Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH MATA KULIAH METODOLOGI PENELITIAN

“PENELITIAN PENGEMBANGAN”
Ditujukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu : Iwan Permana Suwarna, M.Pd.

Disusun Oleh ;

1. Dio Zulfarmansyah (11160163000002)


2. Niken Uswatun Alimah (11160163000012)
3. Khuzairi M. Pangestu (11160163000015)
4. Annisa Dewi Insyirah (11160163000024)
5. Dyah Sakinah Ika Putri (11160163000028)

Pendidikan Fisika 6A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat,
taufik, hidayah dan inayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
yang berjudul “PENELITIAN PENGEMABANGAN”. Shalawat dan salam tetap
tercurahkan dan dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, serta keluarga,
sahabat, dan pengikutnya.
Kiranya dalam penyusunan makalah ini, kami menghadapi cukup banyak rintangan
dan selesainya makalah ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu tak lupa kami
ucapkan terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu, yaitu :
1. Bapak Iwan Permana Suwarna, M.Pd. selaku dosen mata kuliah Metodologi
Penelitian yang telah membimbing kami dalam penyusunan makalah ini.
2. Dan semua pihak yang telah membantu proses pembuatan yang tidak dapat
disebutkan satu-satu, kami ucapkan terimakasih.
Penyusun yakin bahwa berbagai kelemahan dan keterbatasan dapat terjadi didalam
makalah ini.Oleh karenanya, kritik yang sehat dan membangun, serta saran dan masukan
yang konstruktif sangat saya harapkan dari dosen mata kuliah Metodologi Penelitian Bapak
Iwan Permana Suwarna, M.Pd.. Dan juga dari para pembaca untuk kesempurnaan makalah
ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 13 Maret 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………….

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………..

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………………………

BAB III PENUTUP………………………………………………………………

Kesimpulan……………………………………………………………….

Saran……………………………………………………………………...

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perubahan paradigma perguruan tinggi dalam rangka menjawab kebutuhan tenaga


kerja profesional yang dilandasi kemampuan akademik serta pengalaman dalam
bidang keterampilan tertentu serta sikap positip terhadap profesi yang diembannya
merupakan kebutuhan semua pihak. Pemerintah, sektor swasta, industri dan
masyarakat pada umumnya, mempunyai harapan yang sama terhadap output dari
setiap jenjang pendidikan. Mulai dari pendidikan dasar, menengah, sampai perguruan
tinggi, diharapkan dapat menghasilkan individu-- individu tidak hanya memiliki
pengetahuan tetapi juga harus dapat mengiplementasikannya dalam kehidupan sehari-
hari, paling tidak memberikan kebermaknaan bagi dirinya sendiri.
Ironisnya perguruan tinggi, khususnya yang menyelenggarakan pendidikan untuk
menghasilkan tenaga keguruan dan kependidikan mulai dari S1, S2 sampai S3
tidaklah sedikit jumlahnya. Lantas muncul pertanyaan berikutnya, apa yang salah
dengan dengan hasil-hasil peneltian yang dilakukan, sehingga tidak dapat melakukan
perubahan terhadap polapola pembelajaran yang ada. Bahkan untuk mencoba
menggunakan hasil-hasil penelitiannya sendiripun, si peneliti tidak memiliki
keberanian, karena ia tidak yakin dengan apa yang dilakukannya. Meskipun penelitian
yang dilakukannya itu sudah mengikuti prosedur dan persyaratanpersyaratan
penelitian yang berlaku di perguruan tingginya bahkan yang berlaku secara universal.
Ditengah keragaman persoalan dan perdebatan terhadap ragam metodologi
penelitian yang ada, muncul apa yang disebut dengan "Penelitian dan Pengembangan"
yang seakan-akan barang baru, tetapi sesungguhnya stok lama. Dikatakan stok
lama,karena "Penelitian dan Pengembangan" sudah lama digunakan di sektor industri
yang menghasilkan produk, baik itu produk manufaktur, maupun produk olahan atau
makanan. Hanya saja untuk penelitian dibidang pembelajaran, baru mulai dilirik
belakangan ini.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari penelitian pengembangan?
2. Apa saja jenis – jenis penelitian pengembangan?
3. Apa saja desain penelitian pengembangan?
4. Bagaimana langkah – langkah penelitian pengembangan?
5. Bagaimana cara pemilihan sampel dalam penelitian pengembangan?
6. Bagaimana instrumen yang digunakan dalam penelitian pengembangan?
7. Bagaimana cara merumuskan hipotesis dalam penelitian pengembangan?
8. Bagaimana cara pengujian hipotesis dalam penelitian pengembangan?
9. Bagaimana cara menarik kesimpulan dalam penelitian pengembangan?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian penelitian pengembangan.
2. Mengetahui jenis – jenis penelitian pengembangan.
3. Mengetahui desain penelitian pengembangan.
4. Mengetahui langkah – langkah penelitian pengembangan.
5. Mengetahui cara pemilihan sampel dalam penelitian pengembangan.
6. Mengetahui instrumen yang digunakan dalam penelitian pengembangan.
7. Mengetahui cara merumuskan hipotesis dalam penelitian pengembangan.
8. Mengetahui cara pengujian hipotesis dalam penelitian pengembangan.
9. Mengetahui cara menarik kesimpulan dalam penelitian pengembangan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Penelitian Pengembangan

Penelitian pengembangan merupakan penelitian yang bertujuan menghasilkan


dan mengembangkan produk berupa prototipe, desain, materi pembelajaran, media,
strategi pembelajaran, alat evaluasi pendidikan,dsb. Penelitian untuk memecahkan
masalah praktis dalam dunia pendidikan, masalah di kelas, yang dihadapi dosen/guru
dalam pembelajaran. Penelitian bukan untuk menguji teori, menguji hipotesis, namun
menguji dan menyempurnakan produk (Soenarto, 2008).
Metode penelitian dan pengembangan adalah metode penelitian yang
digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk
tersebut. Untuk dapat menghasilkan produk tertentu, digunakan penelitian yang
bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk tersebut supaya
dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian untuk menguji
keefektifan produk tersebut.
Penelitian pengembangan pendidikan sains adalah suatu jenis penelitian yang
bertujuan mengembangkan suatu produk pendidikan dan/atau pembelajaran sains
serta menvalidasi efektivitas, efisiensi, dan/atau daya tarik produk yang dihasilkan.
Contoh produk: materi pelatihan guru sains, metode pembelajaran sains, metode
pembelajaran sains, paket pembelajaran sains tercetak, paket pembelajaran sains
berbentuk CD (Soekardjo, 2008).
Borg & Gall (2003), dalam bukunya "Educational Research", menjelaskan
bahwa "Penelitian dan Pengembangan" dalam pendidikan adalah model
pengembangan berbasis industri dimana temuan hasil penelitiannya digunakan untuk
merancang produk pembelajaran, yang kemudian secara sistematis diuji cobakan
dilapangan, dievaluasi, dan disempurnakan sampai dihasilkannya suatu produk
pembelajaran yang memenuhi standarisasi tertentu, yaitu efektif, efisien, dan
berkualitas.
Efektif, adalah ukuran terhadap keunggulan produk dalam
mencapaitujuan/kompetensi pembelajaran sesuai dengan kriteria/indikator atau
standar ketuntasan belajar yang telah ditetapkan sebelumnya oleh sekolah, lembaga,
atau pemerintah. Oleh karena itu dalam menentukan kriteria/indikator atau standar
ketuntasan perlu dilakukan secara cermat dan terukur. Untuk itu perlu ada penelitian
pendahuluan agar apa yang telah ditetapkan merupakan target yang realistis sesuai
dengan kebutuhan.
Efisien, artinya bahwa produk yang dikembangkan mampu memberikan
jaminan bahwa dari segi waktu, biaya, dan tenaga yang diperlukan untuk mencapai
tujuan/kompetensi pembelajaran tertentu lebih singkat, lebih murah, dan lebih ringan
bila dibandingkan dengan menggunakan produk-pruduk pembelajaran sebelumnya.
Berkualitas, artinya bahwa produk yang dikembangkan harus memenuhi standar
industri dari berbagai aspeknya. Selain itu satu hal yang harus diperhatikan dari aspek
kualitas selain memenuhi standar industri adalah keamanan dalam menggunakan
produk tersebut dan tidak berbahaya terhadap kesehatan pengguna. Selanjutnya apa
yang dimaksud dengan produk instruksional dalam "Penelitian dan Pengembangan".
Menurut Borg & Gall dalam "Educational Research" (1989), tidak hanya
terbatas pada buku dan filmfilm instruksional atau jenis media lainnya, tetapi juga
meliputi metode, strategi pembelajaran, model pembelajaran, bahkan sampai pada
program-program pengembangan lainnya. Sedangkan yang dimaksud dengan
"program" adalah "sistem belajar yang lengkap", termasukdidalamnya bahan belajar
yang dikembangkan serta bahan-bahan penyerta lainnya; seperti panduan penggunaan
bagi guru dan panduan belajar bagi siswa, serta set instrumen pengukuran
ketercapaian tujuan pembelajaran.

B. Jenis-jenis Penelitian Pengembangan


Pengelitian pengembangan mengarah pada dua jenis penelitian dan
pengembangan, diantarantya :
1. Pengembangan produk berupa alat/media
2. Pengembangan produk berupa kurikulum

Menurut Travers (1973), model adalah abstraksi dunia nyata atau representasi
peristiwa kompleks atau system, dalam bentuk naratif, matematis, grafis, serta
lambang-lambang lainnya. Model bukanlah realitas, akan tetapi merupakan
representasi realitas yang dikembangkan dari keadaan. Dengan demikian, model pada
dasarnya berkaitan dengan rancangan yang dapat digunakan untuk menerjamahkan
sesuatu ke dalam realitas, yang sifatnya lebih praktis. Model berfungsi sebagai sarana
untuk mempermudah berkomunikasi, atau sebagai petunjuk, atau sebagai petunjuk
yang bersifat perspektif untuk mengambil keputusan, atau sebagai petunjuk
perencanaan untuk kegiatan pengelolaan.

1. Model Pengembangan Produk berupa Alat/Media


Pengembangan produk berupa alat sebagai berikut:
a. Model Pengembangan Borg dan Gall
Model pengembangan Borg & Gall (2001) menggunakan alur air terjun
(waterfall) pada tahap pengembangannya. Tahap-tahap pengembangan mulai
dari analisis kebutuhan hingga penyebaran disusun secara terperinci sehingga
memudahkan dalam pengembangan. Revisi pada model Borg & Gall
dilakukan setelah dilakukan uji coba perseorangan, uji coba kelompok kecil
dan uji coba lapangan.

b. Model Pengembangan Sadiman


Adapun prosedur yang akan dilakukan adalah seperti bagan berikut: (1)
identifikasi kebutuhan; (2) perumusan tujuan; (3) pengembangan materi; (4)
pengembangan alat evaluasi; (5) produksi; (6) validasi; (7) revisi; dan (8)
media siap untuk digunakan.
c. Model Pengembangan ADDIE
Menurut Shelton dkk. (2008: 41) model ADDIE merupakan model
perancangan pembelajaran generik yang menyediakan sebuah proses
terorganisasi dalam pembangunan bahan-bahan pembelajaran yang dapat
digunakan baik untuk pembelajaran tradisional (tatap muka di kelas) maupun
pembelajaran online. Peterson (2003: 240) menyimpulkan bahwa model
ADDIE adalah kerangka kerja sederhana yang berguna untuk merancang
pembelajaran dimana prosesnya dapat diterapkan dalam berbagai pengaturan
karena strukturnya yang umum.
Model pengembangan ADDIE yang terdiri dari 5 tahap yaitu: (1) Analisis
kebutuhan; (2) Desain; (3) Pengembangan; (4) Implementasi; (5) Evaluasi.

d. Model Dick and Carey


Model Dick and Carey terdiri dari 10 langkah. Setiap langkah sangat jelas
maksud dan tujuannya sehingga bagi perancang pemula sangat cocok sebagai
dasar untuk mempelajari model desain yang lain. Kesepuluh langkah pada
model Dick and Carey menunjukan hubungan yang sangat jelas, dan tidak
terputus antara langkah yang satu dengan yang lainya. Dengan kata lain,
system yang terdapat pada Dick and Carey sangat ringkas, namun isinya padat
dan jelas dari satu urutan ke urutan berikutnya.

e. Model Putekom Depdiknas


Pustekom depdiknas sebagai struktur pemerintah yang bergerak di bidang
pengelolaan sumber belajar berbasis teknologi komunikasi mempunyai
pendekatan sendiri dalam proses pengembangan media pembelajaran.
Langkah-langkah yang dilakukan seorang pengembang media menurut
pustekom depdiknas adalah: (1) bedah kurikulum; (2) identifikasi media; (3)
pengembangan naskah; (4) produksi; (5) penyempurnaan; (6) tes/uji coba; dan
(7) reveisi. Dalam diagram tersebut, perbedaan model pustekom depdiknas
dengan model sebelumnya adalah model pustekom depdiknas menawarkan
tinjauan kurikulum sebagai latar belakang pengembangan media. Di samping
itu, tahapan penyempurnaan setelah proses produksi tidak didasarkan dengan
adanya proses evaluasi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut:
2. Model Pengembangan Produk berupa Kurikulum
Model-model pengembangan kurikulum adalah suaturancangan agar proses
perencanaan kurikulum dapat menghasilkan rencana kurikulum yang luas dan
spesifik.
Beauchamp mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan teori kurikulum,
yaitu:
a. Setiap teori kurikulum harus dimulai dengan perumusan (definisi) tentang
rangkaian kejadian yang dicakupnya.
b. Setiap teori kurikulum harus mempunyai kejelasan tentang nilai-nilai dan
sumber-sumber yang menjadi titik tolaknya.
c. Setiap teori kurikulum perlu menjelaskan karakteristik desain kurikulumnya.
d. Setiap teori kurikulum harus menggambarkan proses-proses penentuan
kurikulum serta interaksi dianatara proses tersebut.
e. Setiap teori kurikulum hendaknya mempersiapkan ruang untuk dilakukannya
proses penyempunaan.

Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa model yang dapat digunakan.


Setiap model memiliki kekhasan tertentu baik dilihat dari keluasan pengembangan
kurikulumnya itu sendiri maupun dilihat dari tahapan pengembangannya sesuai
dengan pendekatannya.

a. Model Tyler
Pengembangan kurikulum model Tyler yang dapat ditemukan dalam buku
klasik yang sampai sekarang banyak dijadikan rujukan dalam proses
pengembangan kurikulum yang berjudul Basic Principles of Curriculum and
Insturction.
Sesuai dengan bukunya, model pengembangan kurikulum Tyler ini, lebih
bersifat bagaimana merancanng suatu kurikulum sesuai dengan tujuan dan
misi suatu institusi pendidikan. Dengan demikian, model ini tidak
menguraikan pengembangan kurikulum dalam bentuk langkah-langkah
konkrit atau tahapan-tahapan secara rinci. Tyler hanya memberikan dasar-
dasar pengembangannya saja.
Menurut Tyler ada empat hal yang dianggap fundamental untuk
mengembangkan kurikulum. Pertama, berhubungan dengan tujuan pendidikan
yang ingin dicapai; kedua,berhubungan dengan pengalaman belajar untuk
encapai tujuajn; ketiga,pengorganisasian pengalaman belajar, dan ke empat,
berhubungan dengan evaluasi.

C. Desain Penelitian Pengembangan

1. Desain Penelitian dalam Penelitian Pendahuluan R&D


Dalam penelitian dengan metode R&D, tahap awal yang dilakukan adalah
melakukan penelitian pendahuluan (preliminary research). Penelitian ini
bertujuan untuk mengumpulkan informasi baik itu berupa masalah maupun
potensi yang bisa dikembangkan dalam penelitian. Informasi-informasi tersebut
kemudian dikumpulkan dan dianalisis oleh peneliti sebagai bahan pertimbangan
dalam pengembangan model yang diharapkan mampu memecahkan masalah yang
dihadapi. Dalam penelitian pendahuluan ini diperlukan metode penelitian
tersendiri. Metode yang digunakan untuk penelitian tergantung pada
permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai.
Agar pendekatan penelitian tidak terkesan bias, alangkah baiknya peneliti
menggunakan salah satu pendekatan saja, baik kualitatif maupun kuantitatif.
Konsistensi ini akan membantu peneliti dalam memudahkan pengambilan
keputusan dalam proses analisis data. Dalam hal ini desain penelitian yang dapat
digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian pendahuluan yaitu desain
survey dan korelasional.
Terdapat dua jenis penelitian survey yaitu cross sectional dan longitudinal, cross
sectional mengumpulkan data tentang sikap, pendapat dan keyakinan, sedangkan
longitudinal digunakan untuk meneliti individu secara berkelanjutan. Desain
cross sectional juga dapat digunakan untuk mengukur kebutuhan suatu komunitas
yang berhubungan dengan pelayanan pendidikan, pembuatan program, dan
perencanaan program pendidikan komunitas. Disamping itu penelitian cross
sectional juga dapat digunakan untuk pengukuran dalam jumlah besar yang
melibatkan ratusan atau bahkan ribuan partisipan.
Beberapa tahapan dalam penelitian survey yang bisa dilakukan oleh peneliti
antara lain: mengambil sampel dari populasi, mengumpulkan data melalui angket
dan wawancara, merancang instrumen untuk pengumpulan data, mendapatkan
perbandingan tanggapan yang tertinggi dalam penelitian. Desain korelasional
juga sangat memungkinkan digunakan dalam penelitian pendahuluan. Desain
penelitian ini sangat baik digunakan untuk menguji berbagai variabel yang akan
digunakan sebagai pertimbangan dalam pengembangan program.
Desain korelasional adalah prosedur dalam penelitian kuantitatif di mana peneliti
mengukur tingkat hubungan antara dua atau lebih variabel dengan menggunakan
prosedur statistik analisa correlational.
Sebagai contoh peneliti akan mengembangkan suatu model pembelajaran yang
berhubungan dengan peningkatan motivasi belajar, maka untuk memberikan
penguatan bahwa model yang dikembangkan didasarkan pada variabel yang
memiliki asosiasi baik antara satu dengan yang lainnya sehingga diperlukan suatu
kajian awal tentang hal ini. Hasil studi korelasional ini kemudian menjadi
pertimbangan bagi peneliti untuk melanjutkan atau mengeliminasi salah satu
variabel yang akan diikutsertakan dalam pengembangan model.
Tahap dalam penelitian pendahuluan:
a. Mengembangkan instrumen; intrumen yang dapat digunakan antara lain
angket dan wawancara. Desain survey memungkinkan peneliti untuk
menggunakan kedua jenis intrumen ini, sedangkan desain korelasional hanya
menggunakan angket. Perlu dipahami juga mengenai perbedaan karakteristik
instrumen wawancara pada penelitian kualitatif dengan wawancara pada
penelitian kuantitatif, sehingga dalam pelaksanaannya tidak terjadi kerancuan.
b. Menentukan sampel penelitian; dalam penelitian pendidikan, yang menjadi
pertimbangan utama adalah ukuran sampel, dengan ukuran sampel yang kecil
peneliti tidak mendapatkan hasil yang berarti. Sebuah penelitian kuantitatif
sangat dianjurkan untuk menggunakan sampel besar, hal ini berguna untuk
meminimalisir kesalahan. Disamping itu jika metode digunakan untuk
mengumpulkan informasi yang tidak konsisten, maka sampel yang lebih besar
akan mengimbangi kesalahan inheren dalam pengumpulan data.
Beberapa jenis metode dalam menentukan sampel penelitian antara lain:
probabilitas sampling, simpe random sampling, sampling sistematis, stratified
random sampling, sample cluster, nonprobability sampling, quota sampling
dan purposive sampling. Ukuran minimal sampel yang dapat diterima
berdasarkan pada desain penelitian yang digunakan, yaitu sebagai berikut
(Gay dalam Husein, 1999):
1) Metode deskriptif minimal 10% populasi, untuk populasi relatif kecil
minimal 20% populasi.
2) Metode deskriptif-korelasional, minimal 30% subjek.
3) Metode ex post facto minimal 15 subjek per kelompok.
4) Metode eksperimental, minimal 15 subjek per kelompok.
c. Melakukan pengumpulan data; Pengumpulan data penelitian sangat bervariasi
tergantung dari desain penelitian yang digunakan. Dalam penelitian survey
maupun korelasional, pengambilan data dapat dilakukan dengan melakukan
penyebaran atau pengiriman angket pada responden penelitian. Beberapa cara
dapat dilakukan antara lain mengirim langsung pada responden, mengirim
angket melalui pos atau email, dan tidak menutup kemungkinan menggunakan
jejaring internet untuk mempermudah responden dalam mengisi angket bagi
mereka yang sudah terhubung dengan internet. Dalam penelitian survey,
teknik wawancara juga bisa dilakukan melalui beberapa cara antara lain
wawancara tatap muka, Focus Grup Interview (FGI), dan wawancara melalui
telepon. Berbeda dengan jenis wawancara pada penelitian kualitatif, pada
penelitian survey pewawancara menggunakan susunan pertanyaan yang
hampir mendekati topik penelitian. Pertanyaan lebih bersifat tertutup karena
jawaban dibuat dalam bentuk pilihan (option). Tugas peneliti adalah mencatat
jawaban wawancara tersebut.
d. Melakukan analisis data; analisis data merupakan salah satu tahapan penting
dalam penelitian. Karena fase selanjutnya setelah menggumpulkan data adalah
melakukan analisis data. Teknik analisis data sangat tergantung pada masalah
dan desain penelitian yang digunakan.
e. Intrepretasi data; interpretasi data adalah upaya peneliti dalam memaknai data
hasil analisis. Untuk data kuantitatif yang telah diolah menggunakan rumus
statistik ataupun dengan bantuan SPSS, peneliti dituntut untuk menjelaskan
setiap makna dari angka yang dihasilkan. Apakah angka-angka tersebut
menunjukkan nilai signifikan terhadap suatu sebab akibat ataukah tidak.
Apakah angka dalam hasil analisis menunjukkan derajat signifikansi
perbedaan skor antara kelompok treatment dengan kelompok kontrol atau
tidak.
f. Membuat laporan; langkah terakhir penelitian pendahuluan adalah membuat
laporan penelitian pendahuluan. Karena penelitian pendahuluan merupakan
bagian dari metode R&D, maka laporan penelitian pendahuluan merupakan
bagian awal dari laporan R&D. Kegunaan dari laporan ini adalah sebagai
bahan pijakan bagi peneliti dalam mengembangkan model.
2. Desain Eksperimental dalam R&D
Dalam penelitian R&D, ujicoba model adalah tahap penting yang berguna untuk
menilai kelayakan model yang sedang dikembangkan. Kelayakan ini meliputi
kelayakan proses dan kelayakan hasil. Desain penelitian yang direkomendasikan
untuk uji coba model adalah eksperimental. Desain eksperimental merupakan
kelompok penelitian kuantitatif yang berusaha untuk menguji apakah suatu
praktek atau ide pendidikan dapat memberikan perbedaan pada hasil yang
diperoleh oleh setiap individu yang terlibat. Rancangan percobaan sering juga
disebut penelitian intervensi atau penelitian perbandingan kelompok. Dimana
dalam penelitian ini ditetapkan prosedur yang memungkinkan peneliti untuk
menentukan apakah suatu aktivitas dapat memberikan perbedaan atau tidak bagi
suatu kelompok. Peneliti memberikan pengaruh pada satu kelompok (intervensi)
dan menyembunyikannya dari kelompok lain yang tidak diberi intervensi.
Dalam penelitian ini peneliti berusaha untuk membangun kemungkinan sebab-
akibat antara variabel terikat dan variabel bebas. Hal ini berarti peneliti berupaya
untuk mengendalikan setiap variabel bebas yang diprediksi akan memberikan
pengaruh terhadap hasil penelitian. Ketika hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel bebas mempengaruhi variabel terikat, maka dapat disimpulkan bahwa
varibel bebas “menyebabkan” atau “mungkin menyebabkan” variabel terikat.

D. Langkah-langkah Penelitian Pengembangan


Langkah-langkah penelitian dan pengembangan menurut Sugiyono (2008) adalah:
1. Potensi dan Masalah
Penelitian dapat berangkat dari adanya potensi atau masalah. Potensi adalah
segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai tambah. Masalah
adalah penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Masalah dapat
diatasi melalui penelitian pengembangan dengan cara meneliti sehingga dapat
ditemukan suatu model, pola atau sistem penanganan terpadu yang efektif yang
dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut.
2. Mengumpulkan informasi
Setelah potensi dan masalah dapat ditujukan secara faktual dan up to date, maka
selanjutnya perlu dikumpulkan berbagai informasi yang dapat digunakan sebagai
bahan untuk perencanaan produk sesuatu yang diharapkan dapat mengatasi
masalah tersebut.
3. Desain produk
Dalam bidang pendidikan, penelitian pengembangan menghasilkan produk yang
diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pendidikan yaitu lulusan yang
berkualitas dan relevan dengan kubutuhan. Produk pendidikan misalnya kurikulun
yang spesifik untuk keperluan pendidikan tertentu, metode mengajar, media
pendidikan, buku ajar, modul, ompetensi tenaga kependidikan, sistem evaluasi
dan lain-lain.
4. Validasi Desain
Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan
produk itu secara raasional baik atau efektif. Dikatakan sacara rasional, karena
validasi di sini masih bersifat penilaian berdasarkan pemikiran rasioanal, belum
fakta di lapangan. Validasi desain dapat diadakan dengan menghadirkan beberapa
pakar atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman untuk menilai produk baru yang
dirancang tersebut.
5. Perbaikan Desain
Setelah desain produk divalidasi melalui diskusi dengan para pakar dan para ahli
lainnya, maka akan dapat diketahui kelemahannya. Kelemahan tersebut diperbaiki
dengan cara merubah desain.
6. Uji coba produk
Dalam bidang pendidikan, desain produk harus dapat langsung diuji coba, setelah
divalidasi dan revisi. Uji coba tahap awal dilakukan dengan simulasi penggunaan
produk baru tersebut. Setelah disimulasikan maka dapat diuji cobakan pada
kelompok yang terbatas. Pengujian dapat dilakukan dengan tujuan untuk
mendapatkan informasi apakah produk baru tersebut efektif dan efisien atau
dalam hal ini memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan produk
lain. Untuk itu pengujian dapat dilakukan dengan eksperimen yaitu
membandingkan efektifitas produk baru dengan produk lama.
7. Revisi Produk
Apabila dalam pengujian produk di dapat hasil yang kurang memuaskan maka
dapat direvisi lagi dan setelah direvisi maka perlu diuji cobakan lagi.
8. Uji coba pemakaian
Setelah uji coba terhadap produk berhasil maka selanjutnya produk tersebut
diterapkan dalam lingkup yang lebih luas. Dalam pelaksanaannya, produk baru
tersebut harus tetap di nilai kekurangan atau hambatan yang muncul guna untuk
perbaikan lebih lanjut.
9. Revisi produk
Revisi produk dilakukan apabila dalam pemakaian pada lembaga yang lebih luas
terdapat kekurangan dan kelemahan. Dalam uji pemakaian, sebaiknya pembuat
produk selalu mengevaluasi bagaimana kinerja produk. Evaluasi dilakukan untuk
mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada sehingga dapat digunakan untuk
penyempurnaan dan pembuatan produk baru lagi.
10. Pembuatan produk masal
Bila produk yang dihasilkan tersebut telah efektif dalam beberapa kali pengujian,
maka produk tersebut dapat diterapkan pada lembaga pendidikan yang lain.

E. Pemilihan Sampel Penelitian Pengembangan

F. Instrumen yang Digunakan


Salah satu bagian penting dalam penelitian dengan metode R&D adalah
mengembangkan instrumen penelitian. Instrumen penelitian sangat diperlukan dalam
setiap tahapan penelitian ini baik pada saat studi eksplotari, pengembangan model
konseptual sampai pada uji coba model serta uji keefektivannya. Di bawah ini akan
dijelaskan mengenai beberapa jenis instrumen yang digunakan dalam proses R&D.
1. Jenis Instrumen dalam R&D
Penelitian dan Pengembangan dalam upaya pengambangan model bidang
kependidikan merupakan jenis penelitian multi tahap, dimana setidaknya peneliti
harus melakukan tiga jenis penelitian dalam satu periode penelitian. Beberapa
instrumen yang dapat digunakan oleh peneliti berdasarkan tahapan penelitiannya:
a. Penelitian pendahuluan; dalam studi ini instrumen yang dapat digunakan oleh
peneliti antara lain: angket, wawancara dan dokumentasi.
b. Pengembangan model konseptual; dalam mengembangkan model konseptual,
peneliti harus melalui beberapa tahap seperti: pengembangan model, serta
validasi model. Instrumen penelitian diperlukan oleh peneliti pada fase
validasi model. Instrumen yang dapat digunakan oleh peneliti dalam validasi
model antara lain: angket atau daftar pertanyaan dalam kegiatan Focus Grup
Discussion (FGD) dan wawancara terstruktur.
c. Uji Coba Model; dalam kegiatan uji coba model, peneliti harus
mempersiapkan beberapa instrumen untuk mengevaluasi proses dan hasil
eksperimen yang dilakukan. Dalam evaluasi proses peneliti dapat
menggunakan angket (kuantitatif) jika peneliti bermaksud menggali lebih
dalam tentang informasi dalam evaluasi proses (triangulation mixed method)
maka peneliti dapat juga melakukan triangulasi dengan wawancara dan
bahkan observasi partisipan. Sedangkan dalam evaluasi hasil terutama untuk
mengetahui keefektivan model intrumen yang digunakan adalah berupa
angket. Ada dua jenis angket yang digunakan oleh peneliti, yaitu angket test
dan angket nontest. Angket test bersisi beberapa pertanyaan untuk mengetahui
sejauhmana tingkat pengetahuan subjek penelitian tentang mata pelajaran
tertentu. Sedangkan angket non test berkaitan dengan perubahan aspek sikap
yang menjadi tujuan penelitian.
2. Langkah Pengembangan Instrumen
Meskipun banyak instrumen tersedia yang dihasilkan oleh para peneliti
sebelumnya, namun ada kalanya peneliti harus mengembangkan sendiri intrumen
penelitiannya. Beberapa langkah dasar yang dapat dilakukan oleh peneliti dalam
mengembangkan intrumen antara lain:
a. Terlebih dahulu harus memahami pendekatan yang dapat digunakan untuk
mengukur sifat atau perilaku yang menjadi objek penelitian;
b. Melakukan kajian bahan bacaan terkait topik penelitian kemudian melakukan
diskusi dengan teman sebaya (peer review) yang membahas pendekatan yang
akan dilakukan untuk mengukur masing-masing variabel penelitian;
c. Bertanya pada beberapa orang yang ahli (profesional) dibidang yang akan
dikaji untuk meninjau item yang dibuat, mulai dari keterbacaan, pemaknaan,
tingkat kebiasan, dan tingkat kerumitan;
d. Menentukan sampel kecil yang sama dengan sampel yang akan digunakan
dalam penelitian sebenarnya, kemudian ujicobakan. Sehingga dapat diketahui
validitas dan reliabilitas instrumennya;
e. Melakukan revisi, pengurangan, perubahan dan bahkan penambahan item jika
diperlukan, tergantung hasil dari uji coba instrument;

3. Validitas dan Reliabilitas Instrumen


Kata validitas berasal dari Bahasa Inggris yang bermakna “memunculkan
objektivitas”, dan “dengan menggunakan dasar yang kuat”. Dalam ilmu
penelitian, terdapat dua validitas utama, yaitu validitas internal dan validitas
eksternal. Validitas internal didefinisikan sebagai validitas dimana hubungan dua
variable bersifat kausal. Definisi lain mengatakan tingkatan dimana hasil
penelitian dapat dipercaya kebenarannya.
Secara teori, tingkat validitas internal dipengaruhi oleh faktor-faktor: a) history
dikarenakan faktor eksternal mempengaruhi hasil penelitian; b) maturasi atau
adanya perubahan dalam diri responden karena perubahan waktu; c) tesing atau
tes yang mempengaruhi responden dalam menjawab pertanyaan yang diberikan;
d) alat ukur atau instrumentation yang berkaitan dengan penggantian alat ukur
selama penelitian dilakukan; e) seleksi yang merupakan akibat yang
mempengaruhi hasil penelitian dikarenakan prosedur proses pemilihan responden
dan e) mortalitas atau efek dikarenakan hilangnya responden yang sedang diteliti
karena alas an-alasan tertentu (Creswell, 2008).
Validitas eksternal didefinisikan sebagai tingkatan dimana hasil-hasil penelitian
dapat digeneralisasi kedalam populasi, latar penelitian dan kondisi-kondisi lainnya
yang mirip (Cosenza, 1985, hal 108) dan waktu yang berbeda.
Reliabilitas merujuk pada konsistensi pengukuran dimana hasil yang serupa
terhadap berbagai bentuk instrumen yang sama atau cara pengumpulan data. Cara
lain untuk konsep keandalan adalah untuk menentukan sejauh mana suatu
tindakan bebas dari kesalahan. Jika memiliki sedikit kesalahan instrumen ini dapat
diandalkan, dan jika ia memiliki jumlah besar kesalahan maka alat itu tidak bisa
diandalkan. Kita dapat mengukur kesalahan dengan memperkirakan seberapa
konsisten sifat yang dinilai (Mc Millan & Schumacher, 2001).

DAFTAR PUSTAKA

Creswell, J.W. (2008). Educational Research, Planning, Conducting, and Evaluating


Quantitative and Qualitative Research. Third Edition. New Jersey: Pearson Education Merrill
Prentice Hall.
Husein Umar, 1999, Riset Sumber Daya Manusia Dalam Organisasi, PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta.

MC. Millan, J.H. & Schumacher, S. (2001). Research in Education, A Conceptual


Introduction. Fifth Edition. New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Cetakan ke-5.
Bandung: CV. Alfabeta.

Anda mungkin juga menyukai