Anda di halaman 1dari 25

Nama Peserta : dr.

Citra Dwi Astuti


Nama Wahana : RSUD Kecamatan Mandau
Topik : Penegakan Diagnosis Luka Bakar
Tanggal (Kasus) : 22 November 2014
Nama Pasien : Tn. N No. RM : 04.87.18
Tanggal Persentasi : 27 November 2014 Nama Pendamping : dr. Henny

Tempat Persentasi : RSUD Kecamatan Mandau


Obyektif Persentasi :

Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan Pustaka

Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa

Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil

Deskripsi :
seorang Laki – laki Umur 24 tahun datang dengan keluhan adanya luka bakar karena tersiram air panas pada lengan
kanan,dada,perut,dan kaki kanan sejak 2 jam SMRS. Pasien merupakan penjual bakso keliling yang pada saat itu terjatuh ketika
sedang berjualan sehingga tubuhnya tersirami kuah bakso yang panas. Kulit yang terkena siraman air panas melepuh hingga berwarna
kemerahan dan ada juga yang berbentuk gelembung-gelembung berisi cairan.Sebelum dibawa kerumah sakit pasien sempat berobat
kebidan dan diberi salep bioplacenton. Sesak nafas (-), mual (-), muntah (-).
Tinjauan Pustaka

Bahan Bahasan : Tinjauan Pustaka Riset kasus Audit

Cara Membahas : Diskusi Persentasi dan diskusi Email Pos

Data Pasien : Nama : Tn. N No. Registrasi : 04.87.18

Nama Klinik : RSUD Kecamatan Mandau Telp : - Terdaftar Sejak : 22 Nov 2014

Data utama untuk bahan diskusi


1. Diagnosis/Gambaran Klinis :
Luka bakar grade IIa dengan luas 45%
- Kulit tangan kanan, dada , perut bagian kanan, dan kaki kanan melepuh terkena air panas dan tampah kemerahan serta
gelembung berisi cairan
- Sesak nafas (-)
- Mual (-) Muntah (-)
2. Riwayat Pengobatan : pengobatan dari Bidan :
1. Bioplacenton salep
3. Riwayat kesehatan/penyakit : -
4. Riwayat Keluarga : -
5. Riwayat pekerjaan : -
6. Kondisi lingkungan sosial dan fisik : -
7. Lain – lain : ( diberi contoh : Pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, sesuai dengan fasilitas wahana )
TTV : N : 86x/menit S : 36,5 0c RR : 20x/menit TD : 110/70 mmhg Kesadaran : Compos Mentis BB: 50kg
Pemeriksaan Fisik :
 Kepala : conjunctiva anemis : -/-. Sklera ikterik : -/-
 Leher : dalam batas normal. Thorak : SN vesikuler, rh : -/-. Wh : -/-, Cor : BJ I : BJ II : regular
 Abd : Soepel (+), Bising Usus (+) normal.
 Ekst : Akral hangat, CRT < 2”, edema (-)
 Kulit : tampak melepuh pada tangan kanan, dada, perut, dan kaki kanan. Hiperemis (+), Bula (+).
 Status lokalis :
- Tangan kanan : 9%
- Dada depan kanan : 9%
- Perut depan kanan : 9%
- Kaki kanan : 18%
Total : 45%
 Tanda rangsang meningeal : dalam batas normal
 Pemeriksaan Saraf Cranial : dalam batas normal
 Pemeriksaan laboratorium : Hb : 12,5 gr/dl, leu : 15.000/ul, trombosit : 240.000/ul, Ht :36,8%
Daftar Pustaka :
Luka bakar. De Jong,. W., Sjamsuhidayat, R., 2004. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. EGC. Jakarta.
Referat luka bakar. http://www. Scribd. Com

Subjektif

Seorang Laki – laki Umur 24 tahun datang dengan keluhan adanya luka bakar karena tersiram air panas pada lengan
kanan,dada,perut,dan kaki kanan sejak 2 jam SMRS. Pasien merupakan penjual bakso keliling yang pada saat itu terjatuh ketika
sedang berjualan sehingga tubuhnya tersirami kuah bakso yang panas. Kulit yang terkena siraman air panas melepuh hingga berwarna
kemerahan dan ada juga yang berbentuk gelembung-gelembung berisi cairan.Sebelum dibawa kerumah sakit pasien sempat berobat
kebidan dan diberi salep bioplacenton. Sesak nafas (-), Mual (-), Muntah (-).

Objektif

TTV : N : 86x/menit S : 36,5 0c RR : 20x/menit TD : 110/70 mmhg Kesadaran : Compos Mentis

Pemeriksaan Fisik :

 Kepala : conjunctiva anemis : -/-. Sklera ikterik : -/-


 Leher : dalam batas normal. Thorak : SN vesikuler, rh : -/-. Wh : -/-, Cor : BJ I : BJ II : regular
 Abd : Soepel (+), Bising Usus (+) normal.
 Ekst : Akral hangat, CRT < 2”, edema (-)
 Kulit : tampak melepuh pada tangan kanan, dada, perut, dan kaki kanan. Hiperemis (+), bula (+)
 Status lokalis :
- Tangan kanan : 9%
- Dada depan kanan : 9%
- Perut depan kanan : 9%
- Kaki kanan : 18%
Total : 45%
 Tanda rangsang meningeal : dalam batas normal
 Pemeriksaan Saraf Cranial : dalam batas normal
 Pemeriksaan laboratorium : Hb : 12,5 gr/dl, leu : 15.000/ul, trombosit : 240.000/ul, Ht :36,8%

Assesment

Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pada kasus ini laki – laki tersebut di diagnosis Luka Bakar grade II A dengan luas 45%
Planning

Airway : O2 2-4 L via nasal kanul

Breathing : Spontan

Circulation : terapi cairan ( % luka bakar x BB (kg) x 4 cc) = ( 45% x 50kg x 4cc) = 9000cc

IVFD RL pada hari I = 4500cc dalam 8 jam

pada hari II = 4500cc dalam 16 jam

Drug : Ceftriaxon 1gr/12 j/iv , Ketorolac 30mg/8j/iv , Ranitidin 50mg/8j/iv , kompres NaCl + burnazine 10mg Cr.

Follow up tgl 23 November 2014

S = nyeri (+), mual muntah (+)

O = KU : sedang ,vital sign : T= 100/70 mmHg, n= 86,S= 36,8 0c

A = Luka Bakar grade IIa dengan luas 45% ( H2)

P = - IVFD RL 20 tpm

- Cefriaxon 1gr/ 12 jam

- Ketorolac 30mg/ 8 jam


- Ranitidin 50mg/ 8 jam

- GV/ hari

Follow up tgl 24 November 2014

S = nyeri (+), mual muntah (-)

O = KU : sedang ,vital sign : TD= 120/70 mmHg, N= 86, R= 20, S= 36,8 0c

A = Luka Bakar grade IIa dengan luas 45% ( H3)

P = - IVFD RL 20 tpm

- Cefriaxon 1gr/ 12 jam

- Ketorolac 30mg/ 8 jam

- Ranitidin 50mg/ 8 jam

- GV/ hari

Follow up tgl 25 November 2014

S = nyeri (+), gatal (+)

O = KU : sedang ,vital sign : TD= 100/70 mmHg, N = 84, R= 20, S= 37,0 0c

A = Luka Bakar grade IIa dengan luas 45% ( H4)


P = - IVFD RL 20 tpm

- Cefriaxon 1gr/ 12 jam

- Ketorolac 30mg/ 8 jam

- Ranitidin 50mg/ 8 jam

- GV/ hari

Follow up tgl 26 November 2014

S = nyeri (+), gatal (+)

O = KU : sedang ,vital sign : TD= 100/70 mmHg, N= 86, R= 20, S= 37,0 0c

A = Luka Bakar grade IIa dengan luas 45% ( H5)

P = - IVFD RL 20 tpm

- Cefriaxon 1gr/ 12 jam

- Ketorolac 30mg/ 8 jam

- Ranitidin 50mg/ 8 jam

- GV/ hari
LUKA BAKAR

Definisi

Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api
secara langsung maupun tidak langsung, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia, air, dll) atau zat-zat yang
bersifat membakar (asam kuat, basa kuat).

Etiologi
Luka bakar biasanya disebabkan oleh:
1. Luka bakar karena api (flame burn)
2. Luka bakar karena air panas (scald burn)
Air pada suhu 60ºC akan menimbulkan luka bakar pada sebagian dari ketebalan kulit atau seluruh tebal kulit dalam waktu 3
detik. Air mendidih biasanya menyebabkan luka bakar yang dalam.
3. Luka bakar karena bahan kimia (yang bersifat asam atau basa kuat)
4. Luka bakar karena listrik dan petir
5. Luka bakar karena radiasi
Derajat Luka Bakar

Luka bakar biasanya dinyatakan dengan derajat yang ditentukan oleh kedalam luka bakar. Walaupun demikian, beratnya luka
tergantung pada dalam, luas dan letak luka. Umur dan keadaan kesehatan penderita sebelumnya akan mempengaruhi prognosis.
Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tingginya suhu dan lamanya pajanan suhu tinggi. Selain api yang langsung menjilat tubuh,
baju yang ikut terbakar juga memperdalam luka bakar. Bahan baju yang paling aman adalah yang terbuat dari bulu domba (woll).
Bahan sintetis seperti nilon dan dakron, selain mudah terbakat juga mudah meleleh oleh suhu tinggi kemudian menjadi lengket
sehingga memperberat kedalaman luka bakar.
Luka bakar dibedakan atas 3 derajat, yaitu:
1. Luka bakar derajat I
1) Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superficial)
2) Kulit kering, hiperemik berupa eritem
3) Tidak dijumpai bulae
4) Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi
5) Penyembuhan terjadi secara spontan tanpa pengobatan dalam waktu 5-10 hari
Gambar 1.2 Luka bakar derajat I
2. Luka bakar derajat II
1) Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi
2) Dijumpai bulae
3) Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teratasi
4) Dasar luka berwarna merah atau pucat, sering terletak lebih tinggi di atas kulit normal
Luka bakar derajat II dibedakan atas dua, yaitu:
a. Derajat II dangkal (superficial)
a) Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis
b) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebacea masih utuh
c) Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari
b. Derajat II dalam (deep)
a) Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis
b) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebacea sebagian besar masih utuh
c) Penyembuhan terjadi lebih lama, tergantung biji epitel yang tersisa. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu
lebih dari satu bulan.

Gambar 1.3 Luka bakar derajat II


3. Luka bakar derajat III
1) Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dan lapisan yang lebih dalam
2) Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebacea mengalami kerusakan
3) Tidak dijumpai bulae
4) Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat. Karena kering, letaknya lebih rendah dibandingkan kulit sekitar
5) Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal sebagai eskar
6) Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi, oleh karena ujung-ujung saraf sensorik mengalami kerusakan/kematian
7) Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan dari dasar luka
Gambar 1.4 Luka bakar derajat III

Zona kerusakan jaringan


1) Zona koagulasi, daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) akibat pengaruh panas
2) Zona statis, daerah yang berada langsung diluar zona koagulasi. Di derah ini terjadi kerusakan endotel pembuluh darah
disertai kerusakan trombosit dan leukosit sehingga terjadi gangguan perfusi diikuti perubahan permeabilitas kapiler dan
respons inflamasi local. Proses ini berlangsung selama 12-24 jam pasca cedera, dan mungkin berakhirdengan nekrosis
jaringan.
3) Zona hiperemi, daerah diluar zona statis, ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi seluler.
Tergantung keadaan umum dan terapi yang diberikan, zona ketiga dapat mengalami penyembuhan spontan, atau berubah
menjadi zona kedua bahkan zona pertama.
Luas Luka Bakar

Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Pada orang dewasa digunakan “rumus 9” (rules of
nine), yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung, perut, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha
kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%, sisanya 1% adalah daerah genitalia.
Rumus ini membantu untuk menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa.3

Gambar 1. Luasnya luka bakar


Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif
permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi
dan rumus 10-15-20 untuk anak. Untuk anak kepala dan leher 15%, badan depan dan belakang masing-masing 20%, ekstremitas
atas kanan dan kiri masing-masing 10%, ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15%. Selain dalam dan luasnya
permukaan, prognosis dan penanganan ditentukan oleh letak daerah yang terbakar, usia, dan keadaan kesehatan penderita. Daerah
perineum, ketiak, leher, dan tangan sulit perawatannya, antara lain karena mudah mengalami kontraktur. Bayi dan orang lanjut
usia daya kompensasinya lebih rendah maka bila terbakar digolongkan dalam golongan berat.3

Kategori Penderita

Berdasarkan berat atau ringannya luka bakar, diperoleh beberapa kategori penderita, yaitu:5
1. Luka bakar berat
1) Derajat II > 25%
2) Derajat III > 10%
3) Derajat III pada muka, tangan, dan kaki
4) Trauma pada jalan nafas atau inhalasi
5) Disertai fraktur, luka luas
6) Luka bakar listrik
2. Luka bakar sedang
1) Derajat II 15-25%
2) Derajat III < 10% kecuali muka, tangan, dan kaki
3. Luka bakar ringan
1) Derajat II < 15%
2) Derajat III < 2%

Patofisiologi

Terdapat tiga fase luka bakar, yaitu:


1. Fase awal, fase akut, fase syok, dengan permasalahan adanya gangguan keseimbangan sirkulasi (cairan dan elektrolit) dan
gangguan perfusi oksigen.
2. Fase setelah syok diatasi, fase subakut. Fase ini berlangsung setelah syok dapat diatasi. Luka terbuka akibat kerusakan jaringan
(kulit dan jaringan di bawahnya) menimbulkan masalah antara lain:
a) Proses inflamasi yang disertai eksudasi dan kebocoran protein. Terjadi reaksi inflamasi lokal yang berkembang menjadi
reaksi sistemik dengan dilepasnya zat-zat yang berhubungan dengan proses imunologik, yaitu kompleks lipoprotein (lipid
protein complex, burn toxin) yang menginduksi respon inflamasi sistemik (systemic inflammation response syndrome,
SIRS)
b) Infeksi yang dapat menimbulkan sepsis
c) Proses penguapan cairan tubuh disertai panas atau energy (evaporative heat loss) yang menyebabkan perubahan dan
gangguan proses metabolism
3. Fase lanjut, fase ini berlangsung setelah terjadi penutupan luka sampai terjadinya maturasi. Masalah pada fase ini adalah
timbulnya penyulit dari luka bakar berupa parut hipertrofik, kontraktur dan deformitas lain yang terjadi karena kerapuhan
jaringan atau organ-organ struktural.
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan
permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas
menyebabkan udem dan menimbulkan bula yang banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan
intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya
cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat dua dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat tiga.
Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari
20% akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat,
tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurrang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam.
Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas,
asap, atau uap panas yang terhisap. Udem laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala
sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak berwarna gelap akibat jelaga.
Dapat juga keracunan gas CO dan gas beracun lainnya. Karbonmonoksida akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga
hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada
keracunan yang berat terjadi koma. Bisa lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal. Setelah 12 – 24 jam,
permeabilitas kapiler mulai membaik dan mobilisasi serta penyerapan kembali cairan udema ke pembuluh darah. Ini di tandai
dengan meningkatnya diuresis.
Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan luka bakar adalah menghentikan proses luka bakar. Tindakan pertama menolong kasus luka bakar
adalah menghentikan api dengan air dingin atau air mengalir selama 15-20 menit atau menggunakan bahan yang tidak mudah
terbakar seperti handuk basah atau karung basah. Pakaian yang terbuat dari bahan yang mudah terbakar seperti nilon atau tetoron
segera dilepaskan sebagai upaya menghentikan kontak tubuh dengan bahan panas. Jika penyebabnya listrik, segera putuskan
aliran listrik. Luka bakar karena asam kuat, netralisir dengan air. Apabila berada dalam ruang tertutup segera bawa ke ruang
terbuka yang memiliki ventilasi yang bagus.6
Kasus luka bakar merupakan suatu bentuk cedera sehingga penatalaksanaannya secara umum sesuai dengan penatalaksanaan
cedera yang diterapkan menurut Advanced Trauma Life Support (ATLS), secara khusus menurut Advanced Burn Life Support
(ABLS) adalah sebagai berikut:6,7
1. Primary Survey
1) Penilaian jalan nafas (Airway)
Perhatian utama ditujukan pada status jalan nafas pasien yang berhubungan dengan adanya riwayat paparan saluran nafas
terhadap suhu tinggi dan atau asap/sisa pembakaran yang terhisap. Adanya cedera inhalasi dicurigai pada kasus-kasus
dibawah ini, yaitu:
a. riwayat terbakar di dalam ruang tertutup
b. riwayat terpapar pada ledakan
c. luka bakar yang mengenai wajah dan atau leher
d. bulu hidung dan alis hangus terbakar
e. sputum yang mengandung karbon atau arang
f. dijumpai deposit karbon dan tanda-tanda radang akut daerah orofaring, seperti suara serak
Bila ditemukan salah satu dari keadaan diatas sangat mungkin terjadi trauma inhalasi yang memerlukan penanganan dan
terapi definitif termasuk pembebasan jalan nafas. Prosedur yang dilakukan adalah intubasi dan atau krikotiroidotomi.
Trauma inhalasi merupakan indikasi untuk merujuk ke pusat luka bakar.
2) Penilaian mekanisme bernafas (Breathing)
Perhatian utama ditujukan pada gangguan mekanisme bernafas oleh karena adanya eskar melingkar di dinding dada dan
atau adanya cedera toraks seperti pneumotoraks, hematotoraks, fraktur tulang iga. Jika terdapat tanda-tanda pneumotoraks
atau hematotoraks segera lakukan pemasangan Water Sealed Drainage (WSD).
3) Penilaian sirkulasi (Circulation)
Penilaian utama adalah memperhatikan adanya gejala atau tanda-tanda syok . Resusitasi cairan bertujuan untuk
mengoreksi volume akibat ekstravasasi cairan dan elektrolit ke jaringan intersisial.
a. Penatalaksanaan dalam 24 jam pertama
a) Resusitasi syok, dengan menggunakan larutan kristaloid Ringer’s Lactate atau Ringer’s Acetate.
 Pemasangan satu atau beberapa jalur intravena. Jika dijumpai kesulitan melakukan pemasangan jalur vena
biasa, bisa dilakukan vena seksi pada beberapa tempat. Hal-hal yang perlu diperhatikan, yaitu tidak memilih
jalur vena pada tungkai bawah karena terdapat hipoperfusi perifer dan menghindari pemasangan pada daerah
luka.
 Pemberian cairan pada syok atau pada kasus dengan luas >25%-30% atau dijumpai keterlambatan >2jam.
Dalam waktu < 4 jam pertama diberikan cairan kristaloid sebanyak:

3 [25% (70%xBB)] ml
b) Resusitasi tanpa syok
Resusitasi cairan tanpa gejala klinik syok atau pada kasus dengan luas <25%-30% tanpa keterlambatan atau
dijumpai keterlambatan < 2 jam. Kebutuhan cairan sehari dihitung berdasarkan Rumus Baxter, yaitu:

3-4 ml / kgBB / % luas LB

Pemberiannya berdasarkan formula Parkland, yaitu:


 Pada 24 jam pertama: setengah jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam
berikutnya
- Pada bayi, anak, dan orangtua kebutuhan cairan adalah 4 ml
- Penggunaan zat vasoaktif (dopamine atau dobutamin) dengan dosis 3mg/kgBB dengan titrasi atau
dilarutkan dalam 500ml Glukosa 5% dengan jumlah tetesan dibagi rata dalam 24 jam
- Pemantauan bertujuan untuk menilai sirkulasi sentral
 Central Venous Pressure (CVP) diupayakan minimal berkisar 6-12 cmH2O
 Pemantauan sirkulasi perifer
o Sirkulasi renal
 Jumlah produksi urin dipantau melalui kateter
 Bila produksi urin <0,5ml/kgBB/jam maka jumlah cairan ditingkatkan sebanyak 50% dari
jumlah yang diberikan pada jam sebelumnya
 Bila produksi urin >1ml/kgBB/jam maka jumlah cairan yang diberikan dikurangi 25% dari
jumlah yang diberikan pada jam sebelumnya
 Pemeriksaan laboratorium berupa fungsi renal (ureum dan kreatinin), berat jenis, dan sedimen
urin.
o Pemantauan sirkulasi splangnikus
 Penilaian kualitas dan kuantitas produksi cairan lambung melalui pipa nasogastrik
 Penilaian fungsi hepar (fungsi enzimatik, fungsi sintetik dsn metabolik)
- Pemeriksaan darah perifer lengkap. Komposisi nilai hemoglobin dan hematokrit darah menggambarkan
hemokonsentrasi (hipovolemia, cairan yang diberikan kurang) atau hemodilusi (kelebihan cairan, atau
permeabilitas kapiler mulai kembali normal ditandai dengan meningkatnya volume cairan).
b. Penatalaksanaan dalam 24 jam kedua
a) Pada 24 jam kedua, cairan yang diberikan berupa cairan yang mengandung glukosa
b) Jumlah cairan diberikan merata dalam 24 jam
c) Jenis cairan yang diberikan pada hari kedua:
 Glukosa 5% atau 10% sebanyak 1500-2000 ml
 Batasi atau kurangi pemberian RL karena akan menyebabkan udem intersisial bertambah dan sulit diatasi
d) Pemantauan
 Pemantauan sirkulasi
- Nilai CVP
 Bila volume cairan intravaskuler tetap rendah (CVP dibawah +2) pemberian hydroxyethyl starches
(HES) akan bermanfaat
- Jumlah produksi urin: 1-2ml/kgBB/jam
 Bila jumlah cairan yang diberikan sudah mencukupi, namun produksi urin tidak sesuai (<1-
2ml/kgBB/jam) nilai kembali apakah zat vasoaktif sudah diberikan dengan dosis cukup. Dosis dapat
dinaikkan menjadi 5mg/kgBB jika dengan dosis 3mg/kgBB belum memberikan efek yang diinginkan
 Rubah regimen cairan hipertonik (NaCl 3-6%) atau koloid jika jumlah cairan sudah mencukupi dan
dosis vasoaktif sudah dinaikkan
 Bila produksi urin <1ml/kgBB/jam dan CVP meningkat >12 cmH2O dapat diberikan diuretikum
 Pemantauan perfusi
Nilai analisa gas darah dan elektrolit dikonfirmasikan dengan kadar hemoglobin darah dan glukosa darah.
Kondisi abnormal pada analisis gas darah mencerminkan gangguan perfusi.
c. Penatalaksanaan setelah 48 jam
a) Cairan diberikan sesuai kebutuhan maintenance
b) Pemantauan sirkulasi
 Komposisi hemoglobin terhadap hematokrit mulai mendekati normal
 Jumlah produksi urin 3-4ml/kgBB/jam. Produksi urin tidak adekuat (tidak sesuai target resusitasi)
mencerminkan perfusi ke sirkulasi renal tidak baik. Hal ini disebabkan ketidakseimbangan tekanan onkotik di
ruang intravaskuler dan di jaringan intersisial. Dalam hal ini diberikan cairan koloid.
2. Secondary Survey
1) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik untuk menentukan adanya cedera dengan melakukan pemeriksaan dari ujung rambut hingga ujung kaki,
untuk menentukan cedera lain pada bagian tubuh, menentukan derajat dan luas luka bakar berdasarkan Rules of Nine.
2) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium darah terdiri dari:
 Darah perifer lengkap, elektrolit, analisis gas darah, protein total (albumin dan globulin), glukosa darah, fungsi ginjal,
fungsi hati
 Pada penilaian adanya asidosis maupun melakukan koreksi perhatikan kadar hemoglobin dan mekanisme kompensasi
tubuh.
3) Perawatan luka
Prinsip dasar perawatan luka adalah mencegah degradasi luka. Perawatan luka (basah karena eksudasi) dirawat dengan
kondisi basah (lembab), gunakan bahan krim yang memilki bahan dasar air (water base, yaitu krim) dan hindari
penggunaan zat yang memiliki bahan dasar petroleum (oil base, yaitu salep dan ointment). Perawatan luka tertutup
menggunakan occlusive dressing sebagai upaya mencegah penguapan berlebihan dengan menggunakan kasa gulung (roll
gauze). Penilaian balutan dilakukan dalam 24-48 jam. Bila balutan jenuh (basah), diganti sesuai kebutuhan (2-3 kali
sehari). Penilaian luka dalam waktu 7-10 hari bila diperkirakan epitelisasi dimungkinkan terjadi dalam waktu 10 hari
(pada luka bakar derajat II dangkal), maka selanjutnya dilakukan tindakan perawatan luka secara konservatif. Pemberian
Anti Tetanus Serum (ATS) yaitu 3000 unit pada dewasa dan separuhnya untuk anak-anak.
4) Penggunaan antibiotik
Pemberian antibiotik pada luka bakar bertujuan sebagai berikut:
 Sebagai profilaksis pada kondisi kehilangan jaringan terutama kulit yang berperan sebagai sawar terhadap infeksi
 Mengatasi infeksi yang telah terjadi
Pemilihan jenis antibiotik sangat tergantung pada jenis kuman penyebab infeksi, atau kuman-kuman yang berpotensi
tinggi menimbulkan infeksi. Dalam 3-5 hari pertama, populasi kuman yang dijumpai pada luka adalah bakteri gram positif
yang non-patogen. Pada hari ke 5-10, populasi kuman yang dijumpai pada luka adalah bakteri gram negatif yang bersifat
patogen.
PROGNOSIS

Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan luasnya permukaan luka bakar,dan penanganan
sejak awal hingga penyembuhan.Selain itu factor letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan usia kesehatan penderita juga turut
menentukan kecepatan penyembuhan

Penyulit juga mempengaruhi prognosis pasien. Penyulit yang timbul pada luka bakar antara lain gagal ginjal akut , edema
paru, SIRS, infeksi dan sepsis serta parut hipertrofik dan kontraktur.

Anda mungkin juga menyukai