Anda di halaman 1dari 92

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat

manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu

kehidupan yang bermakna, damai dan bermartabat. Menyadari betapa

pentingnya peran agama bagi kehidupan umat manusia maka internalisasi

nilai-nilai agama dalam kehidupan setiap pribadi menjadi sebuah

keniscayaan, yang ditempuh melalui pendidikan baik pendidikan di

lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.

Pendidikan Agama dimaksudkan untuk peningkatan potensi spiritual

dan membentuk peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia. Akhlak mulia

mencakup etika, budi pekerti, dan moral sebagai perwujudan dari pendidikan

Agama. Peningkatan potensi spritual mencakup pengenalan, pemahaman, dan

penanaman nilai-nilai keagamaan, serta pengamalan nilai-nilai tersebut dalam

kehidupan individual ataupun kolektif kemasyarakatan. Peningkatan potensi

spritual tersebut pada akhirnya bertujuan pada optimalisasi berbagai potensi

yang dimiliki manusia yang aktualisasinya mencerminkan harkat dan

martabatnya sebagai makhluk Tuhan.

Berdasarkan pengalaman peneliti (guru PAI) di SDN Sidorejo Krian

Sidoarjo, peneliti sering menjumpai suasana kelas yang monoton dalam

1
2

proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam (PAI), suasana kelas banyak

dikuasai oleh guru dalam pembelajaran karena siswa hanya pasif dalam

pembelajaran. Hal ini diketahui dengan kurang aktifnya siswa dalam

mengajukan pertanyaan dan apabila ditunjuk oleh gurunya untuk menjawab

pertanyaan tidak dapat menjawab. Dasar masalah dari pembelajaran yang

ditemukan berkaitan dengan hal di atas, karena guru dalam proses belajar

mengajar Pendidikan Agama Islam (PAI) menggunakan metode ceramah

yang peneliti lihat secara langsung sehingga pembelajaran menjadi tidak

aktif/ pasif. Kesimpulan dari permasalahan yang mendasar sehingga motivasi

siswa kurang sehingga nilai tuntas belajar rendah di SDN Sidorejo Krian

Sidoarjo adalah metode pembelajaran yang digunakan oleh peneliti yang

mengajar Pendidikan Agama Islam (PAI) di SDN Sidorejo Krian Sidoarjo.

Pembelajaran konvensional dengan metode ceramah juga menjadi

salah satu faktor yang menyebabkan motivasi belajar siswa berkurang

sehingga menyebabkan siswa memperoleh nilai tidak tuntas belajar.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti ingin memperbaiki

dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan cara

memberikan tindakan pada metode pembelajaran yang digunakan oleh guru

dengan menerapkan dan memperbaharui dengan metode yang dapat membuat

siswa aktif , kreatif dan inovatif yang sesuai dengan situasi dan karakteristik

siswa.Guru dalam proses belajar mengajar paling diutamakan sebagai

fasilitator, pembimbing dan memperkaya pengalaman siswa agar

pembelajaran siswa menjadi aktif.


3

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, peneliti

tertarik untuk meneliti dan mengetahui tingkat keberhasilan dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) untuk mencapai ketuntasan

belajar siswa sehingga peneliti termotivasi untuk mengadakan penelitian

dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

(Student Team Achievement Division) Untuk Mencapai Ketuntasan Belajar

Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) Pada Materi Pokok Surah al-

Kausar, an-Nasr, dan al-‘Asr, di kelas IV-B Semester Genap SDN Sidorejo

Krian Sidoarjo Tahun Pelajaran 2006-2007”. Peneliti menggunakan Clasroom

Action Research (Penelitian Tindakan Kelas). Dengan harapan untuk dapat

memotivasi siswa untuk dapat memunculkan, memupuk dan mengembangkan

aktivitas siswa untuk berperan aktif sehingga kegiatan belajar mengajar

Pendidikan Agama Islam (PAI) menjadi lebih bermakna bagi siswa, jadi

ketuntasan belajar siswa dapat tercapai dengan baik dalam proses belajar

mengajar Pendidikan Agama Islam (PAI).

B. Batasan Masalah

1. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IV-B SDN Sidorejo Krian

Sidoarjo dengan jumlah siswa 40 siswa tahun pelajaran 2006-2007

semester genap.

2. Model pembelajaran yang diterapkan adalah model pembelajaran

kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division).


4

3. Pokok bahasan yang dijadikan obyek dalam penelitian dalam

penelitian :

Pokok bahasan : Surah al-Kausar, an-Nasr, dan al-‘Asr.

Putaran I (Pertama) : Surah al-Kausar.

Putaran II (Kedua) : Surah an-Nasr.

Putaran III (Ketiga) : Surah al-‘Asr.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan permasalahan

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana aktivitas guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team

Achievement Division)?

2. Bagaimana hasil belajar siswa dengan penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division)?

3. Bagaimana respon siswa terhadap kegiatan belajar mengajar dengan

penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Team

Achievement Division) yang sudah dilaksanakan?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan Rumusan Masalah di atas maka tujuan yang diharapkan

dalam penelitian ini adalah :


5

1. Mengetahui aktivitas guru dan siswa selama kegiatan belajar

mengajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

(Student Team Achievement Division).

2. Mengetahui hasil belajar siswa dengan penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement

Division).

3. Mengetahui respon siswa terhadap kegiatan belajar mengajar

dengan penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD (Student

Team Achievement Division) yang sudah dilaksanakan.

E. Manfaat Penelitian

1. Sebagai alternatif bagi guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam

melaksanakan pembelajaran dalam meningkatkan ketuntasan beelajar

siswa.

2. Sebagai upaya memotivasi keaktifan siswa sehingga diharapkan

berpengaruh terhadap hasil belajar siswa .

3. Siswa bisa lebih paham tentang materi yang dipelajari karena

pengetahuan itu hasil konstruksi siswa dengan bantuan guru sebagai

fasilitator dalam pembelajaran.

F. Sistematika Pembahasan

Pada Bab I berisi tentang latar belakang, batasan masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, sistematika penulisan. Bab II berisi tentang


6

pengertian tentang pembelajaran kooperatif, langkah-langkah pembelajaran

kooperatif, model pembelajaraan kooperatif tipe STAD (Student Team

Achievement Division), landasan teori pembelajaran kooperatif.

Bab III berisi tentang waktu penelitian, sasaran penelitian, jenis

penelitian, rancangan penelitian, perangkat pembelajaran dan instrument

penelitian, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.

Bab IV berisi tentang hasil dan analisis data penelitian di dalamnya

membahas hasil penelitian dan bahasan selama proses belajar mengajar di

kelas IV-B SDN Sidorejo Krian Sidoarjo. Bab V berisi simpulan dan saran.
7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kooperatif

1. Tinjauan Umum Pembelajaran Kooperatif

Model Pembelajaran yang Sesuai dengan pendekatan

konstruktivisme adalah model pembelajaran kooperatif, hal ini didasari

teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-

konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsep-

konsep itu dengan temannya. Dalam pengajaran Pendidikan Agama Islam

(PAI), pembelajaran kooperatif turut menambah unsur-unsur interaktif

sosial pada pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Dengan unsur-

unsur interaktif sosial ini siswa diharapkan lebih cepat dalam memahami

Pendidikan Agama Islam (PAI) sesuai dengan tingkat pengetahuan yang

dimiliki.

Pembelajaran Kooperatif merupakan suatu pembelajaran dengan

penekanan pada hakekat sosial dalam belajar dan penggunaan kelompok

sejawat untuk memodelkan cara berfikir yang sesuai dan saling

mengemukakan serta meluruskan kekeliruan pengertian diantara mereka

sendiri merupakan unsur kunci dari pandangan Piaget dan Vigotsky

7
8

tentang perubahan kognitif.1 Pembelajaran kooperatif sebagai kegiatan

sekelompok siswa yang biasanya berjumlah kecil yang diorganisasir untuk

kepentingan belajar.

Keberhasilan kerja kelompok ini menuntut kegiatan yang

kooperatif dari beberapa individu belajar. Penggunaan teknik kerja

kelompok untuk mengajar mempunyai tujuan agar siswa mampu

bekerjasama dengan teman yang lain dalam mencapai tujuan bersama. 2

Model pembelajaran yang dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan

pembelajaran yang penting, yaitu prestasi akademik, penerimaan terhadap

perbedaan individu dan pengembangan keterampilan sosial. Semua model

mengajar ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan

struktur penghargaan. Stuktur tugas mengacu kepada dua hal, yaitu pada

cara pengajaran itu diorganisasikan dan jenis kegiatan yang dilakukan oleh

siswa di dalam kelas.

Hal ini berlaku pada pengajaran klasikal maupun pengajaran

dengan kelompok kecil, siswa diharapkan melakukan apa selama

pengajaran itu, baik tuntutan akademik dan social terhadap siswa pada saat

mereka bekerja menyelesaikan tugas-tugas belajar yang diberikan pada

mereka. Struktur tugas berbeda sesuai dengan berbagai macam kegiatan

yang terlibat didalam pendekatan pengajaran tertentu. 3

1
Muhammad Nur. 2004. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa Dan Pendekatan Konstruktivis
Dalam Pengajaran. Penerbit: UNESA-University Press. hlm: 7
2
Roestiyah N.K. Strategi Belajar Mengajar. (Jakart: Rineka Cipta, 2001) hlm 15
3
Muslimin Ibrahim,. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Penerbit : UNESA- University Press. hlm :
2
9

Struktur tujuan suatu pelajaran adalah ketergantungan yang

dibutuhkan siswa pada saat mereka mengerjakan tugas. Struktur tujuan

kooperatif terjadi jika siswa mencapai tujuan mereka hanya dengan siswa

lain dengan siapa mereka bekerja sama mencapai tujuan tersebut. Tiap-tiap

individu ikut andil menyumbangkan pencapaian tujuan itu. Siswa yakin

bahwa tujuan mereka akan tercapai jika dan hanya siswa lainnya juga

mencapai tujuan tersebut.4 Siswa yang belajar melalui kelompok

kooperatif lebih bertanggung jawab terhadap pembelajarannya dan lebih

banyak memperoleh informasi dibandingkan saat di ajar dalam kelas

tradisional. Pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa yang berbeda

latar belakang dan kondisi untuk bekerja sama dalam menyelesaikan

tugas-tugas bersama, belajar untuk menghargai satu dengan yang lain.

Unsur-unsur dasar Pembelajaran Kooperatif adalah sebagai

berikut: 5

 Siswa dalam kelompoknya haruslah

beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama.

 Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu

di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri.

 Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota

di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

 Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung

jawab yang sama diantara anggota kelompoknya.

4
Ibid, hlm: 7
5
Ibid, hlm: 6
10

 Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan

hadiah / penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota

kelompoknya.

 Siswa berbagi kepemimpinan akan berbagi

kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar

bersama selama proses belajarnya.

 Siswa akan diminta mempertanggung

jawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok

kooperatif.

Pembelajaran yang menggunakan Model Kooperatif dapat

memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 6

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk

menuntaskan materi belajarnya.

2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi,

sedang, dan rendah.

3. Bagaimana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya,

suku, jenis kelamin berbeda-beda.

4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu.

Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai

setidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran penting yaitu hasil belajar

akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan

keterampilan sosial.

1. Hasi belajar akademik


6
Ibid, hlm: 7
11

Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan

sosial, pembelajaran kooperatif juga bertujuan untuk meningkatkan

kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Beberapa ahli berpendapat

bahwa model ini unggul dalam membantu siswa memahami konsep-

konsep yang sulit. Para pengembang model ini telah menunjukkan

model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan

penilaian siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang

berhubungan dengan hasil belajar.7 Dalam penelitian ini akan diteliti

bagaimana nilai ketuntasan belajar siswa dapat tercapai.

Disamping mengubah norma yang berhubungan dengan hasil belajar,

pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan baik pada siswa

kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja bersama

menyelesaikan tugas-tugas akademik.

Siswa kelompok atas akan menjadi tutor bagi siswa kelompok bawah,

jadi memperoleh bantuan khusus dari teman sebaya, yang memiliki

orientasi dan bahasa yang sama.8 Dalam proses tutorial ini ini, siswa

kelompok atas akan meningkatkan kemampuan akademiknya karena

memberi pelayanan sebagai tutor membutuhkan pemikiran lebih

mendalam tentang hubungan ide-ide yang terdapat di dalam materi

tertentu.

2. Penerimaan terhadap

individu
7
Ibid. hlm : 7
8
Ibid. hlm : 8-9
12

Efek penting yang kedua dari model pembelajaran kooperatif ialah

penerimaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras,

budaya, kelas social, kemampuan, maupun ketidakmampuan.

Pembelajaran kooperatif memberi peluang kepada siswa yang berbeda

latar belakang dan kondisi untuk bekerja saling bergantung satu sama

lain atas tugas-tugas bersama dan melalui penggunaan struktur

penghargaan kooperatif, belajar untuk menghargai satu sama lain.

3. Pengembangan keterampilan

social

Tujuan penting ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah untuk

mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi.

Keterampilan ini sangat penting untuk dimiliki dalam masyarakat

dimana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam

organisasi yang saling bergantung satu sama lain dan dimana

masyarakat secara budaya semakin beragam. 9

2. Langkah-Langkah Pembelajaraan Kooperatif

Pembelajaran kooperatif harus berjalan dengan sistematis serta

dengan langkah-langkah yang sebagaimana model pembelajaran lainnya.

Terdapat enam langkah atau tahapan di dalam pelajaran yang

menggunakan pembelajaran kooperatif yang digambarkan dalam bentuk

tabel sebagai berikut. 10


9
Ibid.
10
Ibid, hlm: 10
13

Tabel 2.1
Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Fase Tingkahlaku Guru


Fase - 1
Menyampaikan tujuan dan Guru menyampaikan tujuan dan memotivasi
memotifasi siswa siswa.
Fase - 2
Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan
demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase -3
Mengorganisasikan siswa ke dalam Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana
kelompok-kelompok belajar carannya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
Fase -4
Membimbing kelompok bekerja dan Guru membimbing kelompok-kelompok belajar
belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase -5
Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi
yang telah dipelajari atau masing-masing
kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase -6
Memberikan penghargaan Guru memberi cara-cara untuk menghargai baik
upaya maupun hasil belajar individu dan
kelompok.
Sumber: Ibrahim, Muslimin. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:: UNESA-
University Press, 2005)

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team

Achievement Division), dengan siswa belajar secara berkelompok dengan


14

bantuan LKS dan saling berdiskusi dalam memahami tugas kelompok

yang diberikan.

Siklus kegiatan pengajaran STAD sebagai berikut:11

a. Mengajar: Menyajikan materi pelajaran.

b. Belajar dalam tim: siswa bekerja di dalam tim mereka

dengan dipandu oleh lembar kegiatan siswa untuk menuntaskan materi

pelajaran.

c. Tes: siswa mengerjakan kuis atau tugas lain secara

individual.

d. Penghargaan tim: skor tim dihitung berdasarkan skor

peningkatan anggota tim, dan sertifikat/ piagam penghargaan. Laporan

berskala kelas digunakan untuk memberi penghargaan kepada tim

yang yang berhasil mencetak skor tertinggi.

Dalam penelitian ini, kegiatan pembelajaran dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement

Division) dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :

a. Persiapan

1) Materi, sebelum materi pelajaran disajikan, terlebih

dahulu dibuat Lembar Kegiatan Siswa (LKS) yang berisi inti

pembahasan materi sebagai penuntun bagi siswa dalam

memahami pelajaran.

2) Pembagian kelompok-kelompok kooperatif, pembagian

kelompok sepenuhnya dilakukan oleh guru dengan berpedoman


11
Muhammad Nur. 2004. Op. Cit , hlm : 31
15

bahwa kelompok harus heterogen baik dari segi prestasi, jenis

kelamin, latar belakang social, dan lain sebagainya, kelompok

pembelajaran ini beranggotakan 4-5 siswa.

3) Menentukan skor dasar dari hasil kuis / evaluasi putaran

I, kemudian skor perkembangan I diperoleh dari hasil kuis/

evaluasi putaran II, skor perkembangan II diperoleh dari hasil

kuis/ evaluasi putaran III.

4) Kerjasama kelompok, perlu adanya kerjasama yang

serasi sebelum pembelajaran dimulai, antara lain siswa saling

mengenal dengan baik anggota kelompoknya.

b. Penyajian Materi

Penyajian materi dalam kegiatan pembelajaran kooperatif terdiri

dari tiga kegiatan, yaitu:

1. Pendahuluan

Dalam kegiatan inti di informasikan apa yang akan dipelajari

siswa dan tujuan apa yang akan dicapai.

2. Pengembangan

 Mengembangkan materi pelajaran sesuai dengan

tujuan yang ingin di capai siswa

 Menekankan siswa mempelajari dan memahami

makna dan materi mengecek pemahaman siswa sesering

mungkin dengan memberikan pertanyan-pertanyaan.


16

 Menjelaskan mengapa jawaban siswa benar atau

salah.

 Melanjutkan ke materi berikutnya jika siswa telah

memahami pokok masalahnya.

3. Praktek Terkendali

 Menyuruh siswa mengerjakan soal-soal atau

menjawab pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkan.

 Memanggil siswa secara urut untuk secara acak

untuk menyelesaikan soal-soal atau menjawab pertanyaan-

pertanyaan yang dilontarkan.

 Menyuruh siswa menyelesaikan soal yang

diperkirakan tidak terlalu menyita waktu dalam

menyelesaikannya.

c. Kuis

Setiap siswa menerima satu lembar kuis, dikerjakan secara

individual.

d. Penghargaan kelompok

Penghargaan kelompok dalam dua tahap perhitungan:


17

1. Menghitung skor individu dan skor

Kelompok

Skor yang diperoleh siswa dapat digunakan untuk menentukan

nilai perkembangan individu dan untuk menentukan skor

kelompok.. Perhitungan skor perkembangan kelompok

perhitungannya: 12

Tabel 2.3
Skor Perkembangan Pembelajaran Kooperatif

No. Skor Tes Nilai Perkembangan


1. Lebih dari 20 point dibawah skor dasar 5
2. 20 point hingga 1 point dibawah skor dasar 10
3. Sama dengan skor dasar sampai 20 point 20
diatasnya
4. Lebih dari 20 point di atas skor dasar 30
5. Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor 30
dasar)

Sumber: Ibrahim, Muslimin. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya:: UNESA-


University Press, 2005)

2. Menghargai Prestasi Kelompok

Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara

menjumlahkan masing-masing skor individu anggota

kelompok dan hasilnya dibagi dengan jumlah anggota

kelompok tersebut. Dalam pemberian penghargaan terhadap

12
Muslimin Ibrahim. 2005. Op. Cit, hlm: 57
18

presentasi kelompok, terdapat tiga angkatan penghargaan

kelompok .

1. Kelompok dengan rata-rata 15 , sebagai

kelompok baik (good team)

2. Kelompok dengan rata-rata 20 , sebagai

kelompok hebat (great team)

3. Kelompok dengan rata-rata 25 , sebagai

kelompok super (super team)

Sebagai kelompok super dan kelompok hebat sebaiknya guru

memberikan penghargaan berupa hadiah-hadiah lainnya

tergantung kreativitas gurunya.13

4. Landasan Teori-Teori Yang Melandasi Pembelajaran Kooperatif

1. Jhon Dewey dan Herbert Thelan

Pandangan Jhon Dewey dan Thellan mengharuskan guru harus bisa

menciptakan lingkungan belajar sebagai suatu sistem sosial yang

dicirikan dengan prosedur demokrasi dan proses ilmiah. 14 Dapat

dikatakan lingkungan belajar semacaam ini dapat dilaksanakan dengan

pembelajaran kooperatif, yang mana dalam pembelajaran kooperatif

adanya tanggung jawab utamanya memotivasi siswa untuk berinteraksi

antar siswa untuk memecahkan suatu masalah. Pembelajaran

kooperatif menekankan keaktifan dan penghargaan pada siswa maupun

13
Ibid. hlm : 62
14
Ibid hlm 12-13
19

kelompok, sehingga dapat melatih siswa dalam proses pembelajaran

untuk pemecahan masalah yang dilaksanakan secara kelompok dan

menghargai satu sama lain. Adanya penghargaan yang diberikan

kepada siswa yang memberikan pendapat dalam proses pembelajaran

kooperatif membuat siswa lebih termotivasi untuk berperan aktif,

maka akan tercapai tujuan pembelajaran yang menekankan pada

keaktifan siswa yang dapat dikatakan pembelajaran cenderung

berpusat pada siswa (Student Center Oriented) dan guru hanya sebagai

fasilitator dalam pembelajaaraan kooperatif.

2. Goldon Alport dan Relasi Antar Kelompok

Kondisi dasar yang dirumuskan oleh Goldon Alport dalam mencegah

terjadinya kecurigaan antar ras dan etnis, antara lain: (a) kontak

langsung antar etnis, (b) sama-sama berperan serta di dalam kondisi

status yang sama antar anggota dari berbagai kelompok dalam suatu

setting tertentu, (c) Dimana setting itu secara resmi mendapat


15
persetujuan kerja sama antar etnis. Dalam pandangan ini,

menekankan bahwa individu belajar harus berdasarkan pada

pengalaman yang akhirnya dapat tercapai pembelajaran yang paling

baik. Apabila individu belajar terlibat langsung dalam pembelajaran,

sehingga dapat menemukan sendiri pengetahuan bermakna untuk

dijadikan pedoman pembelajaran dan secara aktif mempelajari tujuan

itu dalam proses berfikir untuk memahami materi yang diajarkan.

15
Ibid. hlm 14.
20

Adanya keterlibatan pengalaman belajar menyebabkan adanya

interaksi dalam pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

B. Tinjauan Tentang Ketuntasan Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu bentuk perubahan dalam diri seseorang yang

dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman

dan latihan. Tingkah laku yang baru ini misalnya dari tidak tahu menjadi

mengerti, timbulnya pengertian baru serta tumbuh dan berkembangnya

sifat-sifat sosial, susila dan emosional.16 Belajar dalam artian yang luas

ialah proses perubahan tingkah laku yang dinyatakan dalam bentuk

penguasaan, penggunaan, dan penilaian terhadap atau mengenai sikap dan

nilai-nilai pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai

bidang studi atau lebih luas lagi dalam berbagai aspek kehidupan atau

pengalaman yang terorganisasir.17

Dari teori belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar bukan

suatu tujuan melainkan suatu proses mencapai tujuan. Pengetahuan proses

lebih bersifat cara mencapai tujuan jadi merupakan langkah-langkah atau

prosedur yang ditempuh. Dan belajar itu merupakan suatu pengalaman,


16
Ratna wilis dahar. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga. Hlm 11.
17
Tabrani Rusyan. Dkk. 1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
21

serta pengalaman diperoleh berkat adanya interaksi antara individu dengan

lingkungannya.

2. Pengertian Belajar Tuntas

Sistem belajar tuntas (Mastery Learning) adalah suatu sistem

belajar yang mengharapkan sebagian besar siswa dapat menguasai tujuan

umum pembelajaran (Basis Learning Objectivies) dari pelajaran secara

tuntas.18 Belajar tuntas harus berada didalam kondisi yang tepat terhadap

semua peserta didik untuk mampu belajar dengan baik dan memperoleh

hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajarinya.

Tujuan utama diterapkannya prinsip belajar tuntas adalah agar

tujuan yang akan tercapai dapat dapat tercapai secara optimal, sehingga

dengan belajar tuntas proses belajar mengajar menjadi lebih efektif dan

efisien yang dalam pelaksanaan nilai rata-rata seluruh siswa dalam satu
19
kelas dapat ditingkatkan. Dalam memperoleh hasil yang diinginkan

untuk mendapat ketuntasan belajar siswa perlu dilaksanakan proses

pembelajaran secara maksimal terutama dalam mencapai tujuan dan

persiapan dalam proses belajar yang dibutuhkan. Para peserta didik, juga

perlu memperoleh bimbingan dalam mencapai tujuan dan menguasai

pelajaran yang disampaikan di kelas secara maksimal. Guru untuk

mengetahui peserta didik yang perlu mendapat bimbingan, maka perlu

diadakan suatu hasil evaluasi terhadap kemampuan peserta didik. Pada

18
Warji. R. 1983. Program Belajar Mengajar Dengan Prinsip Belajar Tunta s
(Mastery Learning). Surabaya: Institut Dagang Muchtar. hlm: 12
19
Ischak S.W. dan Warji. 1982.Program Remedial Dalam Proses Belajar
Mengajar. Liberty: Yogyakarta. hlm: 6-7.
22

prinsipnya dengan belajar tuntas, maka siswa harus mencapai tingkatan

penguasaan tertentu terhadap sesuatu pelajaran.

3. Strategi Belajar Tuntas

Strategi belajar tuntas dapaat diterapkan secara tuntas sebagai

upaya meningkatkan mutu pendidikan terutama level mikro yakni


20
mengembangkan individu dalam proses pembelajaran dikelas. hal ini

tidak menuntut besar-besaran baik dalam kurikulum maupun dalan

pembelajaran, tetapi yang penting strategi guru teruatama yang

berhubunngan dengan waktu. Perhatian guru terhadap waktu bukan yang

dibutuhkan untuk mengajar melainkan waktu yang digunakan peserta

didik untuk belajar sampai taraf penguasaan materi pelajaran/ belajar

tuntas. Peserta didik baru dapat melangkah pada tahap berikutnya setelah

ia benar-benar menguasai bahan pelajaran sebelumnya sesuai dengan

acuan yang ditetapkan dalam pembelajaran.

C. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berfikir di atas, maka peneliti merumuskan

tentang pencapaian ketuntasan belajar siswa di kelas IV-B dalam proses


20
E. Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Malang
Bumi Aksara. hlm 53.
23

belajar mengajar Pendidikan Agama Islam (PAI) menggunakan pembelajaran

kooperatif tipe STAD (Student Teaam Achievement Division) di SDN Sidorejo

Krian Sidoarjo tahuan pelajaran 2006-2007 semester genap pada pokok

bahasan Surah al-Kausar, an-Nasr, dan al-‘Asr.

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu Penelitian

Pengambilan data ini dilakukan di sekolah SDN Sidorejo Krian

Sidoarjo. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 3 Maret sampai dengan 5 Mei

2007.

Tabel. 3. 1
Jadwal Penelitian
No. Hari / Tanggal Jam Ke Keterangan
1. Senin, 03 Maret 2007 - Refleksi Awal
2.. Sabtu, 05 April 2007 1-3 Melakukan tes awal siswa / pretes
3. Sabtu, 12 April 2007 1-3 Pembelajaran materi Surah Al-Kautsar
4. Sabtu, 19 April 2007 1-3 Pembelajaran materi Surah al-Nasr.
5. Sabtu, 26 April 2007 1-3 Pembelajaran materi Surah Al-‘Asr.
6. Sabtu, 03 Mei 2007 Melaksanakan Postes dan pemberian angket
1-3
pada siswa

B. Sasaran penelitian

Pada Penelitian ini, peneliti mengambil sasaran penelitian pada siswa

kelas IV-B SDN Sidorejo Krian Sidoarjo semester genap tahun ajaran 2006-
24

2007. Jumlah siswanya adalah 40 orang siswa. Pengambilan data diambil saat

pembelajaran.

Pokok bahasan : Surah al-Kausar, an-Nasr, dan al-‘Asr.

Putaran I (Pertama) : Surah al-Kausar.

Putaran II (Kedua) : Surah an-Nasr.

Putaran III (Ketiga) : Surah al-‘Asr.

23
C. Jenis Penelitian

Penelitian menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam

bahasa Inggris PTK diartikan dengan Clasroom Action Research di singkat

CAR. Oleh karena ada tiga kata yang membentuk pengertian PTK adalah :

1. Penelitian → Kegiatan mencermati suatu objek untuk memperoleh data

atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu dari suatu hal

yang menarik minat dan penting bagi peneliti.

2. Tindakan → sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan

tertentu yang dalam penelitin ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan.

3. Kelas →Sekelompok siswa yang menerima pelajaran dari ruangan tempat

guru mengajar.

Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap


21
kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas. PTK

bentuk kajiannya bersifat reflektif yang dilakukan oleh peneliti agar dapat

meningkatkan kemantapan rasional dalam melaksanakan tugas serta

21
Zainal Aqib. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : CV. Yrama Widya. hlm :
5-6
25

memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan dan memperbaiki

kondisi pembelajaran maksudnya sebelum peneliti melakukan tindakan harus

melakukan terlebih dahulu beberapa proses yaitu perencanaan, tindakan yang

disertai observasi, dan refleksi. Kemudian langkah awal yang dilakukan

peneliti dalam perencanaan berupa solusi-solusi dari permasalahan yang ada

pada proses pembelajaran.

Peneliti menerapkan perencanaan untuk memperbaiki model yang telah

dilakukan sebelumnya dan disertai observasi untuk mengamati dan mencatat

segala sesuatu yang muncul dalam tindakan. Hasil observasi dijadikan dasar

dilakukannya refleksi akan direvisi ulang yang kemudian dilakukan

perencanaan, tindakan atau observasi dan refleksi lagi sehingga pembelajaran

sesuai dengan tujuan penelitian.

Pelaksanaam PTK dilakukan dengan sistem putaran, yang digambarkan

sebagai berikut :

PUTARAN I
Revisi

Rencana Penelitian
Refleksi (Pertemuan I)
Kegiatan dan
Pengamatan
PUTARAN 2 Rencana penelitian
(Pertemuan II)
Revisi

Refleksi

Kegiatan dan
Pengamatan

PUTARAN 3 Rencana Penelitian


(Pertemuan III)
Revisi

Refleksi

Kegiatan dan
pengamatan
26

Empat Tahap penelitian kelas yang dirumuskan oleh Lewin Kemmis dan Mac

Taggart (Jatmiko, Budi, 2003: 4) adalah sebagai berikut :

1. Rencana Awal

Rencana merupakan tahapan awal yang harus dilakukan oleh

seorang guru sebelum melakukan pembelajaran. Rencana tindakan berupa

perbaikan dan tindakan yang dilakukan di kelas IV-B SDN Sidorejo Krian

Sidoarjo .

Dalam Rencana tindakan ini merupakan solusi pada masalah-masalah yang

ada di kelas pada saat proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam

(PAI) berlangsung .

2. Tindakan

Tindakan merupakan penerapan dari perencanaan yang telah dibuat

sebelumnya pada rencana awal yang berupa penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement

Division).

3. Pengamatan

Pengamatan berfungsi untuk melihat dan mendokumentasikan

kegiatan selama belajar di kelas IV-B SDN Sidorejo Krian Sidoarjo, yaitu

mengamati situasi kelas, aktivitas siswa, respon siswa, aktivitas guru


27

selama proses pembelajaran. Pengamataan merupakan dasar untuk

melakukan refleksi sehingga pengamatan yang dilakukan harus

menceritaakan keadaan yang sesungguhnya.

4. Refleksi

Refleksi dalam PTK adalah upaya untuk mengkaji apa yang telah

dihasilkan atau belum berhasil dilaksanakan. Refleksi merupakan

pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan dalam pencapaian tujuan

sementara dan untuk menentukan tindak lanjut dalam rangka mencapai

tujuan akhir yang mungkin ditetapkan dalam rangka pencapaian tujuan

sementara lainnya dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Islam

(PAI) menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student

Team Achievement Division) kelas IV-B SDN Sidorejo Krian Sidoarjo

D. Prosedur Penelitian

 Putaran I

1. Membuat rencana tindakan yang berisikan keterampilan guru

dalam mengelola belajar mengajar. (Terlampir)

2. Melakukan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran 1 yaitu Sub-Materi Surah Al-Kautsar.

3. Melakukan refleksi dengan menganalisis data-data yang diperoleh

dari hasil observasi yang telah di isi oleh 2 orang pengamat dan data

hasil tes, sehingga dapat diperoleh keterangan mengenai kelebihan dan


28

kekurangan aspek-aspek pada pengelolaan pembelajaran kooperatif

tipe STAD (Student Team Achievement Division) yang dilakukan oleh

guru dan siswa.

4. Melakukan revisi berdasarkan kekurangan yang ditemukan pada

putaran I yang dijadikan bahan acuan untuk putaran II.

 Putaran II

1. Membuat rencana tindakan yang merupakan alternatif pemecahan

masalah sesuai dengan revisi pada putaran I untuk meningkatkan

keterampilan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar.

(Terlampir)

2. Melakukan kegitan belajar mengajar sesuai dengan rencana

pelaksanaan pembelajaran 2 yaitu Sub-Materi Surah An-Nasr.

3. Melakukan refleksi dengan menganalisis data-data yang diperoleh

dari pengamat yang telah di isi oleh 2 pengamat dan data nilai siswa

tentang keterampilan kerja kelompok yaitu sesuai dengan nilai

perkembangan yang didapat oleh masing-masing siswa yang dapat

disumbangkan kepada kepada kelompoknya, sehingga akan diperoleh

keterangan mengenai kelebihan dan kekurangan aspek-aspek pada

pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team

Achievement Division) yang dilakukan oleh guru dan siswa.

4. Melakukan revisi berdasarkan kekurangan yang ditemukan pada

putaran II yang dijadikan bahan acuan untuk putaran III.


29

 Putaran III

1. Membuat rencana tindakan yang berisikan alternatif pemecahan

masalah sesuai dengan revisi pada putaran II untuk menigkatkan

keterampilan guru dalam mengelola kegiatan belajar mengajar.

(Terlampir)

2. Melakukan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana

pelaksanaan pembelajaran 3 yaitu Sub-Materi Surah Al-‘Asr.

3. Melakukan refleksi dengan menganalisis data-data yang diperoleh dari

hasil observasi yang telah di isi oleh pengamat, data nilai kuis siswa,

keterampilan kerja kelompok, penghargaan kelompok sesuai dengan

nilai perkembangan yang didapat oleh masing-masing siswa yang

dapat disumbangkan kepada kelompoknya dan data hasil postes,

sehingga akan diperoleh keterangan tentang sejauh mana pembelajaran

dicapai dan bagaimana pemahaman konsep siswa untuk meningkatkan

ketuntasan belajar.

4. Pada akhir kegiatan inti diharapkan proses belajar mengajar dengan

metode pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team

Achievement Division) dapat menjawab permasalahan di kelas,

kemudian langkah selanjutnya menganalisis data dan membuat

kesimpulan .
30

E. Perangkat Pembelajaran Dan Instrumen Penelitian

1. Perangkat Pembelajaran

Perangkat pembelajaran dan instrumen yang digunakan dalam penelitian

ini adalah :

1. Silabus (terlampir)

Silabus merupakan penjabaran standar kompetetnsi dan kompetensi

dasar ke dalam materi pokok, pengalaman belajar, indikator, penilaian,

alokasi waktu dan sumber/ bahan / alat belajar. Silabus yang telah

disusun digunakan sebagai panduan langkah guru dalam kegiatan

belajar mengajar agar indikator yang telah dibuat dapat tercapai dengan

mudah.

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (terlampir)

Rencana Pembelajaran adalah salah satu perangkat pembelajaran yang

dibuat untuk setiap kali putaran atau siklus. Rencana Pembelajaran

terdiri dari kompetensi dasar, indikator pencapaian hasil belajar,

kegiatan pembelajaran yang berisi pendahuluan, kegiatan inti, penutup,

dan evaluasi.

3. Lembar Kerja Siswa (terlampir)

Digunakan dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran kooperatif tipe

STAD (Student Team Achievement Division) untuk mempermudah


31

jalannya diskusi agar perhatian siswa dapat terfokus pada materi

pelajaran.

2. Instrumen Penelitian

a. Lembar Pengamatan

Lembar pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui proses

kegiatan belajar mengajar. Lembar pengamatan merupakan data

pendukung yang digunakan untuk mengukur keberhasilan proses

kegiatan belajar mengajar berlangsung. Lembar pengamatan terdiri dari :

1. Lembar Pengamatan aktivitas siswa dan guru

Lembar pengamatan ini bertujuan mengatahui aktivitas-aktivitas

yang dilakukan guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar

berlangsung. Lembar pengamatan ini juga digunakan untuk

mengukur kesesuaian aktivitas siswa dan guru dengan rencana

pembelajaran.

2. Lembar Tes

Lembar tes ini berisi sejumlah pertanyaan yang dibuat sesuai dengan

materi yang akan telah disampaikan dalam proses belajar mengajar

Pendidikan Agama Islam (PAI). Lembar tes ini bertujuan untuk

mengetahui kemampuan hasil belajar siswa setelah pelaksanaan


32

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dalam mencapai

ketuntasan belajar siswa.

3. Angket Respon Siswa

Lembar angket ini diberikan kepada siswa untuk mengetahui respon

dan pernyataan siswa terhadap pembelajaran aktif dengan

menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif tipe STAD untuk

meningkatkan hasil belajar siswa.

F. Metode Pengumpulan Data

1. Metode Observasi

Metode Observasi ini digunakan untuk mengetahui situasi kelas

pada saat proses belajar mengajar berlangsung yakni aktivitas guru dan

siswa. Dalam pengisian lembar observasi dilakukan oleh pengamat (guru

kolaborator) pada setiap putaran yang dilaksanakan pada saat kegiatan

belajar mengajar Pendidikan Agama Islam (PAI) sedang berlangsung.

Kegiatan lembar observasi ini diperlukan untuk kegiatan refleksi sebagai

upaya untuk mengkaji hal-hal yang terjadi berupa keberhasilan dan

pencapaian sementara dan untuk menentukan tindak lanjut untuk mencapai

tujuan akhir.

2. Metode Angket
33

Metode angket dalam penelitian ini digunakan untuk

mengumpulkan data mengenai pendapat siswa tentang pembelajaran aktif

dengan penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD. Angket ini

diberikan kepada siswa kelas IV-B SDN Sidorejo Krian Sidoarjo pada

akhir putaran atau pada pertemuan terakhir.

3. Metode Tes

Metode Tes digunakan untuk mengetahui pemahaman siswa

terhadap materi pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Tes dilakukan

setelah kegiatan belajar mengajar berlangsung pada setiap putaran di kelas

IV-B SDN Sidorejo Krian Sidoarjo.

4. Metode Wawancara

Metode wawancara ini dilakukan dengan mengajukan sejumlah

pertanyaan mengenai respon atau tanggapan mengenai proses belajar

mengajar Pendidikan Agama Islam (PAI) penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD untuk mencapai ketuntasan belajar Pendidikan

Agama Islam (PAI). Wawancara dilakukan dengan siswa kelas IV-B SDN

Sidorejo Krian Sidoarjo. Metode wawancara ini dilakukan dengan tujuan

untuk memperkuat hasil dan metode angket .

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini digunakan analisis statistik deskriptif. Data penelitian

tersebut adalah sebagai berikut:


34

A. Hasil Observasi

1. Analisis Kemampuan Guru Dalam Mengelola

Pembelajaran.

Data pengamatan tentang kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD

(Student Team Achievement Division) dianalisis dengan menghitung

rata-rata setiap aspek pembelajaran dari tiap-tiap pertemuan yang

dilaksanakan dalam proses belajar mengajar berlangsung. Selanjutnya

rata-rata yang diamati oleh 2 orang pengamat tersebut dikonversikan

dengan kriteria sebagai berikut: 22

Kriteria Penskoran Kriteria Penilaian

1. Kurang Sekali =1-3 D

2. Kurang =4–6 C

3. Baik =7–9 B

4. Baik sekali = 10 – 12 A

2. Analisis Lembar Observasi Atau Pengamatan Aktivitas

Siswa.

Data hasil pengamatan digunakan untuk mendeskripsikan aktivitas

siswa selama proses pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team

Achievement Division) berlangsung. Aktivitas siswa yang diamati

meliputi mendengarkan/ memperhatikan guru, membaca buku siswa

dan LKS, menghargai pendapat orang lain, mengambil giliran dan

berbagi tugas, mendengarkan secara aktif, mengajukan pertanyaan,


22
Kriteria penilaian SDN Sidorejo Krian.
35

menjawab pertanyaan, dan perilaku yang tidak relevan (percakapan,

mengerjakan sesuatu, meninggalkan kelas, melamun) dengan

menggunakan rumus sebagai berikut :

F
P x100%
N

Keterangan : P = Prosentase

F = Jumlah jawaban atau respon siswa

N = Jumlah siswa yang menjadi responden

B. Hasil Tes

Untuk mengetahui daya serap siswa terhadap materi pelajaran pada

setiap pembeelajarandigunakan tesss pemahaman yang dapat menetukan

keberhasilan dari suatu pembelajaran, baik secara individual maupun

secara klasikal. Adapun penentuan prosentase ketuntasan siswa secara

individual dalam pembelajaran didasarkan pada penguasaan siswa pada

tiap-tiap indikator materi pelajaran. Secara individual siswa dianggap

tuntas apabila :

1. Pada indikator 1 : siswa dapat mencapai nilai KKM = 66

2. Pada indikator 2 : siswa dapat mencapai nilai KKM = 68,3

3. Pada indikator 3 : siswa dapat mencapai nilai KKM = 72

Untuk mengetahui daya serap siswa terhadap materi pelajaran yang

diajarkan dengan menggunakan rumus: 23

Ketuntasan Individu = Skor Yang Diperoleh siswa x 100%

Skor maksimum
23
Sudjana, Nana. 1987. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
36

Sedangkan secara klasikal, suatu kelas telah tuntas belajarnya sesuai

dengan standard penilaian bila di kelas tersebut terdapat 75 % siswa yang

telah mencapai daya serap dengan perhitungan rumus:

Ketuntasan Kelas = Jumlah Siswa Yang Tuntas belajar x 100%

Jumlah Keseluruhan Siswa

C. Analisis Data Angket

Analisis data angket respon siswa mengenai kegiatan belajar mengajar

dengan menggunakan metode kooperatif tipe STAD (Student Team

Achievement Division) dengan menghitung setiap frekuensi ke dalam

persentase (%).24

A
P x 100%
B

24
Ibid
37

BAB IV

HASIL DAN ANALISIS DATA PENELITIAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan dikelas IV-B SDN Sidorejo Krian

Sidoarjo dari tanggal 3 Maret 2007 sampai dengan tanggal 5 Mei 2007.

jumlah pertemuan disesuaikan dengan alokasi yang telah ditetapkan sekolah.

Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru. Penelitian tindakan kelas

ini terdiri dari tiga putaran yang melalui tindakan, observasi, refleksi dan

revisi.

Pelaksanaan dari tahapan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Putaran I

a. Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

(Student Team Achievement Division) .

Sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar pada penelitian

tindakan kelas untuk putaran I menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) merupakan

salah satu ciri pembelajaran yang berorientasi pada pendekatan

37
38

konstruktivisme sebagaimana tergambarkan pada rencana pelaksanaan

pembelajaran. Berdasarkan pelaksanaan atas rencana pembelajaran yang

dibuat pada putaran I terhadap pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe

STAD (Student Team Achievement Division) yang diamati Selama proses

pembelajaran yang disajikan dalam tabel 4.1 pengamatan

terhadap keterampilan guru dalam mengelola pembelajaran dilakukan oleh

dua pengamat, kemudian nilai dari dua pengamat tersebut dirata-rata

dalam setiap kali pertemuan.

Hasil pengamatan tiap pertemuan pada putaran I diperoleh hasil

yang dapat dilihat pada tabel 4.1 di bawah ini.

Tabel 4.1
Aktifitas Guru Dalam Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD (Student Team Achievement Division)
Putaran I

Pengamat Rata-rata
No. Aspek yang diamati
1 2
I PERSIAPAN 3 3 3
PELAKSANAAN
II A. Pendahuluan
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan 2 1 1,5
model pembelajaran
2. Memotivasi siswa 1 2 1,5
Nilai Rata-rata 1,5
III B. Kegiatan Inti

1. Mengaitkan pembelajaran sekarang 2 3 2,5


dengan pengetahuan sebelumnya
2. Menjelaskan materi yang mendukung 2 3 2,5
tugas belajar kelompok/ teks
3. Mengatur siswa dalam kelompok 3 4 3,5
belajar
4. Melatih keterampilan kooperatif :
a. Menghargai pendapat orang lain 2 3 2,5
b. Mengambil giliran dan berbagi tugas 3 3 3
c. Mendengarkan secara aktif 2 3 2,5
d. Mengajukan pertanyaan 3 2 2,5
e. Menjawab pertaanyaan/ menanggapi 2 1 1,5
39

5. Mengawasi dan membimbing setiap 2 3 2,5


kelompok
6. Mendorong siswa agar meminta 4 3 3,5
bantuan pada teman sekelompok sebelum meminta
bantuan pada guru
7. Siswa mempresentasikan hasil 3 3 3
diskusi
Nilai rata-rata 2,6
IV. C. Penutup
1. Memberi resitasi / umpan balik 2 1 1,5
2. Membimbing siswa membuat 3 3 3
rangkuman
3. Mengadakan analisis kuis / evaluasi 1 2 1,5
4. Mengumumkan penghargaan 3 4 3,5
(mengumumkan penghargaan berupa pujian
dan pemberian hadian)
Nilai Rata-rata 2,3
V Pengelolaan Waktu 2 3 2,5
VI Pengamatan suasana kelas
1. Berpusat pada siswa 3 2 2,5
2. Siswa antusias 3 3 3
3. Guru antusias 3 3 3
Nilai Rata-rata 2,8
JUMLAH SKOR RATA-RATA 1,4
Sumber : data dari observasi 2 pengamat

Berdasarkan tabel 4.1 di atas, menunjukkan penilaian hasil

pengamatan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif tipe

STAD (Student Team Achievement Division) untuk putaran I oleh dua

pengamat yang diketahui bahwa penilaian yang tergolong kurang sekali

sebesar 4,5 %, penilaian yang tergolong kurang sebesar 5,9 %, sedangkan

penilaian yang tergolong baik sebesar 36,4 %.


40

Data yang diperoleh pada putaran I berdasarkan skor rata-rata pada

kegiatan persiapan sebesar 3 dengan kategori baik, kegiatan pelaksanaan

pendahuluan sebesar 1,5 dengan kategori kurang sekali, kegiatan

pelaksanaan kegiatan inti sebesar 2,6 dengan kategori baik, kegiatan

pelaksanaan penutup sebesar 2,3 dengan kategori kurang, kegiatan

pengelolaan waktu sebesar 2,5 dengan kategori kurang, dan kegiatan

pengamatan suasana kelas sebesar 2,8 dengan kategori baik.

Berdasarkan data di atas, maka dapat diketahui bahwa dalam

mengelola pembelajaran, guru (peneliti) masih kurang efektif karena

masih sering melakukan kesalahan-kesalahan dalam mengelola dan

mengendalikan kelas. Pada tahap kedua yakni, pelaksanaan pembelajaran

kegiatan pendahuluan guru masih kurang dalam menjelaskan tujuan

pembelajaran yang menyebabkan adanya kekurangpahaman siswa pada

saat proses belajar mengajar dengan tujuan pembelajaran yang sebenarnya

karena guru dalam menjelaskan masih kurang adanya persiapan dan

pemahaman terhadap materi yang disampaikan pada siswa. Guru kurang

dalam memberikan motivasi pada siswa yaitu suara guru kurang keras,

sehingga siswa kurang bersemangat dalam mengikuti proses belajar

mengajar.

Pada pelaksanaan pembelajaran kegiatan inti guru dalam proses

pembelajaran kurang mengaitkan materi yang sebelumnya dengan materi

yang akan disampaikan yang mendukung tugas kelompok yang

menyebabkan siswa kurang memahami materi sehingga kurangnya


41

partisipasi siswa. Dalam berdiskusi guru kurang membimbing siswa

dengan teman sekelompoknya, guru cenderung melayani siswa yang aktif

saja. Selain itu guru kurang tegas dalam mengarahkan siswa sehingga

tidak mendengarkan dan memperhatikan petunjuk dari guru, serta kurang

melatihkan siswa agar menghargai pendapat orang lain dan untuk melatih

bertanya. Guru kurang sekali mendorong siswa untuk berani menjawab

pertanyaan tentang materi yang akan disampaikan.

Pada pelaksanaan pembelajaran kegiatan penutup guru kurang

dalam memberikan umpan balik/ resitasi kepada siswa sehingga siswa

tidak mendapat kesempatan untuk menanyakan materi yang belum

dipahami, serta kurang dalam membimbing siswa untuk membuat

rangkuman atau kesimpulan dari pelajaran yang telah disampaikan.

Pengelolaan waktu tampak kurang , hal ini disebabkan karena

sebagian waktu digunakan untuk penyajian informasi dan pembagian

kelompok terlalu lama  20 menit, yang menyebabkan waktu untuk

diskusi antar anggota kelompok menjadi  10 menit sehingga masih

kurang sedikit waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan jawaban tugas

kelompok karena ada beberapa kelompok yang belum selesai.

Pada putaran satu ini, sebagai refleksi guru harus memperbaiki

kekurangan-kekurangan yang ada pada putaran kedua, yaitu memberikan

motivasi dengan lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Guru

memberikan dorongan pada siswa agar siswa lebih berani dalam bertanya
42

tentang materi yang belum dipahami dan menanggapi pertanyaan serta

melatih siswa agar lebih dapat menghargai pendapat orang lain, kemudian

memberikan umpan balik pada siswa untuk mendorong siswa mengingat

kembali materi yang dipelajari dan materi yang belum dimengerti. Guru

dalam menjelaskan dan memodelkan strategi belajar kooperatif tipe STAD

(Student Team Achievement Division) harus lebih baik, guru sebaiknya

dapat mengatur kelas dengan memperhatikan cara-cara pengelolaan waktu,

guru harus lebih merata dalam memperhatikan seluruh kelompok, guru

harus dapat menguasai kelas dan mengorganisasikan siswa lebih baik.

b. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD (Student Team Achievement Division).

Selama proses belajar mengajar berlangsung dilakukan observasi

oleh 2 orang pengamat untuk mengetahui aktivitas siswa dalam

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division).

Dalam tabel 4. 2 dapat dilihat hasil pengamatan aktivitas siswa pada

putaran I sebagai berikut :

Tabel 4.2
Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD (Student Team Achievement Division)
Putaran I

No. Keterampilan yang diamati Prosentase


1. Mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru 10, 9 %
2. Membaca buku siswa dan LKS 17, 6 %
3. Menghargai pendapat orang lain 14 %
43

4. Mengambil giliran dan berbagi tugas 11, 8 %


5. Mendengarkan secara aktif 14 %
6. Mengajukan pertanyaan 12, 9 %
7. Menjawab pertanyaan 10 %
Perilaku yang tidak relevan (percakapan, mengerjakan sesuatu,
8. 8, 9 %
meninggalkan kelas dan melamun dll)
Sumber: Hasil Ketrampilan Siswa selama Proses Pembelajaran

Berdasarkan tabel 4.2 di atas diketahui bahwa aktivitas siswa

dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement

Division) mendapatkan hasil yang belum sesuai karena masih terdapat

kekurangan-kekurangan diantaranya sangat terlihat jelas bahwa masih

banyak siswa yang kurang berminat dan aktif dalam proses belajar

mengajar pada kegiatan mendengarkan/ memperhatikan penjelasan guru

bahwa kondisi siswa pada saat pembelajaran siswa ramai sendiri sehingga

kondisi kelas menjadi ramai yang menyebabkan terganggunya proses

pembelajaran bagi siswa yang sedang serius belajar. Demikian juga pada

saat siswa menjawab pertanyaan/ menanggapi jawaban baik berasal dari

siswa maupun guru masih banyak siswa tidak dapat menjawab pertanyaan/

menanggapi pertanyaan siswa maupun guru.

Dalam pengkondisian kelompok berlangsung agak lama,

mengingat ini pertama kalinya siswa dibentuk dalam pembelajaran dengan

menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team

Achievement Division) dengan anggota kelompok yang heterogen secara

acak bukan siswa yang membentuk kelompok.

Pada kegiatan pembelajaran pendahuluan guru menyampaikan

kompetensi dasar “ Membaca Surah al-Kautsar dengan lancar, sub pokok


44

bahasan “ Surah al-Kautsar “, serta indikator atau tujuan pembelajaran

yang ingin dicapai kemudian menerangkan kepada siswa tentang model

pembelajaran kooperati tipe STAD (Student Team Achievement Division)

dengan aturan-aturan yang harus ditaati oleh siswa. Setelah itu memotivasi

siswa dengan menyampaikan hikmah-hikmah dari bacaan surah al-

Kautsar. Pendahuluan berlangsung 5 menit.

Pada kegiatan inti diawali guru dengan mengaitkan pembelajaran

dengan pengetahuan sebelumnya untuk mengetahui pemahaman siswa

terhadap materi yang sudah dipelajari, dan materi yang sudah dipelajari di

rumah sehingga dapat diketahui pemahaman siswa terhadap materi yang

akan di pelajari sekarang secara lebih mendalam. Setelah itu guru

menerangkan secara garis besar pokok bahasan “ Surah al-Kautsar”, yang

berlangsung 15 menit kemudian guru meminta siswa duduk dalam

kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari 5 siswa dan heterogen,

dalam hal jenis kelamin dan kemampuan akademik.

Guru membagikan LKS 1 secara acak yang terdiri dari 4 bagian

sehingga tiap 2 kelompok pembahasan soalnya sama dan menyuruh siswa

untuk mengerjakan secara kelompok untuk memahami materi secara

mendalam. Diskusi dalam kelompok ini berlangsung 15 menit, serta

selama 15 menit pembelajaran didapatkan dengan sunguh-sunguh dan

tidak menggantungkan pada salah satu seoarang siswa untuk mengerjakan

latihan dalam kelompok tersebut, Sementara siswa mengerjakan LKS 1

guru mengawasi dengan berkeliling untuk memantau kerja dari masing-


45

masing kelompok dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan serta

mengingatkan siswa agar dalam diskusi menggunakan keterampilan

kooperatif, tetapi masih saja ada siswa yang bersenda gurau. Setelah 35

menit guru mengecek hasil jawaban siswa untuk didiskusikan tetapi waktu

yang diberikan masih kurang sehingga ditambah 5 menit dan memanggil

kelompok secara acak yang dilakukan secara pengundian, tetapi

pengundian ini dilakukan secara bertahap setelah kelompok yang maju

sudah menyampaikan hasil jawabannya.

Kelompok yang dipanggil maju yang dilakukan secara acak yang

mewakili dari 4 bagian LKS 1 yang pembahasannya sama yakni kelompok

II membahas LKS I Bagian A, kemudian kelompok III membahas LKS 1

bagian D, kelompok IV membahas LKS 1 bagian C, kelompok V

membahas LKS 1 bagian B secara bergiliran untuk menyampaikan hasil

jawabannya, sedangkan kelompok yang lain memberikan tanggapan.

Proses diskusi berlangsung 80 menit, setiap kelompok yang dipanggil

maju menyampaikan hasil jawaban kelompoknya diberi waktu 20 menit.

Namun dalam proses presentasi masih banyak siswa yang tidak respon

terhadap temannya yang mempresentasikan hasil diskusinya, terlihat

banyak siswa yang tidak menghargai dan memperhatikan teman yang

sedang presentasi.

Pada kegiatan penutup yang berlangsung 20 menit guru memberi

resitasi/ umpan balik terhadap materi pelajaran yang sudah dipelajari dan

membimbing siswa untuk menyimpulkan materi, diakhiri dengan


46

memberikan soal Kuis 1 / tes evaluasi yang harus dikerjakan secara

individu oleh siswa, kemudian dari hasil kuis 1 dijadikan skor dasar untuk

mengukur skor perkembangan dari nilai kuis 2 siswa pada putaran II.

Penghargaan diberikan pada kelompok yang kinerjanya baik dan sangat

aktif dalm pembelajaran berlangsung yakni kelompok II, IV, DAN VI.

c. Data Hasil Belajar Siswa.

1. Data Ketuntasan Belajar Siswa

Selama proses belajar mengajar berlangsung dilakukan observasi oleh

2 orang pengamat untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama

proses pembelajaran. Data hasil ketuntasan belajar siswa yang

diberikan kepada siswa setealah proses belajar mengajar. Berdasarkan

analisis tes kuis I hasil belajar dan disajikan dalam tabel 4. 3 sebagai

berikut :

Tabel 4.3
Hasil Kuis I / Evaluasi Secara Klasikal
Putaran I

Karakterisktik Nilai
N 40
 Siswa yang tuntas ( 66) 23
 Siswa yang belum tuntas ( 66) 17
Ketuntasan Kelas (%) 57, 5 %
Sumber: Data nilai siswa

Berdasarkan tabel 4. 3 di atas dapat diketahui bahwa siswa kelas IV-B

yang berjumlah 40 siswa, ada 23 orang siswa yang tuntas dan 17

siswa yang tidak tuntas. Siswa yang dinyatakan tuntas mendapatkan


47

nilai  66, sedangkan yang tidak tuntas dengan nilai  66, secara

klasikal siswa di kelas IV-B memperoleh ketuntasan belajar siswa

sebesar 57, 5 % sehingga dengan demikian ketuntasan belajar siswa

pada putaran I belum tuntas secara klasikal maupun individu. Sesuai

dengan ketetapan secara klasikal pada mata pelajaran Pendidikan

Agama Islam (PAI) di SDN Sidorejo Krian Sidoarjo adalah 75 %

siswa yang tuntas belajar, maka kelas tersebut dikatakan tuntas secara

klasikal.

2. Putaran II

a. Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

(Student Team Achievement Division).

Berdasarkan pelaksanaan atas rencana pembelajaran yang dibuat

pada putaran II terhadap pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD

(Student Team Achievement Division) yang diamati selama proses

pembelajaran yang disajikan dalam tabel 4.4 pengamatan terhadap

keterampilan guru dalam mengelolan pembelajaran yang dilakukan oleh 2

pengamat, kemudian dirata-rata tiap rencana pembelajaran (RP) dan

mendapatkan hasil yang dapat dilihat pada tabel 4. 4 di bawah ini.

Tabel 4.4
Aktifitas Guru Dalam Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD (Student Team Achievement Division)
Putaran II
48

Pengamat Rata-rata
No. Aspek yang diamati
1 2
I PERSIAPAN 4 3 3.5
PELAKSANAAN
II A. Pendahuluan
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan 4 3 3,5
model pembelajaran
2. Memotivasi siswa 3 3 3
Nilai Rata-rata 3,2
III B. Kegiatan Inti

1. Mengaitkan pembelajaran sekarang 4 4 4


dengan pengetahuan sebelumnya
2. Menjelaskan materi yang mendukung 4 4 4
tugas belajar kelompok/ teks
3. Mengatur siswa dalam kelompok belajar 3 4 3,5
4. Melatih keterampilan kooperatif :
a. Menghargai pendapat orang 3 3 3
lain
b. Mengambil giliran dan 3 3 3
berbagi tugas
c. Mendengarkan secara aktif 4 4 4
d. Mengajukan pertanyaan 3 4 3,5
e. Menjawab pertaanyaan/ 3 4 3,5
menanggapi
5. Mengawasi dan membimbing setiap 2 2 2
kelompok
6. Mendorong siswa agar meminta bantuan 4 3 3,5
pada teman sekelompok sebelum meminta bantuan
pada guru
7. Siswa mempresentasikan hasil diskusi 4 3 3,5
Nilai rata-rata 3,4
IV. C. Penutup
A. Memberi resitasi / umpan balik 2 2 2
B. Membimbing siswa membuat rangkuman 3 3 3
C. Mengadakan analisis kuis / evaluasi 2 2 2
D. Mengumumkan penghargaan 3 3 3
(mengumumkan penghargaan berupa pujian
dan pemberian hadian)
Nilai Rata-rata 2,5
V Pengelolaan Waktu 3 3 3
VI Pengamatan suasana kelas
1. Berpusat pada siswa 3 3 3
2. Siswa antusias 4 3 3,5
3. Guru antusias 3 3 3
Nilai Rata-rata 3,2
JUMLAH SKOR RATA-RATA 3,1
Sumber : Data dari Observasi 2 pengamat
49

Berdasarkan pada tabel 4.4 diatas, menunjukkan penilaian hasil

pengamatan aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif tipe

STAD (Student Team Achievement Division) pada putaran II oleh 2 orang

pengamat telah mengalami peningkatan lebih baik dari putaran I. Hal ini

diketahui bahwa penilaian yang tergolong kurang sebesar 18,2 %, penilaian

yang tergolong baik sebesar 68,2 %, sedangkan penilaian yang tergolong

baik sekali 13,6 %.

Data yang diperoleh pada putaran II berdasarkan skor rata-rata

pada kegiatan persiapan sebesar 3,5 dengan kategori baik, kegiatan

pelaksanaan pendahuluan sebesar 3,2 dengan kategori baik, kegiatan

pelaksanaan kegiatan inti sebesar 3,3 dengan kategori baik, kegiatan

pelaksanaan penutup sebesar 2,5 dengan kategori kurang, kegiatan

pengelolaan waktu sebesar 3 dengan kategori baik, dan kegiatan

pengamatan suasana kelas sebesar 3,2 dengan kategori baik.

Berdasarkan hasil revisi pada putaran I tentang kemampuan guru

dalam mengelola pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team

Achievement Division) yang dijadikan acuan perbaikan untuk pelaksanaan

pembelajaran putaran II yang diamati oleh 2 pengamat telah mengalami

perubahan peningkatan yang lebih baik.

Hasil lebih baik sudah tampak jelas pada putaran II dan sudah

dapat menutupi kekurangan-kekurangan pada putaran I, akan tetapi guru

masih melakukan kesalahan-kesalahan dari pengamatan yang didapat yaitu

guru masih kurang dalam memberikan dorongan kepada siswa agar lebih
50

berani bertanya tentang materi yang kurang dimengerti serta kurang dapat

memancing siswa lainnya untuk memberikan pendapat, serta guru masih

kurang memberikan umpan balik/ resitasi pada siswa untuk mengingat

kembali materi yang telah dipelajari dan materi yang belum dimengerti

serta kurang dalam membimbing siswa untuk membuat rangkuman atau

kesimpulan dari pelajaran yang telah disampaikan.

Upaya yang dilakukan guru dari hasil pengamatan dari putaran II,

maka perbaikan yang perlu dilakukan guru untuk dijadikan masukan

dilakukannya pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team

Achievement Division) yaitu guru menekankan kembali kepada siswa agar

berani bertanya tentang materi yang kurang dimengerti dan mendorong

siswa untuk memberikan pendapat. Dalam memberikan umpan balik guru

harus menanyakan kepada siswa tentang materi yang telah didapat pada

pelajaran kali ini, serta menanyakan kepada siswa tentang hal-hal yang

belum dimengerti terhadap materi yang disampaikan dan membimbing

siswa untuk membuat rangkuman atau kesimpulan dari pelajaran yang

telah disampaikan.

b. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Kooperatrif

Tipe STAD (Student Team Achievement Division).

Selama proses belajar mengajar berlangsung dilakukan observasi

oleh 2 orang pengamat untuk mengetahui aktivitas siswa dalam pembelajaran

kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division). Dalam tabel 4. 5


51

dapat dilihat hasil pengamatan aktivitas siswa pada putaran II sebagai berikut

Tabel 4.5
Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD (Student Team Achievement Division)
Putaran II

No. Keterampilan yang diamati Prosentase


1. Mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru 11, 8 %
2. Membaca buku siswa dan LKS 9, 6 %
3. Menghargai pendapat orang lain 15, 1 %
4. Mengambil giliran dan berbagi tugas 15, 3 %
5. Mendengarkan secara aktif 14, 4 %
6. Mengajukan pertanyaan 14,7 %
7. Menjawab pertanyaan 14, 1 %
Perilaku yang tidak relevan (percakapan, Mengerjakan sesuatu,
8. 4, 8 %
meninggalkan kelas dan melamun dll)
Sumber: Hasil Ketrampilan Siswa selama Proses Pembelajaran

Berdasarkan tabel 4.5 diketahui bahwa aktivitas siswa dalam

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division)

mendapatkan hasil yang belum sesuai karena masih terdapat kekurangan-

kekurangan diantaranya sangat terlihat jelas pada kegiatan inti yaitu pada

saat guru meminta siswa untuk membaca buku siswa dan LKS 2 sebelum

siswa bekerja dalam kelompok belajar dengan menggunakan pembelajaran

kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) agar siswa

lebih mendalami materi yang akan dipelajari, akan tetapi siswa tidak serius

membacanya karena ada beberapa siswa bersendagurau yang menyebabkan

nilai prosentase tentang aktivitas siswa membaca buku siswa dan LKS 2

mengalami penurunan.
52

Sedangkan aktivitas siswa tentang mendengarkan/ memperhatikan

penjelasan guru dan aktivitas menjawab pertanyaan atau menanggapi

jawaban baik berasal dari siswa maupun guru mengalami mengalami

peningkatan. Hal ini berdasarkan nilai prosentase pada putaran mengalami

peningkatan.

Pada kegiatan pendahuluan guru menyampaikan kompetensi dasar

“Membaca Surah an-Nasr dengan lancar, sub pokok bahasan “ Surah an-

Nasr”, serta indikator atau tujuan pembelajaran yang ingin dicapai selama

proses belajar mengajar berlangsung. Pendahuluan berlangsung 5 menit.

Pada kegiatan inti, guru mengaitkan pembelajaran dengan

pengetahuan sebelumnya untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap

materi yang sudah dipelajari dan materi yang sudah dipelajari di rumah

sehingga dapat mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang akan

dipelajari sekarang secara lebih mendalam. Setelah itu, guru menyajikan

informasi secara garis besar materi Surah an-Nasr, yang berlangsung 15

menit selain itu menyampaikan hikmah-hikmah bacaan surah an-Nasr.

Diskusi dalam kelompok ini berlangsung 15 menit, serta selama 15 menit

pembelajaran didapatkan dengan sunguh-sunguh dan tidak

menggantungkan pada salah satu seorang siswa untuk mengerjakan latihan

dalam kelompok tersebut.

Guru meminta juga siswa untuk lebih memahami materi dengan

membaca buku siswa untuk memahami materi secara mendalam, kemudian

guru membagikan LKS 2 secara acak yang terdiri dari 4 bagian sehingga
53

tiap 2 kelompok pembahasan soalnya sama, sedangkan dalam

pengorganisasian kelompok berlangsung tidak begitu lama dibandingkan

pada putaran I.

Guru menyuruh siswa untuk mengerjakan secara kelompok untuk

memahami materi secara lebih mendalam. Sementara siswa mengerjakan

LKS 2 guru mengawasi dengan berkeliling untuk memantau kerja masing-

masing kelompok dan membimbing siswa yang mengalami kesulitan serta

mengingatkan siswa agar dalam diskusi menggunakan keterampilan

kooperatif, tetapi putaran II masih terdapat beberapa siswa yang bersenda

gurau waktu diskusi namun diskusi dalam kelompok sudah mulai tertata.

Siswa sudah berkonsentrasi dengan kelompoknya masing-masing.

Guru setelah 35 menit mengecek hasil jawaban siswa, kali ini

siswa tidak meminta tambahan waktu karena guru tidak memberikan lagi

kesempatan pada siswa yang belum menyelesaikan jawabannya karena dari

pengamatan guru dalam proses diskusi mendapatkan informasi bahwa yang

belum menyelesaikan tugas kelompok adalah kelompok yang sering

bersendagurau dalam kelas, guru tidak menambah waktu karena yang

belum selesai hanya 1 kelompok yang ramai dalam mengerjakan tugas

kelompok.

Guru memanggil kelompok secara acak yang dilaksanakan secara

pengundian, tetapi pengundian ini sudah dilakukan secara bertahap setelah

kelompok yang maju sudah menyampaikan jawabannya. Kelompok yang

maju secara bergiliran dipilih secara acak supaya semua kelompok bersiap
54

apabila dipanggil maju. Kelompok yang dipanggil maju yang dilakukan

secara acak yang mewakili dari 4 bagian LKS 2 yang pembahasannya sama

yakni kelompok IV membahas LKS 2 bagian D, kemudian kelompok VI

membahas LKS-2 bagian A, kelompok III membahas LKS 2 bagian B,

kelompok I membahas LKS 2 bagian C secara bergiliran untuk

menyampaikan hasil jawabannya, sedangkan kelompok yang lain

memberikan tanggapan. Proses diskusi berlangsung 80 menit, setiap

kelompok yang dipanggil maju menyampaikan hasil jawaban kelompoknya

diberi waktu 20 menit.

Pada saat diskusi berlangsung antar kelompok pada putaran II

sudah lebih baik karena siswa sudah banyak yang memberikan jawaban dan

tanggapannya yang lebih besar. Hal ini dikarenakan guru memberikan

penghargaan dan penilaian lebih baik pada kelompok yang kinerjanya

sangat baik, sehingga adanya keinginan dari kelompok lain untuk

mendapatkan nilai lebih dari kelompok yang memperoleh penghargaan

baik. Dengan adanya persaingan antar kelompok tersebut, maka masing-

masing kelompok berusaha untuk meningkatkan kinerjanya dalam proses

pembelajaran, sehingga proses diskusi berjalan lebih baik dari putaran I.

Pada kegiatan penutup yang berlangsung 20 menit guru memberi

resitasi/ umpan balik terhadap materi pelajaran yang sudah di pelajari dan

membimbing siswa untuk menyimpulkan materi, diakhiri dengan


55

memberikan soal kuis 2 / tes evaluasi yang harus dikerjakan secara individu

oleh siswa.

Pada tahap ini siswa sudah bisa berkonsentrasi dalam menjawab

soal kuis 2 / tes evaluasi karena guru tidak memberikan lagi pada siswa

yang belum menyelesaikan jawabannya sehingga siswa tidak meminta

tambahan waktu untuk mengumpulkannya karena berdasarkan pengamatan

guru mendapatkan informasi bahwa yang belum menyelesaikan soal kuis

2 / tes evaluasi yakni siswa yang sering ramai di dalam kelas, sehingga

hanya 3 siswa yang telat mengumpulkannya, kemudian dari hasil kuis 2

dijadikan skor dasar untuk mengukur skor perkembangan dari nilai kuis 3

siswa pada putaran III.

c. Data Hasil Belajar Siswa .

1. Data Ketuntasan Belajar Siswa

Selama proses belajar mengajar berlangsung dilakukan observasi oleh

2 orang pengamat untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa selama

proses pembelajaran. Data hasil ketuntasan belajar siswa yang

diberikan kepada siswa setealah proses belajar mengajar. Berdasarkan

analisis tes kuis II hasil belajar dan disajikan dalam tabel 4. 6 sebagai

berikut :

Tabel 4.6
Hasil Kuis II / Evaluasi Secara Klasikal
Putaran II

Karakterisktik Nilai
 Jumlah Siswa yang tidak masuk
2
N 38
 Siswa yang tuntas ( 68,3) 30
56

 Siswa yang belum tuntas ( 68,3) 8


Ketuntasan Kelas (%) 78, 9 %
Sumber: Data nilai siswa

Berdasarkan tabel 4. 6 di atas dapat diketahui bahwa siswa

kelas IV-B yang berjumlah 40 siswa, terdapat 2 siswa yang tidak

masuk dikarenakan 1 ijin dan 1 sakit, sehingga hanya 38 orang

siswa yang hadir dan dapat di lihat pada tabel 4. 6 bahwa siswa

yang tuntas belajar ada 30 orang siswa dinyatakan tuntas

mendapatkan nilai  68,3 sedangkan ada 8 orang siswa yang tidak

tuntas dengan nilai  68,3. Secara klasikal siswa di kelas IV-B

memperoleh ketuntasan belajar sebesar 78, 9 %, sehingga dengan

demikian ketuntasan belajar siswa suatu kelas di katakan tuntas

secara klasikal apabila 75 % siswa banyak yang benar maka kelas

tersebut tuntas belajar.

2. Data Hasil Belajar Kelompok

Data ini adalah data nilai kelompok yang diperoleh dengan

menjumlahkan nilai perkembangan individu dalam satu kelompok

dibagi seluruh jumlah anggota kelompok tersebut. Dalam putaran ini

dapat diketahui kelompok yang mendapatkan nilai tinggi, sedang, dan

rendah. Dalam memberikan penghargaan terhadap prestasi kelompok

criteria yang digunakan adalah :

a. Kelompok dengan nilai 5-14 mendapatkan penghargaan sebagai

kelompok baik (good team).


57

b. Kelompok dengan nilai 15-24, mendapatkan penghargaan sebagai

kelompok hebat (great team).

c. Kelompok dengan nilai 25-30 mendapatkan penghargaan sebagai

kelompok super (super team).

Berdasarkan Kriteria di atas, maka penghargaan akan diberikan pada

masing-masing kelompok dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4. 7
Penghargaan Kelompok

Kelompok Nilai Kelompok Kriteria Kelompok


I 24 Kelompok Hebat
II 18 Kelompok Hebat
III 22 Kelompok Hebat
IV 28 Kelompok Super
V 20 Kelompok Hebat
VI 28 Kelompok Super
VII 24 Kelompok Hebat
VIII 26 Kelompok Super

Siswa di kelas IV-B SDN Sidorejo Krian Sidoarjo berjumlah 40

orang siswa, sehingga mereka dibagi 8 kelompok yang masing-masing

kelompok beranggotakan 5 orang, namun pada pelaksanaan putaran II

ada siswa yang tidak masuk yakni 2 orang siswa, sehingga ada 2

kelompok yang anggotanya hanya 4 orang yakni kelompok III dan

kelompok V. Dalam tabel 4.7 yakni 8 kelompok tersebut memperoleh

kriteria kelompok sebagai berikut: 5 kelompok dengan kriteria

kelompok Hebat yaitu kelompok I, II, III, V, VII, dan 3 kelompok

dengan kriteria Super yaitu kelompok IV, VI, VIII.

Berdasarkan pendapat dari pendapat tentang keaktifan siswa yang

paling sangat aktif dari kelompok yang lain pada saat pembelajaran
58

berlangsung, maka pemberian piagam penghargaan diberikan pada

kelompok I, II, IV dan kelompok VI.

3. Putaran III

a. Hasil Observasi Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

(Student Team Achievement Division) .

Pelaksanaan atas rencana pembelajaran yang dibuat pada putaran

III terhadap pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student

Team Achievement Division) yang diamati selama proses pembelajaran

yang disajikan dalam tabel 4. 8 pengamatan terhadap keterampilan guru

dalam mengelola pembelajaran dilakukan oleh 2 pengamat yang kemudian

dirata-rata tiap rencana pembelajaran (RP) dan didapatkan hasil yang

didapat dilihat pada tabel 4. 8 dibawah ini.

Tabel 4.8
Aktifitas Guru Dalam Pengelolaan Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD (StudentTeam Achievement Division)
Putaran III
Pengamat Rata-rata
No. Aspek yang diamati
1 2
I PERSIAPAN 3 4 3.5
PELAKSANAAN
II A. Pendahuluan
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran dan 4 4 4
model pembelajaran
2. Memotivasi siswa 3 4 3,5
Nilai Rata-rata 3,7
III B. Kegiatan Inti
1. Mengaitkan pembelajaran 4 4 4
sekarang dengan pengetahuan sebelumnya
2. Menjelaskan materi yang 4 4 4
mendukung tugas belajar kelompok/ teks
3. Mengatur siswa dalama kelompok 4 3 3,5
belajar
4. Melatih keterampilan kooperatif :
a. Menghargai pendapat orang 4 4 4
lain
59

b. Mengambil giliran dan 3 4 3,5


berbagi tugas
c. Mendengarkan secara aktif 4 4 4
d. Mengajukan pertanyaan 3 4 3,5
e. Menjawab pertaanyaan/ 3 3 3
menanggapi
5. Mengawasi dan membimbing setiap 4 4 4
kelompok
6. Mendorong siswa agar meminta bantuan 3 3 3
pada teman sekelompok sebelum meminta bantuan
pada guru
7. Siswa mempresentasikan hasil diskusi 4 3 3,5
Nilai rata-rata 3,6
IV. C. Penutup
1. Memberi resitasi / umpan balik 4 4 4
2. Membimbing siswa membuat rangkuman 3 4 3,5
3. Mengadakan analisis kuis / evaluasi 4 4 4
4. Mengumumkan penghargaan 3 3 3
(mengumumkan penghargaan berupa pujian
dan pemberian hadian)
Nilai Rata-rata 3,6
V Pengelolaan Waktu 4 3,5
VI Pengamatan suasana kelas
1. Berpusat pada siswa 4 4 4
2. Siswa antusias 4 4 4
3. Guru antusias 3 4 3,5
Nilai Rata-rata 3,8
JUMLAH SKOR RATA-RATA 3,6
Sumber : Data dari Observasi 2 pengamat
Berdasarkan tabel 4.8 menunjukkan penilaian hasil pengamatan

aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran kooperatif dengan metode

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division)

pada putaran III oleh 2 pengamat II. Hal ini diketahui penilaian yang

tergolong kurang sekali sudah tidak ada, penilaian yang tergolong kurang

sudah tidak ada, penilaian yang tergolong baik sebesar 59,1 %, sedangkan

penilaian yang tergolong baik sekali sebesar 40,9 %.

Data yang diperoleh pada putaran III berdasarkan skor rata-rata

pada kegiatan persiapan sebesar 3,5 dengan kategori baik, kegiatan

pelaksanaan pendahuluan sebesar 3,7 dengan kategori baik sekali, kegiatan


60

pelaksanaan inti sebesar 3,6 dengan kategori baik sekali, kegiatan

pelaksanaan penutup sebesar 3,6 dengan kategori baik sekali, dan kegiatan

pengamatan suasana kelas sebesar 3,8 dengan kategori baik sekali.

Berdasarkan hasil analisis dari diatas dapat diketahui bahwa

kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement

Division) pada putaran III telah berjalan sesuai dengan rencana

pembelajaran yang diharapkan. Pada putaran III guru lebih berhasil guru

lebih berhasil memperbaiki kekurangan-kekurangan pada putaran I dan II.

Perbaikan proses belajar mengajar menggunakan pembelajaraan kooperatif

tipe STAD (Student Team Achievement Division) sebenarnya sudah mulai

tampak jelas pada putaran II, kemudian pada putaran III sebagian besar

kegiatan dalam pengelolaan pembelajaran sudah dilakukan dengan kategori

baik sekali oleh guru berdasarkan penilaian oleh dua pengamat .

b. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD (Student Team Achievement Division) .

Selama proses belajar mengajar berlangsung dilakukan observasi

oleh 2 orang pengamat untuk mengetahui aktivitas siswa dalam

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division).

Dalam tabel 4. 9 dapat dilihat hasil pengamatan aktivitas siswa pada

putaran III sebagai berikut :

Tabel 4.9
Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD (Student Team Achievement Division)
Putaran III

No. Keterampilan yang diamati Prosentase


61

1. Mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru 12, 1 %


2. Membaca buku siswa dan LKS 10,3 %
3. Menghargai pendapat orang lain 15, 3 %
4. Mengambil giliran dan berbagi tugas 15,5 %
5. Mendengarkan secara aktif 16,7 %
6. Mengajukan pertanyaan 16,6 %
7. Menjawab pertanyaan 15,9 %
Perilaku yang tidak relevan (percakapan, Mengerjakan sesuatu,
8. 1,4 %
meninggalkan kelas dan melamun dll)
Sumber: Hasil Ketrampilan Siswa selama Proses Pembelajaran

Berdasarkan tabel 4.9. diketahui bahwa aktivitas siswa dalam

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division)

mendapatkan hasil yang sesuai dan lebih baik dari putaran-putaran

berikutnya. Hasil yang peningkatan lebih baik dari putaran-putaran

sebelumnya, pada dilihat pada saat mendengarkan atau memperhatikan

penjelasan guru atau siswa meningkat 12,1 %, membaca buku siswa dan

LKS meningkat 10,3 %, menghargai pendapat orang lain meningkat 15,3

%, mengambil giliran dan berbagi tugas meningkat 15,5 %, mendengarkan

secara aktif meningkat 16,7 %, mengajukan pertanyaan meningkat 16,6 %,

menjawab pertanyaan meningkat 15,9 %, sedangkan perilaku yang tidak

relevan (percakapan, mengerjakan sesuatu, meninggalkan kelas, melamun)

berkurang 1,4 %.

Hasil analisis data di atas, dapat diketahui bahwa aktivitas siswa

selama proses pembelajaran berlangsung mengalami peningkatan dan ada

aktivitas siswa yang mengalami penurunan prosentase. Aktivitas siswa

yang mengalami peningkatan tercapai karena peningkatan aktivitas siswa

yang paling dominan pada tiap putaran yang merupakan tujuam yang ingin

di capai yakni keterampilan kooperatif siswa seperti kegiatan menghargai

orang lain, mengambil giliran dan berbagi tugas, mendengarkan secara


62

aktif, mengajukan pertanyaan, dan menjawab pertanyaan atau menanggapi

jawaban siswa mengalami peningkatan yang sangat baik, sedangkan

aktivitas yang mengalami penurunan yaitu berkurangnya perilaku yang

tidak relevan (percakapan, mengajukan sesuatu, meninggalkan kelas,

melamun).

Prosentase aktivitas dari data tersebut menunjukkan bahwa selama

proses pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement

Division) siswa lebih banyak berperan aktif yang sesuai dengan teori

konstruktivisme yang menganjurkan peranan yang lebih aktif dalam proses

belajar mengajar sehingga guru hanya sebagai fasilitator dalam

pembelajaran sehingga dapat dikatakan proses pembelajaran cenderung

berpusat pada siswa (student center oriented) . berdasarkan aktivitas

tersebut, siswa mulai memahami dalam proses belajar di kelas dengan

menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team

Achievement Division).

Pada kegiatan pendahuluan, guru menyampaikan kompetensi dasar

“membaca Surah al-‘Asr dengan lancar”, sub pokok bahasan “Surah

al-’Asr”, serta indikator atau tujuan pembelajaran yang ingin di capai

selama proses belajar mengajar berlangsung dan menyampaikan kelompok

yang terbaik berdasarkan nilai perkembangan pertama skor tiap kelompok.

Pendahuluan berlangsung 5 menit.

Pada kegiatan inti, guru mengaitkan pembelajaran dengan

pengetahuan sebelumnya untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap


63

materi yang sudah di pelajari dan materi yang sudah dipelajari di rumah

sehingga dapat mengetahui pemahaman siswa terhadap materi yang akan

di pelajari sekarang secara lebih mendalam. Setelah itu, guru mengajukan

informasi garis besar materi “Surah al-’Asr”, yang berlangsung 15 menit

selain itu guru hikmah-hikmah bacaan surah al-‘Asr sehingga siswa

menjadi termotivasi untuk lebih mendalam mengetahui terhadap materi

yang akan di pelajari dan memberikan pertanyaan kepada siswa tentang

tokoh tersebut.

Guru meminta juga siswa untuk lebih memahami materi dengan

membaca buku siswa untuk memahami materi secara mendalam, kemudian

guru membagikan LKS 3 secara acak yang terdiri dari 2 bagian sehingga

tiap 4 kelompok pembahasan soalnya sama yang dikerjakan bersama dalam

kelompoknya, kemudian dalam pengorganisasian anggota kelompok tidak

berlangsung lama dibandingkan dengan putaran I dan putaran II.

Sementara siswa mengerjakan tugas LKS 3 dalam kelompoknya,

guru mengawasi dengan berkekeliling dengan memantau kerja dari

masing-masing kelompok dan membimbing siswa yang mengalami

kesulitan serta mengingatkan siswa agar dalam diskusi menggunakan

keterampilan kooperatif , tetapi pada putaran III ada beberapa siswa yang

bersenda gurau namun lebih sedikit di putaran I dan putaran II. Diskusi

dalam kelompok ini berlangsung 15 menit, serta selama 15 menit

pembelajaran didapatkan dengan sunguh-sunguh dan tidak


64

menggantungkan pada salah satu seorang siswa untuk mengerjakan latihan

dalam kelompok tersebut.

Guru setelah 35 menit mengecek hasil jawaban siswa, kali ini siswa

selesai tepat pada waktunya. Guru memanggil kelompok secara acak yang

dilaksanakan secara pengundian , tetapi pengundian ini sudah dilakukan

secara bertahap setelah kelompok yang maju sudah menyampaikan

jawabananya. Kelompok yang maju secara bergiliran dipilih secara acak

supaya semua kelompok bersiap apabila di panggil maju. Kelompok yang

dipanggil maju yang dilakukan secara acak yang mewakili dari 2 bagian

LKS 3 yang pembahasannya yakni kelompok VII membahas LKS 3 bagian

A, kemudian kelompok II membahas LKS 3 bagian B, kelompok I

membahas LKS 3 bagian A, kelompok VI membahas LKS 3 bagian B

secara bergiliran untuk menyampaikan hasil jawabannya, sedangkan

kelompok yang lain memberikan tanggapan. Proses diskusi berlangsung 80

menit, setiap kelompok yang dipanggil maju menyampaikan hasil jawaban

kelompoknya diberi waktu 20 menit.

Pada proses belajar mengajar putaran III siswa sudah tertib dalam

diskusi baik kelompok maupun individu. Siswa sudak aktif dan sangat

termotivasi untuk mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan, dan

menanggapi jawaban siswa yang kurang benar sehingga pembelajaran

lebih cenderung berpusat pada siswa (Student Center Oriented).

Pada kegiatan penutup yang berlangsung 20 menit, guru sudah

lebih baik dalam pelaksanaannya dibandingkan putaran I dan Putaran II,


65

dalam hal guru memberi resitasi./ umpan balik terhadap materi pelajaran

yang sudah dipelajari dam membimbing siswa menyimpulkan materi,

kemudian guru memberikan soal kuis 3 / tes evaluasi dan siswa

mengerjakan soal kuis tersebut dengan tepat waktunya selama proses

pembelajaran.

c. Data Hasil Belajar Siswa .

1. Data Ketuntasan Belajar Siswa

Selama proses belajar mengajar berlangsung dilakukan

observasi oleh 2 orang pengamat untuk mengetahui aktivitas guru dan

siswa selama proses pembelajaran. Data hasil ketuntasan belajar siswa

yang diberikan kepada siswa setelah proses belajar mengajar.

Berdasarkan analisis tes kuis II hasil belajar dan disajikan dalam tabel

4. 10 sebagai berikut :

Tabel 4. 10
Hasil Kuis III / Evaluasi Secara Klasikal
Putaran III

Karakterisktik Nilai
 Jumlah Siswa yang tidak masuk
1
N 39
 Siswa yang tuntas (72) 35
 Siswa yang belum tuntas (72) 4
Ketuntasan Kelas (%) 89,7 %
Sumber: Data nilai siswa

Berdasarkan tabel 4.10 di atas dapat diketahui bahwa siswa di

kelas IV-B yang berjumlah 40 siswa, terdapat 1 siswa yang tidak

masuk di karenakan sakit, sehingga hanya 39 siswa yang hadir yang

dapat dilihat pada tabel 4.10 bahwa siswa yang tuntas belajar ada 36
66

orang siswa dan mendapatkan nilai  72, sedangkan ada 4 orang siswa

yang tidak tuntas dengan nilai dibawah  72 . Secara klasikal siswa IV

memperoleh ketuntasan belajar sebesar 89,7 % sehingga dapat

dinyatakan bahwa dalam pembelajaran telah tuntas secara klasikal.

Pada putaran III terdapat 4 siswa yang tidak tuntas belajar, hal ini

dikarenakan nilai yang mereka dapat sangat rendah. Hal yang

menyebakan nilai mereka rendah adalah karena mereka kurang

memahami terhadap materi yang sudah disampaikan oleh guru.

Berdasarkan pelaksanaan terhadap kegiatan dan pengamatan

diperoleh informasi dari pengamat bahwa kegiatan pembelajaran pada

putaran III sudah berjalan sesuai dengan rencana pelaksanaan

pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan metode

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement

Division) pada putaran III guru sudah berusaha pada proses belajar

mengajar Pendidikan Agama Islam (PAI) pada siswa dengan lebih baik

dari putaran I dan putaran II, sehingga siswa dalam proses belajar

mengajar lebih aktif sehingga pembelajaran dapat dikatakan cenderung

pada siswa dalam berperan aktif dalam pembelajaran (Student Center

Oriented).

2. Data Hasil Belajar Kelompok

Data ini adalah data nilai kelompok yang diperoleh dengan

menjumlahkan nilai perkembangan individu dalam satu kelompok

dibagi seluruh jumlah anggota kelompok tersebut. Dalam putaran ini


67

dapat diketahui kelompok yang mendapatkan nilai tinggi, sedang, dan

rendah.

Dalam memberikan penghargaan terhadap prestasi kelompok criteria

yang digunakan adalah :

a. Kelompok dengan nilai 5-14 mendapatkan penghargaan sebagai

kelompok baik (good team).

b. Kelompok dengan nilai 15-24, mendapatkan penghargaan sebagai

kelompok hebat (great team).

c. Kelompok dengan nilai 25-30 mendapatkan penghargaan sebagai

kelompok super (super team).

Berdasarkan Kriteria di atas, maka penghargaan akan diberikan pada

masing-masing kelompok dapat dilihat sebagai berikut:

Tabel 4. 11
Penghargaan Kelompok

Kelompok Nilai Kelompok Kriteria Kelompok


I 26 Kelompok Super
II 26 Kelompok Super
III 22 Kelompok Hebat
IV 26 Kelompok Super
V 28 Kelompok Super
VI 24 Kelompok Hebat
VII 26 Kelompok Super
VIII 26 Kelompok Super

Siswa di kelas IV-B SDN Sidorejo Krian Sidoarjo berjumlah 40

orang siswa, sehingga mereka dibagi 8 kelompok yang masing-masing

kelompok beranggotakan 5 orang, namun pada pelaksanaan putaran II


68

ada siswa yang tidak masuk yakni 1 orang siswa, sehingga ada 1

kelompok yang anggotanya hanya 4 orang yakni kelompok VI.

Dalam tabel 4.11 yakni 8 kelompok tersebut memperoleh

kriteria kelompok sebagai berikut: 6 kelompok dengan kriteria

kelompok super yaitu kelompok I, II, IV, V, VII, VIII dan 2 kelompok

dengan criteria kelompok Hebat yaitu kelompok III dan Kelompok VI.

Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan nilai

kelompok yakni putaran III karena yang mendominasi kriteria

kelompok adalah kelompok super yang berjumlah 6 kelompok

sedangkan kelompok hebat berjumlah 2 kelompok. Berdasarkan hal

tersebut, maka pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team

Achievement Division) dapat tercapai dengan baik.

Berdasarkan pendapat dari pendapat tentang keaktifan siswa yang

paling sangat aktif dari kelompok yang lain pada saat pembelajaran

berlangsung, maka pemberian piagam penghargaan diberikan pada

kelompok III, IV, V, VI, VII, dan VIII.

B. Hasil Penelitian Dan Analisis Data

1. Ketuntasan Belajar Siswa

a. Data Ketuntasan Belajar Siswa.

Hasil penelitian tentang ketuntasan belajar siswa dapat dilihat di bawah

tabel 4. 12 ini :

Tabel 4.12
Hasil evaluasi Secara Klasikal
69

Putaran I, II dan III

Keterangan Kuis I Kuis II Kuis III


 Jumlah Siswa yang tidak
 2 1
masuk
Jumlah Siswa 40 38 39
 Siswa yang Tuntas 23 30 35
 Siswa belum Tuntas 17 8 4
Ketuntasan Klasikal 57, 5 % 78, 9 % 89,7 %

Berdasarkan hasil belajar siswa pada putaran ketiga putaran

terdapat peningkatan ketuntasan hasil belajar. Pada putaran I diperoleh

hasil belajar sebesar 57, 5 % yang artinya hal ini biasa dikatakan belum

tuntas karena berada di bawah nilai rata-rata ketuntasaan klasikal 75 %.

Hal tersebut disebabkan karena siswa masih belum terbiasa dengan model

pembelajaran yang digunakan yakni pembelajaran kooperatif tipe STAD

(Student Team Achievement Division), sehingga guru berusaha untuk

memperbaiki kekurangan yang ada pada putaran I untuk mencapai hasil

yang baik pada putaran selanjutnya dalam proses pembelajaran.

Pada pelaksanaan pembelajaran putaran II terdapat peningkatan

ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal yaitu sebesar 78,9 % yaitu

meningkat 21, 4 % dari putaran I. Hasil ini dapat dikatakan bahwa

ketuntasan hasil belajar siswa telah tercapai karena hasil ketuntasan secara

klasikal mencapai 75 % meskipun masih ada 8 orang siswa yang belum

tuntas belajar. Hal ini disebabkan guru memperhatikan refleksi dan revisi

pada putaran I.

Pada pelaksanaan pembelajaran putaran III ketuntasan hasil belajar

klasikal mencapai 89,7 % yaitu meningkat 10,8 % dari putaran II,


70

sehingga dapat dikatakan bahwa dalam pembelajaran telah tuntas secara

klasikal.

Berdasarkan hasil belajar yang diperoleh menunjukkan bahwa

proses belajar mengajar dengan menggunakan pembelajaran kooperatif

tipe STAD (Student Team Achievement Division) dapat mencapai

ketuntasan belajar dan siswa merasa termotivasi dalam belajar bila

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team

Achievement Division).

b. Data Ketuntasan Belajar Siswa Pretes dan Postest

Hasil penelitian tentang ketuntasan belajar siswa dari tes berupa


pretes dan postest dapat di lihat dibawah tabel 4.13 sebagai berikut:

Tabel 4.13
Hasil Evaluasi Secara Klasikal
Pretes dan Postest

Keterangan PRETES POSTES


 Jumlah Siswa yang tidak
 
masuk
Jumlah Siswa 40 40
 Siswa yang Tuntas 9 37
 Siswa belum Tuntas 31 3
Ketuntasan Klasikal 22,5 % 92,5 %

Berdasarkan hasil belajar siswa pada waktu peneliti melakukan tes

objektif berupa pretes dan postest dengan nilai kriteria ketuntasan belajar

68,8 diperoleh ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada waktu pretes

22,5 % sehingga dengan demikian ketuntasan belajar siswa pada

pelaksanaan pretes belum tuntas secara klasikal maupun individu dan


71

waktu diadakan postest mengalami peningkatan sebesar 70 % sehingga

menjadi 92,5 %, sehingga dapat dinyataakan bahwa dalam pembelajaran

telah tuntas secara klasikal, karena telah mencapai kriteria ketuntasan

secara klasikal 75 %.

2. Aktivitas Guru Dalam Pengelolaan Pembelajaran

Kooperatif Tipe STAD (Student Team Achievement Division).

Selama proses belajar mengajar berlangsung dilakukan observasi

oleh 2 orang pengamat untuk mengetahui aktivitas guru dalam

pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team

Achievement Division). Dalam tabel 4. 14. dapat dilihat hasil pengamatan

pada pelaksanaan putaran I, Putaran II, dan putaran III yang dilakukan

oleh 2 orang pengamat sebagai berikut :

Tabel 4.14
Prosentase aktivitas guru dalam pengelolaan pembelajaran kooperatif
tipe STAD (Student Team Achievement Division)

Putaran
No. Aspek yang diamati I II III

I PERSIAPAN 3 3,5 3,5


PELAKSANAAN
II A. Pendahuluan
1. Menyampaik 1,5 3,5 4
an tujuan pembelajaran dan model pembelajaran
2. Memotivasi 1,5 3 3,5
siswa
Nilai Rata-rata 1,5 3,2 3,7
III B. Kegiatan Inti
1. Mengaitkan pembelajaran sekarang 2,5 4 4
dengan pengetahuan sebelumnya
2. Menjelaskan materi yang mendukung 2,5 4 4
tugas belajar kelompok/ teks
3. Mengatur siswa dalam kelompok 3,5 3,5 3,5
belajar
4. Melatih keterampilan kooperatif :
72

a. Menghargai pendapat 2,5 3 4


orang lain
b. Mengambil giliran dan 3 3 3,5
berbagi tugas
c. Mendengarkan secara 2,5 4 4
aktif
d. Mengajukan pertanyaan 2,5 3,5 3,5
e. Menjawab pertaanyaan/ 1,5 3,5 3
menanggapi
5. Mengawasi dan membimbing setiap 2,5 2 4
kelompok
6. Mendorong siswa agar meminta 3,5 3,5 3
bantuan pada teman sekelompok sebelum meminta
bantuan pada guru
7. Siswa mempresentasikan hasil diskusi 3 3,5 3,5
Nilai rata-rata 2,6 3,4 3,6
IV. C. Penutup
1. Memberi resitasi / umpan balik 1,5 2 4
2. Mengadakan analisis kuis / evaluasi 3 3 3,5
3. Membimbing siswa membuat 1,5 2 4
rangkuman
4. Mengumumkan penghargaan 3,5 3 3
(mengumumkan penghargaan berupa pujian
dan pemberian hadian)
Nilai Rata-rata 2,3 2,5 3,6
V Pengelolaan Waktu 2,5 3 3,5
VI Pengamatan suasana kelas
1. Berpusat pada siswa 2,5 3 4
2. Siswa antusias 3 3,5 4
3. Guru antusias 3 3 3,5
Nilai Rata-rata 2,8 3,2 3,8
JUMLAH SKOR RATA-RATA 2,4 3,1 3,8
Sumber : Data dari Observasi 2 pengamats
Berdasarkan tabel 4. 14 di atas, terlihat bahwa prosentase aktivitas

rata-rata yang dilakukan oleh guru pada saat proses belajar mengajar

selama penelitian yang terdiri dari 3 putaran mengalami peningkatan yang

lebih baik. Hal ini dapat diketahui berdasarkan nilai rata-rata aktivitas guru

yakni putaran I yakni persiapan sebesar (3) kategori baik, kegiatan

pendahuluan sebesar (1,5) kategori kurang, kegiatan inti sebesar (2,6)

kategori baik, kegiatan penutup sebesar (2,3) kategori kurang, pengelolaan

waktu sebesar (2,5) kategori kurang dan pengamatan suasana kelas sebesar

(2,8) kategori baik.


73

Pada putaran II persiapan sebesar (3,5) kategori baik, kegiatan

pendahuluan sebesar (3,2) kategori baik, kegiatan inti sebesar (3,4)

kategori baik, kegiatan penutup sebesar (2,5) kategori baik, pengelolaan

waktu sebesar (3) kategori baik dan pengamatan suasana kelas sebesar

(3,2) kategori baik, kemudian pada putaran III menunjukkan peningkatan

yang lebih baik dan sesuai dengan proses pembelajaran yang diharapkan

yakni persiapan sebesar (3,5) kategori baik, kegiatan pendahuluan sebesar

(3,7) kategori baik sekali, kegiatan inti sebesar (3,6) kategori baik sekali,

kegiatan penutup sebesar (3,6) kategori baik sekali, pengelolaan waktu

sebesar (3,5) kategori baik dan pengamatan suasana kelas sebesar (3,8)

kategori baik sekali.

Berdasarkan prosentase aktivitas rata-rata yang menonjol lebih

baik dilakukan oleh guru dalam kegiatan pengelolaan pembelajaran

kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) adalah

kegiatan inti yang terdiri dari beberapa aktivitasnya termasuk yang

ditekankan dalam melatih keterampilan kooperatif mengalami peningkatan

yang lebih baik tiap putaran seperti menghargai pendapat orang lain,

mengambil giliran dan berbagi tugas , mendengarkan secara aktif,

mengajukan pertanyaan dan menjawab pertanyaan serta aktivitas lain dari

kegiatan inti yakni mengaitkan pembelajaran sekarang dengan

pengetahuan sebelumnya, menjelaskan materi yang mendukung tugas

belajar demonstrasi / teks , mengatur siswa dalam kelompok-kelompok

belajar, mengawasi dan membimbing setiap kelompok, mendorong siswa


74

agar meminta bantuan pada teman sekelompok sebelum meminta bantuan

pada guru dan siswa mempresentasikan hasil diskusi.

Kemampuan dalam mengelola pembelajaran dapat diketahui juga

bahwa mengalami peningkatan dalam tiap putaran berdasarkan jumlah

semua skor rata-rata aktivitas guru. Pada putaran I sebesar (2,4) kategori

kurang, pada putaran II sebesar (3,1) kategori baik, dan putaran III

meningkat dengan kategori baik sekali sebesar (3,8) karena guru

memperhatikan refleksi dan revisi pada setiap putaran menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division).

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat berdasarkan tiap aspek pengelolaan

pembelajaran yang diamati oleh 2 pengamat dengan menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division).

3. Aktivitas Siswa Selama Proses Belajar Mengajar

Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Team

Achievement Division).

Selama proses belajar mengajar berlangsung dilakukan

observasi oleh 2 orang pengamat untuk mengetahui aktivitas siswa dalam

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division).

Dalam tabel 4. 16 dapat dilihat hasil pengamatan aktivitas siswa pada

putaran I, II dan III sebagai berikut :

Tabel 4.11
Prosentase Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe
STAD (Student Team Achievement Division)
75

Putaran
No. Keterampilan yang diamati
RPP I RPP II RPP III
1. Mendengarkan atau memperhatikan penjelasan guru 10, 9 % 11, 8 % 12, 1 %
2. Membaca buku siswa dan LKS 17, 6 % 9, 6 % 10,3 %
3. Menghargai pendapat orang lain 14 % 15, 1 % 15, 3 %
4. Mengambil giliran dan berbagi tugas 11, 8 % 15, 3 % 15,5 %
5. Mendengarkan secara aktif 14 % 14, 4 % 16,7 %
6. Mengajukan pertanyaan 12, 9 % 14,7 % 16,6 %
7. Menjawab pertanyaan 10 % 14, 1 % 15,9 %
Perilaku yang tidak relevan (percakapan, mengerjakan
8. 8, 9 % 4, 8 % 1,4 %
sesuatu, meninggalkan kelas dan melamun dll)

Pada tabel 4. 11 di atas terlihat bahwa prosentase aktivitas siswa

yang paling menonjol lebih baik dilakukan oleh siswa adalah aktivitas

siswa dalam kegiatan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team

Achievement Division) mengalami peningkatan pada tiap putaran. Hal ini

dapat di ketahui aktivitas siswa yakni pada putaran I yakni mendengarkan

atau memperhatikan penjelasan guru sebesar 10,9 % meningkat 0,9 %

menjadi sebesar 11,8 % pada putaran II, kemudian meningkat 0,3 %

menjadi sebesar 12,1% pada putaran III. Aktivitas membaca buku siswa

dan LKS sebesar 17,6% menurun 8% menjadi 9,6 % pada putaran II,

kemudian meningkat 0,7 % menjadi sebesar 10,3% pada putaran III.

Aktivitas menghargai orang lain sebesar 14 % meningkat 1,1 % menjadi

sebesar 15,1 % pada putaran II, kemudian meningkat 0,2 % menjadi

sebesar 15,3 % pada putaran III. Aktivitas mengambil giliran dan berbagi

tugas yakni putaran I sebesar 11, 8 % meningkat 3,5 % menjadi sebesar

15,3 % pada putarn II, kemudian meningkat 0,2 % menjadi sebesar 15,5 %

pada putaran III.


76

Sedangkan perilaku yang tidak relevan (percaakapaan,

mengerjakan sesuatu, meninggalkan kelas, dan melamun dan lain-lain).

Mengalami penurunan pada tiaap putaran yakni putaran I sebesar 8,9 %

menurun 4,1 % menjadi sebesar 4,8 % pada putaran II, kemudian menurun

3,4 % menjadi sebesar 1,4 % pada putaran III.

Aktivitas mendengarkan secara aktif yakni putaran I sebesar 14 %

meningkat 0,4 % menjadi sebesar 14,4 % pada putaran II, kemudian

meningkat 2,3 % menjadi sebesar 16,7 % pada putaran III. Aktivitas

mengajukan pertanyaan yakni putaran I sebesar 12,9 % meningkat 1,1 5

menjadi sebesar 14 % pada putaran II, kemudian meningkat 2,6 % menjadi

sebesar 16,6 5 pada putaran III. Aktivitas mengajukan pertanyaan yakni

putaran I sebesar 10 % meningkat 4,1 % menjadi sebesar 14,1 % pada

putaran II, kemudian meningkat 1, 8 % menjadi sebesar 15,9% pada

putaran III.

Berdasarkan hasil prosentase aktivitas siswa yang mengalami

peningkatan pada tiap putaran dalam kegiatan pembelajaran kooperatif

tipe STAD (Student Team Achievement Division) proses pembelajaran

yang diharapkan dapat tercapai karena pada saat proses belajar

berlangsung siswa berperan aktif dalam mengambil giliran dan berbagi

tugas untuk memahami terhadap materi yang dibahas serta mengajukan

pertanyaan dan menjawab pertanyaan baik dari siswa maupun guru serta

menanggapi jawaban siswa yang kurang benar sehingga adanya interaksi

dalam pembelajaran antara siswa dengan siswa ataupun guru dengan siswa
77

serta siswa dapat menghargai pendapat orang lain dan mendengarkan

secara aktif dalam proses pembelajaran.

Dengan hasil aktivitas pembelajaran kooperatif siswa, dapat

dikatakan proses pembelajaran penekanannya pada keaktifan siswa

sehingga cenderung berpusat pada siswa (Student Center Oriented)

sehingga peran guru dalam pembelajaran hanya sebagai fasilitator.

Pada tiap putaran aktivitas siswa tentang kegiatan mendengarkan

atau memperhatikan penjelasan guru mengalami peningkatan berdasarkan

prosentase karena guru memperhatikan revisi pada tiap putaran. Putaran I

prosentase dari aktivitas siswa mendengarkan atau memperhatikan

penjelasan guru masih kurang sesuai karena guru kurang menguasai materi

sehingga banyak siswa yang tidak memperhatikan, akan tetapi pada

putaran selanjutnya guru memperbaiki kekurangan dalam setiap putaran

sehingga prosentase aktivitas siswa dalam mendengarkan atau

memperhatikan penjelasan guru juga meningkat .

Aktivitas siswa dalam membaca buku siswa dan LKS mengalami

penurunan pada putaran II karena ada beberapa siswa bersenda gurau yang

menyebabkan nilai prosentase aktivitas siswa tentang kegiatan siswa

membaca buku siswa dan LKS mengalami penurunan. Dengan adanya

penurunan prosentase maka guru memperhatikan revisi untuk

mengatasinya pada putaran III sehingga hasilnya dalam pelaksanaan

proses pembelajaran pada putaran III tentang aktivitas siswa dalam


78

membaca buku siswa dan LKS mengalami peningkatan sehingga siswa

lebih serius membaca buku siswa dan LKS dibandingkan putaran II.

Aktivitas siswa tentang perilaku yang tidak relevan (percakapan,

mengerajakan sesuatu, meninggalkan kelas dan melamun) mengalami

penurunan pada tiap putaran sehingga dapat dikatakan dengan

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division)

dapat mengurangi perilaku yang tidak relevan siswa dalam proses

pembelajaran sehingga dapat dikatakan dengan metode pembelajaran

kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) tujuan yang

diharapkan dapat tercapai karena siswa sudah melaksanakan proses

pembelajaran dengan baik.

4. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Pendidikan

Agama Islam (PAI) Dengan Menggunakan Pembelajaran Kooperatif

Tipe STAD (Student Team Achievement Division).

Setelah pelaksanaan pembelajaran pada putaran III berakhir,

pertemuan selanjutnya guru mengumumkan kelompok yang terbaik

berdasarkan nilai perkembangan kedua skor tiap kelompok, kemudian

guru memberikan soal postes untuk mengetahui pemahaman siswa.

Selanjutnya setelah selesai mengerjakan Postes , kemudian siswa diberi

angket. Pemberian angket bertujuan untuk mengetahui respon siswa


79

terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran

kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) . Data respon

siswa terhadap pembelajaran dapat di lihat pada lampiran.

Tabel 4. 12
Angket Respon Siswa terhadap pembelajaran Pendidikan Agama Islam
(PAI) menggunakan pembelajaraan kooperatif tipe STAD (Student Team
Achievement Division)

JAWABAN
Kadan
No. PERTANYAAN g-
Ya Tidak
kadan
g
1. Apakah anda merasa senang belajar sejaran dengan menggunakan
model pembelajarn kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement 87,5 % 7,5 % 5%
Division) ?
2. Dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD
(Student Team Achievement Division), apakah dapat membantu anda 85 % 5% 10 %
dalam memahami pelajaran ?
3. Apakah anda mendapat kepuasan ketika kalin belajar dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student 87,5 % 10 % 2,5 %
Team Achievement Division) ?
4. Apakah anda berperan aktif dalam pembelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) dengan model pembelajarn kooperatif tipe STAD 80 % 12,5 % 7,5 %
(Student Team Achievement Division) ?
5. Apakah anda ikut berperan dalam diskusi kelompok 12,5
70 % 17,5 %
%
6. Apakah menurut anda guru anda sudah efektif dalam mengelola
pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan menggunakan
77,5 % 7,5 % 15 %
model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team
Achievement Division) ?
7. Menurut anda, apakah guru anda sudah jelas dalam melaksanakan
fase satu dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student
82,5 % 12,5 5%
Team Achievement Division) yakni menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa ?
8. Menurut anda, apakah guru anda sudah jelas dalam melaksanakan
fase dua dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student
85 % 12,5 % 2,5 %
Team Achievement Division) yakni menjelaskan materi melalui
demonstrasi/ teks ?
9. Menurut anda, apakah guru anda sudah jelas/ adil dalam
melaksanakan fase ketiga dari model pembelajarn kooperatif tipe
72,5 % 17,5 % 10 %
STAD (Student Team Achievement Division) yakni
mengorganisasikan siswa dalam kelompok ?
10. Menurut anda, apakah guru anda sudah jelas dalam melaksanakan
fase ke empat dari model pembelajarn kooperatif tipe STAD (Student
80 % 15 % 5%
Team Achievement Division) yakni membimbing kelompok bekerja
dan belajar ?
80

11. Menurut anda, apakah guru anda sudah jelas dalam melaksanakan
fase ke lima dari model pembelajarn kooperatif tipe STAD (Student
85 % 5% 10 %
Team Achievement Division) yakni melakukan evaluasi
pembelajaran ?
12 Apakah anda pada saat mengikuti pembelajaran dengan model
pembelajarn kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement
75 % 17,5 % 7,5 %
Division) ini menyatakan bahwa anda dapat berhasil jika berusaha
keras ?
13. Apakah berhasil tidaknya anda dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI) dengan model pembelajaran kooperatif tipe 12,5
72,5 % 15 %
STAD (Student Team Achievement Division) tergantung pada diri %
anda ?
14. Apakah berhasil tidaknya kelompok anda dalam pembelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan menggunakan model
77,5 % 12,5 % 10 %
pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement
Division) tergantung pada diri anda ?
15. Dengan adanya kuis yang diadakan setiap minggu, apakah membantu 17,5
75 % 7,5 %
anda dalam meningkatkan prestasi belajar ? %
16. Apakah pengetahuan anda miliki sebelumnya membantu anda dengan
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif 82,5 % 10 % 7,5 %
tipe STAD (Student Team Achievement Division) ?
17. Apakah anda dalam pembelajaran ini anda seing berperilaku tidak
relevan (misal : percakapan, mengerjakan sesuatu, meninggalkana 7,5 % 12,5 % 80 %
kelas dan melamun dll) ?
18. Apakah pembelajaran yang anda dilaksanakan ini, membuat anda
87,5 % 7,5 % 5%
tertarik untuk belajar ?
19. Apakah kalian berminat dalam mengikuti pelajaran berikutnya
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD 90 % 5% 5%
(Student Team Achievement Division) ?
20. Apakah menurt anda pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student
Team Achievement Division) perlu dilaksanakan juga pada pelajaran 85 % 5% 10 %
dan atau materi yang lain ?

Berdasarkan data tabel di atas, yang diperoleh peneliti sebagai

sudah berakbirnya proses penelitian setelah putaran III selesai, maka

dilakukan pengisian angket tentang respon siswa terhadap pembelajaran

yang diterapkan yakni model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student

Team Achievement Division) di kelas IV-B SDN Sidorejo Krian Sidoarjo.

Berdasarkan data pengamatan yang diperoleh bahwa sebanyak 87,5 %

merasa senang belajaar Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team


81

Achievement Division), 7,5 % ada yang menjawab kadang-kadang, dan ada

yang menjawab tidak dengan prosentase 5 %.

Selama ini pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di kelas

IV-B SDN Sidorejo Krian Sidoarjo hanya menggunakan metode ceramah

sehingga membuat siswa merasa bosan dan pembelajaran menjadi

cenderung monoton hanya berpusat pada guru (teacher center oriented) ,

kemudian dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

(Student Team Achievement Division) pembelajaran berubah menjadi lebih

baik sehingga pembelajaran cenderung berpusat pada siswa (Student

center oriented), karena siswa melatih dirinya untuk aktif dalam

pembelajaran dalam keterlibatan siswa dalam proses belajar mengajar

Pendidikan Agama Islam (PAI), sehingga 87,5 % merasa senang belajar

Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan menggunakan pembelajaran

kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division).

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student

Team Achievement Division) dapat membantu dalam memahami pelajaran

mendapat respon sekiatar 85 %, sedangkan yang menjawab kadang-

kadang sekitar 5 %, dan 10 % menjawab tidak, sehingga siswa mendapat

kepuasan ketika belajar dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) yang

diperoleh sebanyak 87,5 %, sedangkan yang menjawab kadang-kadang

sekitar 10 %, dan 2,5 % menjawab tidak.


82

Respon siswa yang merasa berperan aktif dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam (PAI) dengan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) sebanyak 80

%, sedangkan 12,5 % kadang-kadang dan 7,5 % yang menjawab tidak. Hal

ini dikarenakan siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

(Student Team Achievement Division) dituntut untuk dapat aktif dan

menggunakan kemampuannya sendiri, misalnya dalam melatih

keterampilan kooperatif seperti menghargai pendapat orang lain,

mengambil giliran dan berbagi tugas, mendengarkan secara aktif,

mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan baik berasal dari guru atau

siswa.

Pada saat diskusi kelompok sehingga siswa ikut berperan aktif

sebanyak 70 %, sedangkan 17,5 % kadang-kadang, dan 12,5 % yang

menjawab tidak, jadi dengan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran

membuat pembelajaran menjadi berhasil menciptakan pembelajaran sesuai

dengan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yakni pembelajaran

yang menekankan keaktifan siswa yang cenderung berpusat pada siswa

dalam pembelajaran (student center oriented).

Pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team

Achievement Division) yang dilakukan guru selama pembelajaran

berlangsung sebanyak 77,5 % siswa merasa bahwa guru sudah efektif

dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran

kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division), sedangkan


83

7,5 % kadang-kadang, dan 15 % yang menjawab tidak. Dalam

melaksanakan fase satu dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD

(Student Team Achievement Division) yakni menyampaikan tujuan dan

memotivasi siswa sebanyak 82,5 % siswa yang mengatakan sudah jelas

yang dilakukan oleh guru dalam pembelajaran, sedangkan 12,5 % kadang-

kadang, dan 5 % yang menjawab tidak.

Pelaksanaan fase dua dari model pembelajaran kooperatif tipe

STAD (Student Team Achievement Division) yakni menjelaskan materi

melalui demonstrasi atau teks sebesar 85 % siswa yang menyatakan sudah

jelas terhadap materi pelajaran yang dilakukan oleh guru dalam

pembelajaran, sedangkan 12,5 % kadang-kadang, dan 2,5 % yang

menjawab tidak.

Pelaksanaan fase ketiga dari model pembelajaran kooperatif tipe

STAD (Student Team Achievement Division) yakni mengorganisasikan

siswa dalam kelompok belajar sebanyak 72,5 % siswa yang mengatakan

sudah jelas yang dilakukan dalam pembelajaran, sedangkan 17,5 %

kadang-kadang, dan 10 % yang menjawab tidak. Pelaksanaan fase ke

empat dari model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team

Achievement Division) yakni membimbing kelompok bekerja dan belajar

sebanyak 80 % siswa yang mengatakan sudah yang dilakukan oleh guru

dalam pembelajaran, sedangkan 15 % kadang-kadang, dan 5 % yang

menjawab tidak.
84

Pelaksanaan fase kelima dari model pembelajaran kooperatif tipe

STAD (Student Team Achievement Division) yakni guru melakukan

evaluasi dalam pembelajaran mendapat respon sebanyak 85 % siswa yang

menyatakan sudah jelas, sedangkan 5 % kadang-kadang, dan 10 % yang

menjawab tidak. Hal ini disebabkan guru selalu melakukan refleksi dan

revisi pada setiap putaran yang terdiri dari 3 putaran dan selalu

memperbaiki kekurangan-kekurangan yang ada pada setiap putaran, hal

tersebut dibuktikan dari nilai rata-rata berdasarkan lembar pengamatan

aktivitas guru dalam mengelola pembelajaran dengan menggunakan

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division).

Hal ini dapat diketahui berdasarkan nilai rata-rata aktivitas guru

yakni putaran I yakni persiapan sebesar (3,0) kategori baik, kegiatan

pendahuluan sebesar (1,5) kategori kurang, kegiatan inti sebesar (2,6)

kategori baik, kegiatan penutup sebesar (2,3) kategori kurang, pengelolaan

waktu sebesar (2,5) kategori kurang dan pengamatan suasan kelas sebesar

(2,8) kategori baik.

Pada putaran II persiapan sebesar (3,5) kategori baik, kegiatan

pendahuluan sebesar (3,2) kategori baik, kegiatan inti sebesar (3,4)

kategori baik, kegiatan penutup sebesar (2,5) kategori kurang, pengelolaan

waktu sebesar (3,0) kategori baik dan pengamatan suasana kelas sebesar

(3,2) kategori baik, kemudian pada putaran III menunjukkan peningkatan

yang lebih baik dan sesuai dengan proses pembelajaran yang diharapkan

yakni persiapan sebesar (3,5) kategori baik, kegiatan pendahuluan sebesar


85

(3,7) kategori baik sekali, kegiatan inti sebesar (3,6) kategori baik sekali,

kegiatan penutup sebesar (3,6) kategori baik sekali, pengelolaan waktu

sebesar (3,5) kategori baik dan pengamatan suasana kelas sebesar (3,8)

kategori baik sekali.

Apabila dijumlah seluruh aspek seluruh aspek yang muncul

kemudian di rata-rata menghasilkan putaran I memperoleh kategori kurang

sebesar 2,4 , putaran II memperoleh kategori baik sebesar 3,1 , dan putaran

III memperoleh kategori baik sekali sebesar 3,6.

Keberhasilan pembelajaran kooperatif tipe tipe STAD (Student

Team Achievement Division) yang dterapkan di kelas IV-B SDN Sidorejo

Krian Sidoarjo dapar berhasil jika berusaha keras sebanyak 75 % siswa,

sedangkan kadang-kadang 17,5 % dan menjawab tidak 7,5 %. Hal

keberhasilan pembelajaran ini, juga tergantung pada diri kita sendiri yang

menjawab sebanyak 72,5 % siswa, sedangkan 15 % siswa kadang-kadang,

dan 12,5 % siswa yang tidak.

Apabila dibandingkan dari berhasilnya tiap-tiap kelompok untuk

memperoleh penghargaan yang lebih baik dari kelompok lain yang

diberikan oleh guru dalam metode ini tergantung pada diri kita sendiri

sebagai anggota kelompok yang menjawab 77,5 % siswa, sedangkan 12,5

% kadang -kadang , dan 10 % yang menjawab tidak. Dengan perolehan

keberhasilan tersebut, maka siswa dituntut untuk bekerja keras dan aktif

dalam pembelajaran sehingga metode yang diterapkan yakni pembelajaran

kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) dianggap


86

berhasil dalam pembelajaran untuk membuat siswa tidak pasif tetapi aktif

sehingga pembelajaran cenderung berpusat pad siswa (Student center

oriented).

Pembelajaran kooperatif tipe tipe STAD (Student Team

Achievement Division) sangat membantu dalam meningkatkan prestasi

hasil belajar, karena adanya kuis yang diadakan setiap minggu sebanyak

75 % siswa yang menjawab, sedangkan kadang-kadang 7,5 % dan 17,5 %

siawa yang menjawab tidak. Terdapat 82,5 % siswa yang merasa bahwa

pengetahuan yang mereka miliki sebelumnya dapat membantu dalam

pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

STAD (Student Team Achievement Division), sedangkan 10 % kadang-

kadang dan 7,5 % tidak.

Dalam pembelajaran metode ini, anda sering berperilaku yang

tidak relevan (misalnya percakapan, mengerjakan sesuatu, meninggalkan

kelas dan melamun) yang menjawab sebanyak 7,5 5 siswa, sedangkan 12,5

% kadang-kadang. Hal ini dikarenakan siswa masih belum terbiasa dengan

model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement

Division) yang baru diberikan dan juga masih terdapat beberapa siswa

yang kurang tertarik terhadap materi yang dibahas, sedangkan 80 % siswa

yang merasa sudah berperilaku sesuai dengan tata tertib proses belajar

mengajar.

Setelah mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division)


87

membuat siswa tertarik untuk belajar yang menjawab 87,5 % siswa,

sedangkan 7,5 % kadang-kadang dan 5 % tidak, sehingga siswa merasa

berminat dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

berikutnya yang menjawab 90 % siswa, sedangkan 5 % kadang-kadang

dan 5 % tidak.

Dalam hal ini, jika pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)

disampaikan dengan menggunakan metode pmeblajaran yang lebih

bervariasi dan lebih sesuai dengan materi yang di ajarkan, maka

pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) menjadi lebih menarik dan

tidak membosankan. Hal ini terbukti dari nilai ketuntasan belajar siswa

yang meningkat dari sebelumnya. Pembelajaran kooperatif tipe STAD

(Student Team Achievement Division) perlu dilaksanakan juga pada

pelajaran atau materi yang lain, hal ini disebabkan dengan model

pembelajaran ini ketuntasan belajar siswa dapat tercapai dan dapat

meningkatkan partisipasi siswa dalam pembelajaran sehingga

pembelajaran menjadi berpusat pada siswa (student center oriented)

sehingga menurut siswa perlu dilaksanakan pada pelajaran atau materi

yang lain yang menjawab 85 %, sedangkan 5 % kadang-kadang dan 10 %

tidak.
88

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian dan analisis data yang telah diperoleh dalam

penelitian ini, maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut:

1. Pengelolaan pembelajaran kooperatif tipe tipe STAD (Student

Team Achievement Division) di kelas IV-B sangat mempengaruhi

pencapain hasil belajar siswa di kelas yang berupa tes eavaluasi meningkat
89

pada tiap-tiap puataran. Hasil belajar pada proses pembelajaran putaran I

didapat ketuntasan klasikal sebesar 57,5 %, putaran II 78,9 %, dan putaran

III mencapai 89,7 %, sedangkan prestes sebesar 22,5 % dan postest 92,5 %

selain hasil belajar meningkat serta dapat mencapai ketuntasan belajar.

2. Pengelolaan proses belajar mengajar dengan menggunakan model

pembelajaran kooperatif tipe tipe STAD (Student Team Achievement

Division) yang dilaksanakan guru pada kompetensi dasar “ Menganalisis

hubungan antara perkembangan paham-paham baru dan tranformasi social

dengan kesadaran dan pergerakan kebangsaan “. Kemampuan guru dalam

mengelola pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement

Division) mengalami peningkatan pada tiap-tiap putaran I, II, dan III. Hal

ini dapat dilihat dari nilai jumlah rata-rata pengelolaan pembelajaran yakni

putaran I sebesar (1,4) termasuk kategori kurang, puataran II sebesar (3,1)

termasuk kategori baik, dan puataran III sebesar (3,6) termasuk kategori

baik sekali. Berdasarkan hal tersebut menunjukkan adanya usaha dari guru

yang memperhatikan refleksi 88 dan revisi untuk meningkatkan

keterampilannya lebih baik lagi dalam mengelola proses belajar mengajar

dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team

Achievement Division). Selain dapat meningkatkan pencapain ketuntasan

belajar sisawa juga dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa di dalam

kelas selama proses belajar mengajar sehingga pembelajaran menjadi aktif

yang berpusat pada siswa yang dikatakan (Student center oriented)

sehingga guru hanya sebagai fasilitator dalam pembelajaran. Hal ini dapat
90

dilihat dari meningkatnya prosentase aktivitas siswa yang mendukung pada

proses belajar mengajar pada tiap-tiap putaran. Selain keterampilan

kooperatif siswa, siswa juga dapat bekerja secara kooperatif dan tidak

bersikap menonjolkan diri sehingga pada tiap puataran siswa sudah dapat

menunjukkan keaktifannya dalam bertanya dan menjawab pertanyaan guru

dan siswa sudah terlatih untuk berdiskusi dengan keterampilan kooperatif

siswa.

3. Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement

Division) dapat meningkatkan respon pada kompetensi dasar“

Menganalisis hubungan antara perkembangan paham-paham baru dan

tranformasi social dengan kesadaran dan pergerakan kebangsaan “. Dari

respon siswa dapat disimpulkan bahwa 87,5 % siswa senang dengan

penerpan model pembelajarn kooperatif tipe STAD (Student Team

Achievement Division) dan dapat membantu siswa dalam memahami

pelajaran.selain itu, sebesar 90 % siswa juga berminat untuk mengikuti

pembelajaran berikutnya.

B. Saran

Berdasarkan penilitian yang dilakukan oleh penulis, maka saran-saran

yang penulis ajukan sebagai berikut:

1. Pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division)

mampu mencapai ketuntasan belajar siswa kelas IV-B SDN Sidorejo,

Krian - Sidoarjo , sehingga seharusnya guru memilih metode pembelajaran

yang tepat sehingga siswa tidak merasa pasif dalam kegitan pembelajaran
91

tetapi aktif yang pembelajaran cenderung berpusat pada siswa (student

center oriented).

2. Manfaat pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement

Division) dapat menjadi pedoman guru untuk mengatasi permasalahan

siswa yang pasifdalam pembelajaran untuk diterapkan di kelas yang

berbeda dan materi yang berbeda pula sebagai penunjang hasil penelitian

ini.

DAFTAR PUSTAKA

Dahar, Ratna wilis. 1989. Teori-Teori Belajar. Jakarta : Erlangga

E. Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosdakarya.

Ibrahim, Muslimin. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Penerbit: UNESA- university


Press.

Ischak S.W. dan Warji. 1982. Program Remedial Dalam Proses Belajar Mengajar.
Liberty: Yogyakarta.
92

Jatmiko, Budi dan Fida Rachmadiarti. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya:
Unesa University Press.

Muslih, Masnur. 2006. KTSP Pembelajaran berbasis Kompetensi dan Kontektual.


Malang: PT Bumi Aksara.

Nur, Muhammad,dkk. 1999. Pengajaran Berpusat kepada siswa dan pendekatan


Konstruktivis dalam pengajaran . Penerbit : UNESA- University Press.

Roestiyah N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakart: Rineka Cipta

Rusyan, Tabrani. Dkk. 1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar.


Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Sudjana, Nana. 1987. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar


Baru.

Suprijono, Agus. 2004. Strategi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI)


berbasis Kontrukstivisme. Surabaya: Lab. Jurusan Pendidikan Pendidikan
Agama Islam (PAI) FIS UNESA

Warji. R. 1983. Progaram Belajar Mengajar Dengan Prinsip Belajar Tuntas


(Mastery Learning). Surabaya: Institut Dagang Muchtar.

Widya, I Gede. 1991. Pendidikan Agama Islam (PAI) Lokal suatu Perspektif
Dalam Pengajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Bandung: Angkasa.

Zainal, Aqib. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : CV. Yrama Widya.

Anda mungkin juga menyukai