perencanaan yang dapat memanjukan
sekolah kearah yang sesuai dengan kebutuhan sekolah itu dan kepentingan
masyarakat sebagai pengguna jasa pendidikan.
4. Pembiayaan Pendidikan
Dilihat dari perspektif pembiayaan pendidikan,pelaksanaan otonomi
daearah mengakibatkan terjadinya perubahan dalam sistem alokasi dan
manajemen pembiayaan pendidikan. Diantaranya adalah semakin
berkurangnya peranan pusat dalam menentukan berbagai kebijakan yang
berkenaan dengan penggunaan anggaran pendidikan. Kewenangan Pemerintah
pusat terbatas pada penetapan kebijakan yang bersifat makro dalam bentuk
pengaklokasian anggaran-anggaran untuk sekolah dengan mengikuti standar
rata-rata, sedangkan kebijakan-kebijakan yang bersifat mikro seperti alokasi
dan distribusi anggaran pendidikan ke sekolah menjadi kewenangan daerah
(dalam hal ini pemerintah kabupaten).
Implikasi diterapkannya manajemen pendidikan berbasis sekolah,
adalah pemberian wewenang kepada sekolah untuk mengelola dana
sendiri.Sekolah diberi kewenangan untuk mencari dana dan menggunakannya
dengan prinsip akuntabilitas dan transparansi. Dengan kewenangan tersebut,
maka setiap sekolah berupaya memperoleh dana dari masyarakat,baik
masyarakat pengguna jasa sekolah (orang tua peserta didik) maupun anggota
masyarakat dan dunia usahan,tetapi bersifat tidak mengikat.
5. Mutu dalam Pendidikan
Isu tentang mutu menjadi variabel determinan ketika pendidikan telah
menjadi perhatian seluruh masyarakat. Mutu selalu dibicarakan karena adanya
keraguan-keraguan dari masyarakat terhadap produk pendidikan.Proses yang
ingin dicapai dari penerapan manajemen pendidikan berbasis sekolah adalah
bagaimana agar setiap sekolah dapat mencapai tujuan sekolah. Pencapaian
tujuan sekolah yang sesuai dengan tuntutan kinerja sekolah, disebut sebagai
proses bermutu. Oleh karena itu, mutu proses akan menghasilkan mutu hasil
atau produk, dan untuk mendapatkan proses dan hasil yang
bermutu,diperlukan adanya upaya dari manajemen sekolah untuk memenuhi
tuntutan mutu, karena memang itulah yang menjadi harapan dan keinginan
masyarakat pengguna jasa pendidikan.
Kepuasan pelanggan pendidikan(orang tua pesrta didik maupun dunia
usaha) merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai melalui penerapan
manajemen pendidikan berbasis sekolah.Kepuasan itu dapat diartikan sebagai
implikasi dari proses pendidikan dan pembelajaran yang bermutu.
3. Banyak kepala sekolah dan juga pejabat Kantor Depdiknas (tingkat Dati
II) yang menyatakan bahwa perhatian pemerintah dan wakil rakyat di
daerah (Dati II) pada pendidikan masih minim.
BAB III
TUGAS DAN TES FORMATIF
KUNCI JAWABAN
TES FORMATIF
1. B
2. C
3. A
4. A
5. C
GLOSARIUM
Manajemen merupakan ilmu dan seni dalam mengatur, mengendalikan,
mengkomunikasikan dan memanfaatkan semua sumber daya yang
ada dalam organisasi dengan memanfaatkan fungsi-fungsi
manajemen (Planing, Organizing, Actuating, Controling) agar
organisasi dapat mencapai tujuan secara efektif dan efesien.
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasaan, dan
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara.
Kepala
sekolah adalah orang yang memimpin sebuah lembaga pendidikan atau
sekolah dan menggerakkan, memengaruhi serta mendorong semua
pihak yang terlibat dalam lembaga tersebut untuk mencapai tujuan
bersama.
Teori Orang Terkemuka (Great Man Theory) merupakan Kelompok teori ini
disusun berdasarkan cara induktif dengan mempelajari sifat-sifat
yang menonjol dari pemimpin atas keberhasilan tugas yang
dijalankan, terutama kemampuan dalam memimpin.
Teori Pribadi dan Situasi (Personal Situation Theory) merupakan kombinasi dari
kedua teori diatas. Teori ini pada dasarnya mengakui bahwa
kepemimpinan merupakan gabungan dari tiga faktor 1) perangai
atau sifat pribadi pemimpin; 2) sifat dari kelompok dan anggota;
dan 3) kejadian atau masalahmasalah yang dihadapi kelompok.
DAFTAR PUSTAKA