Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat limpahan
rahmat, taufik, hidayah serta inayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Elektronika Dasar II. Mengenai
aplikasi amplifier sampai ke speaker, saya menyadari penulisan makalah ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, saya membuka diri bila ada kritikan-
kritikan dari pembaca makalah ini.
Terakhir kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penulisan makalah ini.
Mudah-mudahan Allah SWT selalu menjaga dan membimbing dalam setiap langkah kita, sehingga
dalam kehidupan kita sehari-hari tidak terlepas dari Rahmat dan Hidayah Allah SWT, semoga
makalah ini bias turut andil dalam mencerdaskan generasi muda bangsa.Amin.
Penulis
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada sistem audio, spektrum frekuensi dapat dibagi menjadi tiga wilayah, yaitu bass,
middle, dan treble. Untuk keperluan tertentu, ketiga wilayah nada tersebut diatur sedemikian
rupa sehingga sesuai dengan karakteristik ruangan atau sesuai dengan keinginan si pendengar
musik. Sebuah pengatur nada biasanya ditambahkan untuk melengkapi penguat audio
sehingga didapatkan respon frekuensi seperti yang diinginkan. Pengatur nada tersebut
berfungsi untuk memperbesar (boost) atau memperlemah (cut) sinyal-sinyal audio pada
frekuensi tertentu. Pengatur nada aktif dibuat menggunakan filter yang diberi penguat dengan
umpan balik negatif.
Pada sistem kontrol, pengertian umpan balik berarti pengembalian hasil dari keluaran
kepada masukan dari suatu sistem. Konsep umpan balik ini sangat penting dalam teori sistem
kontrol karena akan menentukan karakteristik dan mempengaruhi kestabilan dari sistem
kontrol tersebut. Sistem audio dapat dipandang sebagai sebuah sistem kontrol yang juga
memiliki parameter-parameter seperti gain, frequency response, dan lain-lain. Pada sistem
audio, terdapat fenomena natural feedback dimana sinyal suara yang dikeluarkan dari speaker
akan masuk kembali ke dalam sistem dan mempengaruhi karakteristik dan performa dari
sistem tersebut. Ada banyak sistem kontrol umpan balik yang dirancang supaya acoustic
feedback yang muncul di dalam sistem bisa dimanfaatkan untuk memperoleh respon tertentu
dari sistem. Untuk menghasilkan nada rendah, tersedia loud-speaker khusus yang disebut
sebagai woofer. Beberapa penguat audio dilengkapi dengan penguat khusus untuk frekuensi
rendah ini karena konstruksi dari diafragma woofer itu sendiri yang cukup tebal disamping
ukuran coil dari loud-speaker woofer yang juga tergolong besar sehingga diperlukan daya
lebih untuk menggerakkan diafragma tersebut hingga dihasilkan bunyi nada rendah yang
cukup keras.
Umpan balik yang diberikan pada amplifier diperoleh dari sinyal akustik yang diubah
menjadi sinyal listrik menggunakan sebuah transducer. Makalah ini disusun dengan urutan
sebagai berikut. Di bagian awal akan dijelaskan teori dasar dari sistem berumpan balik dan
respon filter yang diharapkan. Kemudian dilanjutkan dengan perencanaan dan implementasi
sistem. Di bagian akhir akan disajikan hasil-hasil pengujian dan ditutup dengan kesimpulan.
Secara umum, skema dasar sebuah sistem penguat berumpan balik dapat dilihat pada gambar
1 di bawah ini.
Jika sinyal yang masuk sebelum komparator disebut sebagai Xs, perbedaan sinyal
antara sinyal yang masuk sebelum komparator dan sinyal terumpan balik ke masukan
disebut sebagai Xd (sinyal selisih), sinyal umpan balik disebut sebagai Xf, dan sinyal
keluaran disebut sebagai Xo, maka hubungan dari keempat sinyal tersebut dinyatakan
sebagai berikut.
Xd = Xi = Xs – Xf ..............................(1)
dimana:
Xf = B x Xo .......................................(2)
Xo = A x Xi ........................................(3)
AB ≡ Xo / Xs ≡ BA / 1+.......................(4)
D (desensitifitas) atau perbedaan balik antara penguat dengan umpan balik didefinisikan:
D = 1+ AB ........................................(5)
ZoB = Zo / 1 + BA ..............................(7)
dimana:
................(8)
Berdasarkan konfigurasi penguat dengan umpan baliknya, dikenal ada empat macam
konfigurasi umpan balik: series input-series output (SISO), series-input parallel output
(SIPO), parallel input-series output(PISO), dan parallel input-parallel output(PIPO).
Pada umpan balik negatif, memang terjadi penurunan pada penguatan tegangannya
(persamaan 4). Tetapi, karakteristik positif yang dihasilkan adalah impedansi input yang
lebih tinggi (sehingga mengurangi efek pembebanan sumber sinyal), tanggapan frekuensi
yang lebih baik (dengan bandwidth dikalikan penguatan total yang selalu konstan), serta
penguatan yang lebih stabil (lebih kebal terhadap pengaruh perubahan eksternal).
Sedangkan pada umpan balik positif, penguat akan cenderung mengalami osilasi. Itu
sebabnya kebanyakan umpan balik positif digunakan sebagai osilator. Pada beberapa
sistem, umpan balik positif ini tidak diinginkan keberadaannya. Contoh-nya pada sistem
amplifier yang kurang dikontrol dengan baik, jika sebuah loudspeaker dipasang
berhadapan langsung dengan microphone, seringkali terdengar noise dengan frekuensi
tertentu.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi penguat audio (amplifier)?
2. Bagaimana cara kerja pada penguat audio?
3. Sebutkan klasifikasi tentang penguat audio (amplifier)!
C. Tujuan
PEMBAHASAN
a. Input Sinyal
Input sinyal dapat berasal dari beberapa sumber, antara lain dari CD/DVD Player,
Tape, Radio AM/FM, Microphone, MP3 Player, Ipod, dll. Masing-masing sumber sinyal
tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda-beda. Bagian Input sinyal harus mampu
mengadaptasi sinyal sinyal tersebut sehingga sama pada saat dimasukkan ke penguat awal/
penguat depan (pre-amp).
Pengatur nada bertujuan menyamakan (equalize) suara yang dihasilkan pada speaker
agar sesuai dengan aslinya (Hi-Fi). Pengatur nada minimal mempunyai pengaturan untuk
nada rendah dan nada tinggi. Selain itu ada juga jenis pengatur nada yang mempunyai
banyak kanal pengaturan pada frekuensi tertentu yang biasa disebut dengan Rangkaian
Equalizer. Prinsip dasar pengaturan nada diperoleh dengan mengatur nilai R/C resonator
pada rangkaian filter.
Penguat Akhir adalah rangkaian penguat daya yang bertujuan memperkuat sinyal
dari pengatur nada agar bisa menggetarkan membran speaker. Penguat akhir biasanya
menggunakan konfigurasi penguat kelas B atau kelas AB. Syarat utama sebuah penguat
akhir adalah impedansi output yang rendah antara 4-16 ohm) dan efisiensi yang
tinggi.Karena kerja dari penguat akhir sangat berat maka biasanya akan timbul panas dan
dibutuhkan sebuah plat pendingin untuk mencegah kerusakan komponen transistor penguat
akhir karena terlalu panas.
e. Speaker
Speaker berfungsi mengubah sinyal listrik menjadi sinyal suara. Semakin besar daya
sebuah speaker biasanya semakin besar pula bentuk fisiknya. Secara umum speaker terbagi
menjadi tiga, yaitu Woofer (bass), Squaker (middle), dan tweeter (high). Impedansi
speaker antara 4 ohm, 8 ohm dan 16 ohm.Saat ini ada juga speaker yang disebut dengan
subwoofer, yaitu speaker yang mampu mereproduksi sinyal audio dengan frekuensi yang
sangat rendah dibawah woofer.
f. Power Supply
Power Supply merupakan rangkaian pencatu daya untuk semua rangkaian. Secara
umum power supply mengeluarkan dua jenis output, yaitu output teregulasi dan tidak
teregulasi. Output teregulasi dipakai untuk rangkaian pengatur nada dan penguat awal,
sementara rangkaian power supply tidak teregulasi dipakai untuk rangkaian power
amplifier.
Po = Vx² / 1,4RL
Yang dimaksud setengah tegangan supply efektif untuk Vx adalah setengah tegangan
supply terukur ketika po-amp menarik arus untuk mengeluarkan daya maksimal. Jadi,
yang dimaksud di sini bukanlah setengah dari tegangan maksimum (Vmax). Untuk
mudahnya, besar tegangan supply efektif bisa dirujuk kepada besar tegangan AC sekunder
dari trafo power supply. Jika tegangan dari trafo power supply yang digunakan adalah
32V, maka tegangan efektif adalah kira-kira tidak jauh dari itu atau secara praktis bisa
dikatakan sama. Maka setengah tegangannya adalah 16V.
Dalam prakteknya, Po akan mengalami penurunan dengan faktor pembagi 1,45
dikarenakan adanya kerugian-kerugian di dalam proses penguatan po-amp untuk
menghasilkan daya maksimal. Contoh hitungan :
Sebuah po-amp OTL dengan tegangan supply tertulis (Vmax) sebesar 85V. Berapakah
daya maksimalnya jika dibebani speaker berimpedansi 8 Ohm?
Tergangan efektif = Vmax / 1,41 = 60V, berarti Vx = 30V
Po = 900 / 11,2 = 80W
Dalam prakteknya, Po maksimal adalah : 80 / 1,45 = 55,4W.
tegangan tengah di titik X dilakukan oleh VR 50k, sedangkan arus stasioner
ditentukan oleh besarnya resistor yang diseri dengan dioda D (pada gambar besarnya 270
Ohm).Umpan balik positif dilakukan oleh untaian resistor 100k, 10k dan kondensator 473.
b. Power Amplifier system OCL
Keterbatasan po-amp system OTL salah satunya adalah sulitnya untuk
dikembangkan sebagai penguat “super-power” (berdaya sangat besar). Hal ini disebabkan
karena menerapkan supply tegangan tunggal dan juga karena selalu ada keperluan terhadap
kondensator kopel kepada speaker yang harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Jika
tegangan supply semakin ditinggikan, maka kondensator kopel ini harus mampu bertahan
terhadap tegangan yang tinggi pula. Begitu juga kondensator perata (smoothing
condensator) pada rangkaian power supply-nya.
Po-amp system OCL (Output CapacitorLess) memperbaiki kelemahan ini. Ia adalah
system power amplifier yang tidak lagi menerapkan kondensator kopel di jalan output-
nya. Transfer sinyal audio dari output kepada speaker dimungkinkan tanpa menggunakan
kondensator adalah dengan menerapkan supply tegangan terbelah (split power supply).
Perhatikanlah gambar berikut :
Po = Vx² / 1,4RL
Yang dimaksud setengah tegangan supply efektif untuk Vx adalah setengah tegangan
dari supply positif dan negatif ketika po-amp menarik arus untuk mengeluarkan daya
maksimal. Jadi, yang dimaksud di sini bukanlah setengah dari tegangan supply maksimum
(Vmax). Untuk mudahnya, besar tegangan supply efektif bisa dirujuk kepada besar
tegangan AC sekunder dari trafo power supply. Jika tegangan dari trafo power supply
yang digunakan adalah 2x25V (CT), maka tegangan efektif adalah kira-kira tidak jauh dari
itu, yakni 50V. Maka setengah tegangannya adalah 25V.
pada gambar tampak contoh sebuah po-amp OCL yang menggunakan IC. Po-amp
ini sempat populer sebagai amplifier speaker aktif di banyak rancangan. Dalam gambar
hanya diperlihatkan satu kanal, untuk versi stereo adalah dua kali dari itu.
Dengan gambar yang diperlihatkan, po-amp ini bisa langsung difungsikan sebagai
amplifier audio untuk PC (Personal Computer) berdaya besar. Meskipun tanpa ada
fasilitas pengaturan nada (tone control), akan tetapi hasilnya tetap cukup baik karena fungsi
pengaturan nada pada PC sebenarnya telah tersedia di dalam program media playernya.
Perhatikanlah bahwa fungsi R1 dan R3 adalah sama dengan R2 dan R4 pada skema po-
amp OCL bertransistor sebelumnya. Umpan balik negatif diselenggarakan oleh R3, R2
dan C2.
D1 dan D2 dipasang hanyalah sebagai protektor saja, tidak mempengaruhi kinerja IC
dalam menguatkan sinyal audio. R4 dan C5 berfungsi untuk mencegah terjadinya osilasi
ketika po-amp bekerja menguatkan frekwensi-frekwensi audio.
c. Power amplifier system BTL
BTL adalah singkatan dari Bridge TransformerLess, yaitu system power amplifier
yang menerapkan system jembatan dan meniadakan peran transformator impedansi di
dalam melimpahkan daya outputnya kepada speaker.
Jika pada penghantar 1 ada tegangan ac sebesar 3V terhadap ground (0V), dan pada penghantar 2
juga ada tegangan ac sebesar 3V terhadap ground namun berlawanan fasa dengan tegangan pada
penghantar 1, maka di antara penghantar 1 dan penghantar 2 terdapat tegangan ac sebesar 6V.
Perhatikan gambar di atas. Ketika pada penghantar 1 tegangan ac sedang mengayun
ke arah positif, pada penghantar 2 tegangan mengayun ke arah negatif. Inilah yang
dimaksud berlawanan fasa 180 derajat, yaitu bertolak belakang.
Pada po-amp A2 sinyal masukan diumpankan kepada jalan masuk inverting (yang
menjungkirkan) sehingga sinyal keluarannya akan berbeda fasa (terbalik) dengan sinyal
masukan. Hasilnya adalah di antara keluaran kedua po-amp (out1 dan out2) terdapat sinyal
keluaran yang saling berlawanan fasa.
Daya keluaran po-amp BTL
Telah diulas dalam tulisan sebelumnya tentang pendekatan untuk mengetahui
besarnya daya keluaran sebuah po-amp OTL atau OCL berdasarkan tinggi tegangan supply
dan impedansi speaker yang dibebankan kepadanya. Ketika dua po-amp OTL atau OCL
dirangkai sebagai penguat BTL, daya yang dihasilkan akan lebih besar sekitar 3,5 kali
lipat.
Pendekatan untuk mengetahui besarnya daya yang dihasilkan po-amp BTL adalah :
Po = (2Vx)² / 1,4RL
Di mana Po adalah daya keluaran (power output), Vx adalah setengah tegangan supply
efektif, dan RL adalah impedansi speaker. Dengan adanya kerugian-kerugian maka hasil
aktualnya masih harus dibagi lagi dengan faktor 1,45. Apa yang didapatkan dari
perhitungan di atas bukan suatu yang mutlak, akan tetapi hanyalah pendekatan secara
umum untuk mengetahui seberapa besar daya yang “mungkin” bisa dihasilkan dengan
besar tegangan supply sedemikian. Akan tetapi pada akhirnya faktor rancangan po-amp
merupakan hal yang sangat menentukan besarnya daya keluaran yang dihasilkan.
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Penguat audio (amplifier) adalah, sinyal input di replika (copied) dan kemudian di reka kembali
(re-produced) menjadi sinyal yang lebih besar dan lebih kuat. Sedangkan beberapa perangkat
yang berpengaruh terhadap penguat audio adalah sebagai berikut:
a. Input Sinyal
b. Penguat Awal/Penguat Depan (Pre-amp)
c. Pengatur Nada (Tone Control)
d. Penguat Akhir (Power Amplifier)
e. Speaker
f. Power Supply
Macam-macam penguat akhir tiga diantaranya adalah OTL, OCL, dan BTL.
OTL (Output TransformerLess) adalah system audio po-amp yang tidak menerapkan
transformator impedansi di jalur keluaran (output) nya, akan tetapi menerapkan kondensator
kopel untuk melimpahkan sinyal audio kepada speaker.
Po-amp system OCL (Output CapacitorLess) adalah system power amplifier yang tidak
lagi menerapkan kondensator kopel di jalan output-nya dengan menerapkan supply tegangan
terbelah (split power supply).
BTL adalah singkatan dari Bridge TransformerLess, yaitu system power amplifier yang
menerapkan system jembatan dan meniadakan peran transformator impedansi di dalam
melimpahkan daya outputnya kepada speaker.
Teknnologi dolby ternyata ada dolby a, dolby b, bolby sr, dolby hx pro dolby fm, dolby s,
dolby c dengan mempunyai fungsi yang berbeda dan setiap teknologi memiliki kelebihan dan
kekurangan.
DAFTAR PUSTAKA
Katsuhiko Ogata. ìModern control engineering, 4th edition. Upper Saddle River, 2002.
Robert Boylestad, Louis Cashelsky. ìElectronic Devices and Circuit Theory, 8th edition. Prentice
Hall Inc., 2002.
Roland E. Thomas. The Analysis and Design of Linear Circuits, 5th edition. John Wiley & Sons
Inc., 2006.
Robert F. Coughlin, Frederick Driscoll. Opera-tional Amplifier and Linear Integrated Circuit,
6nd edition. Prentice Hall Inc., 2000.
James Boyk, Gerald Jay Sussman. Small-Signal Distortion in Feedback Amplifiers for Audio.
Eberhard Hansler and Gerhard Schmidt. Acoustic Echo and Noise Control. John Wiley & Sons
Inc, 2004.
Jan Scheuing, Bin Yang. Frequency shifting for acoustic feedback reduction. European DSP
Education and Research Symposium (EDERS) 2006, M¸nchen, April 2006.
http://teknologi.inilah.com/read/detail/2145560/mengenal-teknologi-dolby-digital/16268/dolby-
srdiakses pasa 30 maret 2015