Seperti dikutip dari wikipedia Penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang
tujuannya untuk menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau dimaksudkan untuk
eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan sosial dengan jalan
mendiskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan dengan masalah dan unit yang diteliti antara
fenomena yang diuji.
Menurut Hidayat Syah Penelitian Deskriptif adalah metode penelitian yang digunakan untuk
menemukan pengetahuan yang seluas-luasnya terhadap objek penelitian pada suatu masa
tertentu.
Menurut sukmadinata penelitian Deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada baik fenomena alamiah, ataupun fenomena
buatan manusia fenomena itu dapat berupa bentuk, aktivitas karakteristik, perubahan, hubungan,
kesamaan, dan perbedaan antara fenomena, yang satu dengan fenomena yang lain.
1. Perumusan masalah. Metode penelitian manapun harus diawali dengan adanya masalah,
yakni pengajuan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang jawabannya harus dicari
menggunakan data dari lapangan. Pertanyaan masalah mengandung variabel-variabel
yang menjadi kajian dalam studi ini. Dalam penelitian deskriptif peneliti dapat
menentukan status variabel atau mempelajari hubungan antara variabel.
2. Menentukan jenis informasi yang diperlukan. Dalam hal ini peneliti perlu menetapkan
informasi apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan atau masalah yang telah
dirumuskan. Apakah informasi kuantitatif ataukah kualitatif. Informasi kuantitatif
berkenaan dengan data atau informasi dalam bentuk bilangan/angka seperti.
3. Menentukan prosedur pengumpulan data. Ada dua unsur penelitian yang diperlukan,
yakni instrumen atau alat pengumpul data dan sumber data atau sampel yakni dari mana
informasi itu sebaiknya diperoleh. Dalam penelitian ada sejumlah alat pengumpul data
antara lain tes, wawancara, observasi, kuesioner, sosiometri. Alat-alat tersebut lazim
digunakan dalam penelitian deskriptif.
4. Menentukan prosedur pengolahan informasi atau data. Data dan informasi yang telah
diperoleh dengan instrumen yang dipilih dan sumber data atau sampel tertentu masih
merupakan informasi atau data kasar. Informasi dan data tersebut perlu diolah agar dapat
dijadikan bahan untuk menjawab pertanyaan penelitian.
5. Menarik kesimpulan penelitian. Berdasarkan hasil pengolahan data di atas, peneliti
menyimpulkan hasil penelitian deskriptif dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan
penelitian dan mensintesiskan semua jawaban tersebut dalam satu kesimpulan yang
merangkum permasalahan penelitian secara keseluruhan.
Ditinjau dari jenis masalah yang diselidiki, teknik dan alat yang digunakan dalam meneliti, serta
tempat dan waktu penelitian dilakukan maka penelitian deskriptif terbagai atas beberapa jenis.
1. Metode Survey
2. Metode deskriptif berkesinambungan
3. Penelitian Studi Kasus
4. Penelitian analisis pekerjaan dan aktivitas
5. Penelitian tindakan (action research)
6. Penelitian perpustakaan dan dokumenter
http://seputarpengertian.blogspot.com/2017/09/pengertian-penelitian-deskriptif-serta-
tujuannya.html
materi 2
Sejarah adalah pengetahuan yang tepat terhadap apa yang telah terjadi. Sejarah adalah deskripsi yang
terpadu dari keadaan-keadaan atau fakta-fakta masa lampau yang ditulis berdasarkan penelitian serta
studi yang kritis untuk mencari kebenaran.
Penelitian sejarah adalah penelitian yang secara eksklusif memfokuskan kepada masa lalu. Penelitian ini
mencoba merenkonstruksi apa yang terjadi pada masa yang lalu selengkap dan seakurat mungkin, dan
biasanya menjelaskan mengapa hal itu terjadi. Dalam mencari data dilakukan secara sistematis agar
mampu menggambarkan, menjelaskan, dan memahami kegiatan atau peristiwa yang terjadi beberapa
waktu lalu.
Penelitian historis juga merupakan cara menetapkan fakta dan mencapai simpulan mengenai hal-hal
yang telah lalu, yang dilakukan secara sistematis dan objektif oleh ahli sejarah dalam mencari,
mengvaluasi dan menafsirkan bukti-bukti untuk mempelajari masalah baru tersebut.
Berdasarkan pendangan yang disampaikan oleh para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian
penelitian sejarah mengandung beberapa unsur pokok, yaitu:
1. Adanya proses pengkajian peristiwa atau kejadian masa lalu (berorientasi pada masa lalu);
2. Usaha dilakukan secara sistematis dan objektif;
3. Merupakan serentetan gambaran masa lalu yang integrative anatar manusia, peristiwa, ruang dan
waktu;
4. Dilakukan secara interktif dengan gagasan, gerakan dan intuiasi yang hidup pada zamannya (tidak
dapat dilakukan secara parsial).
Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wellen (1990) menyatakan bahwa para peneliti pendidikan sejarah
melakukukan penelitian sejarah dengan tujuan untuk :
1. Membuat orang menyadari apa yang terjadi pada masa lalu sehingga mereka mungkin mempelajari
dari kegagalan dan keberhasilan masa lampau;
2. Mempelajari bagaiman sesuatu telah dilakukan pada masa lalu, untuk melihat jika mereka dapat
mengaplikasikan maslahnya pada masa sekarang;
3. Membantu memprediksi sesuatu yang akan terjadi pada masa mendatang;
4. Membantu menguji hipotesis yang berkenaan dengan hubungan atau kecendrungan. Misalnya pada
awal tahun 1990, mayoritas guru-guru wanita datang dari kelas menengah ke atas, tetapi guru laki-laki
tidak;
5. Memahami praktik dan politik pendidikan sekarang secara lebih lengkap.
Dengan demikian, tujuan penelitian sejarah tidak ldapat dilepaskan dengan kepentingan masa kini dan
masa mendatang.
b. Data yang digunakan lebih banyak bergantung pada data primer dibandingkan dengan data
sekunder. Bobot data harus dikritik, baik secara internal maupun eksternal.
c. Metode sejarah mencari data secara lebih tuntas serta mengganti informasi yang lebih tua yang tidak
tidak diterbitkan ataupun yang tidak dikutip dalam bahan acuan yang standar.
d. Sumber data harus dinyatakan secara defenitif, baik nama pengarang, tempat dan waktu. Sumber
tersebut harus diuji kebenaran dan ketulenannya. Fakta harus dibenarkan oleh sekurang-kurangnya dua
saksi yang tidak pernah berhubungan[4].
https://www.perpusku.com/2016/06/pengertian-penelitian-historis-ciri-contoh.html
A. Penelitian Korelasional
Penelitian korelasi atau korelasional adalah suatu penelitian untuk mengetahui hubungan dan
tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih tanpa ada upaya untuk mempengaruhi variabel
tersebut sehingga tidak terdapat manipulasi variabel (Faenkel dan Wallen, 2008:328). Adanya
hubungan dan tingkat variabel ini penting karena dengan mengetahui tingkat hubungan yang ada,
peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian. Jenis penelitian ini
biasanya melibatkan ukuran statistik/tingkat hubungan yang disebut dengan korelasi (Mc Millan
dan Schumacher, dalam Syamsuddin dan Vismaia, 2009:25). Penelitian korelasional
menggunakan instrumen untuk menentukan apakah, dan untuk tingkat apa, terdapat hubungan
antara dua variabel atau lebih yang dapat dikuantitatifkan.
Menurut Gay dalam Sukardi (2004:166) penelitian korelasi merupakan salah satu bagian
penelitian ex–postfacto karena biasanya peneliti tidak memanipulasi keadaan variabel yang ada
dan langsung mencari keberadaan hubungan dan tingkat hubungan variabel yang direfleksikan
dalam koefisien korelasi. Selanjutnya, Fraenkel dan Wallen (2008:329) menyebutkan penelitian
korelasi ke dalam penelitian deskripsi karena penelitian tersebut merupakan usaha
menggambarkan kondisi yang sudah terjadi. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha
menggambarkan kondisi sekarang dalam konteks kuantitatif yang direfleksikan dalam variabel.
Penelitian korelasional dilakukan dalam berbagai bidang diantaranya pendidikan, sosial, maupun
ekonomi. Penelitian ini hanya terbatas pada panafsiran hubungan antarvariabel saja tidak sampai
pada hubungan kausalitas, tetapi penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk diajadi penelitian
selanjutnya seperti penelitian eksperimen (Emzir, 2009:38). Menurut Sukardi (2004:166)
penelitian korelasi mempunyai tiga karakteristik penting untuk para peneliti yang hendak
menggunakannya. Tiga karakteristik tersebut adalah sebagai berikut.
1. Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan
manipulasi dan mengontrol variabel seperti dalam penelitian eksperimen.
2. Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting (lingkungan) nyata.
3. Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan.
Tujuan penelitian korelasional menurut Suryabrata (dalam Abidin, 2010) adalah untuk
mendeteksi sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada
satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi. Sedangkan menurut Gay dalam
Emzir (2009:38) Tujuan penelitian korelasional adalah untuk menentukan hubungan antara
variabel, atau untuk menggunakan hubungan tersebut untuk membuat prediksi. Studi hubungan
biasanya menyelidiki sejumlah variabel yang dipercaya berhubungan dengan suatu variabel
mayor, seperti hasil belajar variabel yang ternyata tidak mempunyai hubungan yang tinggi
dieliminasi dari perhatian selanjutnya.
1. Penelitian macam ini cocok dilakukan bila variabel-variabel yang diteliti rumit dan/atau tak
dapat diteliti dengan metode eksperimental atau tak dapat dimanipulasi.
2. Studi macam ini memungkinkan pengukuran beberapa variabel dan saling hubungannya
secara serentak dalam keadaan realistiknya.
3. Output dari penelitian ini adalah taraf atau tinggi-rendahnya saling hubungan dan bukan ada
atau tidak adanya saling hubungan tersebut.
Penelitian hubungan, relasional, atau korelasi sederhana (seringkali hanya disebut korelasi saja)
digunakan untuk menyelidiki hubungan antara hasil pengukuran terhadap dua variabel yang
berbeda dalam waktu yang bersamaan. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan tingkat atau
derajat hubungan antara sepasang variabel (bivariat). Lebih lanjut, penelitian jenis ini seringkali
menjadi bagian dari penelitian lain, yang dilakukan sebagai awal untuk proses penelitian lain
yang kompleks. Misalnya, dalam penelitian korelasi multivariat yang meneliti hubungan
beberapa variabel secara simultan pada umumnya selalu diawali dengan penelitian hubungan
sederhana untuk melihat bagaimana masing-masing variabel tersebut berhubungan satu sama lain
secara berpasangan.
Dalam penelitian korelasi sederhana ini hubungan antar variabel tersebut ditunjukkan oleh nilai
koefisien korelasi. Nilai koofisien korelasi merupakn suatu alat statistik yang digunakan untuk
membantu peneliti dalam memahami tingkat hubungan tersebut. Nilai koefisien bervariasi dari -
1,00 sampai +1,00 diperoleh dengan menggunakan teknik statistik tertentu sesuai dengan
karakter dari data masing-masing variabel.
Pada dasarnya, desain penelitian hubungan ini cukup sederhana, yakni hanya dengan
mengumpulkan skor dua variabel dari kelompok subjek yang sama dan kemudian menghitung
koefisien korelasinya. Oleh karena itu, dalam melakukan penelitian ini, pertama-tama peneliti
menentukan sepasang variabel yang akan diselidiki tingkat hubungannya. Pemilihan kedua
variabel tersebut harus didasarkan pada teori, asumsi, hasil penelitian yang mendahului, atau
pengalaman bahwa keduanya sangat mungkin berhubungan.
2. Penelitian Prediktif
Penelitian korelasi jenis ini memfokuskan pada pengukuran terhadap satu variabel atau lebih
yang dapat dipakai untuk memprediksi atau meramal kejadian di masa yang akan datang atau
variabel lain (Borg & Gall dalam Abidin, 2010). Penelitian ini sebagaimana penelitian relasional,
melibatkan penghitungan korelasi antara suatu pola tingkah laku yang kompleks, yakni variabel
yang menjadi sasaran prediksi atau yang diramalkan kejadiannya (disebut kriteria), dan variabel
lain yang diperkirakan berhubungan dengan kriteria, yakni variabel yang dipakai untuk
memprediksi (disebut prediktor). Teknik yang digunakan untuk mengetahui tingkat prediksi
antara kedua variabel tersebut adalah teknik analisis regresi yang menghasilkan nilai koefisien
regresi, yang dilambangkan dengan R.
Perbedaan yang utama antara penelitian relasional dan penelitian jenis ini terletak pada asumsi
yang mendasari hubungan antar variabel yang diteliti. Dalam penelitian relasional, peneliti
berasumsi bahwa hubungan antara kedua variabel terjadi secara dua arah atau dengan kata lain,
ia hanya ingin menyelidiki apakah kedua variabel mempunyai hubungan, tanpa mempunyai
anggapan bahwa variabel yang muncul lebih awal dari yang lain. Oleh karena itu, kedua variabel
biasanya diukur dalam waktu yang bersamaan. Sedang dalam penelitian prediktif, di samping
ingin menyelidiki hubungan antara dua variabel, peneliti juga mempunyai anggapan bahwa salah
satu variabel muncul lebih dahulu dari yang lain, atau hubungan satu arah. Oleh karena itu, tidak
seperti penelitian relasional, kedua variabel diukur dalam waktu yang berurutan, yakni variabel
prediktor diukur sebelum variabel kriteria terjadi, dan tidak dapat sebaliknya.
3. Korelasi Multivariat
Teknik untuk mengukur dan menyelidiki tingkat hubungan antara kombinasi dari tiga variabel
atau lebih disebut teknik korelasi multivariat. Ada beberapa teknik yang dapat digunakan, dua
diantaranya yang akan dibahas di sini adalah: regresi ganda atau multiple regresion dan korelasi
kanonik.
Regresi ganda. Memprediksi suatu fenomena yang kompleks hanya dengan menggunakan satu
faktor (variabel prediktor) seringkali hanya memberikan hasil yang kurang akurat. Dalam banyak
hal, semakin banyak informasi yang diperoleh semakin akurat prediksi yang dapat dibuat (Mc
Millan & Schumaker dalam Abidin, 2010), yakni dengan menggunakan kombinasi dua atau lebih
variabel prediktor, prediksi terhadap variabel kriteria akan lebih akurat dibanding dengan hanya
menggunakan masing-masing variabel prediktor secara sendiri-sendiri. Dengan demikian,
penambahan jumlah prediktor akan meningkatkan akurasi prediksi kriteria.
Korelasi kanonik. Pada dasarnya teknik ini sama dengan regresi ganda, dimana beberapa variabel
dikombinasikan untuk memprediksi variabel kriteria. Akan tetapi, tidak seperti regresi ganda
yang hanya melibatkan satu variabel kriteria, korelasi kanonik melibatkan lebih dari satu variabel
kriteria. Korelasi ini berguna untuk menjawab pertanyaan, bagaimana serangkaian variabel
prediktor memprediksi serangkai variabel kriteria? Dengan demikian, korelasi kanonik ini dapat
dianggap sebagai perluasan dari regresi ganda,dan sebaliknya, regresi berganda dapat dianggap
sebagai bagian dari korelasi kanonik (Pedhazur dalam Abidin, 2010). Seringkali korelasi ini
digunakan dalam penelitian eksplorasi yang bertujuan untuk meentukan apakah sejumlah
variabel mempunyai hubungan satu sama lain yang serupa atau berbeda.
1. Korelasi Bivariat
Rancangan penelitian korelasi bivariat adalah suatu rancangan penelitian yang bertujuan untuk
mendeskripsikan hubungan antara dua variabel. Hubungan antara dua variabel diukur. Hubungan
tersebut mempunyai tingkatan dan arah. Tingkat hubungan (bagaimana kuatnya hubungan)
biasanya diungkapkan dalam angka antar -1,00 dan +1,00, yang dinamakan koefisien korelasi.
Korelasi zero (0) mengindikasikan tidak ada hubungan. Koefisien korelasi yang bergerak ke arah
-1,00 atau +1,00, merupakan korelasi sempurna pada kedua ekstrem (Emzir, 2009:48).
Arah hubungan diindikasikan olh simbol “-“ dan “+”. Suatu korelasi negatif berarti bahwa
semakin tinggi skor pada suatu variabel, semakin rendah pula skor pada variabel lain atau
sebaliknya. Korelasi positif mengindikasikan bahwa semakin tinggi skor pada suatu variabel,
semakin tinggi pula skor pada variabel lain atau sebaliknya (Emzir, 2009:48).
Jika terdapat korelasi antara dua variabel dan kita mengetahui skor pada salah satu variabel, skor
pada variabel kedua dapat diprediksikan. Regresi merujuk pada seberapa baik kita dapat
membuat prediksi ini. Sebagaimana pendekatan koefisien korelasi baik -1,00 maupun +1,00,
prediksi kita dapat lebih baik.
Regresi jamak merupakan perluasan regresi dan prediksi sederhana dengan penambahan
beberapa variabel. Kombinasi beberapa variabel ini memberikan lebih banyak kekuatan kepada
kita untuk membuat prediksi yang akurat. Apa yang kita prediksikan disebut variabel kriteria
(criterion variable). Apa yang kita gunakan untuk membuat prediksi, variabel-variabel yang
sudah diketahui disebut variabel prediktor (predictor variables).
4. Analisis Faktor
Prosedur statistik ini mengidentifikasi pola variabel yang ada. Sejumlah besar variabel
dikorelasikan dan terdapatnya antarkorelasi yang tinggi mengindikasikan suatu faktor penting
yang umum.
Terdapat dua rancangan yang dapat digunakan untuk membuat pernyataan-pernyataan tentang
sebab dan akibat menggunakan metode korelasional. Rancangan tersebut adalah rancangan
analisis jalur (path analysis design) dan rancangan panel lintas-akhir (cross-lagged panel
design).
Analisis jalur digunakan untuk menentukan mana dari sejumlah jalur yang menghubungkan satu
variabel dengan variabel lainnya. Sedangkan desain panel lintas akhir mengukur dua variabel
pada dua titik sekaligus.
Desain ini melibatkan penggunaan prosedur matematik yang kompleks/rumit untuk menentukan
proses dinamik, seperti perubahan sepanjang waktu, jerat umpan balik serta unsur dan aliran
hubungan.
Sedangkan, kelemahan penelitian korelasional, antara lain: Hasilnya cuma mengidentifikasi apa
sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukkan saling hubungan yang bersifat kausal; Jika
dibandingkan dengan penelitian eksperimental, penelitian korelasional itu kurang tertib- ketat,
karena kurang melakukan kontrol terhadap variabel-variabel bebas; Pola saling hubungan itu
sering tak menentu dan kabur; ering merangsang penggunaannya sebagai semacam short-gun
approach, yaitu memasukkan berbagai data tanpa pilih-pilih dan menggunakan setiap
interpretasi yang berguna atau bermakna. (Abidin, 2010).
https://bintangkecilungu.wordpress.com/2010/10/31/metode-penelitian-korelasional-2/
Penelitian causal comperative atau causal comperative research adalah salah satu dari jenis
penlitian kuantitatif. Penelitian causal comperative merupakan salah satu metode penelitian yang
erat dengan metode penelitian korelasi. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan
hubungan sebab akibat dengan melalui pengamatan terhadap akibat yang ada kemudian
menelusuri kembali faktor yang mungkin menjadi penyebabnya dengan melalui sebuah data
tertentu.Menurut Sukardi (2003) Penelitian causal comperative merupakan kegiatan penelitian
yang beusaha mencari informasi tentang mengapa terjadi hubungan sebab akibat, dan peneliti
berusaha melacak kembali hubungan tersebut.
Sukardi (2003) berpendapat bahwa penelitian causal comperative diawali oleh adanya
permasalahan penelitian setelah itu dilanjutkan dengan menentukan tujuan dan mamfaat
penelitian, dilanjutkan dengan kajian pustaka ,lalu mengidentifikasi vaiabel bebas dan variabel
terikat langakah selanjutnya yaitu menentukan metode penelitian dengan teknik statistik yang
relevan.
Dalam Pendekatan dasar causal comperative ini melibatkan kegiatan peneliti yang
mengidentifikasiapakah adanya pengaruh antara variabel yang satu dengan variabel lainnya
terlebih dahulu, kemudian peneliti berusaha mencari kemungkinan variabel penyebabnya.Contoh
misalnya apa penagruh yang terjadi jika seseorang calon karyawan tanpa mengikuti pelatihan
manejerial kemudian langsung ditempatkan sebagai menejer?
Mnurut Sukardi (2003) antara penelitian korelasi dan penelitian causal comperative keduanya
memiliki beberapa kesamaan seperti berikut.
Walaupun demikian antara penelitian korelasi dan penelitian causal comperatif mempunyai
perbedaan sebagai berikut.
Adapun kelebihan penelitian causal comperative menurut Suryabrata (2003) yakni sebagai
berikut.
A. Metode causal comparative adalah metode penelitian yang baik untuk berbagai
keadaan,sedangakan metode eksperimental yang dianggap lebih kuat tidak dapat digunakan
apabila
C. Perbaikan−perbaikan dalam hal teknik, mentode statistik dan rancangan denagn control
parsial, pada akhir−akhir ini telah membuat studi kausal komperatif yang lebih dapat
dipertaggungjawabkan.
1. Kelemahan utama setiap rancangan ex−post facto tidak terdapat kontrol terhadap variabel
bebas
2. Adanya kesukaran untuk memperoleh kepastian bahwa faktor−faktor penyebab yang
relevan telah benarbenar tercakup dalam kelompok faktor−faktor yang sedang diselidiki
3. Suatu gejala mungkin tida hanya merupakan akibat dari sebab−sebab ganda,tetapi dapat
pula disebabkan oleh sesuatu sebab pada kejadian tertentu dan oleh lain sebab pada
kejadian lain.
http://penalaran-unm.org/penelitian-kausal-komparatif/
penelitian eksperimen
Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui akibat yang
ditimbulkan dari suatu perlakuan yang diberikan secara sengaja oleh peneliti.
Salah satu metode penelitian adalah eksperimen. Untuk dapat melaksanakan suatu eksperimen
yang baik, perlu dipahami terlebih dahulu segala sesuatu yang berkait dengan komponen-
komponen eksperimen. Baik yang berkaitan dengan jenis-jenis variabel, hakekat eksperimen,
karakteristik, tujuan, syarat-syarat eksperimen, langkah-langkah penelitian eksperimen, dan
bentuk-bentuk desain penelitian eksperimen.
Selanjutnya, untuk lebih memahami mengenai penelitian eksperimen, dalam makalah ini akan
dibahas mengenai metode penelitian eksperimen beserta hal-hal yang terkait di dalamnya.
Dalam penelitian eksperimen dikenal beberapa variabel. Variabel adalah segala sesuatu yang
berkaitan dengan kondisi, keadaan, faktor, perlakuan, atau tindakan yang diperkirakan dapat
memengaruhi hasil eksperimen.
Variabel yang berkaitan secara langsung dan diberlakukan untuk mengetahui suatu keadaan
tertentu dan diharapkan mendapatkan dampak/akibat dari eksperimen sering disebut variabel
eksperimental (treatment variable), dan variabel yang tidak dengan sengaja dilakukan tetapi
dapat memengaruhi hasil eksperimen disebut variabel noneksperimental. Variabel eksperimental
adalah kondisi yang hendak diteliti bagaimana pengaruhnya terhadap suatu gejala. Untuk
mengetahui pengaruh varibel itu, kedua kelompok, yaitu kelompok eksperimental dan kontrol
dikenakan variabel eksperimen yang berbeda atau yang bervariasi.
Variabel noneksperimental
Variabel noneksperimental sebagian dapat dikontrol, baik untuk kelompok eksperimen maupun
kelompok kontrol. Ini disebut variabel kontrol atau controlled variabel. Akan tetapi, sebagian
lagi dari variabel non-eksperimen ada di luar kekuasaan eksperimen untuk dikontrol atau
dikendalikan. Jenis variabel ini disebut variabel ekstrane atau extraneous variabel. Dalam setiap
eksperimen, hasil yang berbeda pada kelompok eksperimen dan kontrol sebagian disebabkan
oleh variabel eksperimental dan sebagian lagi karena pengaruh variabel ekstrane. Oleh karena
itu, setiap peneliti yang akan melakukan eksperimen harus memprediksi akan munculnya
variabel pengganggu ini.
Sejalan dengan hal tersebut, Latipun (2002) mengemukakan bahwa penelitian eksperimen
merupakan penelitian yang dilakukan dengan melakukan manipulasi yang bertujuan untuk
mengetahui akibat manipulasi terhadap perilaku individu yang diamati.
Penelitian eksperimen pada prisipnya dapat didefinisikan sebagai metode sistematis guna
membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat (causal-effect relationship)
(Sukardi 2011:179).
Metode eksperimen
Selanjutnya, metode eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan utuk mencari
pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan (Sugiyono
2011:72).Berdasarkan definisi dari beberapa ahli tersebut, dapat dipahami bahwa penelitian
eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian suatu
treatment atau perlakuan terhadap subjek penelitian. Jadi penelitian eksperimen dalam
pendidikan adalah kegiatan penelitian yang bertujuan untuk menilai pengaruh suatu
perlakuan/tindakan/treatment pendidikan terhadap tingkah laku siswa atau menguji hipotesis
tentang ada-tidaknya pengaruh tindakan itu jika dibandingkan dengan tindakan lain.
Penelitian Eksperimen Dalam Pendidikan
Menurut Sukardi (2011:180), penelitian eksperimen dalam bidang pendidikan dibedakan menjadi
dua yaitu penelitian di dalam laboratorium dan di luar laboratorium. Sehubungan dengan subjek
dalam pendidikan adalah siswa, penelitian yang paling banyak dilakukan adalah di luar
laboratorium. Hal ini dikarenakan terdapat beberapa keunggulan yang dimiliki oleh penelitian di
luar laboratorium, diantaranya: (a) variabel eksperimen dapat lebih kuat; (b) lebih mudah dalam
memberikan perlakuan; (c) dapat melakukan setting yang mendekati keadaan sebenarnya; dan
(d) hasil eksperimen lebih aktual.
Selain itu, penelitian eksperimen juga lebih cocok dilakukan dalam bidang pendidikan. Hal ini
dikarenakan dua alasan sebagai berikut: (1) metode pengajaran yang lebih tepat disetting secara
alami dan dikomparasikan di dalam keadaan yang tidak bias; (2) penelitian dasar dengan tujuan
menurunkan prinsip umum teoritis ke dalam ilmu terapan yang sesuai dengan permasalahan yang
dihadapi oleh sekolah. 3. Karakteristik Penelitian Eksperimen.
Menurut Ary (1985), ada tiga karakteristik penting dalam penelitian eksperimen, antara lain:
Memanipulasi variabel adalah tindakan yang dilakukan oleh peneliti atas dasar pertimbangan
ilmiah. Perlakuan tersebut dapat dipertanggung-jawabkan secara terbuka untuk memperoleh
perbedaan efek dalam variabel yang terkait.
Menurut Gay (1982), control is an effort on the part of researcher to remove the influence of any
variable other than the independent variable that ought affect performance on a dependent
variable.
Dengan kata lain, mengontrol merupakan usaha peneliti untuk memindahkan pengaruh variabel
lain yang mungkin dapat mempengaruhi variabel terkait. Dalam pelaksanaan eksperimen, group
eksperimen dan group kontrol sebaiknya diatur secara intensif agar karakteristik keduanya
mendekati sama.
Tujuan dari kegiatan observasi dalam penelitian eksperimen adalah untuk melihat dan mencatat
segala fenomena yang muncul yang menyebabkan adanya perbedaan diantara dua group.
Tujuan umum penelitian eksperimen adalah untuk meneliti pengaruh dari suatu perlakuan
tertentu terhadap gejala suatu kelompok tertentu dibanding dengan kelompok lain yang
menggunakan perlakuan yang berbeda. Misalnya, suatu eksperimen dalam bidang pendidikan
dimaksudkan untuk menilai/membuktikan pengaruh perlakuan pendidikan (pembelajaran dengan
metode problem solving) terhadap prestasi belajar dan kemampuan komunikasi matematika pada
siswa SMP atau untuk menguji hipotesis tentang ada-tidaknya pengaruh perlakuan tersebut jika
dibandingkan dengan metode konvensional.
Selanjutnya, tindakan di dalam eksperimen disebut treatment, dan diartikan sebagai semua
tindakan, semua variasi atau pemberian kondisi yang akan dinilai/diketahui pengaruhnya.
Sedangkan yang dimaksud dengan menilai tidak terbatas pada mengukur atau melakukan
deskripsi atas pengaruh treatment yang dicobakan tetapi juga ingin menguji sampai seberapa
besar tingkat signifikansinya (kebermaknaan atau berarti tidaknya) pengaruh tersebut jika
dibandingkan dengan kelompok yang sama tetapi diberi perlakuan yang berbeda.
Sebuah penelitian dapat berjalan baik dan memberikan hasil yang akurat jika dilaksanakan
dengan mengikuti kaidah tertentu. Seperti halnya dengan penelitian eksperimen, akan
memberikan hasil yang valid jika dilaksanakan dengan mengikuti syarat-syarat yang ada.
Berkaitan dengan hal tersebut, Wilhelm Wundt dalam Alsa (2004) mengemukakan syarat-syarat
yang harus dipenuhi oleh peneliti dalam melaksanakan penelitian eksperimental, yaitu:(1)
peneliti harus dapat menentukan secara sengaja kapan dan di mana ia akan melakukan
penelitian;(2) penelitian terhadap hal yang sama harus dapat diulang dalam kondisi yang
sama;(3) peneliti harus dapat memanipulasi (mengubah, mengontrol) variabel yang diteliti sesuai
dengan yang dikehendakinya;(4) diperlukan kelompok pembanding (control group) selain
kelompok yang diberi perlakukan (experimental group).
Langkah-langkah dalam penelitian eksperimen pada dasarnya hampir sama dengan penelitian
lainnya. Menurut Gay (1982 : 201) langkah-langkah dalam penelitian eksperimen yang perlu
ditekankan adalah sebagai berikut.(a) Adanya permasalahan yang signifikan untuk
diteliti.(b) Pemilihan subjek yang cukup untuk dibagi dalam kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.(c) Pembuatan atau pengembangan instrumen.(d) Pemilihan desain
penelitian.(e) Eksekusi prosedur.(f) Melakukan analisis data.(g) Memformulasikan
simpulan.
Menurut Sugiyono (2011:73) terdapat beberapa bentuk desain eksperimen, yaitu: (1) pre-
experimental (nondesign), yang meliputi one-shot case studi, one group pretestposttest, intec-
group comparison; (2) true-experimental, meliputi posttest only control design, pretest-control
group design; (3) factorial experimental; dan (4) Quasi experimental, meliputi time series design
dan nonequivalent control group design.
Jenis one-shot case study dimaksudkan untuk menunjukkan kekuatan pengukuran dan nilai
ilmiah suatu desain penelitian.
Penelitian Eksperimen
Dengan X: kelompok yang akan diberi stimulus dalam eksperimen dan O: kejadian pengukuran
atau pengamatan. Bagan tersebut dapat dibaca sebagai berikut: terdapat suatu kelompok yang
diberi perlakuan, dan selanjutnya diobservasi hasilnya.
Contoh: Pengaruh penggunaan Komputer dan LCD (X) terhadap hasil belajar siswa (O).
Perbedaan dengan desain pertama adalah, untuk the one group pretest-posttest design, terdapat
pretest sebelum diberi perlakuan, hasil perlakuan dapat diketahui dengan lebih akurat, karena
dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
Penelitian jenis ini menggunakan satu group yang dibagi menjadi dua, yang satu memperoleh
stimulus eksperimen (yang diberi perlakuan) dan yang lain tidak mendapatkan stimulus apapun
sebagai alat kontrol. Masalah yang akan muncul dalam desain ini adalah meyangkut resiko
penyeleksian terhadap subjek yang akan diteliti. Oleh karena itu, grup tersebut harus dipilih
secara acak.
O1: hasil pengukuran satu grup yang diberi perlakuan, dan O2: hasil pengukuran satu grup yang
tidak diberi perlakuan
Disebut sebagai true experiments karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua
variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Jadi, validitas internal (kualitas
pelaksnaaan rancangan penelitian) menjadi tinggi. Sejalan dengan hal tersebut, tujuan dari true
experiments menurut Suryabrata (2011 : 88) adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling
hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan perlakuan dan membandingkan hasilnya
dengan grup kontrol yang tidak diberi perlakuan. True experiments ini mempunyai ciri utama
yaitu sampel yang digunakan untuk eksperimen maupun sebagai kelompok kontrol diambil
secara random dari populasi tertentu. Atau dengan kata lain dalam true experiments pasti ada
kelompok kontrol dan pengambilan sampel secara random.
Selanjutnya, jenis penelitian yang termasuk dalam true experiments adalah: pretestposttes control
group design, posttest-only control group design, extensions of true experimental design,
multigroup design, randomized block design, latin square design, factorial design. Adapun
penjelasan mengenai jenis-jenis penelitian tersebut dapat dielaborasi sebagai berikut.
Dalam desain ini terdapat dua grup yang dipilih secara random kemudian diberi pretest untuk
mengetahui perbedaan keadaan awal antara group eksperimen dan group kontrol. Hasil pretest
yang baik adalah jika nilai group eksperimen tidak berbeda secara signifikan.Bagan dari desain
penelitian tersebut adalah sebagai berikut.
Pengaruh perlakuan adalah: (O2 – O1) – (O4 – O3).
Dalam desain ini terdapat dua kelompok yang masing-masing dipilih secara random (R). Grup
pertama diberi perlakuan (X) dan grup yang lain tidak.
Bagan penelitian ini adalah sebagai berikut.
Pengaruh adanya perlakuan adalah (O1:O2). Dalam penelitian, pengaruh perlakuan dianalisis
dengan uji beda menggunakan statistik t-test. Jika ada perbedaan yang signifikan antara grup
eksperimen dan grup kontrol maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan.
c. Factorial Design
Desain merupakan modifikasi dari design true experimental, yaitu dengan memperhatikan
kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi perlakuan terhadap hasil. Semua
grup dipilih secara random kemudian diberi pretest. Grup yang akan digunakan untuk penelitian
dinyatakan baik jika setiap kelompok memperoleh nilai pretest yang sama.
d. Quasiexperiments
Quasiexperiments disebut juga dengan eksperimen pura-pura. Bentuk desain ini merupakan
pengembangan dari trueexperimental design yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai
variabel kontrol tetapi tidak digunakan sepenuhnya untuk mengontrol variabel luar yang
mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Desain digunakan jika peneliti dapat melakukan kontrol
atas berbagai variabel yang berpengaruh, tetapi tidak cukup untuk melakukan eksperimen yang
sesungguhnya. Dalam eksperimen ini, jika menggunakan random tidak diperhatikan aspek
kesetaraan maupun grup kontrol.
Ciri desain ini adalah grup yang digunakan tidak dapat dipilih secara random. Sebelum diberi
perlakuan, grup diberi pretest sampai empat kali, dengan maksud untuk mengetahui kestabilan
dan kejelasan keadaan grup sebelum diberi perlakuan. Jika hasil pretest selama empat kali
ternyata nilainya berbeda-beda, berarti grup tersebut dalam kondisi tidak stabil dan tidak
konsisten. Setelah kondisi tidak labil maka perlakuan dapat mulai diberikan.
Desain ini hampir sama dengan pretest-posttest control group design, tetapi pada desain ini group
eksperimen maupun group kontrol tidak dipilih secara random.
Kata validitas berarti dapat diterima atau absah. Istilah ini mengandung pengertian bahwa
sesuatu yang dinyatakan valid atau absah berarti telah sesuai dengan kebenaran yang diharapkan
sehingga dapat diterima dalam suatu kriteria tertentu.
Dalam setiap penelitian eksperimental yang berkaitan dengan validitas internal mengandung
beberapa kelemahan. Menurut Cambell dan Stanley dalam Ross dan Morrison (2003 : 1024) ada
beberapa kelemahan dalam validitas internal, antara lain: history, maturation, testing,
instrumentation, selection, statistical regretion, experiment mortality, diffusion of treatments.
(a) history
Banyak kejadian di masa lampau yang dapat mempengaruhi validitas penelitian eksperimental
yang disebabkan oleh adanya interaksi antar individu.
(b) maturation
Beberapa perubahan dapat terjadi pada dependent variable yang berfungsi dalam kurun waktu
dan bukannya kejadian yang spesifik ataupun kondisi tertentu. Terutama berkaitan dnegan
jangka waktu pengamatan yang memakan waktu lama.
(c) testing
Proses pengujian juga dapat menimbulkan distorsi yang akan mempengaruhi hasilhasil
eksperimen.
(d) instrumentation
Instrumen yang digunakan dalam penelitian eksperimen kadang kala sudah tidak sesuai lagi
dengan standar yang berlaku.
(e) selection
Peneliti kadang masih menggunakan unsur subjektifitas dalam memilih orang yang akan
dijadikan objek eksperimen yang baik.
Peneliti kadangkala dihadapkan pada kesulitan apabila hasil yang diperoleh dalam penelitian
menghasilkan skor yang ekstrim.
Dalam penelitian eksperimen seringkali terjadi perubahan komposisi kelompok yang diobservasi.
Ada anggota kelompok yang harus didrop karena tidak sesuai dengan situasi pengetesan saat
tertentu.
Selain dipengaruhi oleh validitas internal, eksperimen juga dipengaruhi oleh validitas eksternal,
antara lain:
Kelemahan ini terjadi apabila pengalaman responden lebih dari satu treatment. Seseorang yang
dipilih sebagai objek eksperimen mungkin pernah mengalami eksperimen yang sama maka
pengamatan kedua terhadap si responden tersebut akan menjadi bias.
Dalam eksperimen pretest, responden harus dipekekan agar mendorong eksperimen dengan
alternatif yang berbeda.
Hal ini menimbulkan pertanyaan dalam membuat generalisasi antara beberapa kategori manusia
antar grup. Sebab diantara mereka telah terjadi hubungan original yang telah terbentuk
sebelumnya.
Antara setting penelitian dengan treatment yang dilakukan akan terjadi interaksi diantara
keduanya. Dengan demikian interaksi keduanya akan mendukung jalannya proses penelitian
yang sedang dilakukan.
Selanjutnya, untuk mengatasi kelemahan-kelemahan tersebut, ada empat strategi umum yang
dapat digunakan untuk memperbaiki validitas eksternal, antara lain:(a) Menggunakan pilihan
acak (randomly) untuk memilih orang, setting, atau waktu yang digunakan dari populasi yangada
agar generalisasi menjadi lebih baik.(b) Membuat agar grup individu, manusia ataupun
settingnya dibuat heterogen. Langkah ini ditempuh jika pendekatan random tidak dapat
digunakan.(c) Individu, setting, dan waktu dikonsentrasikan agar memperoleh satu grup modal
populasi.(d) Menggunakan terget populasi yang spesifik (individu, seting, waktu) untuk
memenuhi target yang ingin dicapai. Dalam setiap penelitian eksperimen perlu diketahui
persoalan-persoalan tentang internal maupun eksternal validitas agar subjektifitas dalam
penelitian dapat dihindari.
Penutup
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan di atas, dapat diperoleh simpulan bahwa
penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh pemberian
suatu treatment atau perlakuan terhadap subjek penelitian. Metode eksperimen merupakan
metode yang paling produktif karena jika dilakukan dengan baik akan dapat menjawab hipotesis
yang utamanya berkaitan dengan hubungan sebab akibat. Oleh karena itu, penelitian yang sering
dilakukan peneliti dalam dunia pendidikan adalah penelitian eksperimen.
https://www.statistikian.com/2012/10/penelitian-experimen.html
Mengapa diberi nama penelitian tindakan kelas? Nama ini berasal dari kata penelitian tindakan.
Penelitian tindakan awalnya berkembang dan banyak dilakukan di negara – negara Amerika serta
Eropa. Penelitian ini dilakukan untuk menjawab berbagai permasalahan serta keresahan dalam
lingkup sosio – humaniora, seperti misalnya permasalahan pengangguran yang terus meningkat
setiap tahunnya di negara tersebut.
Penelitian tindakan banyak dilakukan di kalangan sosio – humaniora dengan praktik langsung di
lapangan. Di dalam penelitian tindakan, kalangan sosio – humaniora mempraktikkan secara
langsung sebuah tindakan yang telah direncanakan sebelumnya untuk mengatasi sebuah
permasalahan yang sedang terjadi.
Selanjutnya dalam kurun waktu tertentu tindakan tersebut diukur kelayakannya. Apakah layak
atau tidak sebagai penyelesaian permasalahan. Demikian secara garis besar penelitian tindakan
bekerja.
Seiring berjalannya waktu dan melihat dampak dari sebuah penelitian tindakan, akhirnya metode
tersebut berkembang. Tidak hanya lini sosio – humaniora saja, namun juga dunia pendidikan.
Penelitian tindakan yang dilakukan dalam bidang pendidikan oleh para praktisi pendidikan dan
dilakukan dalam lingkup kelas, maka penelitian tindakan ini dikenal sebagai penelitian tindakan
kelas atau sering disingkat menjadi PTK.
Penelitian tindakan kelas sendiri pertama diperkenalkan oleh seorang psikolog sosial Amerika,
Kurt Lewin pada tahun 1946. Sedangkan di Indonesia penelitian tindakan kelas baru mulai
dikenal pada akhir 1980. Menurut beberapa ahli, penelitian tindakan kelas didefinisikan sebagai
berikut:
1. Siswojo Harjodipuro
Memaknai penelitian tindakan kelas sebagai pendorong seorang guru untuk lebih memerhatikan
praktik mengajarnya agar menjadi lebih kritis dan bersedia memperbaikinya atau melakukan
perubahan demi kualitas pendidikan yang lebih baik
Keduanya berpendapat bahwa penelitian tindakan kelas adalah bentuk refleksi diri secara
kolektif terhadap sebuah situasi sosial guna meningkatkan penalaran dan keadilan dalam situasi
di tempat dilakukannya penelitian tindakan tersebut
Mengembangkan dari pendapat Kemmis dan Taggart (1998) yaitu yang melakukan refleksi diri
adalah partisipan yang terdiri dari guru, murid, maupun kepala sekolah. Situasi sosial yang
dimaksud adalah dalam bidang pendidikan guna memperbaiki rasionalitas serta kebenaran terkait
praktik pendidikan yang dilakukan sendiri, pengertian mengenai praktik tersebut, hingga situasi
tempat dilaksanakannya praktik.
Membicarakan mengenai penelitian, tidak ada sebuah penelitian yang tidak memiliki tujuan.
Begitupun halnya dengan penelitian tindakan kelas yang memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Membuat seorang guru menjadi lebih peka dan tanggap terhadap dinamika pembelajaran
di dalam kelasnya
2. Membuat seorang guru menjadi lebih reaktif dan kritis terhadap perilaku murid –
muridnya dan juga bagaimana sebaiknya seorang guru menghadapi murid – muridnya
3. Meningkatkan tingkat profesionalitas seorang guru
4. Membuat seorang guru menjadi lebih aktif dalam berupaya dan berinovasi serta lebih
kreatif dalam menyampaikan pembelajaran terhadap muridnya, baik secara teknik, teori,
maupun bahan ajar yang digunakannya
5. Membuat seorang guru memperbaiki proses pembelajaran yang diberikannya sebagai
respon terhadap permasalahan yang terjadi di kelasnya
6. Membantu seorang guru dalam menemukan solusi terhadap permasalahan yang timbul di
dalam kelasnya
7. Penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara berkesinambungan mampu
meningkatkan kualitas mutu pendidikan yang ditekankan melalui kualitas guru yang terus
ditingkatkan
Penelitian tindakan kelas dalam praktiknya memiliki karakteristik yang diungkapkan oleh Richat
Winter, tahun 1996, yaitu:
1. Kritik Refleksi
Yaitu dilakukannya tindakan refleksi pada penelitian tindakan kelas yang merupakan bagian dari
proses evaluasi atau penilaian dalam penelitian tindakan kelas terhadap hasil observasi mengenai
sebuah tindakan yang telah dilakukan. Untuk dapat melakukan refleksi tersebut diperlukan kritik
agar terjadi perubahan – perubahan yang berarti terhadap tindakan refleksi tersebut.
2. Kritik Dialektis
Yaitu kritik terhadap fenomena yang sedang menjadi kajiannya. Kemudian melakukan
pemeriksaan konteks secara menyeluruh di dalam satu unit kajian dan tidak lupa di balik unit
yang cenderung untuk berubah meskipun bersifat stabil
3. Kolaboratif
Adalah karakteristik penelitian tindakan kelas yang ditandai dengan adanya kerjasama semua
pihak yang menjadi sumber data dalam sebuah penelitian tindakan kelas. Kemudian menerima
sudut pandang dari berbagai pihak tersebut mengenai pemahamannya terhadap sebuah
permasalahan.
Mengapa? Karena dalam karakteristik kolaboratif menempatkan sang peneliti tidak hanya
sebagai pengamat, namun juga tergabung pada sebuah kondisi dan situasi yang sedang
berlangsung. Karakteristik kolaboratif menganggap bahwa seseorang tidak akan pernah tuntas
dalam memandang sebuah persoalan seorang diri.
Oleh karena itu diperlukan banyak pihak dalam menyampaikan sudut pandang guna melengkapi
kekurangannya, namun sebuah permasalahan pun akan menjadi kurang efektif bila menampung
semua sudut pandang dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti tetap yang memegang kendali
terhadap keputusan digunakannya atau tidak sebuah sudut pandang dengan melihat
kesesuaiannya terhadap permasalahan dan yang menjadi kajian sang peneliti.
4. Risiko
Karakteristik ini mendorong seorang peneliti untuk berani mengambil risiko selama proses
penelitian berlangsung. Risiko yang biasa terjadi selama proses penelitian tindakan kelas
berlangsing seperti hipotesis yang meleset (kurang tepat), tuntutan untuk dilakukannya
transformasi (perubahan secara bertahap) baik terhadap satu, beberapa, bahkan seluruh bagian
penelitian.
Risiko lainnya yang mungkin terjadi adalah perubahan terhadap sudut pandang. Hal ini dapat
terjadi karena pengaruh dari sudut pandang yang diberikan oleh unsur – unsur dalam penelitian.
5. Susunan Jamak
Bersifat jamak karena penelitian tindakan kelas melibatkan lebih dari satu komponen demi
tercapainya hasil yang komperhensif. Kemudian sifat penelitian dalam kelas yang dialektif,
reflektif, dan kolaboratif atau partisipasi
Dalam penelitian tindakan kelas melihat bahwa teori dan praktik adalah dua tahap yang berbeda,
namun saling bergantung satu dengan lainnya. Teori yang diperlukan sebagai dasar dari sebuah
praktik, dan praktik yang diperlukan sebagai aplikasi dari sebuah teori. Baik teori maupun
praktik mendukung dalam perubahan bertahap (transformasi)
Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang bersifat kualitatif eksperimen. Disebut
kualitatif karena data atau hasil yang diperoleh dianalisis menggunakan pendekatan dan metode
kualitatif, yaitu tanpa melaui proses perhitungan yang biasa dilakukan pada penelitian kuantitatif.
Kemudian disebut eksperimen karena tersusun secara sistematis yang diawali dengan
perencanaan dan dilakukannya evaluasi terhadap hasil observasi. Berdasarkan jenisnya, maka
penelitian tindakan kelas dikelompokkan menjadi:
Jenis PTK yang menggunakan diagnosa dan peneliti masuk secara langsung dalam situasi
penelitian, sehingga menuntun peneliti terhadap suatu tindakan
Jenis PTK yang mengharuskan peneliti terlibat langsung dari awal hingga akhir penelitian, dan
terus menerus, dari pembuatan perencanaan hingga selesainya penelitian dan terbentuk sebuah
laporan penelitian. Pemantauan, pencatatan, pengumpulan data, dan menganalisa hasil yang
didapat dilakukan oleh peneliti.
Yaitu jenis PTK terkait dengan pembukuan atau pencatatan terhadap pelaksanaan tindakan atau
aksi yang dilakukan oleh peneliti. Selain itu apa saja yang terjadi selama pelaksanaan tindakan
atau aksi pun menjadi data dalam penelitian nantinya
Apabila Anda melakukan PTK tentang penerapan berbagai teknik, strategi yang Anda nilai lebih
efektif dan efisien digunakan dakan kegiatan belajar – mengajar. PTK jenis eksperimental
berguna untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diberikan sehingga mudah diterima oleh
murid – murid dalam kelas.
Subjek Penelitian Tindakan Kelas
Cukup banyak subjek yang terlibat dalam penelitian tindakan kelas. Diantaranya subjek peneliti,
yaitu Anda. Subjek yang diteliti dalam penelitian tindakan kelas di dunia pendidikan adalah
murid – murid, terutama bila dilakukan dalam lingkup kecil, yaitu di dalam kelas. Penelitian
dilakukan ketika kegiatan belajar – mengajar sedang berlangsung, baik secara keseluruhan
maupun terkait dengan materi tertentu.
Dan yang diteliti antara lain seperti daya tangkap, motivasi belajar murid – murid, dan lain
sebagainya. Kemudian subjek yang merupakan komponen inti yang biasa dilibatkan seperti para
guru, kepala sekolah, kemudian pengamat luar yang ahli di bidangnya. Komponen yang
demikian disebut sebagai kontributor. Banyaknya dan siapa saja kontributor yang digunakan
dalam penelitian tergantung Anda sebagai peneliti.
Penelitian tindakan kelas sudah diperkenalkan sejak tahun 1946, dan semenjak itu penelitian
tindakan kelas terus mengalami perkembangan. Dan seiring dengan perkembangan penelitian
tindakan kelas, berkembang pula tahapan dalam melakukan penelitian tindakan kelas ini.
Perkembangan yang terjadi sebagai berikut:
Sebagai tokoh yang memperkenalkan penelitian tindakan kelas pertama kali membagi tahapan
penelitian menjadi:
– Perencanaan/planning
– Tindakan/aksi/action
– Observasi/observing
– Refleksi/reflection
2. Ernest T (1996)
– Perencanaan/planning
– Pelaksanaan/implementing
– Penilaian/evaluating
3. John Elliot
Salah satu tokoh yang turut mengambangkan penelitian tindakan kelas ini membuat tahapan
penelitian menjadi lebih rinci. John Elliot melihat dalam sebuah materi pembelajaran terdiri atas
pokok materi dan subpokok. Dan subpokok tersebut memerlukan langkah – langkah untuk
menyelesaikannya, tidak cukup hanya dengan satu langkah saja.
Sehingga John Elliot membuat tahapan penelitian tindakan kelas di dalam satu siklus yang terdiri
dari beberapa aksi, dan setiap aksi tersebut dibagi lagi menjadi beberapa langkah – langkah
penyelesaian untuk direalisasikan dalam bentuk kegiatan belajar – mengajar.
Dari berbagai pendapat pada ahli mengenai tahapan PTK, secara umum, tahapan PTK terdiri
dari:
a. Perencanaan/planning
Perencanaan yang dimaksud disini adalah perencanaan tindakan. Perencanaan tindakan adalah
tahap pertama dalam penelitian tindakan kelas yang akan Anda susun setelah dilaksanakannya
pra PTK. Perencanaan tindakan dilakukan untuk menguji secara empiris terhadap hipotesis
tindakan yang Anda buat saat pra PTK.
Pada tahap ini Anda akan menyusun secara terperinci mengenai tindakan – tindakan yang Anda
akan lakukan selama PTK, baik langkah – langkahnya, materi, bahan ajar, teknik, metode
pengajaran, serta kendala – kendala yang mungkin akan terjadi ketika PTK berlangsung. Dengan
penyusunan perencanaan tindakan yang matang dan terperinci menentukan kelancaran penelitian
tindakan kelas nantinya, serta hipotesis yang tidak berubah (tepat)
b. Pelaksanaan/acting
Merupakan realisasi dari semua rencana yang telah Anda susun pada tahap perencanaan
tindakan. Pelaksanaan ini dilakukan di dalam kelas. Apabila Anda menggunakan unsur lain di
dalam pelaksanaan atau yang disebut kontributor/kolaborator hanya bertujuan untuk
mempertajam refleksi dan evaluasi Anda kelak
c. Pengamatan/observing
Berjalan beriringan bersama pelaksanaan tindakan. Cukup kompleks yang terjadi pada tahap ini.
Anda dapat dibantu pihak luar dalam pelaksanaannya sehingga bersifat kolaboratif. Namun pihak
luar tersebut hanyalah berfungsi sebagai pengamat tanpa wewenang untuk mengintervensi
keputusan yang Anda ambil nantinya. Pada tahap ini Anda akan mengumpulkan dan
memperoleh data dari perencanaan hingga pelaksanaan, serta respon atau dampak dari tindakan
yang telah Anda lakukan. Observasi memiliki prinsip:
d. Refleksi/Reflecting
Adalah tahap dalam memproses data yang telah Anda peroleh. Pada tahap ini kolaborator masih
berperan untuk mempertajam refeksi dan evaluasi Anda. Data yang Anda peroleh dilakukan
penafsiran, analisis, dan disintesis. Diperlukan pengetahuan, pengalaman yang melatarbelakangi
penelitian dan yang relevan untuk menunjang proses pengolahan data yang Anda lakukan.
Sehingga nantinya diperoleh kesimpulan yang mantap, dan refleksi yang terpercaya dan tajam.
Refleksi yang terpercaya, dan tajam akan menjadi sebuah masukan yang akurat guna
menentukan tindakan selanjutnya atau menjadi dasar dalam penelitian tindakan kelas berikutnya.
Untuk refleksi yang baik disusun dengan segera bersama kolaborator setelah selesai
dilakukannya observasi dalam jangka waktu kurang dari 24 jam setelah observing selesai
dilaksanakan.
Namun sebelum tahapan penelitian tindakan kelas tersebut dimulai, terlebih dahulu dilakukan
pra penelitian tindakan kelas (Pra PTK). Pra PTK bertujuan untuk memperjelas arah dan arti dari
penelitian tindakan kelas yang akan Anda dilakukan. Yang termasuk dalam pra PTK meliputi:
1. Identifikasi masalah
2. Analisis masalah
3. Rumusan masalah
4. Hipotesis (dugaan sementara) tindakan
Nomor 1 – 3 dapat dikatakan sebagai landasan Anda mengapa mengkaji sebuah permasalahan
yang akan Anda angkat dalam penelitian Anda. Setelah pengkajian terhadpa permasalahan
selesai, maka Anda akan mendapatkan gambaran terhadap tindakan yang akan Anda lakukan
sebagai solusi terhadap permalasahan.
Setelah pra PTK dilaksanakan, Anda dapat masuk ke tahap selanjutnya, yaitu bagian
sesungguhnya dari penelitian tindakan kelas, perencanaan atau planning. Demikianlah tahapan
penelitian tindakan kelas yang membentuk sikus, dan tersusun secara sistematik, menjadikannya
tidak kalah dengan penelitian jenis lainnya.
Perlu dilakukan penelitian tindakan kelas terus – menerus dan keberlanjutan untuk memperoleh
hasil yang benar – benar nyata dan sebuah permasalahan terselesaikan.
Berdasarkan hal tersebut, tentunya kita sudah mengetahui bahwa penelitian tindakan kelas atau
yang disingkat PTK merupakan suatu hal yang penting apalagi untuk seorang guru yang baru.
Suatu perencanaan merupakan hal yang sangat penting untuk nantinya menuju ke tahap akhir
yaitu tindakan atau pada hipotesis yang dipikirkan.
https://thegorbalsla.com/penelitian-tindakan-kelas/
Penelitian Grounded Theory (1)
Posted on 15 Oct 2017
Alhamdulillah sekarang sudah masuk ke pendekatan penelitian kualitatif yang keempat dari lima
pendekatan kualitatif yang ada, yaitu grounded theory. Jadi, melalui postingan ini saya
membahas tentang grounded theory yang meliputi: pengertian grounded theory; jenis- jenis
penelitian grounded theory; prosedur untuk melaksanakan penelitian grounded theory;
tantangan- tantangan dalam melakukan penelitian grounded theory; dan ulasan terhadap artikel
penelitian yang menggunakan pendekatan penelitian grounded theory. Bagi teman- teman yang
ingin membaca ketiga pendekatan penelitian kualitatif yang telah saya tulis, silahkan klik
Penelitian/ Studi Naratif (1), Penelitian/ Studi Fenomenologi (1), dan Penelitian Studi Kasus
Grounded theory sebagai salah satu dari lima pendekatan penelitian kualitatif
Apa to yang dimaksud dengan penelitian grounded theory itu? Menurut Strauss & Corbin
(Creswell, 2007: 63), penelitian grounded theory merupakan pendekatan penelitian kualitatif
yang ditujukan untuk memperoleh atau menemukan suatu teori, suatu skema analitik yang
abstrak dari suatu proses (atau tindakan atau interaksi). Lebih lanjut, bahwa dalam penelitian
grounded theory, peneliti membentuk suatu penjelasan umum (teori) dari suatu proses, tindakan,
atau interaksi yang dibentuk oleh sudut pandang/ pemikiran dari partisipan dalam jumlah yang
banyak. Dari pengertian ini, dapat dikatakan bahwa teori yang terbentuk melalui grounded
theory bukanlah diperoleh dari hasil kajian suatu literature ataupun pemikiran/ pendapat dari
peneliti, melainkan dari partisipan- partisipan yang telah atau sedang mengalami proses,
tindakan, atau interaksi tertentu yang sedang menjadi perhatian peneliti.
Lalu apa saja jenis dari penelitian grounded theory ini? Bahwa ada dua jenis dari penelitian
grounded theory ini: prosedur sistematis (systematic procedures) yang dikemukakan oleh Strauss
& Corbin dan pendekatan konstruktivis (constructivist approach) yang dikemukakan oleh
Charmaz. Dalam prosedur sistematis, peneliti secara sistematis mengembangkan atau
memperoleh suatu teori yang dapat menjelaskan proses, kejadian, atau interaksi terkait topik
tertentu. Biasanya, untuk memperoleh teori tersebut, peneliti perlu melakukan 20 sampai dengan
30 kali wawancara terhadap partisipan. Adapun partisipan ini dipilih secara teoretis dengan
theoretical sampling. Untuk jenis yang kedua, yaitu pendekatan konstruktivis, menekankan
aturan yang relatif fleksibel, terfokus pada penemuan atau pengembanagan teori yang bergantung
pada pandangan peneliti itu sendiri. Dengan kata lain, jenis dari pendekatan grounded theory ini
tidak mengurangi peran/ kedudukan peneliti selama proses penemuan teori. Menurut Charmaz
(Creswell, 2007: 66) selaku ahli yang mengemukakan jenis pendekatan konstruktivis,
berpendapat bahwa kesimpulan/ teori yang dikembangkan melalui grounded theory itu bersifat
sugestif, inkonklusif (tidak meyakinkan/ meragukan) dan tidak lengkap.
Prosedur untuk memperoleh suatu teori dengan mengguanakan penelitian grounded theory
Bagaimanakah prosedur untuk melakukan penelitian grounded theory? Adapun prosedur yang
ditulis pada postingan ini adalah prosedur penelitian grounded theory yang diadaptasi dari
Strauss & Corbin (Creswell, 2007: 66- 67). Prosedur yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1. Memastikan bahwa permasalahan yang akan diteliti cocok jika dikaji/ diteliti/ diselesaikan
dengan menggunakan grounded theory. Perlu diketahui bahwa grounded theory cocok untuk
digunakan ketika: a) tidak adanya teori yang dapat menjelaskan suatu proses/ permasalahan
dan b) teori yang diperlukan untuk menjelaskan suatu proses sudah ada, tetapi tidak mengarah
pada variabel yang menjadi perhatian si peneliti.
2. Menentukan partisipan dan menyusun pertanyaan penelitian. Pertanyaan penelitian haruslah
difokuskan pada pertanyaan untuk memperoleh pemahaman terhadap bagaimana partisipan
mengalami dan menjalani suatu proses tertentu. Lebih lanjut, peneliti juga perlu menyusun
pertanyaan terkait inti dari suatu fenomena, hal yang memengaruhi dan menjadi penyebab dari
munculnya fenomena tersebut, strategi dalam menghadapi fenomena tersebut, dan akibat yang
(mungkin) ditimbulkan dari adanya fenomena tersebut.
3. Mengumpulkan data penelitian melalui kegiatan wawancara.
4. Melakukan analisis data. Bahwa ada tiga tahap analisis data, yaitu: open coding axial coding; dan
selective coding. Pada tahap open coding, peneliti membuat kategori- kategori dari informasi
tentang fenomena yang sedang diteliti. Setelah kategori- kategori tersebut terbentuk, peneliti
menyusun kategori- kategori tersebut menjadi bentuk lain (misal: model visual) dengan
menggunakan paradigma pengkodean untuk mengidentifikasi data- data terkait dengan
pertanyaan penelitian. Nah, tahapan itu disebut dengan tahap axial coding. Adapun pada tahap
terakhir, yaitu selective coding, peneliti menuliskan jalan cerita berdasarkan hubungan
antarkategori dan mengembangkan hipotesis- hipotesis yang menjelaskan keterhubungan
kategori- kategori tersebut.
5. Setelah melakukan analisis data, peneliti mengembangkan dan memotret secara visual suatu
perangkat (disebut: conditional matrix) yang berguna dalam membantu peneliti untuk
menghubungkan antara kondisi mikro dan makro yang memengaruhi fenomena. Hasil dari
langkah ini adalah suatu teori substantif yang dekat dengan inti permasalahan. Teori substantif
ini dapat diperoleh dengan melalui proses memoing. Lebih lanjut, teori substantif ini kemudian
diuji untuk menentukan apakah teori tesebut dapat digeneralisasi. Terakhir, apabila teori
tersebut dapat digenaralisasikan untuk suatu sampel dan populasi, maka teori substantif tersbut
jadilah suatu teori yang sebenarnya (yang dicari).
Ternyata untuk melakukan penelitian grounded theory itu tidak mudah (terbayang mudah-pun
tidak ). Ada beberapa tantangan yang akan dihadapi oleh peneliti ketika menggunakan
grounded theory. Tantangan pertama adalah peneliti harus mengesampingkan kajian literatur/
teoretis agar memperoleh teori substantif. Tantangan selanjutnya adalah peneliti diharapkan jeli
dalam memilih satu dari dua jenis penelitian grounded theory yang akan digunakan serta
mengetahui konsekuensinya. Terakhir, seperti yang telah disebutkan di atas, bahwa untuk
memperoleh teori, diperlukan 20- 30 kali atau bahkan 50- 60 kali wawancara, yang
mengindikasikan bahwa diperlukan waktu, biaya, dan tenaga yang tidak sedikit untuk melakukan
penelitian grounded theory.
https://ibnurafisite.wordpress.com/2017/10/15/penelitian-grounded-theory-1/
Educational Research and development (R & D) is a process used to develop and validate
educational products. The steps of this process are usually referred to as the R & D cycle, which
consists of studying research findings pertinent to the product to be developed, developing the
products based on these findings, field testing it in the setting where it will be used eventually,
and revising it to correct the deficiencies found in the filed-testing stage. In more rigorous
programs of R&D, this cycle is repeated until the field-test data indicate that the product meets
its behaviorally defined objectives.
Penelitian Pendidikan dan pengembangan (R & D) adalah proses yang digunakan untuk
mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Langkah-langkah dari proses ini biasanya
disebut sebagai siklus R & D, yang terdiri dari mempelajari temuan penelitian yang berkaitan
dengan produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan temuan ini,
bidang pengujian dalam pengaturan di mana ia akan digunakan akhirnya , dan merevisinya untuk
memperbaiki kekurangan yang ditemukan dalam tahap mengajukan pengujian. Dalam program
yang lebih ketat dari R & D, siklus ini diulang sampai bidang-data uji menunjukkan bahwa
produk tersebut memenuhi tujuan perilaku didefinisikan.
Seals dan Richey (1994) mendefinisikan penelitian pengembangan sebagai suatu pengkajian
sistematik terhadap pendesainan, pengembangan dan evaluasi program, proses dan produk
pembelajaran yang harus memenuhi kriteria validitas, kepraktisan, dan efektifitas. Sedangkan
Plomp (1999) menambahkan kriteria “dapat menunjukkan nilai tambah” selain ketiga kriteria
tersebut.
Van den Akker dan Plomp (1993) mendeskripsikan penelitian pengembangan berdasarkan dua
tujuan yakni
Tipe pertama difokuskan pada pendesaianan dan evaluasi atas produk atau program
tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran tentang proses pengembangan serta
mempelajari kondisi yang mendukung bagi implementasi program tersebut.
Tipe kedua dipusatkan pada pengkajian terhadap program pengembangan yang dilakukan
sebelumnya. Tujuan tipe kedua ini adalah untuk memperoleh gambaran tentang prosedur
pendesainan dan evaluasi yang efektif.
1. Masalah yang ingin dipecahkan adalah masalah nyata yang berkaitan dengan upaya
inovatif atau penerapan teknologi dalam pembelajaran sebagai pertanggung jawaban
profesional dan komitmennya terhadap pemerolehan kualitas pembelajaran.
2. Pengembangan model, pendekatan dan metode pembelajaran serta media belajar yang
menunjang keefektifan pencapaian kompetensi siswa.
3. Proses pengembangan produk, validasi yang dilakukan melalui uji ahli, dan uji coba
lapangan secara terbatas perlu dilakukan sehingga produk yang dihasilkan bermanfaat
untuk peningkatan kualitas pembelajaran. Proses pengembangan, validasi, dan uji coba
lapangan tersebut seyogyanya dideskripsikan secara jelas, sehingga dapat dipertanggung
jawabkan secara akademik.
4. Proses pengembangan model, pendekatan, modul, metode, dan media pembelajaran perlu
didokumentasikan secara rapi dan dilaporkan secara sistematis sesuai dengan kaidah
penelitian yang mencerminkan originalitas.
Sedangkan motif penelitian pengembangan seperti dikemukankan Akker (1999) antara lain :
Penambahan beberapa sub-masalah untuk merinci rumusan masalah (utama) bisa saja dilakukan
selama tidak mengurangi kejelasan makna dari rumusan masalah tersebut, misalnya tetap hanya
akan menghasilkan sebuah produk perangkat pembelajaran dalam satu penelitian pengembangan.
Rumusan masalah penelitian pengembangan bisa dirinci menjadi beberapa sub-masalah apabila
perangkat pembelajaran yang akan dikembangkan bisa dibagi menjadi beberapa bagian.
Tujuannya adalah untuk memberikan kontribusi pembelajaran keprofesionalan para guru dan
atau menyempurnakan perubahan dalam suatu pengaturan spesifik bidang pendidikan. Pada
bagian didaktis, tujuannya untuk menjadikan penelitian pengembangan sebagai suatu hal
interaktif, proses yang melingkar pada penelitian dan pengembangan dimana gagasan teoritis
dari perancang memberi pengembangan produk yang diuji di dalam kelas yang ditentukan,
mendorong secepatnya ke arah teoritis dan empiris dengan menemukan produk, proses
pembelajaran dari pengembang dan teori instruksional.
Tahap berikutnya adalah mengkaji teori tentang pengembangan perangkat pembelajaran yang
relevan dengan yang akan dikembangkan. Setelah menguasai teori terkait dengan pengembangan
perangkat pembelajaran, peneliti kemudian bekerja mengembangkan draft perangkat
pembelajaran berdasarkan teori yang relevan yang telah dipelajari. Setelah selesai
dikembangkan, draft harus berulangkali direview sendiri oleh peneliti atau dibantu oleh teman
sejawat (peer review).
Setelah diyakini bagus sesuai dengan yang diharapkan, draft tersebut dimintakan masukan
kepada para ahli yang relevan (expert validation). Masukan dari para ahli dijadikan dasar untuk
perbaikan terhadap draft. Setelah draft direvisi berdasar masukan dari para ahli, langkah
berikutnya adalah menguji-coba draft tersebut. Uji-coba disesuaikan dengan penggunaan
perangkat. Bila yang dikembangkan adalah bahan ajar, maka uji-cobanya adalah digunakan
untuk mengajar kepada siswa yang akan membutuhkan perangkat tersebut. Uji-coba bisa
dilakukan pada beberapa bagian saja terhadap sekelompok kecil siswa, atau satu kelas. Bila yang
diuji-coba adalah silabus, maka uji-cobanya adalah terhadap guru yang akan menggunakan
silabus tersebut. Kegiatan uji-cobanya adalah meminta guru menggunakan silabus untuk
menyusun Rencana Program Pembelajaran (RPP).
Tujuan uji-coba adalah untuk melihat apakah perangkat pembelajaran yang dikembangkan dapat
diterima atau tidak. Dari hasil uji-coba, beberapa bagian mungkin memerlukan revisi. Kegiatan
terakhir adalah revisi terhadap draft menjadi draft akhir perangkat pembelajaran tersebut.
Usaha yang lebih sistematis dibuat untuk menerapkan dasar pengetahuan dalam mengutarakan
dasar pemikiran yang teoritis untuk pilihan rancangan.
3. Uji empiris (empirical testing)
Bukti empiris yang jelas menunjukkan tentang kepraktisan dan efektivitas dari intervensi.
4. Proses dan hasil dokumentasi, analisa dan refleksi (documentation,analysis, and reflection on
process and outcome).
Implementasi dan hasilnya untuk berperan pada spesifikasi dan perluasan metodologi rancangan
dan pengembangan penelitian.
Metode penelitian pengembangan tidaklah berbeda jauh dari penelitian pendekatan penelitian
lainya. Namun, pada penelitian pengembangan difokuskan pada 2 tahap yaitu tahap preliminary
dan tahap formative evaluation (Tessmer, 1993) yang meliputi self evaluation, prototyping
(expert reviews dan one-to-one, dan small group), serta field test. Adapun alur desain formative
evaluation sebagai berikut :
1. Tahap Preliminary
Pada tahap ini, peneliti akan menentukan tempat dan subjek penelitian seperti dengan cara
menghubungi kepala sekolah dan guru mata pelajaran disekolah yang akan menjadi lokasi
penelitian. Selanjutnya peneliti akan mengadakan persiapan-persiapan lainnya, seperti mengatur
jadwal penelitian dan prosedur kerja sama dengan guru kelas yang dijadikan tempat penelitian.
1) Self Evaluation
Analisis
Tahap ini merupakan langkah awal penelitian pengembangan. Peneliti dalam hal inin akan
melakukan analisis siswa, analisis kurikulum, dan analisis perangkat atau bahan yang akan
dikembangkan.
Desain
Pada tahap ini peneliti akan mendesain perangkat yang akan dikembangkan yang meliputi
pendesainan kisi-kisi, tujuan, dan metode yang akan di kembangkan. Kemudian hasil desain
yang telah diperoleh dapat di validasi teknik validasi yang telah ada seperti dengan teknik
triangulasi data yakni desain tersebut divalidasi oleh pakar (expert) dan teman sejawat. Hasil
pendesainan ini disebut sebagai prototipe pertama.
2) Prototyping
Hasil pendesainan pada prototipe pertama yang dikembangkan atas dasar self evaluation
diberikan pada pakar (expert review) dan siswa (one-to-one) secara paralel. Dari hasil keduanya
dijadikan bahan revisi. Hasil revisi pada prototipe pertama dinamakan dengan prototipe kedua.
Expert Review
Pada tahap expert review, produk yang telah didesain dicermati, dinilai dan dievaluasi oleh
pakar. Pakar-pakar tadi menelaah konten, konstruk, dan bahasa dari masing-masing prototipe.
Saran–saran para pakar digunakan untuk merevisi perangkat yang dikembangkan. Pada tahap ini,
tanggapan dan saran dari para pakar (validator) tentang desain yang telah dibuat ditulis pada
lembar validasi sebagai bahan merevisi dan menyatakan bahwa apakah desain ini telah valid atau
tidak.
One-to-one
Pada tahap one-to-one, peneliti mengujicobakan desain yang telah dikembangkan kepada
siswa/guru yang menjadi tester. Hasil dari pelaksanaan ini digunakan untuk merevisi desain yang
telah dibuat.
Small group
Hasil revisi dari expert dan kesulitan yang dialami pada saat uji coba pada prototipe pertama
dijadikan dasar untuk merevisi prototipe tersebut dan dinamakan prototipe kedua kemudian
hasilnya diujicobakan pada small group. Hasil dari pelaksanaan ini digunakan untuk revisi
sebelum diujicobakan pada tahap field test. Hasil revisi soal berdasarkan saran/komentar siswa
pada small group dan hasil analisis butir soal ini dinamakan prototipe ketiga.
3) Field Test
Saran-saran serta hasil ujicoba pada prototipe kedua dijadikan dasar untuk merevisi desain
prototipe kedua. Hasil revisi diujicobakan ke subjek penelitian dalam hal ini sebagai uji lapangan
atau field test.
Produk yang telah diujicobakan pada uji lapangan haruslah produk yang telah memenuhi kriteria
kualitas. Akker (1999) mengemukakan bahwa tiga kriteria kualitas adalah: validitas, kepraktisan,
dan efektivitas (memiliki efek potensial).
https://navelmangelep.wordpress.com/2012/04/01/penelitian-pengembangan-development-
research/