Anda di halaman 1dari 15

INSTRUMEN PENELITIAN

(Tugas IX Metode Penelitian)

Oleh:

KELOMPOK 5

AFRA MOUDI LUTHFIYANTI (16030002)

SARI NINIA NELFI (16030054)

RYAN EKA PUTRA (16030082)

PROGRAM STUDI MATEMATIKA

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019
A. MACAM, JENIS ALAT PENGUMPUL DATA

Untuk menjawab problematika penelitian dalam mencapai tujuan dan


membuktikan hipotesa yang telah dirumuskan dalam rancangan penelitian,
diperlukan data. Untuk memperoleh data, seorang peneliti biasanya
menggunakan instrumen mengumpulkan data. Dengan demikian, kedudukan
suatu skala/instrumen pengumpul data dalam proses penelitian sangat penting
karena kondisi data tergantung alat (instrumen) yang dibuat.
Tabel. Pasangan metode dan Instrumen Pengumpulan Data
No Jenis Metode Jenis Instrumen
1 Angket (questionnaire) Angket, Check list (daftar cocok), Skala
(scale), inventori (inventory)
2 Wawancara (interview) Pedoman wawancara (interview guide), check
list (daftar cocok)
3 Pengamatan (observasi) Lembar pengamatan (obsevation sheet),
panduan pengamatan, panduan observasi
(observation schedule), daftar cocok
4 Tes Soal tes, inventory
5 Dokumentasi Check list (daftar cocok), tabel
Instrumen yang dapat digunakan dalam proses penelitian yaitu:
1. Angket
Angket merupakan daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain
dengan maksud agar orang yang diberi angket tersebut bersedia
memberikan respon sesuai dengan permintaan. Angket dibagi dalam tiga
bagian, yaitu :
a. Angket tertutup
Angket yang disajikan dengan serangkaian alternatif, sedangkan
responden cukup memberi tanda silang, melingkar, ataupun mencentang
(sesuai permintaan) pada jawaban yang dianggap sesuai dengan
keadaan dirinya.
b. Angket terbuka
Angket yang disajikan dalam bentuk pertanyaan dan responden
dipersilahkan untuk menuliskan jawaban sesuai dengan dipiirkan dan
dirasakannya sendiri
c. Angket campuran
Gabungan angket terbuka dan angket tertutup (semi terbuka, semi
tertutup)
2. Daftar Cocok (Check List(
Merupakan angket yang respondennya hanya memberi tanda cek () atau
silang (X) di kolom yang telah disediakan.
3. Skala
Skala merupakan instrumen yang berbentuk hampir sama dengan daftar
cocok atau angket tertutup, namun alternatif jawabannya merupakan
perjenjangan.

TEKNIK OBSERVASI
Observasi atau pengamatan merupakan aktifitas pencatatan fenomena yang
dilakukan secara sistematis. Pengamatan dapat dilakukan secara terlibat
(partisipatif) ataupun nonpartisipatif. Untuk menyempurnakan aktifitas
pengamatan partisipan, peneliti harus mengikuti kegiatan keseharian yang
dilakukan informan dalam waktu tertentu, memerhatikan apa yang terjadi,
mendengarkan apa yang dikatakan, mempertanyakan informasi yang menarik,
dan mempelajari dokumen yang diteliti.
Karena dalam proses observasi yang dilaksanakan dilapangan mungkin saja
tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan, dalam kegiatan observasi ada
beberapa hal yang perlu dipahami dan dilakukan oleh para observer, yaitu:
1. Carilah terlebih dahulu informasi selengkap-lengkapnya tentang hal-hal
yang hendak diobservasi.
2. Pahami tujuan-tujuan umum dan khusus penelitian yang sedang
dilaksanakan, fokus penelitian, pertanyaan penelitian, baru kemudian
tentukan materi atau objek yang hendak diobservasi.
3. Terkait dengan butir no 2 diatas, batasi ruang lingkup serta materi atau
objek yang ingin diobservasi agar tidak melebar.
4. Catatlah hasil observasi sedetail mungkin
Dalam melaksanakan obsevasi, ada empat pola yang dpat dilakukan, yaitu:
1. Pengamatan Secara Langsung
Pengamat (observer) menjaadi anggota masyarakat yang diamati secara
penuh. Dengan begitu observer dapat menyatu dan menjadi bagian
masyarakat yang sedang diamati.
2. Pemeran Serta Sebagai Pengamat
Peneliti tidak sepenuhnya sebagai pemeran serta (tidak menjadi
anggota), namun masih tetap melaksanakan proses pengamatan.
3. Pengamatan Sebagai Pemeran Serta
Peranan pengamat secara terbuka dilakukan oleh seluruh subjek,
bahkan mungkin pengamat didukung oleh subjek.
4. Pengamatan Penuh
Peneliti dengan bebas melaksanakan proses pengamatan tanpa
diketahui oleh subjek yang sedang diamatinya. Peneliti akan menjaga
jarak agar identitas dirinya sebagai peneliti tidak diketahui oleh objek
yang sedang diamatinya.
Hal-hal yang harus dilakukan yang berkaitan dengan pencapaian
reliabilitas adalah:
1. Melakukan pengamatan secara sistematis
2. Melakukan pengamatan secara berulang untuk objek yang sama
3. Melakukan kombinasi pengamatan dalam situasi yang berbeda
sehingga diperoleh akumulasi pemahaman seakurat-akuratnya tentang
objek yang diamati.
Dan hal lain yang perlu diingat peneliti adalah jangan terlalu dini untuk
menyimpulkan makna sebuah perilaku yang ditampilkan informan pada
awal pertemuan. Jika pada awal pertemuan peneliti sudah menyimpulkan,
dikhawatirkan informasi tersebut hanya sekedar permukaan saja bukan
informasi yang sebenarnya yang ingin diungkap dalam penelitian.

TEKNIK WAWANCARA
Model wawancara yang dapat dilakukan dapat meliputi wawancara tak
berencana yang berfokus dan wawancara sambil lalu. Wawancara tak
berencana berfokus adalah pertanyaan yang diajukan secara tidak
terstruktur, namun selalu berpusat pada satu pokok masalah tertentu.
Wawancara sambil lalu adalah wawancara yang dituju pada dijumpai
secara kebetulan (koentjaraningrat, 1986; danandjaja, 1988).
Dalam melakukan teknik wawancara terhadap informan, hendaklah
pertanyaan melingkupi beberapa hal antara lain:
1) Apa (apa yang terjadi, apa yang dikatakan dan dilakukan, apakah hal
itu merupakan peristiwa ruti, apa makna hal itu bagi si pelaku)
2) Siapa (siapa yang terlibat, ciri-ciri sosial pelaku, peran yang
dimainkan, bagaimana seseorang sampai terlibat, dasar penerimaan
kelompok, siapa pemimpinnya)
3) Kapan (kapan kejadian berlangsung, hubungan kejadian satu dengan
kejadian yang lain, apa yang menyebabkan hal itu muncul)
4) Di mana (dimana itu terjadi, dalam setting sosial, budaya, ekonomi,
politik yang bagaimana, mungkinkah terjadi di tempat lain)
5) Mengapa (mengapa terjadi, apa faktor penyebabnya)
6) Bagaimana (bagaimana kejadian itu berlangsung dan bagaimana
kejadian itu dihubungkan dengan kejadian lain).
Dalam proses penelitian dilapangan pertanyaan –pertanyaan tersebut
bersifat fleksibel dan dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
peneliti.
1. Etika Wawancara
Dalam melakukan wawancara seorang peneliti harus memahami kaedah-
kaedah masyarakat atau etika yang dianut dalam masyarakat yang menjadi
subjek penelitian. Untuk itu seorang peneliti harus memahami etika-etika
dalam melakukan wawancara, antara lain:
a. Memberi Tahu Topik Penelitian
b. Melindungi Identitas Subjek (informan)
c. Menghormati Hal-hal yang Dianggap “Tabu”
d. Memahami Bahasa dan Budaya Informan
e. Gunakan penerjemah (Intepreter)
f. Informan sebagai Pemandu Peneliti
g. Memerhatiakn Penampilan Diri
h. Tidak Menjelaskan Secara Detail kepada Informan
i. Tidak Mengalihkan Fokus Pembicaraan
j. Harus Bersikap Netral
k. Memosisikan Informan sebagai yang Paling Tahu
l. Ikuti Pandangan dan Pemikiran Informan
2. Jenis Wawancara
Wawancara dapat dibedakan dalam beberapa macam yaitu:
a. Wawancara Terstruktur
b. Wawancara Tidak terstruktur
c. Wawancara Kelompok
d. Wawancara Begender
e. Wawancara Berbingkai (Framing)
f. Wawancara Interpreting

FOKUS GROUP DISCUSSION


Focus Group Discussion (FGD) yaitu Diskusi Kelompok Terfokus
dirancang untuk melakukan pengumpulan data dengan menggunakan
sebuah forum diskusi dengan tema-tema yang telah dipersiapkan sejak
awal oleh peneliti. Tujuan utama diskusi terfokus ini adalah mendapatkan
informasi sebanyak-banyaknya tentang satu tema yang dijadikan fokus
penelitian.
Dalam pelaksanaan FGD, peneliti harus terlebih dahulu menyiapkan
tentang tema-tema yang akan didiskusikan dan alat perekam yang akan
digunakan. Berikut prosedur pelaksanaan FGD:
1. Pendahuluan
a. Langkah-langkahnya adalah mengucapkan terima kasih kepada para
peserta yang hadir dan telah meluangkan waktunya
b. Kemudian memperkenalkan diri dan personel yang menyertainya
beserta memperkenalkan masing-masing peserta
c. Dan terakhir mengingatkan para peserta akan kepentingan peran
peserta masing-masing individu.
2. Pelaksanaan Kegiatan
a. Memulai dengan mengungkapkan dalam diskusi tema yang akan
dibicarakan yang ttelah disiapkan sejak awal.
b. Menyampaikan kepada peserta bahwa peneliti begitu tertarik dengan
pendapat, saran, komentar, dan ide para peserta tentang topik itu.
c. Menyampaikan bahwa sanya pasti akan ada perbedaan pandangan
antara peserta dan itu siperbolehkan di antara peserta diskusi
d. Menyampaikan bahwa setiap peserta boleh langsung mengemukakan
pendapatnya tanpa harus menunggu giliran
e. Ada kemungkinan bahwa topik diskusi berkembang pada hal-hal
yang berhubungan dengan topik utama
f. Menyampaikan pada audiens bahwa jika satu topik telah selesai
dibicarakan, diskusi akan dilanjutkan ke topik berikutnya.
3. Materi Diskusi
Materi yang disajikan dirancang terlebih dahulu sejak awal. Sebagai
bahan masukan, materi yang didiskusikan dapat dibagi dalam tiga
bagian.
4. Penutup Diskusi
Menyampaikan hasil ringkasan diskusi dan hal-hal penting selama proses diskusi
berlangsung. Moderator atau peneliti mengucapkan terima kasih atas partisipasi
para informan atau peserta diskusi yang hadir dan berpartisipasi.

HUMAN INSTRUMENT
Dalam penelitian kualitatif dikenal istilah human instrument yang berarti
si peneliti sendiri yang bertindak selaku instrumen penelitian. Berhasil atau
tidaknya penelitian ini lebih tergantung pada kemampuan peneliti dalam
pengumpulkan data.
Kelemahan metode ini adalah peneliti tidak dapat berada pada dua situasi berbeda,
terlebih jika situasi tersebut sangat penting bagi peneliti yang sedang
dilaksanakan. Bisa saja peneliti minta tolong kepada temennya tetapi perbedaan
orang yang mengambil data akan menyebabkan perbedaan dalam memahami atau
memaknai data yang sedang diteliti.

B. Pemilihan Alat Pengumpul Data


Dalam sesuatu penelitian, alat pengambil data (instrument) menentukan
kualitas data yang dapat dikumpulkan dan kualitas data itu menentukan
kualitas penelitiannya. Karena itu alat pengambil data itu harus mendapatkan
penggarapan yang cermat. Beberapa contoh mengenai penelitian yang kurang
memadai mutunya karena alat pengambil datanya kurang memadai disajikan di
bawah ini.

1. Penelitian tentang status mental para tunawisma dengan menggunakan


angket untuk menetapkan taraf IQ.

2. Penelitian mengenai taraf kesabaran orang dengan mempergunakan


kuesioner sebagai alat pengambil data.

3. Penelitian mengenai sikap petani terhadap program kerja bakti dengan


wawancara yang dilakukakn oleh Lurah dan pembantu-pembantunya.

Contoh-contoh di atas dapat benar-benar terjadi dalam praktek, dan kiranya


mudah dimengerti kalau orang meragukan mutu hasil penelitian-penelitian
tersebut.
Agar data penelitian mempunyai kualitas yang cukup tinggi, maka alat pengambil
datanya harus memenuhi syarat-syarat sebagai alat pengukur yang baik. Syarat-
syarat itu ialah (a) reliabilitas atau keterandalan, dan (b) validitas atau kesalihan.
Di samping kedua syarat tersebut suatu alat pengukur akan memberikan data yang
lebih baik kualitasnya kalau memenuhi syarat keterbakuan. Kedua syarat yang
pertama itu harus terpenuhi sampai pada taraf yang memadai, sedangkan syarat
yang ketiga dapat tidak dipenuhi. Reliabilitas sesuatu alat pengukur menunjukkan
keajegan hasil pengukuran sekiranya alat pengukur yang sama itu digunakan oleh
orang yang sama dalam waktu yang berlainan atau digunakan oleh orang yang
berlainan dalam waktu yang bersamaan atau dalam waktu yang berlainan.
Reliabilitas ini secara implisit juga mengandung objektivitas, karena hasil
pengukuran tidak terpengaruh oleh siapa pengukurnya. Validitas atau kesalihan
menunjuk kepada sejauh mana alat pengukur itu mengukur apa yang dimaksudkan
untuk diukur.
Untuk menjamin kualitas data yang dikumpulkannya, seorang peneliti harus
terlebih dahulu memperoleh keyakinan bahwa alat pengambil datanya (alat
pengukurnya) mempunyai reliabilitas dan validitas yang memadai. Untuk
memperoleh keyakinan ini dia harus menguji alat pengambil data tersebut.
Tentang bagaimana caranya menguji reliabilitas dan validitas alat pengambil data
itu dapat diketemukan dalam hampir setiap buku yang mempersoalkan
pengukuran.
Jika sekiranya penliti tinggal memakai sesuatu alat pengambil data yang sudah
diakui reliabilitas dan validitasnya cukup memadai, masih juga merupakan
keharusan baginya untuk melaporkan atau memberikan informasi mengenai taraf
reliabilitas dan validitas itu berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu atau
berdasarkan konvensi-konvensi tertentu.
Pemilihan Alat Pengambil Data
Keputusan mengenai alat pengambil data mana yang akan digunakan terutama
ditentukan oleh variabel yang akan diamati atau diambil datanya. Dengan kata
lain, alat yang digunakan harus disesuaikan dengan variabelnya. Pertimbangan
selanjutnya adalah pertimbangan dari segi kualitas alat, yaitu dari segi taraf
reliabilitas dan validitas. Pertimbangan-pertimbangan lain biasanya dari sudut
praktis, misalnya besar kecilnya biaya, macam kualifikasi orang yang harus
menggunakannya, mudah sukarnya menggunakan alat tersebut dan sebagainya.
Pengembangan Alat Pengambil Data
Dalam penelitian-penelitian di lingkungan Ilmu Pengetahuan alam, seringkali alat
pengambil data itu telah tersedia. Tetapi tidak demikian halnya penelitian-
penelitian dalam lingkungan Ilmu Penegtahuan Sosial. Para peneliti dalam Ilmu-
ilmu Sosial acapkali, bahkan hampir selalu harus mengembangkan sendiri atau
setidak-tidaknya mengadaptasikan alat pengambil data yang akan digunakannya.

C. Kualitas Alat Pengumpul Data ( Validitas, Reliabilitas, dan Objektifitasz)


Penelitian dinyatakan sebagai sebuah kegiatan mencari kembali data yang
setelah diolah dan dianalisa dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan yang
dirumuskan. Sudah tentu jawaban yang dimaksudkan tersebut hendaknya dapat
memberikan gambaran yang sebenarnya dari keadaan sasaran penelitian. Untuk itu
penelitian harus memperhatikan sifat objektif dari kegiatan penelitiannya, yaitu suatu
sifat yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Untuk mencapai objektivitas itu, penelitian harus menggunakan perangkat yang tepat
guna, yang dalam bahasa penelitian disebut sebagai alat yang bersifat valid.
Maksudnya adalah alat yang tepat dan tajam di dalam mengukur sesuatu yang
ditelitinya. Untuk penelitian yang memiliki alat ukur yang valid, maka proses
pengambilan kesimpulan menjadi tidak sulit dilakukan, namun apabila tidak, maka
masih diperlukan proses pengecekan mengenai seberapa besar hasil penelitian itu
menunjukan keadaan yang sebenarnya dari sasaran penelitian.

Dalam kenyataannya, untuk mendapatkan alat ukur yang memiliki tingkat


validitas yang sempurna, tidaklah mudah. Oleh karena itu dalam penelitian diperlukan
juga adanya proses pengecekan melalui penggunaan konsep reliabilitas, untuk melihat
berapa besar kebenaran yang ditemukan dalam penelitian itu, jika dibandingkan
dengan kebenaran yang terjadi dalam sasaran penelitian.

Peran Objektivitas, Validitas dan Reliabilitas Bagi Penelitian Kualitatif

Penelitian merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mencari kebenaran. Untuk


mendapatkan kebenaran tersebut diperlukan serangkaian langkah yang dapat menuntun
peneliti untuk menghasilkan sesuatu yang tidak menyimpang dari keadaan yang
sebenarnya dari sasaran penelitian. Serangkaian langkah tersebut antara lain meliputi
langkah-langkah untuk mendapatkan objektivitas, validitas dan reliabilitas.

Untuk mendapatkan oyektivitas ini, para peneliti harus mampu menanggalkan


subyektivisme, baik subyektivisme yang datang dari pihak peneliti, maupun
subyektivisme yang datang dari sasaran penelitian. Agar objektivitas tersebut dapat
diperoleh, maka para peneliti harus mampu menampilkan indikator atau alat ukur yang
valid, dan sekaligus menggunakannnya. Dengan alat yang valid, yang tepat dan yang
sesuai itu, maka peneliti akan terpandu ke arah perolehan hasil penelitian yang sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya, atau paling tidak mendekati keadaan yang sebenarnya.
Untuk mengetahui seberapa besar suatu hasil penelitian dapat menunjukkan keadaan yang
sebenarnya, peneliti perlu pula melakukan cara-cara mengukur tingkat kepercayaan atau
apa yang biasa disebut dengan istilah reliabilitas.

Dari beberapa contoh di atas menjadi dapat diketahui bahwa peran objektivitas,
validitas dan reliabilitas sangatlah besar bagi tindak lanjut dari suatu hasil penelitian.
Andaikata hasil penelitian tertentu hanya untuk pengembangan ilmu pengetahuan pun,
maka sifat yang objektif, valid dan reliabel, tetaplah sangat diperlukan keberadaannya.
Artinya, dunia teoretik pun sangat pula memerlukan konsep konsep objektivitas, validitas
dan reliabilitas.

1. Uji Validitas
Pengertian sederhana validitas adalah bagaimana memilih alat ukur yang sesuai
dengan objek penelitian. Sebagai contoh; untuk mengukur berat kita dapat
menggunakan timbangan. Jika Anda membeli buah semangka, maka kita akan
menggunakan timbangan. Pun ketika Anda hendak membeli perhiasan seperti
emas, Anda menggunakan timbangan pula. Tentunya Anda tidak bisa menukar alat
timbangan emas untuk menimbang semangka ataupun sebaliknya. Mengapa?
Karena pemilihan alat tersebut berkaitan dengan akurasi terhadap hasil
pengukuran. Demikian kira-kira perumpaan apa itu validitas. Rumusan yang sering
digunakan dalam menghitung validitas adalah korelasi product moment dan untuk
menguji validitasnya dibandingkan nilai hitung dengan tabel.

Untuk menguji validitas instrumen, yang umum digunakan adalah Korelasi


Pearson (Korelasi Sederhana, Korelasi Produk Momen, Korelasi Momen Tangkar).
Caranya dengan menghitung koefisien korelasi antara masing-masing nilai pada
nomor pertanyaan dengan nilai total dari nomor pertanyaan tersebut. Nilai
koefisien korelasi ini diuji signifikansinya. Dapat digunakan uji r atau uji t.

2. Uji Reliabilitas

Statistik ini berkaitan dengan ukuran waktu dan keajegan alat. Sebagai
contoh; Ketika Anda memilih penggaris sebagai alat pengukur panjang, maka
penggaris ini harus menghasilkan pengukuran yang sama jika dipakai untuk
mengukur panjang dan lebar kertas A4 (21 x 29,7 cm). Jika di beberapa tempat
dan waktu tertentu Anda mendapatkan hasil berbeda dari hasil pengukuran kertas
A4, maka itu artinya instrumen yang Anda gunakan belum Reliabel. Rumus yang
digunakan untuk menghitung reliabilitas ada beberapa pilihan tergantung dari
jenis instrumen yang kita gunakan. Ada rumus split half/belah dua, guttman,
Kuder-Richardson 20 (KR-20), KR-21, atau rumus Alpha Cronbach.

Yang diuji reliabilitasnya hanyalah pertanyaan-pertanyaan yang valid saja.


Metode yang digunakan ada 2 macam, yaitu : teknik ukur ulang, dan teknik sekali
ukur.

Teknik sekali ukur terdiri atas : Teknik Genap Gasal, Belah Tengah, Belah Acak,
Kuder Richadson, Teknik Hoyd, dan Alpha Cronbach.

a. Teknik Ukur Ulang

Caranya pengukuran dilakukan 2 kali. Data hasil pengukuran pertama dan


kedua dihitung korelasi Pearsonnya. Jika koefisien korelasi signifikan artinya
instrumen tersebut handal.

b. Teknik Genap Gasal

Caranya, pertanyaan dikelompokkan menjadi kelompok genap dan kelompok


gasal. Kelompok genap dikorelasikan dengan kelompok gasal dengan korelasi
Pearson. Selanjutnya nilai koefisien korelasi yang diperoleh dimasukkan ke
dalam rumus korelasi genap gasal (r gg).

c. Teknik Belah Tengah

Caranya butir pertanyaan yang valid diberi nomor urut bitir pertanyaan yang
baru.,kemudian dikelompokkan menjadi 2 kelompok. Jika butir pertanyaan yang
valid jumlahnya ganjil, butir pertanyaan yang di tengah dikelompokkan ke
kekelompok Iatau II. Kemudian kelompok I dan II dikorelasikan dengan Korelasi
Pearson. Selanjutnya seperti cara genap gasal.

d. Teknik Belah Acak

Caranya sama dengan teknik genap gasal dan belah tengah. Bedanya
pengelompokkan nomor pertanyaan yang valid dilakukan secara random (acak).

e. Teknik Kuder Richardson

Teknik ini hanya cocok untuk pengukuran responden yang responnya berbentuk
dikotomi, misalnya : benar salah, ya tidak, setuju tidak setuju, dan sebagainya.
Teknik ini dasarnya juga menggunakan teknik korelasi.
f. Teknik Hoyd

Teknik ini tidak mensyaratkan seperti Teknik Kuder Richardson. Teknik ini
perhitungannya menggunakan sidik ragam (Analisis Variansi).

g. Teknik Alpha Cronbach

Teknik ini penggunaannya bebas seperti halnya Teknik Hoyd, dan analisisnya
juga menggunakan analisis Sidik Ragam (Analisis Variansi).

h. Analisis Faktor Konfirmatori

Metode ini yang terbaru untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen
pengumpul data yaitu dengan menggunakan analisis faktor konfirmatori. Cara
analisisnya dengan menghitung faktor louding yang mirip dengan korelasi
antara indikator dengan variabel laten. Jika faktor louding setelah diuji dengan
uji t signifikan, artinya instrumen tersebut valid, dan jika residu (error) yang
diperoleh non signifikan, artinya reliabel. Selain memenuhi persyaratan
validitas dan reliabilitas, juga hendaknya instrumen tersebut praktis untuk
dilaksanakan, mudah dimengerti dan hemat biaya.

3. Objektivitas

Penelitian harus memperhatikan sifat objektif dari kegiatan penelitiannya, yaitu


suatu sifat yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Untuk mencapai
objektivitas itu, penelitian Peneliti harus menggunakan perangkat yang tepat guna,
yang dalam bahasa penelitian disebut sebagai alat yang bersifat valid. Maksudnya
adalah alat yang tepat dan tajam di dalam mengukur sesuatu yang ditelitinya.

Untuk mendapatkan oyektivitas ini, para peneliti harus mampu menanggalkan


subyektivisme, baik subyektivisme yang datang dari pihak peneliti, maupun
subyektivisme yang datang dari sasaran penelitian. Agar objektivitas tersebut dapat
diperoleh, maka para peneliti harus mampu menampilkan indikator atau alat ukur
yang valid, dan sekaligus menggunakannnya. Dengan alat yang valid, yang tepat
dan yang sesuai itu, maka peneliti akan terpandu ke arah perolehan hasil penelitian
yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, atau paling tidak mendekati keadaan
yang sebenarnya. Untuk mengetahui seberapa besar suatu hasil penelitian dapat
menunjukkan keadaan yang sebenarnya, peneliti perlu pula melakukan cara-cara
mengukur tingkat kepercayaan atau apa yang biasa disebut dengan istilah
reliabilitas.
DAFTAR ISI

Antonim. 2016. “Pengambilan Data Penelitian”. Diakses online 3 April 2019.


ilmu-metode-penelitian.blogspot.com

Humam, Choirul. 2013. “Validitas, Reabilitas, dan Objektivitas”. Diakses online 3


April 2019. cendikiaskripsi.blogspot.com

Maharani, Rolisa. 2013. “ Alat Pengumpulan Data”. Diakses online 3 April 2019.
rolisamaharani.blogspot.co

Anda mungkin juga menyukai