net/publication/338630506
CITATIONS READS
0 518
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
Hasil Belajar dari Perspektif Dukungan Orangtua dan Minat Belajar Siswa View project
GeoGebra Application Utilization in Computer-Based Interactive Instructional Media Development Oriented of Creative Problem Solving Model View project
All content following this page was uploaded by Baso Intang Sappaile on 16 January 2020.
A. PENDAHULUAN
Salah satu peluang yang masih sangat terbuka dan luas dalam meningkatkan
pendidikan adalah pembentukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan
profesional untuk bersaing di era pasar bebas. Kualitas SDM Indonesia yang diukur
dengan nilai Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang meliputi Pendapatan Daerah
Bruto (PDB) perkapita real, angka harapan hidup, angka melek hidup, dan angka
partisipasi pendidikan.
Keberhasilan pendidikan pada setiap jenis dan jenjang pendidikan ditentukan
oleh kualitas sumber daya manusianya, baik pengambil keputusan, pemerhati,
maupun para praktisi pendidikan, serta para pelaku fungsi kontrol atau pengawas.
Unsur manusia menjadi ujung tombak dan pelaku utama pendidikan dalam upaya
pencapaian tujuan pendidikan nasional.
Dengan SDM sebagai aset nasional yang harus ditingkatkan kualitasnya
secara berkesinambungan. Hal ini merupakan kunci utama dalam menghadapi
tantangan global. Namun demikian, berdasarkan Human Development Report 2004,
IPM Indonesia menempati urutan ke-111 dari 177 negara.
Membangun pendidikan yang berkualitas tidak cukup hanya melengkapi
sarana fisik seperti membangun gedung dan peralatan laboratorium, tetapi
seyogianya disertai dengan penyediaan guru yang berkualitas.
Guru sebagai unsur pelaksana dalam proses pendidikan sangat menentukan
keberhasilan proses belajar-mengajar di sekolah dan guru memegang peranan dan
fungsi, sebagai: (1) instruktur, (2) manajer dan pimpinan kelas, (3) tauladan, (4)
penyuluh, (5) motivator, dan (6) fasilitator. Disamping itu, guru dituntut mampu
mengimplementasikan berbagai kecakapan dan keterampilan mendidik dan
Guru Besar dalam bidang Kalkulus, Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Makassar.
1
B. PEMBAHASAN
1. Manajemen Supervisi
Pengertian manajemen sudah banyak dikemukakan oleh para ahli dengan
definisi yang berbeda-beda, namun pada dasarnya sama. Manajemen adalah
kemampuan dan keterampilan khusus untuk melakukan suatu kegiatan bersama
dengan orang lain dalam mencapai tujuan organisasi.
Pencapaian tujuan organisasi akan tergantung pada manusia sebagai
pengelolanya, baik pada tingkat pimpinan maupun pada tingkat staf. Kemampuan
pimpinan akan mewujudkan suatu sistem dan iklim organisasi yang membawa
organisasi menjadi dinamis dalam menghadapi tuntutan dan perkembangan zaman.
Hamalik (2000: 10) berpendapat bahwa manajemen adalah keseluruhan
proses kegiatan yang dilakukan dua orang atau lebih secara formal untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Selanjutnya, dikatakan bahwa
kegiatan-kegiatan manajemen dilaksanakan dalam beberapa fungsi, yaitu:
perencanaan, penggerakan, pengorganisasian, koordinasi, supervisi, pemantauan,
ketenagaan, penilaian, serta kepemimpinan yang diperlukan untuk melaksanakan
fungsi tersebut.
Secara etimologi manajemen bermakna “penggunaan sumber daya secara
efektif untuk mencapai sasaran”. Rumusan tersebut mengandung makna bahwa
manajemen merupakan kegiatan bagaimana kita menggunakan seluruh sumber yang
ada baik berupa manusia benda maupun nonbenda, agar yang menjadi tujuan
organisasi dapat tercapai. Selanjutnya, Terry dan Leslie (2001: 10) mengemukakan
bahwa manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja yang melibatkan
bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang ke arah tujuan organisasi.
Dengan lain kata, manajemen adalah suatu kegiatan, sedangkan pelaksanaanya
adalah managing atau pengelolaan, dan pelaksananya disebut manajer atau
pengelola.
Definisi di atas juga menunjukan bahwa manajemen merupakan suatu proses
untuk menggerakkan sumber daya manusia (SDM) yang menjadi kunci sukses dalam
pencapaian tujuan organisasi. Selain itu, manajemen juga dapat diartikan sebagai
proses merencana, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan upaya organisasi
dengan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai secara efektif dan efisien.
3
Inovasi (Majalah Ilmiah), Vol. 13, No. 2 Mei-Agustus 2008, halaman 153-172, ISSN 0853-7399
b. Tahap observasi
Komponen keterampilan yang telah disepakati pada pertemuan awal
dilatihkan pada tahap ini. Sementara guru melaksanakan pembelajaran, supervisor
mengadakan observasi dengan menggunakan instrumen observasi. Supervisor
mengamati, mencatat secara obyektif, lengkap apa adanya tentang tingkah laku guru
ketika mengajar. Proses belajar-mengajar dilakukan guru secara keseluruhan, fokus
observasi atau pusat perhatian adalah pada keterampilan yang telah disepakati.
Tahap ini dilaksanakan segera kegiatan mengajar selesai. Hal ini dimaksud-
kan untuk menjaga agar segala sesuatu yang tedadi masih segar dalam ingatan guru
maupun supervisor. Langkah awal dalam tahap ini menurut Bolla adalah (1)
menanyakan perasaan guru secara umum atau kesan umum guru ketika mengajar, (2)
mereview tujuan pelalaran. (3) mereview target keterampilan serta perhatian utama
guru, (4) menanyakan perasaan guru tentang jalannya pembelajaran berdasarkan
target dan perhatian utama, (5) menunjukkan data hasil rekaman dan memberi
kesempatan kepada guru untuk menafsirkan data tersebut, (6) bersama-sama
menganalisis dan menginterpretasi data rekaman, (7) menanyakan perasaan guru
setelah melihat rekaman data, (8) menyimpulkan hal dengan membandingkan target
yang diinginkan guru dengan apa yang telah terjadi atau yang telah dicapai, dan (9)
menentukan bersama-sama dan mendorong guru untuk merencanakan aspek-aspek
yang masih perlu dilatih pada kesempatan berikutnya.
3. Pemberdayaan Guru
Guru adalah salah satu komponen manusia dalam proses belajar-mengajar
dalam usaha pengembangan sumber daya manusia yang potensial di bidang
pendidikan. Dalam Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan
bahwa guru adalah tenaga pengajar merupakan tenaga pendidik yang khusus
diangkat dengan tugas utama mengajar, pada jenjang pendidikan dasar dan mene-
ngah (Depdiknas, 1992). Sedang Hamalik (2002: 8) berpendapat bahwa guru adalah
suatu jabatan profesional yang memiliki peranan dan kompetensi profesional.
Pendidik atau guru harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi
sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Selanjutnya, kualifikasi akademik sebagai-
mana dimaksud adalah: tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh
seorang pendidik dari perguruan tinggi terakreditasi, yang dibuktikan dengan ijazah
dan/atau sertifikat keahlian yang relevan dengan jenis, jenjang, dan satuan pendi-
dikan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku (Depdiknas, 2005:
27).
Kompetensi pendidik sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: (a) kompetensi
pedagogik, (b) kompetensi kepribadian, (c) kompetensi profesional, dan (d)
kompetensi sosial (Depdiknas, 2005: 28).
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksa-
naan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Dalam hal pemahaman
peserta didik, Mulyasa (2006: 35-36) menyatakan bahwa guru perlu memperhatikan
peserta didik secara individual, karena antara satu peserta didik dengan yang lain
memiliki perbedaan yang mendasar. Selanjutya, dikatakan bahwa guru pula yang
memberikan dorongan agar peserta didik berani berbuat benar dan membiasakan
mereka untuk bertanggung jawab terhadap setiap perbuatannya. Mengingat
6
Inovasi (Majalah Ilmiah), Vol. 13, No. 2 Mei-Agustus 2008, halaman 153-172, ISSN 0853-7399
memanfaatkan tenaga manusia berupa pembagian tugas dan fungsi dalam organisasi
yang bisa dituangkan dalam bentuk pikiran, pendapat atau karya ilmiah dan
sebagainya. Pemberdayaan merupakan upaya menggerakkan kekuatan, tenaga dan
pengaruh yang dimiliki seseorang atau kelompok sehingga menghasilkan sesuatu
yang lebih bermanfaat atau berarti.
Cook dan Macaulay dalam Mulyasa (2006: 32) menyatakan bahwa pember-
dayan sebagai alat penting untuk memperbaiki kinerja organisasi melalui penyebaran
pembuatan keputusan dan tanggung jawab. Dengan demikian akan mendorong
keterbatasan para pegawai dalam pengambilan keputusan dan tanagung jawab.
Dalam dunia pendidikan pemberdayaan ditujukan kepada para peserta didik,
guru, kepala sekolah, dan pegawai administrasi. Sebagai gambaran pada sebuah
sekolah di mana prestasi belajar para peserta didiknya meningkat tajam karena pihak
manajemen (kepala sekolah) memberikan kewenangan yang leluasa kepada para
guru untuk mengambil peran dalam pengambilan keputusan-keputusan sehubungan
dengan pekerjaannya sehari-hari.
Pemberdayaan merupakan cara yang sangat praktis dan produktif untuk
mendapatkan hasil yang terbaik dari kepala sekolah, guru dan para pegawai. Proses
yang ditempuh untuk mendapatkan hasil terbaik dan produktif tersebut adalah
dengan membagi tanggung jawab secara proporsional kepada guru. Satu prinsip
terpenting dalam pemberdayaan ini adalah melibatkan guru dalam proses pengambil-
an keputusan dan tanggung jawab. Melalui proses pemberdayaan ini diharapkan para
guru, memiliki kepercayaan diri (self-Reliance).
Kartasasmita dalam Padmiati (2004: 10) menyatakan bahwa pemberdayaan
merupakan upaya untuk membangun daya, dengan memotivasi dan membangkitkan
kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya untuk mengembangkan.
Korten dalam Padmiati (2004: 10) menyatakan bahwa pemberdayaan
(empowering) adalah pemberian kemampuan untuk mengelola berbagai sumber daya
bagi kepentingan masyarakat.
Pranarka dan Moeljarto dalam Padmiati (2004: 10) menyatakan bahwa
pemberdayaan adalah sebagai upaya menstimuli, mendorong atau memotivasi
individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang
menjadi pilihan hidupnya.
Potensi dan kemampuan tersebut harus dikembangkan dan ditingkatkan untuk
dapat memahami eksistensi dirinya, yang pada gilirannya dapat menumbuhkan sikap
kreatif, inisiatif, responsif, dan inovatif dalam upaya pencapaian tujuan-tujuan
pemelajaran. Dengan demikian sasaran utama pemberdayaan guru adalah guru
sebagai fasilitator dan pelaksana proses belajar mengajar dan membelajarkan. Oleh
karena itu, pemberdayaan guru sehubungan dengan pemberdayaan sumber daya
manusia perlu diikutsertakan dalam pendidikan dan pelatihan guna peningkatan
dalam kompetensinya dalam mata pelajaran produktif.
Kindervatter dalam Mulyasa (2006: 31) memberikan batasan pemberdayaan
sebagai peningkatan pemahaman manusia untuk meningkatkan kedudukannya di
masyarakat peningkatan kedudukan itu meliputi kondisi-kondisi: (1) akses, memiliki
pejuang yang cukup besar untuk mendapatkan sumber-sumber daya dan sumber
dana, (2) daya pengungkit, meningkat dalam hal daya tawar kolektifnya, (3)
pilihan-pilihan, mampu dan memiliki peluang terhadap berbagai pilihan, (4) status,
meningkatnya citra diri, kepuasan diri dan memiliki perasaan yang positif atas
identitas budayanya, (5) kemampuan refleksi kritis, menggunakan pengalaman untuk
8
Inovasi (Majalah Ilmiah), Vol. 13, No. 2 Mei-Agustus 2008, halaman 153-172, ISSN 0853-7399
b. Memperlancar (facilitating)
Memperlancar (facilitating) merupakan kemampuan/kecakapan yang harus
dimiliki oleh seorang manajer, untuk meniadakan halangan, rintangan dan penundaan
suatu pekerjaan. Dengan demikian memperlancar berarti memperhatikan apa yang
perlu dilakukan oleh orang-orang yang diberdayakan, kemudian menyediakan
berbagai media yang diperlukan untuk berkomunikasi sehingga akan terjadi saling
tukar informasi antara manajer dengan individu atau kelompok yang diberdayakan.
Kegiatan ini dapat diukur dengan: (1) mempermudah aturan organisasi, (2)
mempersingkat prosedur, dan (3) mempermudah memperoleh informasi.
c. Berkonsultasi (consulting)
Berkonsultasi dengan berbagai pihak yang diberdayakan akan terjadi
komunikasi saling memberikan informasi, pemahaman dan saran, sehingga
masing-masing pihak akan menyadari tugas dan fungsinya. Kegiatan ini dapat diukur
dengan: (1) membahas masalah teknis sehari-hari, (2) membahas masalah-masalah
strategis, dan (3) meningkatkan intensitas dialog.
d. Bekerjasama (collaborating)
Bekerjasama (collaborating) sepenuhnya antara pihak yang diberdayakan dan
yang memberdayakan pada hakikatnya merupakan tujuan dari setiap program
pemberdayaan dengan menggunakan seluruh kekayaan, kecakapan dan pengetahuan
dalam organisasi untuk mencapai tujuan organisasi, sehingga terjadi hubungan
kerjasama yang bebas dan terbuka. Kerjasama merupakan hal yang harus dilakukan
9
Inovasi (Majalah Ilmiah), Vol. 13, No. 2 Mei-Agustus 2008, halaman 153-172, ISSN 0853-7399
oleh manajer dengan pihak-pihak yang akan diberdayakan untuk memastikan per-
ubahan strategis yang dipikirkan secara matang. Hal ini berarti kerjasama merupakan
kecakapan yang berkembang melalui praktek. Kegiatan ini dapat diukur dengan: (1)
bekerja sama penuh sepanjang berkaitan dengan pendidikan, (2) menyediakan waktu
untuk kerja sama yang berkaitan dengan pendidikan, dan (3) keterbukaan.
e. Membimbing (mentoring)
Membimbing merupakan tahap kegiatan pemberdayaan dan sekaligus
merupakan teknik manajemen. Bertambannya kematangan dan pengalaman akan
sampai kepada kesadaran bahwa sesungguhnya kita dapat mencapai lebih banyak
dan memperluas pengaruh melalui kerjasama dengan orang lain. Proses membimbing
yaitu bertindak sebagai teladan dan pelatih bagi orang yang diberdayakan dengan
cara menyampaikan kecakapan dan pengetahuan serta mendorong mereka untuk
saling melatih. Kegiatan ini dapat diukur dengan: (1) memberikan ketauladanan, dan
(2) melatih yang berkaitan dengan teknis manajemen pendidikan.
f. Mendukung (supporting)
Mendukung dan membantu orang yang diberdayakan perlu dilakukan oleh
manajer untuk mendorong dari belakang yang mengarahkan pada kemandirian.
Selanjutnya, Mulyasa (2006: 33) menyebutkan bahwa pemberdayaan adalah untuk
mengangkat harkat dan martabat masyarakat dalam perekonomiannya, hak-haknya,
dan memiliki posisi yang seimbang dengan kaum lain yang selama ini telah lebih
mapan kehidupannya. Melalui pemberdayaan para pejuang demokrasi, keadilan, dan
hak asasi manusia menginginkan adanya tata kehidupan yang lebih adil demokratis,
serta tegaknya kebenaran dan keadilan. Kegiatan ini dapat diukur dengan: (1)
memimpin dari belakang dan (2) mengarahkan sikap mandiri.
Untuk memberdayakan sekolah perlu ditempuh upaya-upaya memberdayakan
peserta didik dan masyarakat setempat serta mengubah paradigma pendidikan yang
dimiliki oleh para guru dan kepala sakolah, yaitu untuk lebih dahulu tahu akan
hakikat, manfaat, dan proses pemberdayaan.
Dapat dikatakan bahwa pemberdayaan berkaitan dengan pengendalian yang
menuntut persiapan dan perencanaan yang matang. Pemberdayaan justru dapat
mendatangkan pengendalian yang lebih baik atas hasil-hasilnya dalam jangka
panjang. Keuntungan yang diperoleh antara lain: waktu, mutu, komitmen, gagasan,
dan sebagainya.
Manajemen reaktif berfokus ke belakang dan bekerja dalam serangkaian
penundaan. Sedangkan manajemen yang fleksibel memberdayakan seluruh potensi
untuk mengambil keputusan secara cepat berdasarkan visi, misi serta sasaran yang
jelas. Ringkasnya pemberdayaan memungkinkan organisasi-organisasi untuk
menanggapi pelanggan dan tuntutan pasar secara cepat, fleksibel, dan efisien.
Hasilnya adalah berkurangnya pemborosan, penundaan dan kesalahan, serta
terbangunnya suatu tim kerja dengan sumber daya yang dimanfaatkan secara
optimal.
Untuk menciptakan iklim pemberdayaan dalam suatu organisasi sekurang-
kurangnya perlu memperhatikan dua hal, yaitu kepercayaan dan keterbukaan.
Kepercayaan tampak pada kemampuan seorang manajer untuk mentolerir kesalahan.
Seorang manajer harus mempercayai staf untuk berinisiatif dan membuat keputusan
sendiri. Sedangkan keterbukaan dapat kita lihat dari sikap manajer dalam
10
Inovasi (Majalah Ilmiah), Vol. 13, No. 2 Mei-Agustus 2008, halaman 153-172, ISSN 0853-7399
berkomunikasi dengan staf. Jika staf merasa bahwa mereka dapat bicara terbuka
dengan manajer, ini pertanda bahwa manajer telah mengambil langkah maju menuju
iklim yang memberdayakan.
Dalam proses pemberdayaan manusia dirangsang untuk dapat memotivasi
dirinya dan orang lain agar mempunyai kemampuan untuk menentukan, memenuhi
apa yang menjadi pilihan hidupnya dan selanjutnya diaktualisasikan terhadap
lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara dalam tatanan kemanusiaan,
kehidupan politik, ekonomi dan sebagainya.
Pemberdayaan tidak hanya penguatan terhadap individu atau kelompok
semata, menanamkan budaya seperti etos kerja yang tinggi, kerja keras, hemat,
keterbukaan dan rasa tanggungjawab. Cara yang biasa dilakukan dalam pemberda-
yaan adalah memberikan kewenangan kepada pihak-pihak yang diberdayakan untuk
mengambil bagian dalam pengambilan keputusan sesuai dengan kewenangannya.
Pemberdayaan dapat dipahami sebagai perubahan yang terjadi pada falsafah
manajemen yang dapat membantu menciptakan suatu lingkungan di mana setiap
individu dapat menggunakan kemampuan dan energinya untuk meraih tujuan
organisasi. Ini merupakan suatu cara untuk mendorong timbulnya inisiatif sehingga
permasalahan yang dihadapi dapat diatasi secepatnya.
Berdasarkan uraian di atas, pemberdayaan guru merupakan upaya untuk
membangun daya dengan memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi
yang dimiliki guru serta berupaya untuk mengembangkan, baik pada kompetensi
pedagogik, kepribadian, perofesional, dan kompetensi sosial.
sama untuk berlatih lebih banyak mengambil keputusan dan memilih sumber-sumber
daya yang akan berdampak pada kesejahteraan mereka.
C. PENUTUP
Berdasarkan uraian di atas, maka dikemukakan beberapa kesimpulan berikut.
Pertama. Guru adalah salah satu komponen dalam proses belajar-mengajar
dalam usaha pengembangan sumber daya manusia yang potensial di bidang
pendidikan dan memegang peranan dan fungsi, yaitu: sebagai instruktur, manajer
dan pimpinan kelas, tauladan, penyuluh, motivator, dan fasilitator. Disamping itu,
guru merupakan jabatan profesional yang memiliki kompetensi pedagogik,
kepribadian, profesional, dan soasil, serta memiliki kualifikasi akademik minimal.
Kekua. Manajemen supervisi merupakan suatu proses tatap muka antara
supervisor dengan guru yang membicarakan hal mengajar dan aspek lain yang
berhubungan dengan mengajar, mulai dari merencanakan, mengorganisasikan,
memimpin, melaksanakan tujuan organisasi dengan menggunakan seluruh sumber
yang ada.
Ketiga. Tahap dalam pelaksanaan supervisi, yaitu: tahap praobservasi
(pendahuluan), tahap melaksanakan observasi, tahap analisis dan interpretasi hasil
supervisi, dan tahap pembicaraan akhir.
Keempat. Pemberdayaan guru merupakan upaya untuk membangun daya
dengan memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki guru
serta berupaya untuk mengembangkan, baik pada kompetensi pedagogik,
kepribadian, perofesional, dan kompetensi sosial.
Kelima. Pemberdayaan terjadi melalui tiga tahap yaitu: (1) masyarakat
mengembangkan sebuah kesadaran awal bahwa mereka dapat melakukan tindakan
untuk meningkatkan kehidupannya dan memperoleh seperangkat keterampilan agar
mampu bekerja lebih baik, (2) mereka akan mengalami pengurangan perasaan
ketidakmampuan dan mengalami peningkatan kepercayaan diri, dan (3) dengan
tumbuhnya keterampilan dan kepercayaan diri masyarakat bekerjasama untuk
berlatih lebih banyak mengambil keputusan dan memilih sumber-sumber daya yang
akan berdampak pada kesejahteraan mereka.
Berdasarkan kesimpulan di atas dan sebagai rekomendasi, maka dikemukakan
beberapa saran berikut.
Pertama. Disarankan kepada supervisor bahwa yang paling dipentingkan dalam
supervisi adalah pelaksanaan tujuan organisasi dengan menggunakan seluruh sumber
yang ada.
Kedua. Dalam pemberdayaan guru, disarankan kepada supervisor upaya
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki guru dan berupaya mengem-
bangkan keempat kompetensi yang dimiliki guru.
Ketiga. Disarankan kepada guru mengimplementasikan berbagai kecakapan
dan keterampilan mendidik dan mengajar termasuk penggunaan alat bantu mengajar,
sumber-sumber belajar, serta membangkitkan semangat belajar para peserta didik.
12
Inovasi (Majalah Ilmiah), Vol. 13, No. 2 Mei-Agustus 2008, halaman 153-172, ISSN 0853-7399
DAFTAR PUSTAKA
Cogan, Morries L. Clinical Supervison. Boston: Houghton Mifflin Company: 1993.
Goldhammer, Robert. dkk. Clinical Supervision: Special Methods for the supervision
ofteacher. New York: I Lolt Rinehart and Winston, 1987.
Terry Geoge R. dan Leslie W Rue. Dasar-Dasar Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara,
2001.
13
Inovasi (Majalah Ilmiah), Vol. 13, No. 2 Mei-Agustus 2008, halaman 153-172, ISSN 0853-7399
* Dr. Baso Intang Sappaile, M.Pd. adalah Dosen Pascasarjana UNM Makassar dan
Dra. Rusmawati adalah Guru SMA Negeri 1 Makassar.