Anda di halaman 1dari 13

KESULITAN BELAJAR

KATA PENGANTAR

Dalam makalah ini membahas mengenai atau kesulitan belajar, di mana masalah ini
dapat mengakibatkan kegagalan serta rasa rendah diri dalam kehidupan seseorang. Selain itu
mengalami masalah mental semacam ini atau hidup bersama dengan penderitaannya dapat
menimbulkan rasa frustasi yang luar biasa.
Kita perlu mengetahui orang yang mengalami kesulitan belajar itu masih memiliki
harapan untuk maju. Kesulitan belajar ini tidak terjadi sepanjang hidup seseorang. Fakta
membuktikan orang yang mengalami kesulitan belajar masih memiliki masa depan karena
dapat hidup bahagia dan normal di kemudian harinya.
Di samping itu, kiranya menjadi kewajiban untuk menyampaikan penghargaan dan
terima kasih kepada semua pihak, tanpa bantuan dari berbagai pihak, makalah sederhana ini
tidak mungkin sampai keharibaan pembacaa.
Semua kritik, saran-saran, maupun anjuran-anjuran dari rekan-rekan seprofesi, dan
siapa saja yang mempunyai hasrat dan berkeinginan untuk menyempurnakan makalah ini
diterima dengan senang hati dan disertai dengan ucapan terima kasih.

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ............................................................................ i
DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
DAFTARLAMPIRAN ........................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................ 1
B. Rumusan Masalah ....................................................... 1
C. Tujuan ......................................................................... 2
BAB II MASALAH-MASALAH KESULITAN BELAJAR ...... 3
A. Pengertian Kesulitan Belajar ...................................... 3
B. Jenis-Jenis Kesulitan Belajar ...................................... 4
C. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar ............................ 5
D. Mengenal & Mengatasi Kesulitan Belajar ................. 7
BAB III CONTOH MASALAH KESULITAN BELAJAR ......... 8

DAFTAR LAMPIRAN

1. Bagan langkah-langkah dalam pemecahan kesulitan belajar ...... 17

2. Gambar kesulitan belajar ............................................................. 18

3. gambar konseling perorangan ...................................................... 19


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberhasilan proses pembelajaran merupakan muara dari seluruh aktivitas yang
dilakukan guru dan siswa. Artinya, apapun bentuk-bentuk kegiatan guru, mulai dari merancang
pembelajaran, memilih dan menentukan materi, pendekatan, strategi dan metode pembelajaran,
memilih dan menentukan teknik evaluas, semuanya diarahkan untuk mencapai keberhasilan
belajar siswa. Meskipun guru secara sungguh-sungguh telah berupaya merancang dan
melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik, namun masalah-masalah belajar tetap akan
dijumpai guru. Hal ini merupakan pertanda bahwa belajar merupakan kegiatan yang dinamis
sehingga guru perlu secara terus menerus mencermati perubahan-perubahan yang terjadi pada
siswa di kelas.
Agar aktivitas-aktivitas pembelajaran yang dilakukan guru dapat terarah, dan guru
dapat memahami persoalan-persoalan belajar yang sering kali atau pada umumnya terjadipada
kebanyakan siswa dalam berbagai bentuk aktivitas pembelajara, maka akan lebih baik
bilamana guru memiliki bekal pemahaman tentang masalah-masalah belajar. Pemahaman
tentang masalah belajar memungkinkan guru dapat mengantisipasi berbagai kemungkinan
munculnya masalah yang dapat menghambat tercapainya tujuan pembelajaran. Dengan
pemahaman itu pula guru dapat menemukan sosial tindakan yang dianggap tepat jika
menemukan masalah-masalah di dalam pelaksanaan proses pembelajaran.

B. Rumusan Maslah
a. Apa yang dimaksud dengan kesulitan belajar ?
b. Bagaimana mendiagnostik dalam kesulitan belajar ?
c. Apa saja jenis-jenis dalam kesulitan belajar ?
d. Bagaiman cara Pemecahan dalam kesulitan belajar ?

C. Tujuan
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kesulitan belajar.
b. Dapat mengetahui bagaimana cara pemecahan dalam kesulitan belajar.
c. Mengenal jenis-jenis kesulitan belajar.
d. Dapat menerapkan dalam proses pembelajaran.
BAB II
MASALAH-MASALAH KESULITAN BELAJAR

A. Pengertian Kesulitan Belajar


Kesulitan belajar adalah keterbelakangan yang mempengaruhi kemampuan seseorang
untuk menafsirkan apa yang mereka pelajari. Kesulitan belajar juga merupakan ketidak
mampuan dalam menghubungkan berbagai informasi yang berasal dari berbagai bagian otak
mereka.kelemahan ini akan tampak dalam beberapa hal, seperti kesulitan dalam berbicara dan
menuliskan sesuatu, koordinasi, pengendalian diri atau perhatian. Kesulitan-kesulitan ini
tampak keteika mereka melakukan kegiatan-kegiatan sekolah, dan menghambat proses belajar
membaca, menulis, atau berhitung yang seharusntya mereka lakukan.
Setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual ini pulalah yang
menyebabakan perbedaan perbedaan tingkah laku belajar di kalangan anak didik. “Dalam
keadaan di mana anak didik/siswa tidak dapat belajarsebagaimana mestinya, itulah yang
disebut dengan “kesulitan belajar”.
Suatu pendapat yang keliru dengan mengatakan bahwa kesulitan belajar anak didik
disebabkan rendahnya intelegensi. Karena dalam kenyataannya cukup banyak anak didik yang
memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi hasil belajarnya rendah, jauh dari yang
diharapkan.dan masih banyak anak didik dengan intelegensi rata-rata normal, tetapi dapat
meraih prestasi belajar yang tinggi, melebihi kepandaian anak dengan intelegensi yang tinggi.
Tetapi juga tidak disangkal bahwa intelegensi yang tinggi memberi peluang yang besar bagi
anak didik untuk meraih prestasi belajar yang tinggi. Oleh karena itu, selain faktor intelegensi,
faktor non-intelegensi juga diakui dapat menjadi penyebaba kesulitan belajar bagi anak didik
dalam belajar.

B. Jenis-Jenis Kesulitan Dalam Belajar


Dalam buku Psikologi Belajar (Drs. Syaiful Bahri Djamarah & Drs. H. Abu Ahmadi)
Kesulitan belajar yang dirasakan oleh anak didik bermacam-macam, yang dapat di
kelompokkan menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut.
1. Dilihat dari jenis kesulitan belajar:
a) Ada yang berat
b) Ada yang sedang
2. Dilihat dari mata pelajaran yang dipelajari:
a) Ada yang sebagian mata pelajaran
b) Ada yang sifatnya sementara
c) Ada yang keseluruhan bidang studi
3. Dilihat dari sifat kesulitannya:
a) Ada yang sifatnya permanen atau menetap
b) Ada yang sifatnya hanya sementara
4. Dilihat dari segi faktor penyebabnya:
a) Ada yang karena faktor intelegensi
b) Ada yang karena faktor non-intelegensi

Bermacam-macam kesulitan belajar sebagaimana di sebitkan di atas selalu ditemukan


disekolah. Apalagi suatu sekolah dengan saran dan prasarana yang kurang lengkap, dan dengan
tenaga guru apa adanya. Skala rasio antara kemampuan daya tampung sekolah dan jumlah
tenaga guru dan jumlah anak didik yang tidak berimbang.
Akhirnya, berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah
suatu kondisi di mana anak didik tidak dapat belajar secara wajar, disebabkan adanya ancaman,
hambatan ataupun gangguan dalam belajar.

C. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar


Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan ke dalam dua golongan,
yaitu sebagai berikut :
 Menurut Drs. Syaiful Bahri Djmarah dalam bukunya Psikologi Belajar
1. Faktor Intern ( faktor dari dalam diri manusia itu sendiri) yang meliputi :
a. Yang bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas
intelektual/intelegensi anak didik.
b. Yang bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap.
c. Yang bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indra
penglihatan dan pendengaran (mata dan telinga).
2. Faktor ekstern ( faktor dari kondisi lingkungan) yang meliputi :
a. Lingkungan keluarga, contohyna : ketidak harmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan
rendahnya ekonomi keluarga.
b. Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya : wilayah perkampungan kumuh (slum
area) dan teman sepermeinan (peergroup) yang nakal.
c. Lingkungan sekolah, contohnya : kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat
pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
Jika sudut pandang di arahkan pada aspek lainnya, maka faktor-faktor penyebab
kesulitan belajar anak didik dapat dibagi menjadi faktor anak didik, sekolah, keluarga, dan
masyarakat sekitar.

 Menurut Drs, H, Abu Ahmadi dalam bukunya yang berjudul Psikologi Belajar
1. Faktor intern (faktor dari dalam diri manusia itu sendiri) yang meliputi :
a. Faktor fisiologis
b. Faktor psikologis
2. Faktor ekstern (faktor dari luar manusia) yang meliputi :
 Menurut Dr. Dimyati, dkk “Belajar & Pembelajaran” & Drs. Anurrahman “Belajar &
Pembelajaran”
1. Faktor intern (faktor yang berasal dari dalam diri manusia) yang meliputi :

D. Mengenal dan Mengatasi Kesulitan Belajar


Sebagai pembimbing belajar siswa, guru harus mengadakan pendekatan bukan saja
melalui pendekatan instrusional, akan tetapi dibarengi dengan pendekatan yang bersifat pribadi
(personal approach) dalam setipa proses belajar mengajar berlanngsung. Melalui pendekatan
pribadi, guru akan secara langsung mengenal dan memahami siswa secara lebih mendalam
sehingga dapat memperoleh hasil belajar yang optimal.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setiap guru adalah sebagai pengajar
sekaligus berperan sebagai pembibmibng dalam proses belajar mengajar. Abdillah (2008),
mengemukakan bahwa sebagai pembimbing dalam proses belajar mengajar, seorang guru
mampu :
1. Memberikan informasi yang diperlukan dalam proses belajar
2. membantu setiap siswa dalam mengatsi setiap masalah pribadi yang dihadapinya.
3. mengevaluasi hasil setiap langkah kegiatan yang telah dilakukannya.
4. memberikan setiap kesempatan yang memadai agar setiap murid dapat belajar sesuai dengan
karekteristik pribadinya.
5. mengenal dan memahami setiap murid baik secara individual maupun secara kelompok.
Agar bimbingan belajar lebih terarah dalam upaya membantu siswa yang mengalami
kesulitan belajar, maka perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Identifikasi
Identifikasi adalah suatu kegiatan yang diarahakan untuk menemukan siswa yang
mengalami kesulitan belajar, yaitu mencari informasi tentang siswa dengan melakukan
kegiatan berikut :
1. Data dokumen hasil belajar siswa
2. menganalisis absensi siswa didalam kelas
3. mengadakan wawancara dengan siswa
4. menyenbar angket untuk memperoleh data tentang permasalahan belajar
5. tes untuk memperoleh data tentang kesulitan belajar atau permasalahan yang sedang dihadapi.

b. Diagnosis
Diagnosis adalah keputusan atau penentuan mengenai hasil dari pengolahan data
tentang siswa yang mengalami kesulitan belajar dan jenis kesulitan belajar yang dialami siswa.
Diagnosis ini dapat berupa hal-hal sebagai berikut :
1. Keputusan mengenai jenis kesulitan belajar
2. keputusan mengenai faktor-faktor yang menjadi sumber sebab-sebab kesulitan belajar
3. keputusan mengenai jenis masalah apa yang dialami siswa.
Kegiatan diagnosis dapat dilakukan dengan cara :
a. Membandingkan nilai prestasi individu untuk setiap mata pelajaran dengan rata-rata nilai
seluruh individu.
b. Membandingkan prestasi dengan potensi yang dimiliki oleh siswa tersebut
c. Membandingkan nilai yang diperoleh dengan batas minimal tujuan yang diharapkan.

c. Prognosis
Prognosis merujuk pada aktivitas penyusunan rencana atau program yang diharapkan
dapat membantu atau mengatsi masalah kesulitan belajar siswa. Pronosis ini dapat berupa :
1. Bentuk treatment yang harus diberikan
2. Bahan atau materi yang diperlukan
3. Metode yang akan digunakan
4. Alat bantu belajar mengajar yang diperlukan
5. Waktu kegiatan dilaksanakan

d. Treatment
Treatment adalah pemberian bantuan kepada anak yang mengalami masalah kesulitan
belajar sesuai dengan program yang telah disusun pada tahap prognosis. Bentuk treatment
yang diberikan antara lain melalui :
1. Bimbingan belajar kelompok
2. Bimbingan belajar individual
3. Pengajaran remedial
4. Pemberian bimbingan pribadi
5. Alih tangan kasus

e. Follow-UP
Follow-UP adalah usaha untuk mengetahui keberhasilan bantuan yang telah diberikan
kepada siswa dan tindak lanjutnya yang didasari hasil evaluasi terhadap tindakan yang
dilakukan dalam upaya pemberian bimbingan.

BAB III
CONTOH MASALAH KESULITAN BELAJAR dalam KONSELING PERORANGAN

Pada suatu hari konselor atau pembimbing sekolah dihubung oleh wali kelas XII IPS1
SMA karena Desi, salah seorang siswany, pingsan di kelas ketika pelajaran Ekonomi sedang
berlangsung. Wali kelas yang merangkap guru Ekonomi ini kebetulan waktu Desi pingsan
sedang mengajardi kelas Desi. Menurut informasi dari wali kelasnya, Desi sudah beberapa kali
pingsan, hari ini ternyata Desi pingsan untuk keempat kalinya. Di samping informasi tersebut
di atas, wali kelasnya menyatakan Desi sering absen, prestasi belajarnya menurun untuk semua
mata pelajaran, tampak murung dalam mengikuti peljaran-pelajaran di kelas, dan sering
mengirimkan surat keterangan sakit dari dokter. Wali kelas sangat cemas dengan keadaan
Desi. Kasus Desi kemudian oleh Wali kelasnya, Diserahkan kepada Konselor/guru
pembimbing untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Konselor atau pembimbing sekolah menangani kasusu Desi dengan pendekatan
konseling klinikal. Dengan konseling klinikal ini konselor atau guru pembimbing menangani
kasus Desi, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

A. Langkah Pertama ialah Langkah Analisis


Dalam langkah ini konselor berusaha mengumpulkan dari berbagai sumber dan
berbagai pihak yang diduga ada relevansinya dengan masalah yang dihadapi oleh Desi.
Konselor ingin memperoleh data selengkap mungkin, apakah ini berupa data objektif maupun
subjektif dari berbagai sumber. Data objektif yang diperoleh dari berbagai sumber di antarany:
1. Hasil analisis buku rapor
Dari hasil analisis, menunjukkan bahwa nilai rapor Desi pada umumnya (untuk semua mata
pelajaran) tergolong diatas rata-rata, termasuk dalam ranking 8 pada semester II di kelas X, dan
ranking 7 pada semester I di kelas XI, sedang pada semester I di kelas XI Desi tergolong
dibawah rata-rata kelas (rata kelas adalah 6,5, Desi memiliki nilai rata-rata 6,1), termasuk
ranking 20 dari 45 siswa di kelas XI IPS1. Sehingga dalam kenaikan kelas XII IPS Desi hanya
memenuhi norma-norma kenaikan kelas minimal.
2. Observasi langsung
Beberapa kali konselor sekolah mengamati kegiatan di dalam maupun di luar kelas. Di dalam
kelas Desi sering murung dalam mengikuti pelajaran. Dan sekali-sekali kalau bel istirahat
berbunyi, Desi masih berada di kelas dan tidur di meja belajar serta tangannya terus
menekankan perutny. Di luar kelas terutama dalam pelajaran olahraga, Desi sering duduk-
duduk saja.
3. Wawancara
a. Wawancara dengan Wali kelas
Informasi dari wali kelas menyatakan bahwa Desi pingsan pertama kali di sekolah ketika ia
sedang menerangkan pelajaran ekonomi. Pingsan yang terjadi kali ini adalah untuk yang
keempat kalinya. Pingsan sebelumnya semuanya terjadi di rumah Desi. Berdasarkan informasi
yang diberikan oleh Desi kepada Wali kelasnya bahwa Desi pingsan disebabkan perutnya
seakan dililit-lilit. Tahun-tahun yang lampau Desi tampaknya begitu akrab dengan teman-
temannya, senang olahraga dan ikut dalam segala kegiatan sekolah. Tetapi yang paling
menonjol bahwa pada semester II kelas XII ini dia selalu ada di kelas bila teman-teman keluar
untuk istirahat.
b. Teman sebangku
Menurut teman sebangkunya, mungkin Desi sakit maag kerana jarang ikut jajan di luar, dan
sering absen kalau hari sekolah, serta jarang ikut kegiatan olahraga.
c. Oarang tua Desi
Ayah Desi sudah sering mengantarkan Desi untuk pergi ke dokter ahli penyakit dalam. Kata
dokter ahli, Desi menderita penyakit maag yang cukup parah dan harus segera diajak berobat
ke Surabaya. Ayah Desi menjadi cemas karena justru pada akhir ini penyakitnya sering
kambuh. Pada hari raya nyepi yang lalu Desi libur beberapa hari, kesempatan ini dipakai
ayahnya untuk mengajak Desi ke Surabaya untuk berobat, menurut dokter ahli di Surabaya
bahwa penyakit Desi bisa disembuhkan asal berobat dan makan yang teratur. Desi dalam
bergaul sehari-hari dengan orang tuanya tampak lebih dekat dengan ibunya. Ayahnya sangat
menyayangi Desi karena Desilah satu-satunya wanita dari ketiga anak-anaknya, tetapi Desi
sering mengunci pintu kamar apabaila ayahnya datang dari kantor. Ayahnya mengharapkan
setelah tamat SMA sebaiknya untuk memilih kuliah di Fakutas Ekonomiatau bekerja saja,
tetapi Desi menolak saran ayahnya.
Sebulan yang lalu, sebelum pingsan di sekolah, ayahnya mengatakan, bahwa Desi sebagai anak
sulung yang diharapkan sebagai pengganti keluarganya. Setelah tamat SMA tahun depan ini
Desi diminta kuliah di Fakultas Ekonomi atau bekerja. Menjadi sarjana Ekonomi adalah cita-
cita ayahnya. Dahulu ayahnya pernah kuliah di Fakultas Ekonomi tetapi tidak berhasil meraih
gelar sarjana sehingga ayahnya hanya berijazah SMA. Dengan ijazah SMA terpaksa bekerja
pada instansinya sekarang.
d. Wawancara dengan Desi
Wawancara antara konselor dengan Desi dapat mengungkapkan isi hatinya, Desi merasa kesal
dengan ayahnya karena ayahnya selalu memakasanya untuk kuliah di fakultas Ekonomi atau
bekerja. Sedangkan keimnginannya adalah kuliah di Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga
atau Universitas Indonesia sebagai pilihan pertama, sedangkan pilihan kedua kuliah di Fakultas
Sosial Politik, jurusan international relation. Dan merasa kesal sekali kalau ibunya menyuruh
berjumpa dengan ayahnya. Kalu ibunya tidak ada dirumah, Desi tidak ada selera untuk makan,
pagi-pagi Desi tergopoh-gopoh berangkat ke sekolah dan tidak mau sarapan pagi.bahkan pada
hari tertentu (hari jumat), ayahnya pulang dari kantor lebih cepat, Desi tidak mau makan dan
menutup diri dalam kamar. Di sekolah Desi segan bergaul karena temannya sering mengejek.
Disebabkan kejadian itu Desi sekarang sulit berkonsentrasi untuk belajar, dan selera
makannnya terus merosot.

4. Catatan anekdot
Dari catatan anekdot yang di buat oleh konselor dan wali kelas diketahui bahwa :
a. Desi pernah menangis ketika pelajaran Ekonomi berlangsung, dan tidak bisa mengerjakan soal
ketika gurunya menyuruh maju ke depan dan teman-temannya mengejek.
b. Desi pernah bertengkar dengan teman-temannya karena ia dituduh sebagai penyebab kelas XII
IPS 1 tidak pernah memperoleh juara dalam perlombaan 6k.
6. Angket atau kuesioner
Dari angket atau kuesioner yang telah diisi oleh siswa dan orang tua/walinya, diketahui bahwa :
a. Usia Desi saat ini 18 tahun
b. Cita-citanya ingin menjadi psikolog atau diplomat
c. Ayah Desi, pegawai negeri golongan IV/B, dan posisi yang di duduki di kantornya adalah
kepala sub bagian, ibunya bekerja sebagai guru tamman kanak-kanak dan juga dirumah bekerja
sambilan menerima pesanan makanan
d. Status ekonomi tergolong baik
e. Desi anak pertama dari tiga bersaudara, yang kedua masih duduk di SMA kelas XI dan yang
ketiga VIII SMP.
f. Hasil pemeriksaan psikologis yang pernah ditempuh secara kolektif dari psikolog,
menunjukkan bahwa IQ adalah 108-119.

B Langkah Kedua ialah Langkah Sintesis


Langkah sintesis ialah suatu langkah untuk membuat suatu rangkuman data, sehingga
tamapk dengan jelas hal-hal yang unik berhubungan dengan masalah siswa.
Konselor/pembimbing membuat rangkuman sebagai berikut :
a. Prestasi belajar Desi semester I kelas XII menurun.
b. Prestasi belajar pada semester terdahulu di atas rata-rata kelas. IQ-nya tergolong ghigh average
c. Desi sering merasa cemas, sakit perut, suka menyendiri, dan tertutup.
d. Kondisi fisik sehat, tetapi ada gejala maag.
e. Di rumah tergolong anak rajin, tapi sering mengunci diri dalam kamar, sring tidak mau
bertemu dengan ayahnya dan menolak nasehat ayahnya.
f. Dominasi keluarga diduduki oleh ayah Desi
g. Desi diharuskan untuk kuliah di fakultas ekonomi atau bekerja, tetapi dia menolak.
h. Keadaan tergolong baik dalam bidang ekonomi.

C. Langkah Ketiga ialah Langkah Diagnosis


Langkah diagnosis adalah suatu kegiatan untuk menyusun gambaran kondisi siswa.
Dengan tersusunya gambaran kondisi sehingga tampak dengan jelas masalah apa yang sedang
dialami siswa dan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya masalah tersebut.
Pada langkah ini konselor mengadakan interpretasi serta mencari hubungan sebab-
akibat antara masalah dengan faktor penyebab tentang kasus Desi. Diagnosis yang disusun
adalah sebagai berikut :
a. Desi mengalami maslah belajar secara umum, prestasi belajarnya untuk semua mata pelajaran
terus merosot. Penyebabnya yang utama adalah karana adanya gangguan emosional, bukan
disebabkan oleh faktor ekonomi, IQ, kondisi fisik atau oleh faktor guru. Sehingga dengan
adanya faktor gangguan emosional ini, ia tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar, tidak bisa
mengikuti pelajaran di sekolah, maupun belajar dirumah dengan baik.
b. Gangguan emosioanal yang dihadapi Desi berupa : selalu dihantui rasa cemas, mudah
tersinggung, malu berkelebihan. Hal ini disebabkan oleh kekurang mampuan dalam
menyesuaikan diri dengan permintaan ayahnya dan ejekan teman-teman sekelas.
D. Langkah Keempat ialah Langkah Prognosis
Langkah prognosis ialah suatu kegiatan atau usaha untuk memilih alternatif tindakan
yang dapat membantu siswa dalam mengatasi sendiri masalahnya.
Kasus Desi berpengkal pada masalah penyesuaian diri, maka konselor/pembimbing
memilih tindakan-tindakan sebagai berikut :
a. Melaksanakan konseling agar Desi dapat memahami dirinya lebih baik. Dengan demikian,
Desi tidak perlu merasa cemas oleh nasehat ayahnya untuk melanjutkan ke Fakultas Ekonomi
atau bekerja, tersinggung oleh ejekan-ejekan temannya. Sebenarnya Desi tidak bodoh, dan
memiliki potensi untuk melanjutkan ke Fakultas Psikologi dan Fakultas Sosial Politik.
b. Memberikan pengertian kepada ayah dan ibu Desi agar dirumah jangan selalu menekankan ia
untuk melanjutkan ke Fakultas Ekonomi atau bekerja, sebab saat ini ia memiliki minat yang
besar untuk kuliah di Fakultas Psikologi atau Fakultas Sosial Politik. Menekankan atau
menyarankan ia untuk kuliah di Fakultas Ekonomi atau bekerja pada saat ini dapat
menimbulkan berbagai masalah pada diri Desi, untuk lebih lanjut akan menimbulkan masalah
keluarga yang serius.

E. Langkah Kelima ialah Langkah Konseling atau Treatment


Langkah konseling atau treatment adalah pelaksanaan pemberian bantuan kepada siswa,
bantuan yang diberikan kepada siswa dalam langkah ini, sangat tergantung pada langkah
diagnosis dan prognosis yang telah disusun sebelumnya.
a. Melaksanakan konseling
1. Tujuan utama konseling
Tujuan utama dari konseling ialah agar Desi memiliki pemahaman yang lebih baik tentang
potensi-potensi yang dimilikinya. Sehingga ia mampu menyesuaikan diri dalam lingkungan
sekoilah, serta terhadap dirinya sendiri. Jadi, Desi dapat mengatasi sendiri masalah-masalah
yang dihadapainya saat ini dan diharapakan Desi akan dapat mengatasi sendiri masalah lain
yang mungkin timbul di kemudian hari.
2 Dalam wawancara konseling, konselor haruslah dapat menciptakan hubungan yang akrab,
sehingga Desi bersifat terbuka.
3. konselor membantu Desi memahami dirinya, bahwa ia tidak dipaksa untuk kuliah di fakultas
Ekonomi atau bekerja, tetapi diberikan kebebasan untuk merencanakan dan melaksanakan
kariernya di masa depan, bahwa Desi disayangi semua pihak, prestasi belajarnya akan baik
kembali, ejekan dari teman-temannya akan berhenti, dan tidak pingsan untuk kelima kalinya.
Bila Desi untuk dapat memahami keinginan ayahnya dan hal ini tidak perlu dipikirkan untuk
sekarang, bila ia mau bergaul kembali secara wajar seperti semester yang terdahulu.
Pembimbing/konselor perlu menegaskan kepada Desi bahwa perasaan yang tercekam, cemas
dan dalam nada negatif pada diri Desi disebabkan ia dihantui oleh perasaan sendiri, bukanlah
oleh karena ayah atau teman-temannya yang hemdak mendeskriditkan Desi.
4. konselor atau pembimbing memberikan advis atau saran agar Desi melakukan beberapa
alternatif tindakan :
 Cobalah mengikuti saran ayah dalam hal menentukan serta merencanakan karier di masa depan,
dengan meningkatkan peluang bagi ayah Desi untuk mengubah sikap dalam menetukan
kariernya di masa depan.
 Apabila ada kesempatan yang baik, ada kalanya pendekatan ayah dan tanyakan kepadanya
kenapa dia suruh melanjutkan ke Fakultas Ekonomi atau bekerja, dan mengatakan kepada
beliau bahwa ia ingin ke Fakultas Psikologi atau Fakultas Sosial Politik, dan tidak ada minat ke
Fakultas Ekonomi apalagi untuk bekerja keterampilan.
 Setiap ada kesempatan berusahalah untuk bergabung kembali dengan teman, apakah dalam
olahraga, belajar, bermain, sehingga memiliki kekebalan untuk ejekan.

b. Mendiskusikan masalah Desi dengan ibu Desi. Konselor/pembimbing menyampaikan ucapan


terima kasih kepada ibu Desi atas kesediannya datang ke sekolah untuk panggilan keberapa
kalinya. Ini adalah tindakan yang positif dan cukup menggembirakan. Kepada ibu Desi di
jelaskan diagnosis yang telah disusun dan ditetapkan oleh konselor disekolah, sehingga
peranan keluarga dalam membantu Desi untuk melanjutkan studi ke fakultas ekonomi atau
bekerja sebagaimana yang sering ditekankan oleh ayahnya. Peran keluarga yang diharapkan
tidak perlu berlebihan. Mengenai masalah Desi konselor sekolah tidak perlu merujuk ke
psikiater.

F. Langkah Keenam ialah Tindak Lanjut (Follow-Up)


Langkah follow-up atau tindak lanjut usaha yang bisa dilaksanakan ialah membantu
siswa melaksanakan renacana tindakan langkah awal sampai langkah yang terakhir, sedangkan
konseli itu sendiri kelihatan aktif pada waktu terjadi hubungan wawancara konseling saja.

G. Evaluasi
Pengecekan kembali apakah langkah atau tindakan yang dilkasanakan telah berhasil,
dengan langkah-langkah :
a. Re-ceking
b. Re-diagnosis
c. Re-prognosis
d. Re-treatment
e. Re-evaluasi

DAFTAR PUSTAKA
Djamarah, Syaiuful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Ahmadi, Abu, dkk. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta : Rineka Cipta
Sukardi, Ketut Dewa, dkk. 2008. Proses Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah. Jakarta :
Rineka Cipta
Dimyati, dkk. 2009. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta
Wood Derek, dkk. 2005. Gangguan Belajar. Jogjakarta : Katahati
Anurrahman. 2009. Belajar Dan Pembelajaran. Bandung : Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai