Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MANAJEMEN PENDIDIKAN DITINJAU DARI SEGI KEPEMIMPINAN

Dosen Pengampu: Hj. Asmun W.Wantu. S.pd, M.Sc

Disusun oleh:

Sintia Wungguli (221422049)

Diavelia Golu (221422040)

JURUSAN ILMU HUKUM KEMASYARAKATAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGRI GORONTALO

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadiran ALLAH SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayat-nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah dengan judul “MANAJEMEN
PENDIDIKAN DITINJAU DARI SEGI KEPEMIMPINAN” Yang dimaksudkan untuk
memenuhi tugas mata kuliah PROFESI PENDIDIKAN.

Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada pihak yang terlibat dalam
penyusunan makalah ini, kepada yang terhormat:

1. Ibu Hj. Asmun w. Wantu S.Pd, M. Sc selaku dosen mata kuliah profesi pendidikan
2. Orang tua kami yang telah membantu, baik moral maupun materi.
3. Kami dalam penyususnan makalah ini, kami berharap makalah ini dapat memberi
manfaat bagi kami pada khususnya dan bagi para pembaca pada umunya. Saya
menyadarkan bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna, baik dari
penyususnan, bahasa ataupun penulisannya. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik
dan saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah guna
menjadiacuan dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik dimasa yang akan
dating.
1. Pendahuluan
1.1 Deskripsi
Kegiatan manajerial pendidikan memerlukan keterampilan untuk mempengaruhi dan atau
menggerakan orang-orang yang berada di dalam situasi kependidikan tersebut agar kegiatan-
kegiatannya tetap tertuju kepada tujuan yang hendak dicapai.
Keterampilan tesebut merupakan keterampilan pendidikan, yang berkaitan dengan dua
fungsi pokok yaitu: (1) fungsi kepemimpinan yang bertalian dengan tujuan yang hendak
dicapai, dan (2) fungsi kepemimpinan yang bertalian dengan penciptaan suasana pekerjaan
yang sehat dan menyenangkan. Agar fungsi-fungsi tersebut dapat dijalankan dengan sukses
makan seseorang yang akan menduduki posisi manajer pendidikan memerlukan syarat-syarat
yang harus dipenuhi dalam melakukan fungsi-fungsi kepemimpinannya. Dalam pelaksanaan
fungsi-fungsi kepemimpinan tersebut, kesehariannya akan mempelihatkan berbagai gaya
kepemimpinan, dan setiap gaya diperlihatkan oleh setiap manajer/pemimpinan pendidikan
banyak dipengaruhi anggapan-anggapan manajer tentang teori-teori yang dianutnya.
Berdasarkan hal ini, seorang manajer ada yang menekankan pada aspek “perilaku tugas dan
perilaku hubungan” ada yang menekankan pada sifat “sifat dasar manusia yang
dipimpinnya”, ada yang menekankan pada “kekuatan-kekuatan yang besifat contingency
(pimpinan, orang-orang yang dipimpin, dan situasi yang berlangsung dalam lingkup
kepemimpinan)”, dan ada yang menekankan pada “pemberian incentif, pengharagan dan
penguatan”.
1.2 Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mempelajari pokok bahasan ini mahasiswa dapat:
1. Menyebutkan definisi kepemimpinan pendidikan
2. Menjelaskan fungsi kepemimpinan pendidikan
3. Menyebutkan syarat-syarat kepemipinan pendidikan
4. Menjelaskan tiga gaya kepemimpinan pendidikan
5. Menjelaskan motivasi guru
6. Menjelaskan urgensi motivasi dalam kepemimpinan kependidikan
7. Menjelaskan keterkaitan antara perilaku dan kekuatan motif
8. Menjelaskan keterkaitan antara harapan pengharapan, ketersediaan dan perilaku
9. Membedakan antara teori satu kontinum yang disponsori maslow dengan teori dua
kontinum yang diprakarsai Herzberg
10. Menilai keefektifan kedua teori tersebut dalam mempengaruhi perilaku guru/staf
2. Penyajian
2.1 Informasi singkat dari dosen tentang tujuan pembelajaran yang akan dicapai, pokok
bahasan dan strategi pembelajaran.
2.2 Mahasiswa membaca materi perkuliahan yang telah disiapkan, yakni manajemen
pendidikan ditinjau dari segi kepemimpinan
2.3 Untuk mengetahui penguasaan mahasiswa terhadap materi, secara bergilir meraka
menyimpulkan dengan kata-kata materi yang telah dibaca
Nama : Sintia Wungguli
Nim : 221422049
Kelas/semester : B/3
Mata kuliah : Profesi Pendidikan
Dosen pengampuh : Hj. Asmun W. Wantu S.Pd,M.Sc

3. Uraian Bahan Perkuliahan


3.1 Pengertian
Kepemimpinan adalah “aktivitas mempengaruhi orang-orang untuk berusaha
mencapai tujuan kelompok secara suka reka” (Terry, 1983). Tannembaun dan Weschler
(Hesley, 1992) mendefinisika kepemimpinan sebagai “pengaruh antar pribadi yang
dilakukan dalam suatu situasi dan diarahkan melalui proses komunikasi, pada
pencapaian tujuan tertentu”.
Terdapat beberapa aspek yang perlu dikaji dalam proses kepemimpinan, yaitu:
1. Upaya mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang
2. Pengaruh akan efektif jika dilakukan melalui proses komunikasi yang baik
3. Upaya pencapaian tujuan tertentu

Selanjutnya akan dikemukakan pengertian kepemimpinan pendidikan yang


dikemukakan oleh para ahli antara lain sebgai berikut:

1. Nawawi (1981) merumuskan kepemimpinan pendidikan sebagai “proses menggerakan,


mempenagaruhi, memberikan motivasi dan mengarahkan orang-orang didalam
organisasi lembaga pendidikan tertentu untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan
sebelumnya”.
2. Kepemimpinan pendidikan ialah “suatu kemampuan dan proses mempengaruhi,
membimbing, mengkoordinir dan menggerakan orang lain yang ada hubungannya
dengan pelajaran, agar supaya kegiatan-kegiatan yang dijalankan dapat lebih efektif
dan efisiensi di dalam pencapaian tujuan-tujuan pendidikan pengajaran” (Dirawat, dkk :
1976)
Unsur-unsur penting yang perlu dikaji dan dipahami dari pengertian tersebut
adalah:
1. Kepemimpinan pendidikan merupakan suatu proses yang berkesinambungan
2. Tugas pemimpin pendidikan ialah mempengaruhi, membimbing, mengarahkan dan
memotivasi guru/staf untuk kerjasama
3. Kerjasama dilakukan agar proses pencapaian tujuan pendidikan berjalan efektif

3.2 Pengertian
Soetopo dan wasty (1982) membagi kepemimpinan atas dua bagian, yaitu: (1)
fungsi kepemimpinan yang bertalian dengan tujuan yang hendak dicapai, dan (2)
fungsi kepemimpinan yang bertalian dengan pencapaian suasana pekerjaan yang
sehat dan menyenangkan.
1. Fungsi yang bertalian dengan tujuan yang ingin dicapai mencakup :
2. (a) memikir, merumuskan dengan teliti tujuan kelompok serta menjelaskan
supaya guru/staf selalu menyadari dalam bekerjasama mencapai tujuan itu,
(b) memberi dorongan kepada guru/staf serta menjelaskan situasi dengan
maksud untuk dapat ditemukan rencana-rencana kegiatan kepemimpinan yang
dapat memberi harapan baik, dan kepemimpinan harus cocok dengan situasi
yang nyata,
(c) membantu anggota kelompok (guru/staf) dalam mengumpulkan
keterangan-keterangan yang perlu supaya dapat mengadakan pertimbangan-
pertimbangan yang sehat,
(d) menggunakan kesanggupan-kesanggupan dan minat khusus dari anggota
kelompok,
(e) memberi dorongan kepada setiap anggota untuk melahirakan peranan dan
pikiran serta memilih buah pikiran yang baik dan berguna dalam pemecahan
masalah yang dihadapi, dan
(f) memberi kepercayaan dan menyerahkan tanggung jawab kepda anggota
dalam melaksanakan dan sesuai dengan kemampuan masing-masing demi
kepentingan bersama.
3. Fungsi yang bertalian dengan pencapaian suasana pekerjaan yang sehat dan
menyenangkan meliputi:
(a) memupuk dan memelihara kesediaan kerjasama di dalam kelompok demi
tercapainya tujuan bersama,
(b) menanamkan dan memupuk perasaan pada masing-masing anggota bahwa
mereka termasuk dalam kelompok dan semangat kelompok dapat dibentuk
melalui penghargaan terhadap usaha-usahanya,
(c) mengusaha suatu ruangan yang menyenangkan
(d) mempergunakan kelebihan-kelebihan yang terdapat pada pimpinan untuk
memberi sumbangan dalam kelompok menuju pencapaian tujuan bersama
serta dapat juga mengembangkan kesanggupan-kesanggupan anggota masing-
masing, sehingga pimpinan akan dapat diterima dan diakui secara wajar.
Nama : Diavelia Golu
Nim : 221422040
Kelas/semester : B/3
Mata kuliah : Profesi Pendidikan
Dosen pengampuh : Hj. Asmun W. Wantu S.Pd,M.Sc

PEMBAHASAN :
A. Syarat-syarat Kepemimpinan Pendidikan
Sebagai seorang pemimpin Pendidikan, tentu saja diharapkan memiliki kelebihan-
kelebihandari pada orang dipimpinnya. Oleh karena itu pemimpin pendidkan nantinya
selalu berhadapan dengan orang lain dalam konteks sosial, maka ia harus memiliki
syarat-syarat kepribadian tertentu. Syarat-syarat tersebut anatara lain :
1. Memiliki Kesehatan jasmani dan rohani yang baik
2. Berpegang teduh pada tujuan yang dicapai
3. Bersemangat
4. Cakap di dalam memberikan bimbingan
5. Cepat serta bijaksana di dalam mengambil keputusan
6. Jujur
7. Cerdas
8. Cakap di dalam hal mengajar dan menaruh kepercayaan yang baik dan berusaha
untuk mencapainya.

a. Para ahli teori kepemimpinan telah mengemukakan beberapa teori tentang


timbulnya seseorang pemimpin. Dalam hal ini terdapat (tiga) teori yang menonjol
(Sunindhia dan Ninik Widiyanti, 1988:18), yaitu:

1. Teori Genetik
Penganut teori ini berpendapat bahawa, “pemimpin itu dilahirkan dan
bukan dibentuk” [Leaders are born and not made]. Pandanganteori ini
bahwa,seorang akan menjadi pemimpin karena “Keturunan” atau ia telah
dilahirkan dengan “membawa bakat” kepemimpinan. Teori keturunan ini, dapat
saja terjadi, karena seorang dilahirkan telah “memiliki potensi” memiliki potensi
dan bakat untuk memimpin dan inilah yang disebut dengan factor “dasar”.

Dalam realitas, teori keturunan ini biasanya dapat terjadi dikalangan


bangsawan atau keturunan raja-raja, karena orang tuanya menjadi raja maka
seorang anak yang lahir dalam keturunan tersebut akan diangkat menjadi raja.
2. Teori Sosial
Penganut teori ini berpendapat bahwa, seseorang yang menjadi pemimpin
dibentuk dan bukan dilahirkan (Leaders are made and not born). Penganut teori
berkeyakinan bahwa semua orang itu sama dan mempunyai potensi untuk menjadi
pemimpin. Tiap orang mempunyai potensi atau bakat untuk menjadi pemimpin,
hanya saja faktor lingkungan atau faktor pendukung yang mengakibatkan potensi
tersebut teraktualkan atau tersalurkan dengan baik dan inilah yang disebut dengan
faktor "ajar" atau "latihan". Pandangan penganut teori ini bahwa, setiap orang
dapat dididik, diajar, dan dilatih untuk menjadi pemimpin. Intinya, bahwa setiap
orang memiliki potensi untuk menjadi pemimpin, meskipun dia bukan merupakan
atau berasal dari keturunan seorang pemimpin atau seorang raja, asalkan dapat
dididik, diajar dan dilatih untuk menjadi pemimpin.
3.Teori Ekologik
Penganut teori ini berpendapat bahwa, seseorang akan menjadi pemimpin
yang baik "manakala dilahirkan" telah memiliki bakat kepemimpinan. Kemudian
bakat tersebut dikembangkan melalui pendidikan, latihan, dan pengalaman-
pengalaman yang memungkinkan untuk mengembangkan lebih lanjut bakat-bakat
yang telah dimiliki. Jadi, inti dari teori ini yaitu seseorang yang akan menjadi
pemimpin merupakan perpaduan antara faktor keturunan, bakat, dan lingkungan
yaitu faktor pendidikan, latihan dan pengalaman- pengalaman yang
memungkinkan bakat tersebut dapat teraktualisasi dengan baik.
Selain ketiga teori tersebut, muncul pula teori keempat yaitu Teori
Kontigensi atau Teori Tiga Dimensi. Penganut teori ini berpendapat bahwa, ada
tiga faktor yang turut berperan dalam proses perkembangan seseorang menjadi
pemimpin atau tidak, yaitu: (1) Bakat kepemimpinan yang dimilikinya. (2)
Pengalaman pendidikan, latihan kepemimpinan yang pernah diperolehnya, dan (3)
Kegiatan sendiri untuk mengembangkan bakat kepemimpinan tersebut.
Teori ini disebut dengan teori serba kemungkinan dan bukan sesuatu yang
pasti, artinya seseorang dapat menjadi pemimpin jika memiliki bakat, lingkungan
yang membentuknya, kesempatan dan kepribadian, motivasi dan minat yang
memungkinkan untuk menjadi pemimpin. Menurut Ordway Tead, bahwa
timbulnya seorang pemimpin, karana: (1) Membentuk diri sendiri (self
constituded leader, self mademan, born leader). (2) Dipilih oleh golongan, artinya
ia menjadi pemimpin karena jasa-jasanya, karena kecakapannya, keberaniannya
dan sebagainya terhadap organisasi. (3) Ditunjuk dari atas, artinya ia menjadi
pemimpin karena dipercaya dan disetujui oleh tutup penelusuran pihak atasannya
(Imam Mujiono, 2002: 18)
b. Unsur-unsur yang Menentukan Kepemimpinan
Ada empat unsur yang terdapat dalam suatu skill dalam seni kepemimpinan .
Keempat unsur tersebut adalah sebagai berikut: 1. Otoritas atau kekuatan
pemimpinUnsur yang pertama ini menekankan pada otoritas dan kekuatan
pemimpin. Kedua istilah ini diambil dari kata "authority" dan "power". "power"
menunjuk pada konsep yang lebih luas. Kata "power" diartikan sebagai suatu
kemampuan individu atau kelompok dalam mempengaruhi dan menggerakkan
orang lain.Ada berbagai cara yang bisa ditempuh untuk mendapatkan"power",
yaitu sebagai berikut :

a.Keahlian seseorang
b. Referent power
c. Reward power
d. Coercive power
Sedangkan istilah "authority" dalam organisasi menunjukkan otoritas atau
kekuasaan dalam suatu kedudukan yang berhak membuat/mengambil keputusan-
keputusan organisasi.
1. Kemampuan dalam Menyatu Padukan Sumber Tenaga Manusia yang Memiliki
Daya Motivasi yang Bervariasi Setiap Waktu dan Situasi Dalam unsur yang
kedua ini, berkenaan dengan pemahaman dasar manusia. Seorang pemimpin harus
mengerti mengenai teori motivasi, jenis-jenis motivasi dan harus mampu
menerapkan pengetahuan tentang motivasi ini terhadap individu yang kompleks
dan dalam herbagai situasi vang mempengaruhi iklim organisasi.
2. Kemampuan dalam Mengembangkan Iklim Kerja dalam Merespons dan
Membangkitkan/Menimbulkan Motivasi.
Di dalam unsur ini, menjelaskan bahwa seorang pemimpin menunjukkan
kemampuan dalam membangkitkan semangat bawahan untuk menggunakan
kemampuan mereka dalam menyelesaikan masalah. Kalau penggunaan fungsi
motivasi itu lebih berpusat pada bawahan dengan segala kebutuhannya, inspirasi
justru datang daripimpinan kelompok.

4. Kemampuan dalam Mengembangkan Gaya Kepemimpinan.


Pada unsur terakhir ini, unsur gaya kepemimpinan lebih menekankan pada
kemampuan pemimpin dalam memilih tipe yang sesuai dengan situasi atau iklim
organisasi untuk menggerakkan bawahannya secara berhasil.

c. Syarat-syarat menjadi Seorang Pemimpin yang Baik


Dibidang kekepalasekolahan, kualitas-kualitas kepemimpinan yang penting
dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori pokok yang saling berhubungan.
Dalam buku "Elementary School Administration and Supervision", Elsbree
menetapkannya sebagai berikut:
1. Personality
Personality atau kepribadian diartikan sebagai totalitas. karakteristik-karakteristik
individual. Pengertian ini dipakai untuk menunjukkan pengaruh totalitas kepribadian itu
terhadap orang lain.
2. Purposes
Sebagai pemimpin kelompoknya, ia harus dapat memikirkan, merumuskan tujuan
organisasi, (sekolah) secara teliti serta menginformasikannya kepada para anggota agar
mereka dapat menyadari tujuan tersebut.
3.Knowledge
Suatu kelompok akan menaruh kepercayaan kepada sang pemimpin, apabila mereka
menyadari bahwa otoritas kepemimpinannya dilengkapi dengan pengetahuan yang luas
dan mampu memberikan keputusan-keputusan yang mantap.
4. Profesional skill
Seorang kepala sekolah harus memiliki keterampilan- keterampilan profesional yang
efektif dalam fungsi-fungsi administrasi pendidikan.Selain itu, Keberhasilan
kepemimpinan juga sangat tergantungpada faktor-faktor lain, yaitu:
a. Karakteristik kelompok
b. Tujuan-tujuan kelompok
c. Pengetahuan yang dimiliki kelompok
d. Moral kelompok

d. Prinsip Kepemimpinan
Prinsip sebagai paradigma terdiri dari beberapa ide utama berdasarkan motivasi pribadi
dan sikap serta mempunyai pengaruh yang kuat untuk membangun dirinya atau
organisasi. Menurut Stephen R. Covey (1997), prinsip adalah bagian dari suatu kondisi,
realisasi dan konsekuensi. Mungkin prinsip menciptakan kepercayaan dan berjalan
sebagai sebuah kompas/petunjuk yang tidak dapat dirubah. Prinsip merupakan suatu
pusat atau sumber utama sistem pendukung kehidupan yang ditampilkan dengan 4
dimensi seperti; keselamatan, bimbingan, sikap yang bijaksana, dan kekuatan.
Karakteristik seorang pemimpin didasarkan kepada prinsip-prinsip (Stephen R. Covey)
sebagai berikut:
1. Seorang yang belajar seumur hidup
Tidak hanya melalui pendidikan formal, tetapi juga diluar sekolah. Contohnya,
belajar melalui membaca, menulis, observasi, dan mendengar. Mempunyai pengalaman
yang baik maupun yang buruk sebagai sumber belajar.

2. Berorientasi pada pelayanan


Seorang pemimpin tidak dilayani tetapi melayani, sebab prinsip pemimpin
dengan prinsip melayani berdasarkan karir sebagai tujuan utama. Dalam memberi
pelayanan, pemimpin seharusnya lebih berprinsip pada pelayanan yang baik.
3. Membawa energi yang positif Setiap orang
mempunyai energi dan semangat. Menggunakan energi yang positif didasarkan pada
keikhlasan dan keinginan mendukung kesuksesan orang lain. Untuk itu dibutuhkan energi
positif untuk membangun hubungan baik. Seorang pemimpin harus dapat dan mau
bekerja untuk jangka waktu yang lama dan kondisi tidak ditentukan. Oleh karena itu,
seorang pemimpin harus dapat menunjukkan energi yang positif, seperti;
a. Percaya pada orang lain
Seorang pemimpin mempercayai orang lain termasuk staf bawahannya, sehingga
mereka mempunyai motivasi dan mempertahankan pekerjaan yang baik. Oleh karena itu,
kepercayaan harus diikuti dengan kepedulian.
b. .Keseimbangan dalam kehidupan
Seorang pemimpin harus dapat menyeimbangkan tugasnya. Berorientasi kepada
prinsip kemanusiaan dan keseimbangan diri antara kerja dan olah raga, istirahat dan
rekreasi. Keseimbangan juga berarti seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat.

c. Melihat kehidupan sebagai tantangan

Kata 'tantangan' sering di interpretasikan negatif. Dalam hal ini tantangan berarti
kemampuan untuk menikmati hidup dan segala konsekuensinya. Sebab kehidupan adalah
suatu tantangan yang dibutuhkan, mempunyai rasa aman yang datang dari dalam diri
sendiri. Rasa aman tergantung pada inisiatif, keterampilan, kreatifitas, kemauan,
keberanian, dinamisasi dan kebebasan.
d. Sinergi
Orang yang berprinsip senantiasa hidup dalam sinergi dan satu katalis perubahan.
Mereka selalu mengatasi kelemahannya sendiri dan lainnya. Sinergi adalah kerja
kelompok dan memberi keuntungan kedua belah pihak. Menurut The New Brolier
Webster International Dictionary, Sinergi adalah satu kerja kelompok, yang mana
memberi hasil lebih efektif dari pada bekerja secara perorangan. Seorang pemimpin harus
dapat bersinergis dengan setiap orang atasan, staf, teman sekerja.
e .Latihan mengembangkan diri sendiri
Seorang pemimpin harus dapat memperbarui diri sendiri untuk mencapai
keberhasilan yang tinggi. Jadi dia tidak hanya berorientasi pada proses. Proses dalam
mengembangkan diri terdiri dari beberapa komponen yang berhubungan dengan:
1) pemahaman materi;
2) memperluas materi melalui belajar dan pengalaman;
3) mengajar materi kepada orang lain;
4) mengaplikasikan prinsip-prinsip;
5) memonitoring hasil;
6) merefleksikan kepada hasil;
7) menambahkan pengetahuan baru yang diperlukan materi;
8) pemahaman baru; dan
9) kembali menjadi diri sendiri lagi.
Mencapai kepemimpinan yang berprinsip tidaklah mudah, karena beberapa
kendala dalam bentuk kebiasaan buruk, misalnya:
1) kemauan dan keinginan sepihak;
2) kebanggaan dan penolakan;
3) ambisi pribadi.

Untuk mengatasi hal tersebut, memerlukan latihan dan pengalaman yang terus-
menerus. Latihan dan pengalaman sangat penting untuk mendapatkan perspektif baru
yang dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
Hukum alam tidak dapat dihindari dalam proses pengembangan pribadi.
Perkembangan intelektual seseorang seringkali lebih cepat dibanding perkembangan
emosinya. Oleh karena itu, sangat disarankan untuk mencapai keseimbangan diantara
keduanya, sehingga akan menjadi faktor pengendali dalam kemampuan intelektual.
Pelatihan emosional dimulai dari belajar mendengar. Mendengarkan berarti sabar,
membuka diri, dan berkeinginan memahami orang lain. Latihan ini tidak dapat
dipaksakan. Langkah melatih pendengaran adalah bertanya, memberi alasan, memberi
penghargaan, mengancam dan mendorong. Dalam proses melatih tersebut,
seseorangmemerlukan pengontrolan diri, diikuti dengan memenuhi keinginan orang.
Mengembangkan kekuatan pribadi akan lebih menguntungkan dari pada
bergantung pada kekuatan dari luar. Kekuatan dan kewenangan bertujuan untuk
melegitimasi kepemimpinan dan seharusnya tidak untuk menciptakan ketakutan.
Peningkatan diri dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap sangat dibutuhkan untuk
menciptakan seorang pemimpin yang berpinsip karena seorang pemimpin seharusnya
tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga cerdas emosional dan spiritual (IQ, EQ
dan SQ).

B. Gaya Kepemimpinan Pendidikan Yang Efektif


1. Gaya kepemimpinan Pendidikan menurut Hersey dan Blanchard
Hersey dan Blanchard mengembangkan gaya kepemimpinan Pendidikan efektif yang
di kenal dengan gaya kepemimpinan Tiga Dimensi mereka mengggunakan istilah
“perilaku tugas” dan “perilaku hubungan” untuk mengembangkan konsep-konsep
yang serupa dengan konsep yang dikembangkan di Universitas ohio. Keempat,
kaudran perilaku pemimpin pendidikan yang utama sebagai berikut : (1) tinggi tugas
dan rendah hubungan, (2) tinggi dan tugas hubunga, (3) tinggi hubungan dan rendah
tugas, dan (4) rendah hubungan dan rendah tugas.
Gaya kepemimpinan seseorang adalah perilaku yang diperlihatkan orang itu pada
saat mempengaruhi aktivitas orang lain seperti yang dipersepsikan orang lain. Kedua
jenis perilaku ini merupakan inti konsep gaya kepemimpinanyang dididefinisikan
sebagai berikut.
Perilaku tugas, ialah kadar Upaya pemimpin Pendidikan mengorganisir dan
menetapkan peran guru/staf, menjelaskan aktivitas-aktivitas setiap anggota serta
kapan, dimana, dan bagaimana cara menyelesaikannya ; dicirikan degan upaya untuk
menetapkan pola/struktur organisasi Pendidikan, saluran komunikasi, dan cara
penyelesaian pekerjaan secara rincin dan jelas.
Perilaku Hubungan, adalah kadar upaya pemimpin Pendidikan membina
hubungan pribadi diantara mereka sendiri dan para anggota kelompok mereka dengan
membuka lebar saluran komunikasi menyediakan hubungan sosioemosional aspek
psikologis pemudahan perilaku.

2. Gaya Kepemimpinan dari Douglas Mc Greger


Srategi kepemimpinan efektif yang mempergunakan manajemen partisipasi
dikemukakan oleh Mc Groger. Konsep kepemimpinan groger yang paling terkenal
adalah bahwa strategi kepemimpinan dipengaruhi anggapan-anggapan seorang
pemimpin tentang sifat dasar manusia yang disebutnya dengan teori x dan teori y.
1. Anggapan-anggapan teori X :
a. Rata-rata pembawaan manusia malas atau tidak menyukai pekerjaan dan akan
menghidarinya dan bila mungkin.
b. Karena karekteristik manusia tersebut, orang harus dipaksa, diawasi,
diarahkan, atau diancam dengan hukuman agar mereka menjalankan tugas
untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.Keterikatan pada tujuan merupakan
fungsi dari penghargaan yang berhubungan dengan prestasi mereka
c. Rata-rata manusia dalam kondisi yang layak, belajar tidak hanya untuk
menerima, tetapi mencari tanggung jawab.
2. Anggapan-anggapan teori Y :
a. Penggunaan usaha fisik dan mental dalam bekerja adalah kodrat manusia,
seperti bermain atau istirahat
b. Pengawasan dan ancaman hukuman ekternal bukanlah satu-satunya cara
untuk menggarahkan usaha pencapaian tujuan organisasi orang akan
melakukan pengendalian diri dan penggarahan diri untuk mencapai tujuan
yang telah di setujuinya
c. Keterikatan pada tujuan merupakan fungsi dari penghargaan yang
berhubungan dengan prestasi mereka
d. Rata-rata manusia dalam kondisi yang layak,belajar tidak hanya untuk
menerima, tetapi mencari tanggung jawab
e. Ada kapasitas besar untuk melakukan imajinasi, kecerdikan dan
kreativitas dalam penyelesaian masalah-masalah organisasi yang secara
luas tersebar pada seluruh kariyawan
f. Potensi intelektual rata-rata manusia hanya digunakan sebagai saja dalam
kondisi kehidupan organisasi modern
g. Keterikatan pada tujuan merupakan fungsi dari penghargaan yang
berhubungan dengan prestasi mereka.

3. Gaya Kepemimpinan Tannenbaun dan Schmindt


Tannenbaun dan Schmindt (Hersey, 1992) menguraikan berbagai factor yang
mempengaruhi gaya kepemimpinan. Mereka mengemukakan, bahwa pemimpin
Pendidikan harus mempertimbangkan tiga Kumpulan kekuatan sebelum
melakukan pemilihan gaya kepemimpinan, yaitu :
1. Kekuatan-kekuatan dalam diri pemimpin, yang mencakup : (a) sistem nilai,
(b) kepercayaan terhadap bawahan, (c) kecenderungan kepemimpinannya
sendiri, dan (d) perasaan aman dan tidak aman
2. Kekuatan-kekuatan dalam diri para staf/guru/peserta didik, meliputi : (a)
kebutuhan mereka akan kebebasan, (b) kebutuhan mereka akan peningkatan
tanggung jawab, (c) apakah mereka tertarik dalam mempunyai keahlian untuk
penangan masalah, dan (d) harapan mereka mengenai keterlibatan dalam
pembuatan keputusan
3. Kekuatan-kekuatan dari situasi yang terdiri dari : (a) tipe organisasi, (b)
efektivitas kelompok, (c) desekkan waktu, dan (d) sifat masalah itu sendiri.
Pengakuan terhadap kedua gaya kepemimpinan itu, yang menekankan
pada hubungan telah mendapat dukungan dari beberapa hasil penelitian/studi
kepemimpina.
4. Motivasi guru dan staf
Motivasi sering diartikan “sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang
mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu
guna mencapai tujuan”.

Studi tentang motivasi dan perilaku merupakan upaya untuk men


cari jawaban atas persoalan yang membingungkan tentang hakikat manusia.
Pemahaman terhadap pentingnya manusia dalam lembaga pendidikan dapat
membantu kepemimpinan seseorang dalam menyelami ikwal manusia dibalik
perilakunya. Disamping itu, kemampuan pemimpin Pendidikan
mengaplikasikan motivasi merupakan aspek yang sangat vital. Selain motivasi
yang dapat mempengaruhi prestasi keja/staf, dipengaruhi oleh kemampuan
individu dan persepsi peranan yang ketiga-tiganya saling berhubungan.
a. perilaku
perilaku pada dasarnya dimotivasi oleh keinginan untuk memperoleh
tujuan tertentu. Tujuan spesifikasi tidak selamanya diketahui dengan sadar
oleh yang bersangkutan. Freud pelopor teori motivasi bawah sadar, meyakini
bahwa orang-orang tidak selamanya menyadari hal-hal yang diinginkannya.
Dan karenanya kebanyakan perilaku dipengaruhi oleh motif atau kebutuhan
bawah sadar. Motivasi merupakan kebutuhan, keinginan, dorongan dan gerak
hati dalam diri seseorang.
Motif merupakan ihwal “mengapanya” perilaku. Motif timbul dan
mempertahankan aktivitas serta menentukan arah umum perilaku seseorang.
Dengan demikian menurut esensinya kebutuhan (motif) merupakan dorongan
utama seseorang melakukan aktivitas.
b. Tujuan kekuatan motif
Tujuan berada diluar diri seseorang yang adakalanya dipacu “harapan”
akan imbalan kearah mana motif (kebutuhan) digerakkan. Tujuan sering
diistilahkan dengan insentif oleh para psikolog. Pimpinan yang berhasil
memotivasi pegawai sering berusaha menciptakan lingkungan dimana
terdapat tujuan yang memadai (insentif) untuk memenuhi kebutuhan.
c.Pengharapan dan ketersediaan (axpectancy and availability)
Dua factor penting yang mempengaruhi kekuatan kebutuhan, yaitu
pengharapan dan ketersedian. Meskipun kedua konsep ini berinteralasi,
pengharapan cenderung mempunyai motif dan kebutuhan, sedangkan
ketersediaan cenderung mempengaruhi persepsi tujuan.
Pengharapan ialah suatu probabilitas penghayatan mengenai kebutuhan
khusus yang memuaskan seseorang individu yang didasarkan pada
pengalaman masa lampau. Ketersediaan menunjukkan keterbatasan
penghayatan lingkungan. Hal ini ditentukan oleh bagaimana dapat mendekati
tujuan agar memuaskan kebutuhan yang dihayati oleh individu.
d. Pemenuhan Kebutuhan
Kebutuhan manusia dapat diklasifikasikan atass dua aspek, yaitu
kebutuhan jasmaniah dan kebutuhan rohaniah. Kebutuhan manusia senantiasa
diupayakan untuk memenuhi dengan optimal. Dalam kehidupan manusia
berorganisasi pimpinan biasanya lebih dominan memperhatikan dan
memenuhi hanya aspek kebutuhan brsifat finansial (jasmaniah) saja. Hal ini
sangat berdampak negatif dalam keberlangsungan organisasi. Pakar
manajemen mengatakan pimpinan dapat saja membeli dan memanfatkan
tenaga dan piiran stafnya sesuai dengan keinginannya, akan tetapi tidak
satupun pimpinan yang dapat membayar dengan materi kebutuhan yang
bersifat rohaniah.

Untuk mengoptimalkan kepemimpinan setiap pemimpin pendidikan


akan dikemukakan jenis-jenis kebutuhan manusia (staf/guru) sebagai mana
yang dikemukakan oleh toko penting berpengaruh di bidang manajemen, yaitu
Maslow dengan teori hirarki kebutuhan atau teori satu Kontinum, dan
Herzberg dengan teori Dua Faktor (Dua Kontinum).
1). Hirarki Kebutuhan Maslow
Telah dikemukakan dalam pembahasan sebelumnya bahwa perilaku
staf/guru pada saat tertentu biasanya ditentukan oleh kebutuhan yang paling
kuat. Oleh karena itu, penting artinya bagi pemimpin/kepala sekolah untuk
memenuhi kebutuhan yang umumnya paling dominan dan penting bagi
staf/guru. Maksudnya seseorang akan senantiasa berupaya mewujudkan
pemenuhan kebutuhan psiologisnya kemudian setelah terpuaskan atau
terpenuhi maka kebutuhan psiologis secara berangsur berkurang dan
meningkat kepada kebutuhan lainnya yaitu rasa aman. Demikian seterusnya
aktifitas manusia dalam upayanya memenuhi kebutuhannya.
2). Teori Dua Factor Frederick Herzberg (Dua Kontinum)
Teori ini muncul sebagai reaksi ketidakpuasan Herzberg, dkk terhadp
teori-teori sebelumnya seperti teori Argyris, McGroge dan Maslow. Dewasa
ini teori maslow memang masih sangat kuat dan kebanyakan pemimpin
menerapkannya sebagai upayanya memberi motivasi staf/guru ingin
ditingkatkan terlebih dahulu diperbaiki dahulu tingkat kesejahteraannya.
Pendapat ini memang benar karena menurut maslow kebutuhan psiologis
harus dipuaskan terlebih dahulu baru kebutuhan lainnya. Ternyata hal ini
kurang memberi motivasi dan hasil yang memuaskan.
Ketidakpuassan Herzberg, dkk. Diungkapkan dengan asumsi yang
menyatakan tampaknya para ahli tersebut belum kesemuanyamenyentu
sesuatu yang penting tentang hakikat manusia. Monitv dan kebutuhan yang
dapat sangat bermanfaat bagi pemimpin dalam mencapai tujuan organisasi
hasil analisis Herzberg dkk terhadap wawancara itu menyimpulkan bahwa
orang-orang memiliki dua kategori kebutuhan yang berbeda yang secara
esensial saling bergantung dan mempengaruhi pelaku dengan cara yang tidak
sama. Herzberg menemukan bahwa apabila orang-orang merasa tidak puas
dengan pekerjaan, maka mereka risau akan lingkungan tempat mereka
bekerja. Sebaliknya apabila orang-orang merasa senang akan pekerjaan
mereka, maka hal ini berhubungan dengan pekerjaan itu sendiri.
Herzberg menyangkut kategori kebutuhan pertama sebagai factor iklim,
baik (hygiene) atau faktor-faktor pemeliharaan (maintenance). Dikatakan
iklim baik karena factor-faktor itu melukiskan lingkungan orang-orang dalam
melaksanakan tujuan utama untuk mencegah timbulnya ketidakpuasan
pekerjaan. Sedangkan kategori kebutuhan kedua dikatakan sebagai motivator
karena kebutuhan-kebutuhan ini cenderung efektif memotivasi orang-orang
untuk berprestasi tinggi. Dikatakan motivator sebagai factor-faktor yang
menyenangkan karena berkaitan langsung dengan perasaan berprestasi, dan
pengakuan yang dapat dialami seseorang dalam suatu pekerjaan yang
mengandung tantangan dan cakupan yang diacu sebagai motivator, serta
berdampak langsung terhadap kepuasan kerja bagi setiap individu termasuk
guru.
3). Keterkaitan teori Herzberg dan Teori Maslow
Dalam kaitannya kerangka situasi motivasi, Hersey (1992) memadukan
kedua teori tersebut seperti terlihat dalam figure berikut:

MASLOW
Motif
(Kebutuhan)

Perilaku

Tujuan (Insentif)

HERZBERG
Mengacu pada figure tersebut menunjukkan bahwa dalam situasi motivasi,
apabila pemimpim kepala sekolah mengetahui kebutuhan staf/guru yang
paling kuat (maslow) yang ingin pimpinan atau kepala sekolah pengaruhi,
maka anda harus dapat menentukan tujuan (Herzberg) yang dapat anda
sediakan dalam lingkungan untuk memotivasi orang itu. Pada saat yang sama
apabila anda mengetahui tujuan yang ingin dicapai staf/guru tersebut,
pimpinan/kepala sekolah dapat memperkirakan keputuhannya yang paling
kuat. Hal ini terbukti karena uang dan tunjangan cenderung memenuhi
kebutuhan-kebutuhan ada level fisiologis dan sekuriti; sedangkan hubungan
antara pribadi dan supervisor adalah contoh iklim yang baik dapat memenuhi
kebutuhan sosiologi ; meningkatnya tanggung jawab pekerjaan yang
menantang, serta pertumbuhan perkembangan adalah motivator yang
cenderung memenuhi kebutuhan pada level penghargaan dan perwujudan diri.
Daftar Pustaka
Glickman, C.D. 1981. Developmental Supervision. Alexandria: ASCD
Garton, Richard A. 1976. School Administration. Dubuque, Lowa : Wm. C. Brown Company
Pub-lishers.
Hersey Paul, & Blanchard K. 1992. Management Of Organization Behavior; Utilizing Human
Resource. Prentice Hall, inc
Nawawi Hadari. 1986. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Gunung Agung.
Owens, Roberts G.1981. Organization Behavior in Education. Englewood Cliffs. New Jersey:
Prantice-Hall, Inc
Robbins, S.1995. Teori Organisasi: Struktur, Desain (terjemahan). Prentice-Hall international.
Inc
Rahmat. 2020. Kepimpinan Pendidikan, yogjakarta; Zahir Publishing.
Alamsyah, Y. (2017). Membumkan dalam Kepemimpinan.pendidikan. kependidikan islam.
Mardia,Muhammad Mukthar S.
Sondang P. siagian, Teori dan praktek kepemimpinan .Jakarta:Rineka cipta. Umar sidiq,
khoirussalam, kepimpinan pendidikan

Anda mungkin juga menyukai