Disusun Oleh
JURUSAN FARMASI
2019
A. KASUS
Profil Pasien
Nafas 24 20 28 20 20 20 20
(x/menit)
Kelu Demam ++ + + + + + +
han Menggigil ++ + + + + + +
Mual ++ ++ + + + + +
Muntah + + - - - - -
Tidak Nafsu + + + - - - -
Makan
Nyeri Perut - + + + + + +
Kanan
Berdebar - + + - - - -
Cegukan - + + - - - -
Data Laboratorium
Parameter Tanggal
N a(mmol/L) 127
K (mmol/L) 4,6
Cl (mmol/L) 90
Hb (g/dl) 12,1
B. DASAR TEORI
1. Patofisiologi
a. Diabetes Mellitus
b. Infeksi
b. Demam Typhoid
(Purnomo,2011)
d. Dispepsia
e. Hiponatremia
a. Diabetes Melitus
(Perkeni, 2015)
d. Dispepsia
(NICE, 2014).
e. Hiponatremia
(Spasovski, 2014).
C. PENYELESAIAN SOAP
1. Subjective
Diabetes Mellitus -
2. Objective
a. Pemeriksaan TTV
b. Data Laboratorium
GDS (mg/dl) ≤ 200 576 298 345 316 294 169 196 Me Hip
nin ergl
gka ike
t mia
(tan
gga
l
02/
02-
06/
02)
Dobutamin 3 cc/jam ✓ ✓ ✓
Insulin 10 iu iv ✓ ✓
Novorapid 3 x 10 iu ✓ ✓ ✓ ✓ ✓
Inj. MP 62,5/ 12 ✓ ✓
jam
Chlorpromazine 2 x ¼ tab ✓ ✓
Inf. Paracetamol 1 gr 3 x 1, ✓ ✓
≥ 38,5 0C
b. Analisis DRP
4. Plan
a. Tujuan Terapi
1) Diabetes Melitus
Tujuan terapi
(DiPiro, 2015)
3) Demam Typhoid
(Kemenkes, 2006)
4) Dispepsia
5) Hiponatremia
a. Diabetes Melitus
- Menjaga pola makan dengan diet sehat mengandung sedikit lemak jenuh dan
tinggi serat larut. Dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila perlu dapat
diberikan makanan selingan seperti buah atau makanan lain sebagai bagian
dari kebutuhan kalori sehari
-
b. Infeksi Saluran Kemih
- Pelatihan otot
- Biofeedback
- Memperbaiki perilaku
c. Demam Typhoid
- Tirah Baring
Penderita yang dirawat harus tirah baring dengan sempurna untuk mencegah
komplikasi, terutama perdarahan dan perforasi. bila klinis berat, penderita
harus istirahat total. bila terjadi penurunan kesadaran maka posisi tidur pasien
harus diubah-ubah pada saktu tertentu untuk mencegah kompikasi pneumonia
hipostatik dan dekubitus. penyakit membaik, maka dilakukan mobilisasi
secara bertahap, sesuai dengan pulihnya kekuatan penderita. buang air besar
dan kecil sebaiknya dibantu perawat. hindar pemasangan kateter urine tetap,
bila tidak indikasi betul (Kemenkes, 2006).
- Diet Nutrisi
Diet harus mengandung kalori protein yang cukup. Sebaiknya rendah selulose
(rendah serat) untuk mencegah perdarahan dan perforasi. Diet untuk penderita
tifoid, biasanya diklasifikasikan atas diet cair, bubur lunak, tim dan nasi biasa.
Bila keadaan penderita baik, diet dapat dimulai dengan diet padat atau tim
(diet padat dini). Tapi bila penderita dengan klinis berat sebaiknya dimulai
dengan bubur atau diet cair yang selanjutnya dirubah secara bertahap sampai
padat sesuai dengan tingkat kesembuhan penderita (Kemenkes, 2006).
Penderita dengan kesadaran menurun diberi diet secara enteral melalui pipa
lambung. Diet parenteral dipertimbangkan bila ada tanda komplikasi
perdarahan atau perforasi (Kemenkes, 2006).
d. Dispepsia
(Smirčić-Duvnjak, 2011).
- Hindari makanan yang mengiritasi lambung seperti makanan pedas, jus jeruk,
jus tomat, dan kopi, hindari makan 3 jam sebelum tidur (Dipiro, 2015)
e. Hiponatremia
Terapi Cairan
Banyak pasien rawat inap dewasa membutuhkan terapi cairan intravena (IV)
untuk mencegah atau memperbaiki status cairan dan/ elektrolit. Tatalaksana
terapi Hiponatremia dengan penggunaan NaCl 0,9%. NaCl 0,9% digunakan
untuk penggantian cairan yang hilang, karena kadar natrium pada pasien
adalah 127 mmol/L dimana nilai normalnya adalah 135-144 mmol/L dan kadar
Klorida pada pasien 90 mmol/L dimana nilai normalnya adalah 97-106
mmol/L (Kemenkes, 2011).
6. Terapi Farmakologi
a. Ranitidin
b. Metoklopramid
c. Levofloxacin
Novorapid memiliki onset yang cepat sehingga harus diberikan segera sebelum
makan (MIMS, 2018). Novorapid adalah insulin dengan kerja cepat yang memiliki
onset 15-30 menit. Sedangkan levemir adalah insulin basal long acting dengan onset 2
jam. Dalam regimen pengobatan basal-bolus, 50-70% dari persyaratan dapat
diberikan. Penggunaan keduanya dapat menyebabkan resiko yang lebih rendah dalam
menyebabkan hipoglikemi (MIMS, 2018).
e. Paracetamol
Obat antipiretik digunakan untuk menghilangkan gejala demam yaitu tablet
paracetamol atau ibuprofen (Department of Public Health & Family Welfare, 2014).
Paracetamol bermanfaat sebagai Penurunan suhu karena parasetamol memiliki efek
antipiretik. Mekanisme kerja obat ini melalui penghambatan siklo-oksigenase di otak
sehingga parasetamol efektif dalam menurunkan demam (Jansen,2015). Sedangkan
ibu profen (NSAID) memiliki kontra indikasi dengan penyakit tukak peptik
(BNF,2009). sehingga dipilih obat paracetamol
8. KIE
b) Glukosa 15–20 g (2-3 sendok makan) yang dilarutkan dalam air adalah
terapi pilihan pada pasien dengan hipoglikemia yang masih sadar
- Untuk pasien tifoid diperlukan kontrol dan monitor pertanda vital (tensi,
nadi, suhu, kesadaran) secara reguler sesuai aturan dan dicatat secara baik
direkam medik. Kurva suhu, tensi, nadi adalah sangat penting untuk terapi
tifoid dan juga perlu kontrol dan monitor terhadap kemungkinan komplikasi
(perdarahan, perforasi, sepsis, enselopati, dan infeksi pada organ lain),
terutama pada masa minggu ke-2 dan ke-3 demam (Kemenkes, 2006)
9. Monitoring
Levofloxacin inj Pasien tidak lagi Diare, mual, ruam, Leukosit menjadi
menunjukkan tanda flatulens, nyerri norrmal (3.200-
dan gejala ISK abdomen (Pionas, 10.000/mm3)
seperti BAK kembali 2019).
normal dan
penurunan nilai
leukosit
Ranitidin inj. Pasien tidak lagi Efek samping yang Pasien tidak lagi
menunjukkan gejala paling umum menunjukkan gejala
dispepsia seperti termasuk sakit dispepsia seperti
nyeri abdomen, kepala, mengantuk, nyeri abdomen,
heartburn, refluks kelelahan, pusing, heartburn, refluks
asam, mual, dan dan sembelit atau asam, mual, dan
muntah (NICE, diare (Dipiro, 2015). muntah (NICE,
2014). 2014).
Ceftriaxone inj. Evaluasi waktu sakit kepala, reaksi Suhu turun pada
bebas demam (time alergi, pruritus, hasil pemantauan
of fever urtikaria, arthralgia, suhu pada hari ke-4
defervescence) dan pengendapan sampai hari ke-5
lama rawat di rumah kalsium ceftriaxone setelah pemberian
sakit (Rampengan, dalam urin, antibiotik dan klinis
2013) pancreatitis (BNF, pasien membaik
berarti terapi berhasil
2009) (Rampengan, 2013)
Cara mengoperasikan Insulin pump monitoring, pasien harus menggunakan set infus
steril yang secara otomatis memasukkan kanula (suatu tabung yang sangat tipis) di bawah
kulit proses ini mudah dan hampir tanpa rasa sakit. Selanjutnya mengatur tingkat insulin
basal (tingkat nya target glukosa darah rata-rata) pada pompa insulin lalu isi pompa insulin
dengan insulin (petunjuk yang tepat untuk hal ini adalah termasuk dalam kemasan pompa).
Pasang reservoir pompa insulin untuk cannula tersebut dan cari lokasi yang aman pada tubuh
untuk menyimpan tempat pompa. Insulin pump monitoring menggunakan insulin kerja cepat
sehingga mereka dapat secra efektif.
D. KESIMPULAN
1. Problem medik pasien sesuai dengan diagnosa adalah Diabetes mellitus, ISK,
Demam typoid, dyspepsia, hiponatremia. Terdapat beberapa DRP pada pengobatan
pasien yaitu overdosis penggunaan levemir untuk terapi DM, terapi tidak efektif
penggunan insulin sliding scale, underdose capsul garam untuk terapi hiponatremia,
adverse drug reaction pada penggunaan ondansentron dengan levofloxacin, dan
ondansentron dengan chlorpromazine, terapi tanpa indikasi obat injeksi metil
prednisolon, adverse drug reaction injeksi metil prednisolon pada penatalaksanaan
terapi DM. Overdose obat paracetamol untuk terapi demam, overdose ranitidin
injeksi untuk terapi dispepsia.
2. Penatalaksanaan diabetes miletus dengan terapi dengan insulin intensif yang terdiri
dari insulin basal dan insulin prandial. Penatalaksaan ISK dengan melanjutkan terapi
antibiotik ISK, Penatalaksanaan demam typhoid dengan injeksi ceftriaxone, dan
terapi simptomatis menggunakan paracetamol. Sementara tatalaksana hiponatremia
menggunakan capsule garam. Penatalaksanaan Dispepsia dengan Ranitidin injeksi.
DAFTAR PUSTAKA
Ceraya, Conchi and Martinez-Basterra, Javier. 2013. Drugs and QT interval prolongation.
Drug Therapeutic Bulletin of Navarre. 21(1): 1-7
Cornelius J. Woelk. 2011. Managing hiccups. Canadian Family Physician ; vol 57
Department of Public Health & Family Welfare. 2014. State Standard Treatment Guidelines.
Bhopal. India: Department of Public Health & Family Welfare.
DepKes RI. 2005. Pharmaceutical Care Untuk Penyakit Diabetes Meliitus. Direktorat Bina
Farmasi Komunitas Dan Klinik, Direktorat Jendral Bina Kefarmasian Dan Alat
Kesehatan. Departemen Kesehatan RI.
Dipiro et al. 2015. Pharmacotherapy Handbook 9th edition. New York: McGraw Hill
DRUNPP Association of Sarajevo, Bosnia & Herzegovinia. 2014 International Journal of
Pharmacy Teaching & Practices, Vol5, issue3, Supplement I, 1020-1552.
Gahart, B.L., Nazareno, A.R., dan Ortega, M.Q. 2016. Intravenous Medications: A Handbook
for Nurses and Health Professionals. Missouri: Elsevier.
Grabe, M., Bjerklund-Johansen, T. E., Botto, H., Çek, M., Naber, K. G., Tenke, P., &
Wagenlehner, F. 2015. Guidelines on Urological Infections. European Association of
Urology, 182.
Hajebrahimi S, Sadeghi-Bazargani H, Taleschian Tabrizi N, Farhadi F, Sadeghi Ghyassi F.
2015. Non-drug Treatment for Lower Urinary Tract Symptoms in Women with
Voiding Dysfunction (Protocol). Cochrane Database of Systematic Reviews, Issue 1.
Art. No.: CD0114.
Jansen Ivana, Jane Wuisan, Henoch Awaloei. 2015. Uji efek antipiretik ekstrak meniran
(phyllantus niruri l.) Pada tikus wistar (rattus norvegicus) jantan yang diinduksi vaksin
dpt-hb. Jurnal e-Biomedik (eBm), Volume 3 (1)
Kemenkes. 2006. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
364/MENKES/SK/V/2006 tentang Pengendalian Demam Tifoid.
Kemenkes RI. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Jakarta: Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia.
Lee, Y.-Y., Lin, Y.-M., Leu, W.-J., Wu, M.-Y., Tseng, J.-H., Hsu, M.-T., … Tam, K.-W.
(2015). Sliding-scale insulin used for blood glucose control: a meta-analysis of
randomized controlled trials. Metabolism, 64(9), 1183–1192.
McNeil Consumer Healthcare. 2015. Guidelines for the Management of Acetaminophen
Overdose. Fort Washington : McNeil Consumer Healthcare Division of McNEIL-PPC,
Inc
Medecins sans frontiers. 2017. Clinical guidelines.
https://medicalguidelines.msf.org/viewport/CG/english/fever-16689066.html# diakses
pada tanggal 08 mei 2019
Medscape. 2019. Drug interaction checker. https://reference.medscape.com/drug-
interactionchecker. Diakses pada 2 Mei 2019
MIMS. 2019. https://www.mims.com/indonesia. Diakses tanggal 8 Mei 2019.
MIMS. 2019. Dobutamine.
https://www.mims.com/indonesia/drug/info/dobutamine?mtype=generic Diakses pada
7 Mei 2019
MIMS. 2019. Paracetamol.
http://www.mims.com/indonesia/drug/info/paracetamol/?type=brief&mtype=generic
Diakses pada 7 mei 2019.
MIMS. 2019. Sodium Chloride.
https://www.mims.com/philippines/drug/info/sodium%20chloride?mtype=generic
Diakses pada 8 mei 2019.
National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE). 2014. Dyspepsia and gastro-
oesophageal reflux disease: investigation and management of dyspepsia, symptomps
suggestive of gastro-oesophageal reflux disease, or both. Clinical guideline. London:
National Institute for Health and Clinical Excellence.
National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE).. 2019. Identifying and
Managing Complications in Adults with Type 2 Diabetes. London: National Institute
for Health and Clinical Excellence.
Ndraha, Suzanna. 2014. Diabetes Melitus Tipe II dan Tatalaksana Terkini. Medicinus.
Vol.27 No.2., Jakarta
NHS. 2012. Guideline for paracetamol use. Australia : The royal bournemouth and
Chrischurch Hospitals
Perkeni. 2015. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di
Indonesia. Jakarta PB: Perkeni
Purnomo, B.P. 2011. Dasar-Dasar Urologi. Malang : Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya
Rampengan, N. H. 2013. Penggunaan Antibiotik Terapi Demam Tifoid Tanpa Komplikasi.
Sari Pediatri. 14(5): 272-276.
Sandika, J. dan Suwandi, F.J. 2017. Sensitivitas Salmonella typhi Penyebab Demam Tifoid
terhadap Beberapa Antibiotik. Majority Jurnal Kedokteran, 6(1).
Saskatchewan, Infection Prevention and Control Program. (2013). Guidelines for the
Prevention and Treatment of Urinary Tract Infections (UTIs) in Continuing Care
Settings. Canada
Sharma, V. and Gandhi, G. 2015. TheEfficacy of Dexamethasone Treatment in Massive
Enteric Bleeding in Typhoid Fever. Journal Clinical Gastroenterology and Hepatology.
Smirčić-Duvnjak, Lea. 2011. Diabetes Mellitus and Dyspepsia. In: Duvnjak, Marcko. 2011.
Dyspepsia in Clinical Practice. New York: Springer.
Spavoski,Goce. 2014. Clinical practice guideline on diagnosis and treatment of
hyponatraemia. Europan Journal of Endocrinology. Pages G1-G47.
Volume/Issue: 170/3
Tandi, Joni. 2017 Kajian Kerasionalan Penggunaan Obat pada Kasus Demam Tifoid di
Instalasi Rawat Inap Anutapura Palu. Jurnal Ilmiah Pharmacon, 6(4). ISSN 2302 -
2493
The Society of Hospital Pharmacists of Australia. 2011. The Australian Injectable Drugs
Handbook 5th Edition. Australia: SHPA Publications.
Wardaniati, I., Almahdy, A., dan Dahlan, A. 2016. Gambaran Terapi Kombinasi Ranitidin
dengan Sukralfat dan Ranitidin dengan Antasida dalam Pengobatan Gastritis di SMF
Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ahmad Mochtar Bukittinggi.
Jurnal Farmasi Higea, Vol. 8, No. 1
Zulkoni, Akhsin. 2011. Parasitologi. Yogyakarta : Nuha Medika.