Anda di halaman 1dari 8

BAB II

Psikologi massa

A. Pengertian dan Jenis Massa

Massa berasal dari kata yunani –massa- yang berarti bahan roti yang belum jadi roti
atau belum memiliki bentuk seperti roti. Sedangkan massa sebagai gejala dalam perilaku
kehidupan manusia menunjukkan adanya manusia dalam keadaan bergerombol yang belum
ada pembagian tugas yang teratur dan mengikat. Dengan kata lain massa itu sendiri adalah
segerombolan manusia yang belum terorganisir. Contohnya, beramai-ramai menolong orang
yang terkena bencana alam, beramai-ramai menonton orang yang bermain bola, menonton
orang yang menjual jamu dan sebagainya.1

Selain istilah yang dipakai untuk menyebutkan segerombolan orang banyak, juga
dikenal istilah yang lain yang biasa disebut dengan istilah “crowd”. Pengertian crowd disatu
pihak mungkin akan menimbulkan apa yang memungkinkan lainnya akan menimbulkan apa
yang biasa disebut “audiences” yaitu segerombolan orang yang bersifat pasif.2

Meenicke dalam bukunya “social psychologie” mengemukakan adanya 2 jenis massa :

1. Massa yang abstrak, yaitu sekedar gerombolan orang/ manusia yang sama
sekali belum terikat oleh satu kesatuan norma, emosi, motif dan sebagainya.
Walaupun demikian mereka sudah terkumpul/ menggerombol menjadi satu sebagai
akibat adanya dorongan yang sama. Inilah persamaan perhatian, kepentingan, nasib
dan sebagainya. Tetapi bagaimanapun dorongan ini belum kuat dan sewaktu-waktu
dapat bubar atau tidak menyatu.
2. Massa yang konkret, yaitu segerombolan manusia yang sudah terikat oleh satu
kesatuan norma batin motif dan sudah mempunyai satu bentuk ikatan tertentu.3
a. Ikatan batin, dalam hal ini termasuk pola persoalan motif, persamaan solidaritas,
emosi, rencana kerja atau program.
b. Persamaan struktur, mereka mempunyai peraturan serta norma tersendiri dan ini
sebagai akibat dari selalu terkumpul.

1
Imam Moedjiono, KEPEMIMPINAN DAN KEORGANISASIAN, UII Press : Yogyakarta, 2002, h. 223
2
Imam Moedjiono, loc. cit.
3
Ibid,. hal 223-224

1
c. Mempunyai struktur yang jelas, jadi bukan lagi merupakan orang yang bersifat
menggerombol begitu saja, tetapi sudah terbentuk suatu organisasi, dengan
pimpinan yang tetap, pembagian kerja serta tujuan yang pasti.
d. Mempunyai potensi yang dinamis, dengan bentuknya yang konkret itu massa ini
dapat merupakan suyatu gerakan atau mempunyai fungsi gerakan. Misalnya :
gerakan pramuka, pemuda, dan sebagainya.

Menurut mennicke, massa yang abstrak dimisalkan seperti embrio dari massa yang
konkret. Dengan demikian, massa yang abstrak dapat berubah ke massa yang konkret serta
massa yang konkret dapat pula berubah ke massa yang abstrak. 4

Gustave lebon dalam bukunya “psychologie des Foules” mengemukakan satu jenis
massa yang dinamainya “the crowd”. Arti “the crowd” ada 2 macam yaitu mempunyai fungsi
gerak dan yang bersifat pasif.

Ciri-ciri massa :

a. Suatu kumpulan banyak orang yang berjumlah puluhan, ratusan atau ribuan.
b. Berkumpul dan mengadakan saling hubungan untuk sementara waktu.
c. Karena minat atau kepentingan bersama yang sementara waktu.

Mc Dougall dalam bukunya “The Group Mind” membagi menjadi 2 massa yaitu :

a. Massa yang tidak tersusun (crowd).

Pada massa ini haru lebih dahulu adanya organisasi permulaan sederhana untuk menjadi
organisasi yang tersusun. Karena dalam organisasi yang tidak tersusun itu banyak sekali
terdapat pernyataan kolektif yang merupakan dasar massa tersusun.

b. Massa yang tersusun.

Disebut juga dengan massa yang terorganisir. Dimana sama dengan dengan massa yang
konkret (teratur dan terarah) oleh Mennicke.

4
Imam Moedjiono, op. cit,. hal. 224

2
P. Endt mengemukakan bentuk lain dari massa, yaitu disebut “Vague Collectiva” atau
kumpulan yang sifatnya kabur, samar-samar dan “abstacte/ collective” atau kumpulan yang
bersifat abstrak.

a. Vague Collective yaitu segerombolan orang yang anggotanya tidak perlu


untuk berkumpul pada suatu tempat, hubungannya antara satu dan lainnya tidak jelas/
nyata, atau kabur atau samar-samar. Sedangkan tali pengikat hubungan mereka juga
tidak jelas benar. Biasanya berkumpul, anggota-anggotanya hanya mengirimkan
wakil-wakilnya saja.
b. Abtracte Collective yaitu segerombolan orang yang mengandung hubungan
pikiran dan perasaan. Mereka ini tidak memerlukan suatu ikatan, tempat berkumpul
atau organisasi dan juga tidak perlu saling mengenal satu dengan lainnya. Misalnya
ahli ilmu pengetahuan, seniman, orang seagama, dan sebagainya walaupun tempat
mereka berlainan.

Dilihat dari aktivitasnya, massa terbagi menjadi 2 macam yaitu :

a. Massa yang aktif, yaitu massa yang cenderung untuk melakukan tindakan-
tindakan yang serentak. Tindakn-tindakan ini dapat berupa tindakan yang merusak
atau tindakan yang revolusioner. Misalnya menyerbu musuh saat jepang menyerah.
b. Massa yang ekspresif, yaitu massa yang bersama-sama melepaskan tekanan-
tekanan jiwa dalam bentuk tertentu. Misalnya pesta adat, demonstrasi – kesatuan aksi
dan sebagainya.

Dilihat dari aktivitas “Crowd” yang disebut “Mobs”, dapat dibedakan menjadi 2 macam,
yaitu :

a. Mobs yang bersifat agresif yaitu bentuk Crowd yang massanya sudah mulai
bergerak dalam menjalankan aksinya menimbulkan penghancuran secara membabi
buta, terror, dan pembunuhan.
b. Mobs yang bersifat ekspresif yaitu bentuk dalam aksinyayang hanya bersifat
melepaskan tekan-tekanan emosi. Contoh : pesta adat, demonstrasi, dan sebagainya.

3
Sedangkan yang disebut audiences5 ialah bagian dari crowd yang bersifat pasif
mempunyai bentuk casual/ perkumpulan yang secara kebetulan datang dengan sengaja.
Contohnya : rekreasi, mendengarkan pidato rapat umum, mendengarkan penerangan dan
sebagainya.

Blumer, seorang ahli tingkah laku kolektif, membagi macam-macam crowd menjadi 4
bagian yaitu :

a. The casual crowd ( crowd yang secara kebetulan). Hidupnya sebentar,


terpecah belah, berkumpul kemudian bubar. Biasanya digerakkan oleh tarikan waktu
itu saja, pada rangsangan yang sama. Misalnya, window shoppers(orang yang melihat
etalase took), tidak kenal satu dengan lainnya.
b. The contenvionalize crowd ( crowd yang terbentuk menurut kebiasaan),
terbentuknya berdasarkan aktivitas yang diarahkan pada peraturan-peraturan
tradisional. Tindakan crowd yang bersifat agresif dan spontan seperti an acting crowd
serta casual crowd. Crowd ini banyak terpengaruh pada kebudayaan.
c. an acting crowd (crowd yang aktif). Crowd ini dapat disamakan dengan crowd yang
agresifyang bertindak atas suatu tujuan tertentu, yang merupakan pengabdian –
keinginan individu yang ditandai dengan tuntutan yang baik berdasarkan kepentingan
pribadi maupun golongan tertentu.
d. An expressive crowd (crowd yang terjadi karena curahan hati).

Tujuannya adalah ekspresi dari kepentingan pribadi. Tidak mempunya tujuan yang jelas.
Kadang-kadang diwujudkan dalam bentuk kesenangan-kesenangan, pesta-pesta, tari-tarian,
dan sebagainya.

B. Aktivitas Massa

Aktivitas atau gerakan massa6 adalah gerakan yang berbentuk mengubah atau
merombak yang kurang sesuai pada dirinya maupun situasi dengan mengerahkan orang
banyak.Hal yang diubah disini bukan saja masalah yang menyangkut persoalan humasistis
philantropis, tetapi secara luas lagi pada yang umumnya menyangkut kehidupan dan
penghidupan orang banyak.

5
Imam Moedjiono, op cit., hal. 225
6
Imam Moedjiono, op. cit., hal. 226

4
Le Bon berpendapat bahwa gerakan masa selalu bersifat negative deskruptif.
Pendapat ini merupakan kelemahan kelemahan dari teorinya yang sebetulnya demikian,
artinya gerakan masa itu di samping tampak deskruptif, selalu terdapat pula dasar-dasar yang
bersifat kontruktif. Sebab dalam gerakan itu orang mengkongkretkan pula perasaaannya,
tindakannya, keinginannya dalam bentuk-bentuk tertentu. Manifestasi dari perasaan itu
biasanya dikonkretkan dengan symbol, lencana , slogan, lagu perjuangan ataupun bendera
dan sebagainya. Tanda –tanda ini pun sekaligus juga mengkonkretkan tujuan, menimbulkan
rasa setia kawan dan mempertebal rasa in group. Dapat pula symbol-simbol tersebut
memberikan rasa puas terhadap anggota gerakan massa dan secara tidak langsung ( dengan
tidak susah-susah) memperkenalkan adanya gerakan itu kepada masyarakat.

Proses gerakan massa melalui beberapa fase sebagai berikut :

a. Fase Warming Up

Di dalam fase ini yang terpenting adalah bagaimana mengumpulkan jumlah manusia.
Untuk mengumpulkan jumlah manusia memerlukan teknik sendiri. Dapat juga dimulai
dengan kelompok-kelompok kecil, tetapi yang perlu diperhatikan ialah bagaimana memupuk
kemauan individu itu agar menjadi kolektif, dalam pengertian menimbulkan perasaan-
perasaan dan persamaan tujuan.

Apabila massa itu sudah dalam gerak dimana untuk menambah anggota biasanya pula
digunakan beberapa cara, misalnya dengan yel-yel, slogan-slogan, pengeras suara yang
membakar emosi yang menyebabkan orang menjadi tertarik, menimbulkan kesempatan bagi
seseorang yang memang sebelumnya sudah menantikan rangsangan-rangsangan emosi
dengan tujuan untuk melepaskan tekanan yang ada pada dirinya tersebut.

b. Face Agresif

Seseorang yang sudah masuk dalam massa akan kehilangan kepribadiannya. Control
terhadap egonya menjadi menipis bahkan hilang sama sekali, yang tinggal hanya jiwa
kolektif (pemikiran). Pada saat-saat ini pula timbulnya sifat-sifat dan sikap histeris mereka,
sebagai pengungkapan pelepasan emosi yang selama ini terpendam.

Dengan timbulnya sifat dan sikap histeris mereka akan menimbulkan kekuatan yang
anonim (tidak beridentitas), sehingga dapat bersifat destruktif (bersifat destruksi (merusak,
memusnahkan, atau menghancurkan)) dan ofensif (serangan). Sifat destruktif dan ofensifini

5
memerlukan penyaluran yang benar dan sasaran yang jelas (tetap). Sebab, bila tidak akan
menimbulkan gerakan massa yang liar dan bisa berakibat fatal.

c. Face Vacum

Gerakan massa tidak akan terjadi terus-menerus. Sebagai manusia dilihat dari biologis
atau fisik, maka akan mengalami pengurangan energi. Jadi, bagaimanapun gerakan massa itu
ada batasnya. Gerakan itu dengan sendirinya akan mengendor, tetapi tidak berarti berhenti
sama sekali. Dengan demikian timbullah waktu kosong.

Pada kesempatan inilah biasanya mudah timbul infiltrasi (penyusupan atau campur
tangan), penetrasi adu domba, usaha memecah belah dan sebagainya. Oleh sebab itu pula
dapat dikatakan pada fase ini merupakan fase yang kritis, sebab fase ini pula yang merupakan
fase penentuan akan timbul tidaknya gerakan massa itu lagi. Sedangkan bagi kelompok
massa itu sendiri, untuk menjaga agar kelompok massa itu tetap kompak diperlukan seorang
pemimpin yang awas(kritis dan tanggap) serta bijaksana.

d. Kembali ke fase warming up dan seterusnya.

Dari uraian di atas dapatlah kita lihat,bahwa orang hidup dalam waktu yang penuh dengan
kekhawatiran, kecemasan, perasaan tidak puas, dirampas kemauan pribadinya, bila mereka
kesunyian, mengalai kekosongan jiwa, maka mereka akan lebih mudah disugesti dan menjadi
kehilangan akal sehat, peranan ego atau super ego atau insan kamil menjadi hilang.
Kemudian dicarilah orang-orang yang dapat memberikan rasa aman dan tempat untuk
melepaskan rasa ketidakpuasan tadi. Dari hubungan ini akhirnya akan terkumpulah orang
banyak dan menenggelamkannya ke dalam suatu perkumpulan umum yang memperoleh
kemesraan serta melarikan diri dari bahaya dan pengekangan jiwa yang membentuk
solidaritas antar sesama.

Aspek kelakuan kelompok yang merupakan bentuk tindakan kolektif yang biasanya
menyebabkan hilangnya kesadaran diri. Oleh sebab itu, tidaklah heran jika setiap tindakan
mereka dikategorikan sebagai sesuatu yang tidak dapat diterima akal.

6
C. Karakter massa

Menurut Lebon, fenomena psikologi sesudah orang bergerak dalam massa dipengaruhi
oleh beberapa faktor7 yaitu :

a. Karena hilangnya rasa tanggung jawab individu

Dimana hilangnya rasa tanggung jawab ini disebabkan oleh timbul dan hidupnya rasa
milik kodrat raksasa yaitu kekuasaan kolektif yang memberikan kemungkinan menuruti
segala keinginan dan nafsu. Berkuasa kepribadian yang tak sadar, impulsive, mudah
tersinggung, tidak bersikap kritis, selalu berkepastian mutlak dan bertindak mekanis. Orang
yang hanya sekedar bekerja sendiri dimana mengerjakan sesuatu tanpa memikirkan yang
diperintahkan kepadanya. Kejadian ini sama dengan orang yang kena hipnotis.

b. Karena infeksi jiwa

Ini dapat menimbulkan sifat-sifat yang menular sehingga individu mau mengorbankan
kepentingan dirinya sendiri bagi kepentingan orang banyak. Dalam suasana menular ini, yang
ragu-ragu juga ditulari sampai aktif dalam gerakan massa itu.

c. Karena jiwa massa yang sangat sugestibel

Dalam keadaan yang sangat sugestibel, mereka mudah tersinggung. Siapa yang mencoba
berani menentang, tanpa perhitungan akan dilawan walaupun hasilnya kalah atau menang.
Dalam keadaan ini mereka yakin satu kekuatan yang ada sehingga berani bertindak tanpa ada
keraguan, kompak sehingga sebagai individu dapat dibawa kepada suatu keadaan yang
melebur pribadinya dan menuruti keinginan orang yang menyugestinya. Massa dalam hal ini
hampir sama dengan sekelompok hewan yang secara instingtif butuh akan kepemimpinan dan
secara instingtif pula patuh serta menurut saja.”

7
Imam Moedjiono, op. cit., hal. 231

7
BAB III

PENUTUP

A. REFERENSI
 Moedjiono, Imam. KEPEMIMPINAN DAN KEORGANISASIAN. 2002. UII Press :
Yogyakarta
B. KESIMPULAN
1. Massa berasal dari kata yunani –massa- yang berarti bahan roti yang belum jadi roti
atau belum memiliki bentuk seperti roti. Sedangkan massa sebagai gejala dalam
perilaku kehidupan manusia menunjukkan adanya manusia dalam keadaan
bergerombol yang belum ada pembagian tugas yang teratur dan mengikat. Dengan
kata lain massa itu sendiri adalah segerombolan manusia yang belum terorganisir.
Contohnya, beramai-ramai menolong orang yang terkena bencana alam, beramai-
ramai menonton orang yang bermain bola, menonton orang yang menjual jamu dan
sebagainya.
2. Psikologi massa terbagi menjadi 2 yaitu : secara tersusun dan tidak tersusun.
3. Pengaruh massa yang disebabkan oleh :
a. Hilangnya rasa tanggungjawab individu
b. Infeksi atau gangguan jiwa
c. Jiwa massa yang sangat sugestibel

Anda mungkin juga menyukai