Disusun Oleh :
Kelas F
Kelompok 6
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2019
KATA PENGANTAR
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
I PENDAHULUAN ...................................................................... 1
C. Kesimpulan ...................................................................... 9
C. Kesimpulan ..................................................................... 13
iii
A. Landasan Teori ............................................................... 14
C. Kesimpulan ..................................................................... 20
C. Kesimpulan ..................................................................... 24
iv
DAFTAR TABEL
NOMOR HALAMAN
v
I
PENDAHULUAN
potensi genetik yang baik sehingga diperoleh kinerja atau potensi produksi yang
menghasilkan ternak bibit, dimana yang dimaksud dengan temak bibit adalah
pemuliaan, terutama dalam seleksi. Keragaman suatu sifat dipengaruhi oleh dua
faktor yaitu faktor genetik, dan faktor non genetik atau lingkungan. Faktor genetik
ditentukan oleh susunan gen dan kromosom yang dimiliki oleh individu. Faktor
genetik ini tidak akan berubah selama hidup individu, sepanjang tidak terjadi
mutasi dari gen yang menyusunnya, dan faktor genetik dapat diwariskan kepada
anak keturunannya.
Semakin tinggi nilai heritabilitas suatu sifat yang diseleksi, maka semakin tinggi
pada masa yang akan datang berdasarkan satu atau lebih catatan produksi dan
mengetahui tingkat keseragaman suatu sifat dari seekor induk. Dengan kata lain,
1
ripitabilitas digunakan dalam seleksi untuk performan yang akan datang dari
Salah satu aspek yang sangat penting dalam dunia peternakan adalah
kebutuhan masyarakat terhadap suatu protein hewani, salah satunya yaitu melalui
produk peternakan. Suatu produk peternakan harus memiliki kualitas yang baik
dan tinggi, dan diperoleh dari hewan ternak yang berkualitas tinggi.
bermutu. Salah satunya yaitu dengan mewariskan sifat yang baik dari suatu induk
ternak yang berkelanjutan, untuk dapat mengetahui kemampuan suatu induk atau
tetua yang memiliki kualitas dan produktifitas yang baik, maka harus ada suatu
ilmu yang mempelajarinya, salah satunya adalah heritabilitas (suatu tolak ukur
yang digunakan dalam suatu seleksi untuk mengetahui kemampuan tetua dalam
produksi penting.
regresi.
2
1.3 Manfaat Penulisan
pola regresi.
Bahan : Soal
3
II
A. Landasan Teoritis
Pola pewarisan suatu sifat tidak selalu dapat dipelajari melalui percobaan.
suatu populasi dapat juga dideskripsi atas dasar keberadaan gennya. Hal ini karena
populasi dalam arti genetika, seperti telah dikatakan di atas, bukan sekedar
perkawinan sehingga terjadi transmisi gen dari generasi ke generasi. Dalam proses
transmisi ini, genotipe tetua (parental) akan dibongkar dan dirakit kembali
dibawa oleh tiap gamet yang terbentuk, sementara gen-gen itu sendiri akan
genetik populasi dilihat dari gen-gen yang terdapat di dalamnya sebenarnya justru
Populasi dapat dibagi menjadi dua, yakni populasi alamiah dan buatan.
bagi kehidupan secara sosial, kondisi geografis mendukung kecukupsn nutrisi dan
mineral alam serta aktivitas reproduksi dan daya dukung wilayah bagi
4
Populasi dasar merupakan populasi yang secara umum belum dilakukan
penggunaan statistika dapat dibagi menjadi dua pokok mengingkat data menjadi
populasi
sebagai berikut :
dipelajari.
3. Tak mungkin dan tak efisien untuk mengumpulkan data dalam jumlah
Model statistik : Y = α + βX
Menghitung komponen :
X rata-rata X
n
Y rata-rata Y
n
( X ) 2
x2 X 2
n
5
jumlah x kuadrat = jumlah X kuadrat – X rata-rata kuadrat
( Y ) 2
y Y
2 2
n
jumlah y kuadrat = jumlah Y kuadrat – Y rata-rata kuadrat
X Y
xy XY
n
jumlah xy = jumlah XY – XY rata-rata
( X ) 2
X 2
n
Ragam X (σx2) =
n 1
( Y ) 2
Y 2
n
Ragam Y (σy2) =
n 1
X Y
XY n
Peragam XY (Cov XY) =
n 1
Koefisien Korelasi (r)
X Y
XY n Cov xy
rxy
( X ) 2
( Y ) 2 ( 2x )( 2 y )
X 2
n
Y 2
n
Untuk mengetahui korelasi tersebut nyata atau tidak nyata uji statistik adalah
sebagai berikut (Gasppers, 1991):
rxy n 2
t hit =
(1 r 2 xy )
t tabel dengan derajat bebas (db = n-2)
Bila hasil analisis t-hitung lebih besar dari t-tabel 0,05 atau 0,01 masing-
masing menyatakan nyata atau sangat respon linearnya berpengaruh antara nilai X
terhadap nilai Y. Sedangkan bila t-hitung lebih kecil dari tabel baik 0,05 atau 0,01
masing-masing menyatakan tidak nyata atau sangat tidak nyata respon linearnya
6
berpengaruh antara nilai X terhadap nilai Y. Biasanya bila t-hitung lebih kecil dari
t-tabel 0,05 atau 0,01, cukup dinyatakan tidak nyata respon linearnya berpengaruh
Hubungan antara dua sifat terjadi karena adanya gen pleiotraphi, yaitu satu
gen mengawasi dua macam sifat atau lebih, atau sifat yang satu bersosialisasi
dengan sifat yang lainnya yang berkorelasi. Hubungan dua sifat di atas dinyatakan
faktor phenotipe, sedangkan korelasi genetik adalah hubungan dua variable yang
korelasi, nilainya dari -1 sampai dengan +1, bila kofesien korelasi bernilai +1
berarti bahwa kedua sifat memiliki hubungan yang sangat erat dan positif adalah
bila dilakukan seleksi terhadap satu sifat akan meningkatkan juga sifat lain yang
berkorelasi tersebut, dan berlaku sebaliknya bagi yang nilainya negatif. Bila
koefisien korelasi seleksi 0, maka kedua sifat tidak berkorelasi, korelasi dikatakan
korelasi yang rendah adalah 0,1 sampai 0,25 dan nilai korelasi sedang antara 0,25
sampai 0,5.
disebut korelasi lingkungan dan genetik. Korelasi genetik adalah korelasi dari
pengaruh genetik aditif, atau nilai pemuliaan antara kedua sifat itu, korelasi
7
aditif. Korelasi fenotipik (korelasi total) sering tidak menunjukkan keadaaqn
genetik dasar yang sesungguhnya atau sebagian korelasi palsu (Widodo, 1981).
1. Hasil Pengamatan
8
2. Pembahasan
Dalam analisis deskriptif dan analisis statistika lain yang penting dalam
pemuliaan ternak adalah mencari nilai rata-rata, nilai minimum dan maksimum,
koefisien regresi, oleh karena itu perlu diketahui terlebih dahulu nilai niali
tersebut. Dari data yang kami peroleh maka, koefisien variasi dan lingkar dada
lebih banyak atau lebih variatif dibandingkan dengan tinggi pundak. Terlihat pada
hasil koefisien veriasi lingkar dada lebih besar yaitu 3,06% dibandingkan dengan
tinggi pundak yaitu 2,27%. Tinggi pundak dan lingkar dada memiliki perbedaan
yang tidak jauh. Hasil tersebut menunjukkan bahwa populasi tersebut seragam.
C. Kesimpulan
mengetahui lingkar dada maka dapat menduga tinggi pundak ataupun sebaliknya
karena nilai koefisien korelasinya sedikit yaitu sebesar 0,82. Jadi tidak perlu
mengukur keduanya.
A. Landasan Teoritis
mengetahui daya ulang terhadap sifat – sifat yang diukur beberapa kali selama
hidup dari ternak, misalnya produksi susu, produksi telur, tebal kerabang telur,
berat telur, produksi wol, jumlah anak sekelahiran, jarak beranak, bobot lahir,
bobot sapih, dan sebagainya. Rumusan nilai ripitabilitas adalah meliputi semua
9
dari ragam fenotipik yang disebabkan oleh adanya perbedaan yang tetap dari
individu – individu. Besarnya nilai ripitabilitas berkisar antara 0 dan 1 dan selalu
lebih besar atau sama dengan nilai heritabilitas karena nilai ripitabilitas
dengan rumus :
jika ragam lingkungan permanen tidak sama dengan nol maka artinya lingkungan
permanen memberikan respon, sehingga nilai r > h2 . Dalam hal ini dapat
beberapa hal :
1. mengetahui batas minimal nilai heritabilitas dari sifat yang sama diamati.
hidupnya.
3. aplikasi dalam menduga produktivitas pada masa yang akan datang yang
10
5. menduga respon seleksi dari catatan berulang menggunakan prediksi
(dibahas kemudian)
aditif, dominan dan epistatis serta komponen lingkungan, yang bersifat permanen
berikutnya, begitu juga sebaliknya. Nilai ripitabilitas berkisar antara 0-1 (Noor,
2008).
Apabila tersedia lebih dari dua catatan produksi per individu, maka
yang diulang dalam satu generasi yang sama tanpa menunggu generasi berikut
antar catatan telah dapat ditaksir ripitabilitas, tanpa ada catatan silsilah ternak.
Ripitabilitas dapat juga dihitung dari regresi data pengukuran yang lebih akhir
menaksir nilai maksimum yang dapat dicapai heritabilitas, dapat digunakan untuk
suatu karakteristik tinggi, maka dalam seleksi calon bibit, ternak dapat dipilih
11
produktivitas ternak pada masa yang akan datang berdasarkan satu ataulebih
produksi seekor ternak MPPA (Most Probable Producing Ability), dan untuk
1. Hasil Pengamatan
n = 8 ; k = 3 ; N = 24
306.892
1) FK = 24 = 3924.23
2) JK total = 3944.64 – 3924.23 = 20.41
12
Tabel 3. Sidik Ragam
5) 𝜎𝐸2 = 0.4275
2 1.9386− 0.4275
6) 𝜎𝑊 = = 0.5037
3
0.5037
7) 𝑟 = = 0.5409
0.5037+0.4275
0.8775
=√ = 0.1445
42
2. Pembahasan
nilai ripitabilitas yang kami dapatkan termasuk kategori rendah. Hasil ini sesuai
tiga kategori, rendah (0,0-0,2), sedang (0,2-0,4), dan tinggi (di atas 0,4) (Warwick
dkk, 1995). Menurut Lasley (1987) bahwa perbedaan nilai heritabilitas maupun
ripitabilitas suatu sifat dapat disebabkan oleh perbedaan jumlah pengamatan, jenis
C. Kesimpulan
rendah
13
2.3 Pendugaan Nilai Heritabilitas Pola Regresi
A. Landasan Teori
1. Heritabilitas
sifat kepada keturunnya. Menurut Warwick, dkk (1983) heritabilitas adalah istilah
yang digunakan untuk menunjukan bagian dari keragaman total (yang diukur
dengan ragam) dari suatu sifat yang dia diakibatkan oleh pengaruh genetik. Secara
disebabkan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Kedua faktor ini berperan
sangat penting dalam menentukan keunggulan suatu ternak. Ternak yang secara
genetik unggul tidak akan menampilkan keunggulan optimal jika tidak didukung
oleh factor lingkungan yang baik pula. Sebaliknya, ternak yang memiliki mutu
genetik rendah, meski didukung oleh lingkungan yang baik juga tidak akan
menunjukkan produksi yang tinggi. Jadi, pada dasarnya ternak yang memiliki
mutu genetik tinggi harus dipelihara pada lingkungan yang baik pula agar ternak
lingkingan (VE).
14
Vp = VG + VE
pengertian tentang sumber keragaman ini, digunakan sapi sebagai contoh. Sapi-
sapi bagsa Eropa dan Inggris dibentuk dan diseleksi untuk bereproduksi pada
lingkungan yang dingin dan yang sedang. Lingkungan seperti ini secara tidak
daerah tersebut. Jika sapi-sapi ini dibawa ke daerah tropis, sapi-sapi ini tidak
Keragaman genetik bisa disebabkan oleh gen-gen yang aditif (VA) dan
juga oleh gen yang tidak aditif (Vn). Aksi gen yang tidak aditif ini bisa disebabkan
oleh aksi gen dominant (VD) dan aksi gen epistasis (VI). Jadi, secara lengkap
Vp = VA + VD + VGxE + VE + VI
fenotipikyang dikontrol oleh gen. Proporsi ini dapat diwariskan pada generasi
mutlak dari suatu sifat,melainkan mengukur perbedaan antar individu untuk sifat
yang sama.
15
Ada dua macam heritabilitas, yaitu heritabilitas dalam arti luas dan
heritabilitas dalam arti sempit. Heritabilitas (h2) dalam arti luas merupakan rasio
h2 = VG
Vp
Heritabilitas dalam arti luas ini melibatkan pengaruh gen yang adaitif dan
yang non aditif. Heritabilitas dalam arti sempit adalah ratio antara keragaman
h2 = VA
Vp
Pada perhitungan heritabilitas dalam arti sempit ini aksi gen nonaditif
(dominant dan epistasis) tidak dimasukkan. Hal ini disebabkan oleh daya
penurunan gen dominant dan episitasis tidak semutlak aksi gen aditif. Di samping
itu, pengaruh lingkungan terhadap aksi gen nonaditif sangat kecil. Nilai
kategori, yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Nilai heritabilitas suatu sifat dikatakan
rendah jika nilainya berada antara 0 – 0,20, sedang antara 0,2 – 0,4 dan tinggi
untuk nilai lebih dari 0,4. Sifat yang memiliki heritabilitas rendah adalah sifat-
anak pada anjing, kucing, dan babi, serta daya tetas telur pada ayam. Sifat-sifat
yang memiliki nilai heritabilitas sedang, misalnya produksi susu dan sifat-sifat
pertumbuhan pada saat ternak disapih. Contoh sifat-sifat yang memiliki nilai
heritabilitas tinggi meliputi sifat-sifat yang diukur pada saat ternak sudsah dewasa
16
3. Cara Mengestimasi Nilai Hereditas
keluarga.
a) Heritabilitas Nyata
anak darikelompok ternak terseleksi dengan performa tetuanya. Jadi, dalam hal ini
tetuanya.
kg/tahun. Rataan produksi adalah 8.000 kg. Sapi terseleksi memiliki produksi
susu 2.000 kg lebih baik dari rataan populasinya. Perbedaan ini disebut diferensial
memiliki kemampuan genetik yang sama, akan dihasilkan sapi-sapi betina yang
memiliki produksi susu sebesar 8.700 kg/tahun. Perlu dicatat bahwa pengumpulan
data seperti ini memerlukan waktu antara 5-6 tahun. Anak-anak sapi betina ini
memiliki keunggulan produksi sebesar 700 kg diatas rataan populasi. Nilai ini
merupakan ukuran keunggulan tetua yang diwariskan pada anak yang merupakan
variasi aditif genetik. Heritabilitas produksi susu ini adalah 700/2.000 = 0,35.
17
b) Metode Regresi dan Korelasi
maka regresiantara anak dengan rataan tetuanya (pejantan dan induk) dapat
hanya mewarisi setengah gen-gen dari salahsatu tetuanya maka heritabilitas dapat
juga diestimasi dari regresi antara anak dengan salah satutetuanya. Heritabilitas
memilikikesamaan gen sebesar 50%. Oleh sebab itu, nilai heritabilitasnya adalah
koefisien regresi. Jikakeragaman pada dua populasi yang diamati tidak berbeda
1. Hasil Pengamatan
Tabel 4. Hasil pengukuran performa berat lahir sapi Brahman anak dan bapaknya
(kg).
Bapak Anak
No.
(X) (Y) X2 (X-X)(Y-Y)
1 14,95 22,64 223,5 19,182
2 18,24 24,46 332,7 3,44
3 19,73 24,29 389,27 2,41
4 19,78 26,13 391,25 -1,55
5 20,35 26,87 414,12 -2,28
18
6 20,85 25,88 434,72 -0,5
7 21,25 25,88 451,56 -0,31
8 21,90 25,51 479,61 0
9 21,95 24,73 481,8 -0,03
10 22,27 25,63 495,95 0,08
11 23,69 25,41 561,22 0,02
12 23,71 26,82 562,16 2,57
13 23,91 23,99 571,68 -2,83
14 24,36 24,29 593,41 -2,73
15 24,76 27,62 613,06 6,35
16 24,81 25,90 615,54 1,45
17 25,88 25,75 669,77 1,39
Ʃ 372,39 431,8 8281,32 26,662
Rata-rata 21,9 25,4 487,14 1,57
h2 = 2 Cov (X,Y)
σx²
= 2 (1,57)
487,14
= 6,44 x 10-3
2. Pembahasan
10-3 atau 0,00644. Nilai heritabilitas yang didapatkan ini termasuk kedalam
kategori rendah. Hal ini sesuai menurut Hardjosubroto (1994), kategori nilai
heritabilitas terbagi menjadi 3 yaitu rendah dengan nilai heritabilitas < 0,1; sedang
dengan nilai heritabilitas 0,1 – 0,3; tinggi dengan nilai heritabilitas > 0,3.
19
lingkungan, dan hanya sedikit pengaruh perbedaan genotipe ternak dalam
populasi.
seimbangan pautan yang terjadi, dan tingkat ketelitian selama penelitian. Nilai
(Poehlman, 1979).
C. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa nilai heritabilitas dari performa berat lahir sapi
brahman anak dan bapaknya adalah sebesar 6,44 x 10-3 atau 0,00644 dan termasuk
A. Landasan Teori
Seleksi adalah segala hal menyangkut pemilihan hewan unggul yang akan
dijadikan sebagai tetua untuk generasi berikutnya. Proses ini terjadi pula di alam
bebas yang sering disebut sebagai seleksi alami. Didalamnya individu yang
paling mampu beradaptasi dengan lingkungan (the fittest) dapat bertahan hidup
untuk kemudian berkembang biak, sedangkan yang lainnya akan mati. Dengan
berikutnya.
Proses seleksi pada hewan ternak didasarkan pada nilai pemuliaan (NP
20
individu dibandingkan dengan rerata populasi, untuk memperoleh NP diperlukan
data performan. Data dapat berasal dari berbagai sumber tergantung dari sifat
yang diamati. Sumber tersebut antara lain performan sendiri, kerabat maupun
Nilai pemuliaan atau Breeding value adalah penilaian dari mutu genetik
ternak untuk suatu sifat tertentu, yang diberikan secara relatif atas dasar
diukur, tetapi nilai pemuliaan suatu individu dapat diukur (Hardjosubroto, 1994).
induk pada generasi berikutnya. Ternak yang mempunyai nilai pemuliaan lebih
besar dari yang lainnya akan lebih baik jika dijadikan tertua bila dibandingkan
dengan ternak yang memiliki nilai pemuliaan rendah (Johansson dan Rendel,
1966).
keharusan untuk diketahui.Keunggulan ternak bukan dilihat dari nilai mutlak hasil
nilai pemuliaan pada sekelompok ternak, seleksi dapat dilakukan dengan memilih
Oleh karenanya, pejantan yang mempunyai nilai pemuliaan tinggi (diatas rata-rata
21
kelompok) dapat dipilih sebagai pejantan unggul untuk menurunkan kelompok
1. Hasil Pengamatan
A 86 69 0.34 2 2.34 1
B 75 67 -1.86 1 -0.86 7
F 85 65 0.14 0 0.14 5
G 80 71 -0.86 3 2.14 2
H 84 61 -0.06 -2 -2.06 9
J 88 63 0.74 -1 -0.26 6
Rata-rata 84,3 65 0 0 0
22
Heritabilitas Produksi Telur = 0.2
2. Pembahasan
dengan demikian ternak yang mempunyai nilai indeks negatif, performa nya
produksi telur dan berat telur sama atau 1 :1. Hal ini sesuai dengan pernyataan
maka ternak tersebut akan memiliki performan yang tinggi sehingga dapat
Nilai Pemuliaan dari seekor ternak adalah sebuah gambaran nilai gen-gen
Pemuliaan paling tinggi dari semua ternak yang tersedia, supaya keturunan dari
dapat diketahui secara pasti Nilai Pemuliaan sebenarnya (true breeding value) dari
setiap ternak maka tujuan tersebut dapat dicapai secara efisien dengan meranking
ternak-ternak menurut true breeding value tersebut dan memilih dari daftar
teratas.
23
C. Kesimpulan
24
DAFTAR PUSTAKA
Lasley, J.F., 1978. Genetics of Livestock Improvement. 3rd Ed. Prentice Hall, Inc.
Englewood Cliffs. New Jersey
Poehlman, J. M. and Sleeper, D. A. 1995. Breeding Field Crops 4th Ed. USA:lowa
State University Press
25