Oleh:
KELOMPOK 5
JURUSAN MATEMATIKA
2019
A. MACAM, JENIS ALAT PENGUMPUL DATA
TEKNIK OBSERVASI
Observasi atau pengamatan merupakan aktifitas pencatatan fenomena yang
dilakukan secara sistematis. Pengamatan dapat dilakukan secara terlibat
(partisipatif) ataupun nonpartisipatif. Untuk menyempurnakan aktifitas
pengamatan partisipan, peneliti harus mengikuti kegiatan keseharian yang
dilakukan informan dalam waktu tertentu, memerhatikan apa yang terjadi,
mendengarkan apa yang dikatakan, mempertanyakan informasi yang menarik,
dan mempelajari dokumen yang diteliti.
Karena dalam proses observasi yang dilaksanakan dilapangan mungkin saja
tidak sesuai dengan harapan yang diinginkan, dalam kegiatan observasi ada
beberapa hal yang perlu dipahami dan dilakukan oleh para observer, yaitu:
1. Carilah terlebih dahulu informasi selengkap-lengkapnya tentang hal-hal
yang hendak diobservasi.
2. Pahami tujuan-tujuan umum dan khusus penelitian yang sedang
dilaksanakan, fokus penelitian, pertanyaan penelitian, baru kemudian
tentukan materi atau objek yang hendak diobservasi.
3. Terkait dengan butir no 2 diatas, batasi ruang lingkup serta materi atau
objek yang ingin diobservasi agar tidak melebar.
4. Catatlah hasil observasi sedetail mungkin
Dalam melaksanakan obsevasi, ada empat pola yang dpat dilakukan, yaitu:
1. Pengamatan Secara Langsung
Pengamat (observer) menjaadi anggota masyarakat yang diamati secara
penuh. Dengan begitu observer dapat menyatu dan menjadi bagian
masyarakat yang sedang diamati.
2. Pemeran Serta Sebagai Pengamat
Peneliti tidak sepenuhnya sebagai pemeran serta (tidak menjadi
anggota), namun masih tetap melaksanakan proses pengamatan.
3. Pengamatan Sebagai Pemeran Serta
Peranan pengamat secara terbuka dilakukan oleh seluruh subjek,
bahkan mungkin pengamat didukung oleh subjek.
4. Pengamatan Penuh
Peneliti dengan bebas melaksanakan proses pengamatan tanpa
diketahui oleh subjek yang sedang diamatinya. Peneliti akan menjaga
jarak agar identitas dirinya sebagai peneliti tidak diketahui oleh objek
yang sedang diamatinya.
Hal-hal yang harus dilakukan yang berkaitan dengan pencapaian
reliabilitas adalah:
1. Melakukan pengamatan secara sistematis
2. Melakukan pengamatan secara berulang untuk objek yang sama
3. Melakukan kombinasi pengamatan dalam situasi yang berbeda
sehingga diperoleh akumulasi pemahaman seakurat-akuratnya tentang
objek yang diamati.
Dan hal lain yang perlu diingat peneliti adalah jangan terlalu dini untuk
menyimpulkan makna sebuah perilaku yang ditampilkan informan pada
awal pertemuan. Jika pada awal pertemuan peneliti sudah menyimpulkan,
dikhawatirkan informasi tersebut hanya sekedar permukaan saja bukan
informasi yang sebenarnya yang ingin diungkap dalam penelitian.
TEKNIK WAWANCARA
Model wawancara yang dapat dilakukan dapat meliputi wawancara tak
berencana yang berfokus dan wawancara sambil lalu. Wawancara tak
berencana berfokus adalah pertanyaan yang diajukan secara tidak
terstruktur, namun selalu berpusat pada satu pokok masalah tertentu.
Wawancara sambil lalu adalah wawancara yang dituju pada dijumpai
secara kebetulan (koentjaraningrat, 1986; danandjaja, 1988).
Dalam melakukan teknik wawancara terhadap informan, hendaklah
pertanyaan melingkupi beberapa hal antara lain:
1) Apa (apa yang terjadi, apa yang dikatakan dan dilakukan, apakah hal
itu merupakan peristiwa ruti, apa makna hal itu bagi si pelaku)
2) Siapa (siapa yang terlibat, ciri-ciri sosial pelaku, peran yang
dimainkan, bagaimana seseorang sampai terlibat, dasar penerimaan
kelompok, siapa pemimpinnya)
3) Kapan (kapan kejadian berlangsung, hubungan kejadian satu dengan
kejadian yang lain, apa yang menyebabkan hal itu muncul)
4) Di mana (dimana itu terjadi, dalam setting sosial, budaya, ekonomi,
politik yang bagaimana, mungkinkah terjadi di tempat lain)
5) Mengapa (mengapa terjadi, apa faktor penyebabnya)
6) Bagaimana (bagaimana kejadian itu berlangsung dan bagaimana
kejadian itu dihubungkan dengan kejadian lain).
Dalam proses penelitian dilapangan pertanyaan –pertanyaan tersebut
bersifat fleksibel dan dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan
peneliti.
1. Etika Wawancara
Dalam melakukan wawancara seorang peneliti harus memahami kaedah-
kaedah masyarakat atau etika yang dianut dalam masyarakat yang menjadi
subjek penelitian. Untuk itu seorang peneliti harus memahami etika-etika
dalam melakukan wawancara, antara lain:
a. Memberi Tahu Topik Penelitian
b. Melindungi Identitas Subjek (informan)
c. Menghormati Hal-hal yang Dianggap “Tabu”
d. Memahami Bahasa dan Budaya Informan
e. Gunakan penerjemah (Intepreter)
f. Informan sebagai Pemandu Peneliti
g. Memerhatiakn Penampilan Diri
h. Tidak Menjelaskan Secara Detail kepada Informan
i. Tidak Mengalihkan Fokus Pembicaraan
j. Harus Bersikap Netral
k. Memosisikan Informan sebagai yang Paling Tahu
l. Ikuti Pandangan dan Pemikiran Informan
2. Jenis Wawancara
Wawancara dapat dibedakan dalam beberapa macam yaitu:
a. Wawancara Terstruktur
b. Wawancara Tidak terstruktur
c. Wawancara Kelompok
d. Wawancara Begender
e. Wawancara Berbingkai (Framing)
f. Wawancara Interpreting
HUMAN INSTRUMENT
Dalam penelitian kualitatif dikenal istilah human instrument yang berarti
si peneliti sendiri yang bertindak selaku instrumen penelitian. Berhasil atau
tidaknya penelitian ini lebih tergantung pada kemampuan peneliti dalam
pengumpulkan data.
Kelemahan metode ini adalah peneliti tidak dapat berada pada dua situasi berbeda,
terlebih jika situasi tersebut sangat penting bagi peneliti yang sedang
dilaksanakan. Bisa saja peneliti minta tolong kepada temennya tetapi perbedaan
orang yang mengambil data akan menyebabkan perbedaan dalam memahami atau
memaknai data yang sedang diteliti.
Dari beberapa contoh di atas menjadi dapat diketahui bahwa peran objektivitas,
validitas dan reliabilitas sangatlah besar bagi tindak lanjut dari suatu hasil penelitian.
Andaikata hasil penelitian tertentu hanya untuk pengembangan ilmu pengetahuan pun,
maka sifat yang objektif, valid dan reliabel, tetaplah sangat diperlukan keberadaannya.
Artinya, dunia teoretik pun sangat pula memerlukan konsep konsep objektivitas, validitas
dan reliabilitas.
1. Uji Validitas
Pengertian sederhana validitas adalah bagaimana memilih alat ukur yang sesuai
dengan objek penelitian. Sebagai contoh; untuk mengukur berat kita dapat
menggunakan timbangan. Jika Anda membeli buah semangka, maka kita akan
menggunakan timbangan. Pun ketika Anda hendak membeli perhiasan seperti
emas, Anda menggunakan timbangan pula. Tentunya Anda tidak bisa menukar alat
timbangan emas untuk menimbang semangka ataupun sebaliknya. Mengapa?
Karena pemilihan alat tersebut berkaitan dengan akurasi terhadap hasil
pengukuran. Demikian kira-kira perumpaan apa itu validitas. Rumusan yang sering
digunakan dalam menghitung validitas adalah korelasi product moment dan untuk
menguji validitasnya dibandingkan nilai hitung dengan tabel.
2. Uji Reliabilitas
Statistik ini berkaitan dengan ukuran waktu dan keajegan alat. Sebagai
contoh; Ketika Anda memilih penggaris sebagai alat pengukur panjang, maka
penggaris ini harus menghasilkan pengukuran yang sama jika dipakai untuk
mengukur panjang dan lebar kertas A4 (21 x 29,7 cm). Jika di beberapa tempat
dan waktu tertentu Anda mendapatkan hasil berbeda dari hasil pengukuran kertas
A4, maka itu artinya instrumen yang Anda gunakan belum Reliabel. Rumus yang
digunakan untuk menghitung reliabilitas ada beberapa pilihan tergantung dari
jenis instrumen yang kita gunakan. Ada rumus split half/belah dua, guttman,
Kuder-Richardson 20 (KR-20), KR-21, atau rumus Alpha Cronbach.
Teknik sekali ukur terdiri atas : Teknik Genap Gasal, Belah Tengah, Belah Acak,
Kuder Richadson, Teknik Hoyd, dan Alpha Cronbach.
Caranya butir pertanyaan yang valid diberi nomor urut bitir pertanyaan yang
baru.,kemudian dikelompokkan menjadi 2 kelompok. Jika butir pertanyaan yang
valid jumlahnya ganjil, butir pertanyaan yang di tengah dikelompokkan ke
kekelompok Iatau II. Kemudian kelompok I dan II dikorelasikan dengan Korelasi
Pearson. Selanjutnya seperti cara genap gasal.
Caranya sama dengan teknik genap gasal dan belah tengah. Bedanya
pengelompokkan nomor pertanyaan yang valid dilakukan secara random (acak).
Teknik ini hanya cocok untuk pengukuran responden yang responnya berbentuk
dikotomi, misalnya : benar salah, ya tidak, setuju tidak setuju, dan sebagainya.
Teknik ini dasarnya juga menggunakan teknik korelasi.
f. Teknik Hoyd
Teknik ini tidak mensyaratkan seperti Teknik Kuder Richardson. Teknik ini
perhitungannya menggunakan sidik ragam (Analisis Variansi).
Teknik ini penggunaannya bebas seperti halnya Teknik Hoyd, dan analisisnya
juga menggunakan analisis Sidik Ragam (Analisis Variansi).
Metode ini yang terbaru untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen
pengumpul data yaitu dengan menggunakan analisis faktor konfirmatori. Cara
analisisnya dengan menghitung faktor louding yang mirip dengan korelasi
antara indikator dengan variabel laten. Jika faktor louding setelah diuji dengan
uji t signifikan, artinya instrumen tersebut valid, dan jika residu (error) yang
diperoleh non signifikan, artinya reliabel. Selain memenuhi persyaratan
validitas dan reliabilitas, juga hendaknya instrumen tersebut praktis untuk
dilaksanakan, mudah dimengerti dan hemat biaya.
3. Objektivitas
Maharani, Rolisa. 2013. “ Alat Pengumpulan Data”. Diakses online 3 April 2019.
rolisamaharani.blogspot.co