Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 TUJUAN PERCOBAAN


 Dapat melakukan analisa kuantitatif dengan metode AES
 Dapat melakukan analisa kualitatif dengan metode AES

1.2 DASAR TEORI


1.2.1. Pengertian Atomic Emission Spectrophotometry (AES)
Atomic Emission Spectrophotometry (AES) atau Spektrofotometri Emisi
Atom adalah suatu metode untuk analisa logam secara kualitatif maupun
kuantitatif yang didasarkan pada pemancaran atau emisi sinar dengan panjang
gelombang yang sesuai untuk unsur yang akan di analisa. Prinsip dasar dari
analisa Atomic Emission Spectrophotometry (AES) ini yaitu emisi cahaya oleh
atom. Apabila atom suatu unsur ditempatkan dalam suatu sumber ienergi
kalor (sumber pengeksitasi), maka elektron di orbital paling luar atom
tersebut yang tadinya dalam keadaan dasar atau ground state akan tereksitasi
ke tingkat-tingkat energi elektron yang lebih tinggi. Karena keadaan
tereksitasi itu merupakan keadaan yang sangat tidak stabil maka elektron
yang tereksitasi itu secepatnya akan kembali ke tingkat energi semula yaitu
ke keadaan dasarnya (ground state). Pada waktu atom yang tereksitasi itu
kembali ke tingkat energi lebih rendah dari yang semula, maka kelebihan
energi yang dimilikinya sewaktu masih dalam keadaan tereksitasi akan
dibuang keluar berupa emisi sinar dengan panjang gelombang yang
karakteristik bagi unsur yang bersangkutan. Spektrum emisi ini merupakan
karakteristik untuk identifikasi kualitatif unsur.
Pada serapan radiasi oleh atom dan molekul memberikan metode analisis
untuk spesies kimia yang beraneka ragam. Dalam spektroskopi serapan, kita
tak dapat mengacuhkan spesies yang tereksitasi. Namun, saat ini kita
membahas perilaku atom dan molekul setelah tereksitasi. Normalnya, spesies
yang tereksitasi tersebut akan kembali ke keadaan energi yang lebih rendah.
Terdapat 3 proses dasar mengapa deaktivasi itu dapat terjadi. Pertama, energi
yang timbul karena adanya tabrakan dengan molekul-molekul lain yang energi
tersebut akan muncul sebagai kalor. Hal ini tidak akan tampak jelas dalam
spektrofotometri pada kondisi biasa, masukan daya radiasi yang rendah ke
dalam larutan encer tak akan nyata menghangatkan sampel itu. Kedua,
molekul tereksitasi dapat mengalami reaksi kimia. Hanya sedikit reaksi kimia
yang dapat diamati dengan sel spektrofotometer, namun ahli kimia organik
menggunakan fotoeksitasi untuk menginduksi kereaktifan senyawa tertentu.
Sebuah molekul dalam keadaan elektronik tereksitasi, merupakan pereaksi
yang berbeda dari molekul dalam keadaan dasar, dan kadang-kadang molekul
itu mengalami reaksi yang mustahil bagi molekul berkeadaan dasar. Biasanya
ahli fotokimia organic akan menggunakan sumber ultraviolet yang sangat kuat
untuk menyinari larutan yang jauh lebih pekat daripada larutan yang dijumpai
dalam analisa spektrofotometri.
Proses ketiga yaitu pengukuran radiasi yang terpancar akibat dari
turunnya atau kembalinya atom yang tereksitasi ke tingkat energi yang lebih
rendah. Pancaran dari radiasi atom yang tereksitasi dalam bentuk emisi.
1.2.2. Prinsip Dasar Fotometri Nyala
Spektroskopi emisi merupakan spektroskopi atom dengan menggunakan
sumber eksitasi selain nyala api seperti busur listrik atau bunga api. Baru-baru
ini sumber eksitasi yang sering digunakan adalah plasma argon.
Sumber eksitasi sangat berpengaruh terhadap bentuk dan intensitas
emisi. Selain menyediakan energi yang cukup untuk menguapkan sampel,
sumber juga menyebabkan eksitasi elektronik partikel-partikel elementer
dalam gas. Garis spektrum kejadian yang yang terakhir inilah yang berguna
untuk analisa spektroskopi emisi. Molekul tereksitasi pada fase gas mengisi
spektrum, yaitu akibat transisi dari suatu energi tereksitasi (E2) ke suatu tingka
energi yang lebih rendah (E1) dengan pemancaran (emisi) foton dengan energi
hv
hv = E2 - E1
Pada masing-masing tingkat elektronik suatu molekul, terdapat sejumlah
subtingkat vibrasi, rotasi dengan energi yang berbeda sehingga radiasi
molekul tereksitasi melipuit sejumlah frekuensi yang terkumpul dalam pita-
pita. Masing-masing pita sesuai dengan suatu transisi dari satu tingkat
tereksitasi ke tingkat energi elektronik lain yang lebih rendah. Sedangkan
atom tereksitasi atau ion monoatom pada fase gas mengemisikan spektrum
garis. Pada spektrum suatu spesies monoatomik tidak dijumpai struktur halus
(fine structure) vibrasi dan rotasi, sehingga spektrum emisi merupakan suatu
deret frekuensi individual yang sesuai dengan transisi antara berbagai tingkat
energi elekronik. Suatu garis spektrum memiliki ketebalan spesifik. Spektrum
emisi, absorpsi atau pendar-flour-partikel atom terdiri garis-garis sempit
tertentu tempatnya yang berasal dari transisi elektronik-elektronik terluar.
Untuk unsur-unsur sederhana (seperti natrium), transisi elekroniknya yang
berupa sejumlah garis-garis dapat dikorelasikan secara linier dengan diagram
tingkat energinya.
Pengukuran dengan spektroskopi emisi dapat dimungkinkan karena
masing-masing atom mempunyai tingkat energi tertentu yang sesuai dengan
posisi-posisi elektron. Pada keadaan normal, elekton-elektron ini berada pada
tingkat dasar dengan energi terendah. Penambahan energi baik secara termal
maupun elekrikal menyebabkan satu atau lebih elektron diletakkan pada
tingkat energi lebih tinggi menjauh dari inti. Elektron tereksitasi ini ternyata
lebih suka kembali ke tingkat dasar dan pada proses ini kelebihan energi
dipancarkan dalam bentuk energi radiasi foton.

Karena kemungkinan transisinya sudah tertentu letaknya dalam tingkat


energi, maka bilangan gelombangnya terbatas juga. Jika energi eksitasinya
besar, maka demikian juga energi emisinya. Intensitas garis spektrum
tergantung pada transisi yang terjadi dalam suatu atom. Absorpsi sendiri (self
absorption) kadangkala menurunkan intensitas emisi. (Khopkar:2003)

Pemakaian sumber energi tinggi tidak selalu menguntungkan karena


mampu mengionisasikan gas dan satu atau lebih elektron dapat dikeluarkan
dari atom, sedangkan spektrum atom terionisasi jauh berbeda dengan
spektrum atom netral. Biasanya spektrum atomnya mirip dengan ion-ion yang
mempunyai nomor atom berikutnya, misal : spektrum ion Al mirip dengan
unsur Mg. Molekul menghasilkan spectrum pita sebab mempunyai eksitasi
rotasi dalam, vibrasi, dan electron. Ini menyebabkan distribusi radiasi eksitasi,
sehingga spectrum pita dihasilkan, bukan garis.

Nyala dari latar belakang seringkali harus diperhitungkan. Nyala


hydrogen menghasilkan perbandingan sinyal sampel logam terhadap latar
belakang dengan paling baik. Pengukuran intensitas spektrum garis tergantung
pada jumah garam-garam yang ada dalam nyala; jumlah disosiasinya; ionisasi;
atom-atom tereksitasi; kesempatam melakukan transisi dari keadaan
tereksitasi ke keadaan dasar dan absorpsi diri. Setelah disosiasi, variasi
intensitas emisi terhadap temperatur diatur dengan energi eksitasinya. Ionisasi
akan mengurangi konsentrasi dari atom netral yang ada dalam nyala, sehingga
mengurangi intensitas dari emisi. Besarnya energi untuk disosiasi dari logam
ke atom-atomya adalah mendekati potensial ionisasi atau energy ionisasi
atom.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan variasi intensitas emisi


dalam nyala, misalnya disebabkan oleh pembentukan hidroksida dari logam-
logam alkali. Oksigen-acetylene menyediakan lingkungan yang sesuai untuk
terbentuknya atom-atom bebas dari unsure yang senang membentuk molekul
monoksida. Biasanya zat dilarutkan dalam pelarut hidrokarbon. Intensitas
emisi akan bertambah dengan menggunakan pelarut organic atau campuran
pelarut organik-air. Teknik ekstraksi pelarut dapat dimanfaatkan untuk
tercapainya pemisahan analitik kemudian fase organiknya dapat langsung
disedot kearah nyala untuk menaikkan intensitas emisi. Pelaksanaan ekstraksi
dan fotometri nyala secara serentak memberikan hasil yang baik.

1.2.3 Metode Emisi Nyala


Salah satu langkah dalam prosedur emisi nyala atau fotometri nyala
melibatkan penyemprotan sampel ke nyala. Radiasi dari sumber akan
diuraikan untuk mendapatkan daerah spektrum yang diinginkan. Intensitas
dari radiasi spektrum tersebut diukur. Dengan sistem penyemprotan
diharapkan distribusi yang seragam dari sampel masuk ke nyala sehingga
masalah-masalah yang berhubungan dengan busur api dan bunga api dapat
dihindarkan.
Fotometer nyala tersusun dari pengatur tekanan, pengukur aliran untuk
gas bakar, atomizer, sumber nyala, sistem optik dan detektor.
Celah Anoda

Nyala Sel Foto


Reflektor

Grating

Oksidator Penguat

Bahan Bakar

Analit
Detektor
Atomizer
Gambar 1.2 Peralatan Fotometer
1.2.4. Metode Emisi Nyala
1. Pengaturan tekanan dan pengukur aliran
Pengatur tekanan dan pengukur aliran digunakan untuk mengatur
tekanan dan aliran gas yang diinginkan. Diperlukan tekanan bahan bakar
sebesar 10 pon dan 25 pon untuk oksigen. Diafragma ganda dan jarum
penunjuk digunakan untuk mengawasi aliran gas, pengukur putaran
(rotameter diatur dengan kecepatan aliran gas 2-10 ft/jam). (Khopkar:2003)
2. Atomizer
Atomizer digunakan untuk memasukkan cairan sampel ke nyala
dengan kecepatan tetap. Atomizer diklasifikasikan menjadi 2, yaitu yang
menyemprotkan sampel ke tempat pengkodensasi untuk menghilangkan
partikel-partikel yang berdasarkan tipe, yang lainnya adalah yang
menyemprotkan sampel langsung ke nyala. Yang pertama memerlukan ± 4
- 25 ml sampel per menit dimana 5% yang sampel ke nyala. Pada metode
yang kedua digunakan bubuk kental dalam isopropanol.
3. Sumber nyala
Pemilihan pasangan fuel-oksidan sangat tergantung dari temperature
nyala yang diperlukan untuk proses atomisasi, meskipun faktor-faktor yang
mereduksi pembentukan oksida logam juga penting. Juga diusahakan agar
latar belakang emisi dari nyala tidak mengganggu analisa.
Pada buku penuntun dari alat yang dipergunakan biasanya kondisi
standar dari percobaan untuk suatu logam tertentu sudah dicantumkan.

o
Bahan Bakar Oksidan
Suhu Maksimum ( C)

Propana Udara 1725

Propana Oksigen 2900

Hidrogen Argon 1577

Hidrogen Udara 2045

Hidrogen Oksigen 2677

Asetilen Udara 2300

Asetilen Oksigen 3060

Asetilen NO 2955
2

Sianogen 4500
Oksigen

Tabel 1. Bahan bakar dan oksidan yang banyak dipakai

Fungsi dari nyala yaitu:


 Mengubah zat yang diperiksa dari larutan atau bentuk padat menjadi
bentuk gas penguapan.
 Mengubah molekul dalam bentuk uap menjadi atom atomisasi
 Pada AES untuk mengeksitasi uap atom/molekul sehingga
menghasilkan radiasi emisi
 Komponen-komponen dari gas-gas pembentuk nyala membatasi
daerah analisa pada panjang gelombang diluar daerah resapan
atmosfer, yaitu pada panjang gelombang di atas 210 nm.
Perbandingan dari bahan bakar dan oksidan juga menentukan suhu dan
komposisi nyala gas yang terjadi. Bila jumlah oksidan lebih banyak dari
bahan bakar maka nyala yang terjadi disebut oxidising flame dan bila
sebaliknya disebut reducing flame. Nyala jenis mana yang dipakai
tergantung dari sifat unsur yang diperiksa. Misalnya unsur-unsur yang
cenderung untuk membentuk oksida yang stabil (Al, Si, Ti, dan Lantanida)
diperlukan nyala dengan suhu tinggi dengan lingkungan yang dapat
mereduksi, misalnya nyala asetilen dinitrogen monoksida.
4. Monokromator
Monokromator adalah alat yang berfungsi mengubah cahaya
polikromatik menjadi cahaya monokromatik. Atau dengan istilah lain
melakukan pemilihan radiasi yang ditemukan. Dalam perkembangannya,
terdapat dua monokromator yang biasa digunakan yaitu monokromator
prisma dan monokromator grating/kisi-kisi. Namun, sekarang
monokromator grating/kisi-kisi lebih banyak digunakan.
a) Monokromator Grating / Kisi-Kisi
Suatu kisi difraksi dibuat dengan menggarisi suatu permukaan
logam yang dipoles, seperti alumunium, dengan sejumlah besar garis
yang sejajar. Untuk daerah infra merah terdapat sekitar 1500-2500
garis/inci, untuk daerah ultraviolet dan sinar tampak sekitar 15.000-
30.000 garis/inci. Bila cahaya dipantulkan dari permukaan ini, cahaya
yang mematuhi garis akan hilang terhambur. Bagian yang tidak bergaris
akan memantulkan cahaya secara teratur, dengan bertindak sebagai
sumber cahaya sendiri-sendiri. Tumpang tindihnya gelombang dari
sumber-sumber ini akan menegakkan suatu pola interferensi yang
mengakibatkan terdispersinya cahaya terpantul menjadi panjang-
panjang gelombang komponennya. Mesin untuk menggarisi pada kisi
itu harus dikonstruksi dengan toleransi yang sangat kecil, dan kisi-kisi
asli sangatlah mahal.
Kisi berbeda dari prisma dalam hal memungkinkan suatu dispersi
yang seragam sepanjang seluruh spektrum, dengan kata lain lebar celah
tunggal menghasilkan derajat kemonokromatikan radiasi keluar yang
sama besar dibagian spektrum manapun. (R.A Day Jr & A.L.
Underwood:2003)

Gambar 1.3 Monokromator Grating

Pada monokromator grating, cahaya monokromatis dapat dipilih


panjang gelombang tertentu yang sesuai untuk kemudian dilewatkan
melalui celah sempit yang disebut slit. Ketelitian dari monokromator
dipengaruhi juga oleh lebar celah (slit width) yang dipakai.

Keuntungan memakai kisi difraksi :

 Dispersi cahaya merata


 Dispersi lebih baik dengan pendispersian yang sama
 Dapat digunakan dalam seluruh jangkauan spectrum
5. Detektor
Dalam sebuah detektor untuk suatu spektrofotometer, kita
menginginkan kepekaan yang tinggi dalam daerah spektral yang
diinginkan, respon yang linear terhadap daya radiasi, waktu respon yang
cepat, dapat digandakan dan kesetabilan tinggi atau tingkat bising yang
rendah, meskipun dalam praktik perlu mengkompromikan faktor-faktor
tersebut di atas.

Detektor berfungsi untuk mengukur intensitas radiasi yang diteruskan


yang telah diubah menjadi energi oleh photomultiplier. Energi yang
diteruskan dari sel atom harus diubah ke dalam bentuk sinyal listrik untuk
kemudian diperkuat dan diukur oleh suatu sistem pemproses data.
Photomultiplier terdiri dari katoda yang dilapisi senyawa yang bersifat peka
cahaya dan suatu anoda yang mampu mengumpulkan elektron. Ketika
foton menumbuk katoda maka elektron akan dipancarkan, dan bergerak
menuju anoda. Antara katoda dan anoda terdapat dinoda-dinoda yang
mampu menggandakan elektron. Sehingga intensitas elektron yang sampai
menuju anoda besar dan akhirnya dapat dibaca sebagai sinyal listrik. Untuk
menambah kinerja alat maka digunakan suatu mikroprosesor, baik pada
instrumen utama maupun pada alat bantu lain seperti autosampler.

Gambar 1.4 Photo Multiplier Tube

1.2.5. Gangguan AES dan Penanggulangannya


Pada spektrofotometri nyala (AES dan AAS) seringkali terjadi gangguan
yang lebih berarti darpada yang terjadi pada spektrofotometri UV-Vis atau
infra merah. Beberapa gangguan yang sering muncul antara lain melputi
gangguan spectrum, gangguan sifat fisika larutan sampel, gangguan ionisasi,
gangguan absorpsi sendiri dan anion.
1. Gangguan Spektrum
Gangguan spektrum disebabkan terjadinya tumpang tindih spektrum
unsur yang ditentukan dengan unsur lain. Gangguan spektrum dapat
diperkecil dengan jalan pemakaian monokromator prisma atau kisi difraksi.
Gangguan spektrum intervensi biasanya pada daerah panjang gelombang
hijau dan merah. Sedangkan garis-garis spektrum yang berguna pada
penentuan biasanya pada panjang gelombang biru atau ultraviolet.
2. Gangguan Sifat Fisika Larutan
Gangguan sifat fisik larutan meliputi kekentalan larutan,tekanan uap
dan tegangan permukaan serta garam-garam yang ditambahkan. Kekentalan
larutan berhubungan erat dengan kecepatan tetes kabut sampel mencapai
nyala sehingga intensitas emisi akan berkurang. Tegangan permukaan akan
menghambat pengabuan, terjadi daya tetesan kabut dengan ukuran partikel
besar akan membua sanagt sedikitnya sampel terkabut menuju ke
pembakaran yang juga berakibat menurunkan intensitas pemancaran.
Demikian juga dengan penambahan garam-garam pada sampel yang
dianalisis akan memperlambat penguapan pelaru yang akibatnya juga
menurunkan intensitas emisi unsur. Hal yang sama juga terjadi apabila
sampel yang dianalisis dalam bentuk garam.
3. Gangguan Ionisasi
Gangguan ionisasi sangat berpengaruh pada spekrofotometri nyala
dengan pembakar gas. Perlu dipahami bahwa pada spektrofotometri nyala
yang ditentukan adalah spektrum atom netral yang berbeda dengan
spektrum ion. Intensitas pancaran akan berkurang apabila sebagian atom
netral yang ditentukan terionkan. Oleh sebab itulah logam-logam alkali dan
alkali tanah akan lebih tepat dianalisis dengan FES dengan pembakaran
panas tinggi (arc atau spark).
4. Gangguan Absorpsi Sendiri
Gangguan mengabsorpsi sendiri biasanya terjadi pada keadaan karena
adanya kelambatan eksitasi sebagian dari atom dalam sampel yang
dianalisis.
5. Gangguan Anion
Gangguan anion juga berupa penurunan intensitas radiasi pancaran yang
tidak sesuai dengan kadar unsur yang dianalisis. Beberapa asam tercatat
sebagai pengganggu antara lain HNO3,H2SO4 dan H3PO4.
Ada beberapa cara untuk mengatasi gangguan-gangguan yang telah
dikemukakan di atas antara lain dengan memakai panas yang tinggi (arc
atau spark) atau dengan sengaja menambahkan zat kimia sebagai pengikat
yang kuat unsur pengganggu. Dengan cara ini unsur yang dituju untuk
penentuan akan berada dalam keadaan bebas setelah ditambahkan zat lain
yang mengikat jauh lebih kuat bagian yang mengganggu. Bahan kimia yang
ditambahkan juga dapat bersifat sebagai pengikat stabil unsur atau sampel
yang dianalisis dalam bentuk ikatan logan yang stabil terlindungi dari anion
(Mulja, Muhammad., 1995)
1.2.6 Penerapan Fotometri Nyala
Selama bertahun-tahun keunggulan dari fotometri nyala adalah analisis
logam alkali terutama Na dan K dan kurang untuk analisis logam alkali tanah
seperti kalsium. Fotometri nyala juga berguna untuk analisis biomedis, kimia
klinis, agronomi, analisis air, studi dengan bidang lainnya dimana terdapat
unsur-unsur yang sukar ditetapkan dengan metode lainnya.

 Analisa Kualitatif dan Kuantitatif


 Analisa Kuantitatif
Untuk analisa kuantitatif menggunakan spektrometri emisi hampir sama
dengan analisa kuantitatif menggunakan UV-VIS maupun spektrometri
serapan. Terdapat tiga metode untuk analisa kuantitatif, yaitu :
a) Metode satu standar
Standar yang dipakai hanya satu, jadi tidak bisa didapatkan suatu grafik
yang baik atau sesuai.
Rumus umum : E = k.C
Rumus standar : Es = k.Cs
Rumus sampel : Ex = k.Cx
𝐸𝑥 𝑘. 𝐶𝑥
=
𝐸𝑠 𝑘. 𝐶𝑠
𝐸𝑥
𝐶𝑥 = × 𝐶𝑠
𝐸𝑠
Keterangan :
Cx = Konsentrasi sampel
Es = Emisi larutan standar
Ex = Emisi sampel
Cs = Konsentrasi larutan standar
Kelemahan sistem ini, jika standar salah maka hasil analisa yang
dilakukan semua akan salah. Oleh sebab itu, pada metode selanjutnya
dapat mengatasi kelemahan pada metode pertama.
b) Metode kurva kalibrasi
Metode kurva kalibrasi/standar yaitu dengan membuat kurva antara
konsentrasi larutan standar (sebagai absis) lawan emisi (sebagai ordinat)
di mana kurva tersebut berupa garis lurus. Dalam metode ini dibuat
minimal tiga larutan standar tapi sebaiknya enam, dengan konsentrasi
berbeda, tetapi harus ada blanko agar didapat persamaan garisnya.
Kemudian dengan cara menginterpolasikan absorbansi larutan sampel ke
dalam kurva standar tersebut dan akan diperoleh konsentrasi larutan
sampel.

Absorbansi
Y= a+bx
sampel
Y=absorbansi
x= konsentrasi
Absorbansi a= intersep
b=slope

Konsentrasi sampel

Konsentrasi
Gambar 1.5 Kurva kalibrasi
Kelemahan metode ini adalah, jika pada sampel awal banyak
gangguan maka membuat blankonya akan susah, jadi biasanya
disesuaikan dengan metode ke tiga.
c) Metode penambahan standar
Pada metode ini dibuat sederetan larutan cuplikan dengan
konsentrasi yang sama dan masing-masing ditambahkan larutan standar
dengan konsentrasi sama tapi volumenya divariasi, kemudian unsur yang
dianalisa dengan volume sama. Emisi masing-masing larutan diukur dan
dibuat kurva emisi terhadap volume larutan standar yang ditambahkan.
(Skoog dan Leary, 1992)
Emisi E = 𝑎 + 𝑏𝐶

E= emisi
Konsentrasi
cuplikan x = volume standar
α
a = Intersep

𝑘. 𝐶𝑥 . 𝑉𝑥
=
𝑉
Volume larutan standar b = Slope

Gambar 1.6 Kurva kalibrasi penambahan standar 𝑘. 𝐶𝑠


= 𝑡𝑎𝑛 𝛼 =
𝑉
𝑉𝑥 = 𝑉 𝑉𝑠 .𝑘.𝐶𝑠 𝑘.𝐶𝑥 .𝑉𝑥
𝐸𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = +
𝑉 𝑉
𝑉𝑥 . 𝐶𝑥 = 𝑉. 𝐶′𝑥
𝑉𝑥 . 𝐶𝑥
𝐶′𝑥 = konstanta
𝑉
𝑉𝑠 . 𝐶𝑠 𝐸𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒. 𝑉𝑠 + 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝
𝐶′𝑠 = 𝑘.𝐶𝑥 .𝑉𝑥⁄
𝑉 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝 𝑉 𝐶𝑥 .𝑉𝑥
= 𝑘.𝐶𝑠⁄ =
𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒 𝐶𝑠
𝐸𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝐸𝑠 + 𝐸𝑥 𝑉

𝐸𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 = 𝑘. 𝐶′𝑠 + 𝑘. 𝐶′𝑥 𝐼𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝. 𝐶𝑠


𝐶𝑥 =
𝑆𝑙𝑜𝑝𝑒. 𝑉𝑥

 Analisa Kualitatif
Analisa kualitatif bertujuan untuk mengetahui apa saja yang terkandung
dalam suatu sampel, bukan untuk mengetahui berapa jumlah unsur tersebut.
Untuk analisa kualitatif menggunakan spektrometri emisi, yang diperlukan
adalah tabel yang berisikan panjang gelombang dari tiap-tiap unsur.

Recommended Slit Relative


Element Wavelength (nm)
(nm) Intensity
328.1 0.5 100
Ag
338.3 0.5 90
309.3 0.5 80
Al
396.2 0.5 100
237.3 0.5 3
257.4 0.5 5
256.8 0.5 3
242.8 1.0 60
Au
267.6 1.0 100
422.7 0.5 100
Ca
239.9 0.2 10
240.7 0.2 20
Co 304.4 0.5 40
346.6 0.2 100
357.9 0.2 40
429.0 0.5 100
Cr
520.8 0.2 20
520.5 0.2 15
248.3 0.2 15
Fe 372.0 0.2 100
386.0 0.2 50
766.5 1.0 100
K 769.9 1.0 80
404.4 0.5 5
550.1 0.2 50
La
403.7 0.5 90
285.2 0.5 100
Mg
202.5 1.0 3
279.5 0.2 90
Mn 403.1 0.2 100
321.7 0.2 3

Tabel 2. Panjang gelombang masing-masing elemen

Jadi, setelah diperoleh spektrum dari sampel, maka selanjutnya adalah


mencatat semua panjang gelombang atom (bukan molekul) yang terdapat
dalam spektrum. Cara membedakan antara spektrum dari atom atau molekul
adalah dengan melihat bentuknya. Jika lancip adalah spektrum milik atom,
maka yang landai atau besar adalah spektrum molekul. Setelah semua panjang
gelombang diperoleh, tiap panjang gelombang itu dicocokkan dengan tabel,
sehingga kita bisa mengetahui unsur apa saja yang terdapat dalam sampel.
(Skoog dan Leary, 1992)
Gambar 1.7 Contoh spektrum yang diperoleh untuk analisa kualitatif
BAB II
METODOLOGI
2.1. ALAT DAN BAHAN
2.1.1 Alat
 AAS Spectra AA-220
 Botol sampel
2.1.2 Bahan
 Sampel
 Deret larutan standar
 Aquadest

2.2 PROSEDUR KERJA


2.2.1 Pengoperasian alat AAS Spektra AA-220 sebagai AES untuk:
A. Analisa Kuantitatif
 Menyiapkan bahan yang akan digunakan dalam praktikum
 Membuka kran tabung gas acetylene (C2H2) berlawanan arah jarum
jam dan memastikan tekanan gas acetylen 11 Psia
 Mengecek aliran udara dengan melihat gauge pada kompressor
sebesar 7 bar dengan tekanan alir sebesar 50 Psia
 Menghidupkan aliran listrik ke computer, blower dan spektrometer
 Memastikan blower sudah menyala
 Menghidupkan komputer
 Menghidupkan alat spektrometri Spektra AA-220
 Mengklik icon spectra AA pada layar komputer
 Mengklik worksheet
 Mengklik new
 Mengisi worksheet details > Folder D3 2017 > lalu mengisi form
berikut ini :
Name : kelompok 5 6 D3B AES Kuanti
Analyst :
Comment :
Sample :3
 Mengklik Ok
 Mengklik add methode dan memilih elemem Fe (elemen yang akan
dianalisa)
 Mengklik edit methode dan mengisi form berikut ini :
 Type / mode
- Sampling mode : manual
- Instrument mode : emission
- Flame type and gas flow : air/acetylen
- Air flow : 10.00 ml / menit
- Acetylene flow : 2.00 ml / menit
 Measurement
- Meansurement mode : integrate
- Meansurement time :5s
- Read delay time :3s
- Calibration mode : concentration
- Replicate standard :3
- Replicated sample :3
 Optical
- Lamp position :-
- Lamp current :-
- Wave length : 372 nm
- Slit : 0,2 nm
- Background concentration : BC off
 Standard
Mengisi nilai konsentrasi larutan standar Cu

- Standard 1 : 5.00 ppm


- Standard 2 : 10.00 ppm
- Standard 3 : 15.00 ppm
- Standard 4 : 20.00 ppm
- Standard 5 : 25.00 ppm
- Standard 6 : 30.00 ppm
 Mengisi note :
Kelompok 5 6 :
Maharani Agum Gumelar Putri (16614030)
Muhammad Agung Nugroho (16614034)
Jupriadi Tulus (16614049)
Ariya Cahya (16614050)
Muhammad Rafly (16614053)
Sidabutar Elsa Oktavia (16614054)
Wulandari Budi Pratiwi (16614055)
 Mengklik label dan mengisi nama sampel berikut ini :
 Pada baris satu : Sampel II
 Pada baris dua : Sampel Fe 19 ppm kel 3A D3
 Pada baris ketiga : Sampel Fe 18 ppm kel 1 S1 B
 Mengklik analysis kemudian mengklik ok
 Mengklik optimize, akan muncul beberapa kotak yaitu :
 Kotak unsur pilihan Fe yang diuji, mengklik ok
 Selanjutnya kolom dialog box pada monitor, mengklik ok
 Selanjutnya muncul kolom analyst checklist, mengklik ok
 Menyalakan flame dengan menekan tombol hitam pada alat
spektrometri spektr AA-220 dan menahannya hingga nyala api
sempurna
 Mengecek selang dan memastikan selang tidak tersumbat yang
ditandai dengan perbedaan suara ketika selang terhubung dengan
aquadest dan ketika selang tidak terhubung dengan aquadest
 Mengklik emission setup
 Kemudian muncul kotak top standard
 Selanjutnya memasukkan selang pada botol yang memiliki standar
tertinggi, pada praktikum ini yaitu standard dengan konsentrasi 30
ppm
 Mengklik ok dan menunggu sampai signal naik
 Setelah signal naik, kemudian mengembalikan selang pada botol
aquadest kemudian mengklik instrument zero
 Memindahkan lagi selang ke top standard
 Menggeser-geser burner head sampai memperoleh signal tertinggi
 Mengembalikan selang ke aquadest dan menunggu sampai signal
turun
 Mengklik ok
 Kemudian muncul kolom uji Fe, kemudian klik cancel
 Mengklik start
 Kemudian mengikuti perintah yang muncul di monitor :
 Present top standard (selang terhubung dengan top standard, 30
ppm), klik OK
 Present remove standard (selang terhubung dengan aquadest),
klik OK
 Present call zero (selang terhubung dengan larutan blanko),
klik read
 Present standard 1 (selang terhubung dengan larutan Fe 5 ppm),
klik read
 Present standard 2 (selang terhubung dengan larutan Fe 10
ppm), klik read
 Present standard 3 (selang terhubung dengan larutan Fe 15
ppm), klik read
 Present standard 4 (selang terhubung dengan larutan Fe 20
ppm), klik read
 Present standard 5 (selang terhubung dengan larutan Fe 25
ppm), klik read
 Present standard 6 (selang terhubung dengan larutan Fe 30
ppm), klik read
 Present sampel II (selang terhubung dengan larutan sampel II),
klik read
 Present sampel Fe 19 ppm kel 1 3A D3 (selang terhubung
dengan larutan (Fe 19 ppm kel 1 3A D3)
 Present sampel Fe 18 ppm kel 1 S1 B)
 Setelah proses analisa selesai, akan muncul authron complete,
kemudian mengklik ok
 Kemudian mengeprint data:
 Mengklik file, lalu close sehingga akan kembali pada menu
awal
 Mengklik report
 Mengklik check data
 Mengklik nama file percobaan yang dilakukan
 Mengklik print, lalu ok
 Mematikan alat spektrometri spektra AA-220:
 Mengklik exit pada menu awal
 Mengklik start pada monitor kemudian shut down
 Mematikan alat spektrometri spektra AA-220
 Menutup kran tabung gas
 Mematikan sumber arus listrik

B. Analisa Kualitatif
1. Menyiapkan bahan yang akan digunakan dalam praktikum
2. Membuka kran tabung gas acetylene (C2H2) berlawanan arah
jarum jam dan memastikan tekanan gas acetylene 11 psig
3. Mengecek aliran udara dengan melihat gauge pada kompressor
sebesar 7 bar dengan tekanan alir sebesar 50 psig
4. Menghidupkan aliran listrik ke computer, blower dan
spektrometer
5. Memastikan blower sudah menyala
6. Menghidupkan komputer
7. Menghidupkan alat spektrometer Spektra AA-220
8. Mengklik icon spectra AA pada layar komputer
9. Mengklik worksheet  New
10. Mengklik worksheet details > D3 2017 >, dan mengisi form
berikut ini :
 Name : kelompok 5 6D 3B AES Kuali
 Analyst :
 Comment :
 Sample :
11. Mengklik Ok
12. Mengklik add methode dan memilih elemen Na
13. Mengklik edit methode dan mengisi form berikut ini :
 Type / mode
- Sampling mode : manual
- Instrument mode : emission
- Flame type and gas flow : air/acetylene
- Air flow : 13,5 ml / menit
- Acetylene flow : 2,00 ml / menit
 Measurement
- Meansurement mode : integration
- Meansurement time :5s
- Read delay time :3s
- Calibration mode : concentration
 Concentration
- Replicate standard :3
- Replicate sample :3
 Optical
- Lamp position :-
- Lamp current :-
- Wave length : 589 nm
- Slit : 0,2 nm
- Background concentration : BC off
14. Lalu mengisi note :
Kelompok 5 6 :
Maharani Agum Gumelar Putri (16614030)
Muhammad Agung Nugroho (16614034)
Jupriadi Tulus (16614049)
Ariya Cahya (16614050)
Muhammad Rafly (16614053)
Sidabutar Elsa Oktavia (16614054)
Wulandari Budi Pratiwi (16614055)

15. Mengklik label dan mengisi nama sampel


16. Mengklik analyst kemudian mengklik ok
17. Mengklik optimize, akan muncul beberapa kotak yaitu :
18. Kotak unsur pilihan Na yang diuji, mengklik ok
19. Selanjutnya kolom dialog box pada monitor, mengklik ok
20. Selanjutnya muncul kolom analyst checklist, mengklik ok
21. Menyalakan flame dengan menekan tombol hitam pada alat
Spektrometer spektra AA-220 dan menahannya hingga nyala api
sempurna
22. Mengecek selang dan meamstikan selang tidak tersumbat yang
ditandai dengan perbedaan suara ketika selang terhubung dengan
aquadest dan ketika selang tidak terhubung dengan aquadest
23. Mengklik optimize kemudian mengklik ok dan menunggu hingga
peaking selesai
24. Mengklik emission setup dan muncul kotak top standard
25. Memasukkan selang pada botol sampel
26. Mengklik ok dan menunggu hingga peaking selesai
27. Mengembalikan selang pada botol aquadest kemudian mengklik
instrument zero
28. Memindahkan lagi selang ke top standard
29. Menggeser-geser burner head sampai memperoleh signal
emission tertinggi
30. Mengembalikan selang ke aquadest lalu menunggu signal
emission turun
31. Setelah signal turun, kemudian mengklik ok
32. Kemudian muncul kolom uji Na, kemudian klik cancel
33. Mengklik instrument
34. Mengklik wavelength scan kemudian memilih emission scan dan
mengisi data sebagai berikut:
Scan rate : 250 nm/mm
Scan Range : start : 900 nm
stop : 185 nm
35. Mengklik Ok
36. Muncul kolom dialog box pada monitor, mengklik ok lalu akan
ada kotak dialog analisyt check list, mengklik Ok
37. Muncul kotak warning, meletakkan selang pada botol sampel dan
mengklik read
38. Menunggu sampai analisa selesai yang ditandai dengan hilangnya
tulisan slewing pada layar
39. Setelah tulisan slewing hilang, mengembalikan selang ke
aquadest lalu mematikan flame dengan menekan tombol merah
pada alat
40. Pada spectrum yang telah diperoleh mencetak dengan cara
sebagai berikut:
- Mengklik zoom pada panjang gelombang 200-900 nm
- Mengklik kanan pada spectrum, memilih scale
memasukkan scale sebagai berikut:
a. Panjang gelombang : 200-900 nm
X Absis : (-0.30) – ( 2,00)
b. Panjang gelombang : 200-300 nm
X Absis : (-0,01) – (0,04)
c. Panjang gelombang : 300-400 nm
X Absis : (-0.01) – (0,04)
d. Panjang gelombang : 400-500 nm
X Absis : (-0.01) – (0,12)
e. Panjang gelombang : 500-600 nm
X Absis : (-0.01) – (0,05)
f. Panjang gelombang : 600-700 nm
X Absis : (-0.01) – (0,02)
g. Panjang gelombang : 700-800 nm
X Absis : (-0.01) – (0,01)
h. Panjang gelombang : 800-900 nm
X Absis : (-0.01) – (-0,01)
41. Mengkilik kanan pada masing-masing scale diatas dan memilih
print
42. Memilih peak (puncak) pada spectrum dan mencatat panjang
gelombangnya
43. Mengklik file kemudian memilih exit
44. Mengklik start, kemudian memilih shut down dan mematikan alat
AAS
45. Menutup kembali kran tabung gas dan melepas kabel pada
computer dan spectrometer dari stop kontak.

Keterangan :

Untuk pengoperasian alat AAS Spektra AA-220 sebagai AES


untuk analisa kualitatif dengan menggunakan N2O, maka hal-hal yang
perlu dilakukan sama dengan pengoperasian alat AAS Spektra AA-220
dengan menggunakan air (udara). Tetapi untuk pengoperasian alat dengan
menggunakan N20 perlu ditambahkan setelah point ke-3 yaitu membuka
kran tabung N20 sebesar 50 psig. Dan pengisian untuk flame type and gas
flow diisi * N20/Acetylene*. Kemudian setelah point ke-40 ditambahkan
prosedur kerjanya yaitu menutup kembali kran tabung N20 agar tidak
terjadi kebocoran.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.DATA PENGAMATAN
3.1.1 Data Pengamatan Kuantitatif
Konsentrasi
Sampel % RSD SD Mean Intens
(ppm)

Cal Zero 0 52.5 0.0108 -0.0205

Standard 1 5 4.8 0.0052 0.1100

Standard 2 10 5.3 0.0105 0.1986

Standard 3 15 1.7 0.0047 0.2783

Standard 4 20 4.0 0.0137 0.3452

Standard 5 25 1.8 0.0078 0.4372

Standard 6 30 1.2 0.0060 0.5064

Sampel II OVER 0.0 0.0000 0.6106

Sampel Fe 19 ppm
19.058 2.2 0.0077 0.3448
kel 1 3A D3
Sampel Fe 18 ppm
17.338 3.9 0.0124 0.3184
kel 1 S1 B
Konsentrasi vs Absorbansi
0.6
y = -0.0002x2 + 0.0215x - 0.0089
0.5 R² = 0.9965

0.4
Absorbansi

0.3

0.2

0.1

0
0 5 10 15 20 25 30 35
-0.1
Konsentrasi

3.1.2 Data Pengamatan Kualitatif


No Spektrum Keterangan Kesimpulan
1 851,1 Kr I , Cu I Cu
2 770,2 Yb I
3 766,8 K I , Pa I K
4 694 Ar I , K I K
5 691,2 FI,KI K
6 589,7 Xe I , Pb I , Na I , Ti I Na
7 589,2 Na I , Xe I , Pb I , Na I Na
8 541,2 Cr I Cr
9 530 Cl I , Cr I ,Cr I Cr
10 520,8 Cr I , EU I , Cr I , Ag I , Ti I , Sc I , Yb I Cr
Ti I , Mo I , Rh I , Ti I , Am I , Cr I , Ti I , V I
11 429 Cr
, Mo I , Cm I , Mo I , Mo I , OS I , Rb I
Ar I , Kr I , Ti I , Cr I , Mo I , V I , Mo I , Yb
12 427,5 Cr
I , TC I
13 425,5 Th I , Cr I , Ho I , Th I , Mn I Cr
Ho I , Br I , Gd I , DY I , Fr I , Gd I , Ca I ,
14 422,6 Ca
Ho I , Th I , Re I , Zr I , Nb I ,
Zr I , U I , Zr I , Gd I , Sc I , K I , Ar I , Tm I ,
15 404,5 Zr I ,Gd I , W I , Fe I , DY I , Er I , K I , Ho I K
, U I , Y I , Sc I , Th I , Cm I , Mn I , Cr I
Nb I , Mo I , Am I , Bk I , Gd I , U I , Cr I ,
16 360,5 Cr
Cf I , Rh I , Fe I , Tc I , Ta I ,Er I , Mn I
Es , Bk I , Er I , U I , V I , Th I , Y I , Ru I ,
17 359,3 Cr I , Ne I , Ne I , Nb I , Mn I , Es , Tc I , Er Cr
I , Bk I
Y I , Th I , Mn I , U I , Er I , Cr I , Ho I , Tc I
18 357,9 Cr
, Nb I , Re I , Fe I , Tc I , Nb I , Re I , Fe I ,
Tc I , Mo I , Tc I , Tc I
Cm I , Hf I , Co I , Es I , Ni I , Cm I , Tc I ,
19 352,5 Ni
Fe I , Th I , Co I ,Rh I , Pt I , Os I , Bk I
U I , Yb I , Re I , Ne I , Pd I , Mo I , Rh I , U
20 346,2
I , Co I , U I , Ne I , Yb I , Re I , Co I , Fe I
Co I , Fe I , Es , Cr I , Am I , Ni I , K I , Mo I
21 344,6 , Zr I , K I , Cr I , He I , Ne I , Mo I , Co I , Cr
Ho I , Co I
Rh I , Co I , Tm I , Co I , Th I , Es , Ni I , Ni
22 341,5 I , Ni I , Tm I , Co I , Ru I , Hf I , Ne I , Ne I Ni
, Yb I
23 327,4 Rh I , Th I ,Sc I , Cu I , OS I , Pu I Cu
Ni I , Cu I ,Mn I , Pu I , Th I , Cm I , Tm I ,
24 324,6 Cu
Cu I , Hf I , Mn I , Hf I

3.2.Pembahasan
Praktikum Spektrometri Emisi Atom (AES) ini bertujuan untuk
mengoprasikan alat AAS sebagai AES untuk analisa kuantitatif dan kualitatif.

Analisa AES terbagi atas 2 yaitu analisa kuantitaif dan analisa kualitatif.
Kedua metode tersebut merupakan metode yang digunakan dalam praktikum ini.

Sampel dan larutan standar dalam bentuk larutan diubah fasenya menjadi
gas, dimana gas tersebut akan dibakar dengan flame sehingga atom – atom
pembentuk unsur akan saling berjauhan dan memancarkan sinar, sinar tersebut
menghasilkan energi elektron yang tinggi dimana energi elektron tersebut akan
turun ke ground state kemudian ditangkap oleh monokromator dan dibaca oleh
detektor. Untuk mengetahui unsur apa saja yang terdapat pada sampel, maka
dibutuhkan panjang gelombang yang akan ditangkap oleh monokromator dan
dibaca oleh detektor pada tiap unsur yang memiliki panjang gelombang tertentu.
Intensitas cahaya dari atom tersebut dipancarkan untuk tiap panjang gelombang
dalam sebuah grafik kurva.

Sedangkan untuk analisa kuntitatif menggunakan sejumlah larutan


standar yang konsentrasinya telah diketahui sebagai basis range konsentrasi
sampel. Teknik yang digunakan pada analisa kuantitatif ialah kurva kalibrasi,
yaitu grafik kurva antara konsentrasi melawan emisi. Dimana dari kurva kalibrasi
didapatkan persamaan:

Y= -0.0002x2 + 0.0215x-0.0089 dengan R2 = 0.9965.

Dari persamaan tersebut diperoleh konsentrasi sampel II = OVER


konsentrasi sampel Fe 18 ppm kel 1 3A D3 = 19.058 ppm dan sampel 18 ppm kel
1 S1 B = 17.338 ppm. Hal ini dikarenakan konsentrasi dari sampel II yang lebih
besar dari larutan standar yang ada sehingga konsentrasi dari sampel II tidak dapat
dibaca.

Untuk analisa kualitatif yaitu dengan melihat berapa besar nilai yang
terdapat pada puncak-puncak peak yang muncul pada spektrum, kemudian
membandingkan panjang gelombang yang ada dengan panjang gelombang
referensi. Pada range 344,6 – 520,8 dari kesimpulan terdapat unsur Cr saja. Jadi
pada sampel kualitatif unsur yang mendominasi yaitu unsur Cr.

BAB V
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan AES dapat disimpulkan bahwa :
1. Unsur yang dominan terdapat pada sampel kualitatif ialah unsur Cr
2. Pembuatan kurva kalibrasi antara emisi melawan konsentrasi didapatkan
persamaan: Y= -0.0002x2 + 0.0215x-0.089 dengan R2 = 0.9965.
3. Konsentrasi sampel II = OVER konsentrasi sampel Fe 18 ppm kel 1 3A D3
= 19.058 ppm dan sampel 18 ppm kel 1 S1 B = 17.338 ppm
4.2 Saran
1. Sebaiknya dalam praktikum ini, diharapkan mahasiswa menggunakan APD
dengan lengkap.
2. Membuat larutan standar dengan teliti dan kondisi alat yang akan digunakan
harus benar – benar dalam keadaan bersih dan baik.
3. Memperhatikan dan melakukan prosedur praktikum sesuai dengan petunjuk
praktikum
DAFTAR PUSTAKA

- Instrumental Methods of Chemical Analysis, Ewing, p.110

- Khopkar, S.M., 1990, “Konsep Dasar Kimia Analitik”, Jakarta : UI – Press

- Mulja, Muhammad., 1995, “Analisis Instrumental”, Surabaya : Airlangga


Unibersity Press

- Underwood., AL., Day., RA., Jr., 2002, “Analisa Kimia Kuantitatif Edisi
Keenam”, Jakarta : Erlangga

- Widiastuti, Endang, dkk, 1996 , “Petunjuk Praktikum Kimia Analitik


Instrumen”, Bandung : Pusat Pengembangan Pendididkan Politeknik
LAMPIRAN
GAMBAR ALAT

AAS Spektra AA-220

Compressor Gelas Kimia Bulp


Labu Ukur Botol Semprot

Anda mungkin juga menyukai