Anda di halaman 1dari 37

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak perubahan.


Perubahan-perubahan itu terjadi karena telah dilakukan berbagai usaha pembaharuan
dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami kemajuan.

Sejalan dengan kemajuan tersebut, maka dewasa ini pendidikan di sekolah-


sekolah telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Perkemangan itu terjadi
karena terdorong adanya pembaharuan tersebut, sehingga di dalam pengajaranpun
guru selalu ingin menemukan metode dan peralatan baru yang dapat memberikan
semangat belajar bagi murid-murid. Bahkan secara keseluruhan dapat dikatakan
bahawa pembaharuan dalam system pendidikan yang mencakup seluruh komponen
yang ada. Pembangunan di bidang pendidikan barulah ada artinya apabila dalam
pendidiakn dapat dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan bangsa
Indonesia yang sedang membangun.

Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau
hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru
sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang
peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi
lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran.

Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah


yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu
guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebeh efektif juga menarik
sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan
merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.

Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan


nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang
beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur,
berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri,

1
cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan
dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan
dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu
mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan membangun dirinya sendiri serta
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Depdikbud (1999).

Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya


adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru
secara langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan
serta keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna
mencapai tujuan pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan
diharapkan guru memiliki cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih
model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran
yang akan disampaikan.
Untuk itu diperlukan suatu upaya dalam rangka meningkatkan mutu
pendidikan dan pengajaran salah satunya adalah dengan memilih strategi atau cara
dalam menyampaikan materi pelajaran agar diperoleh peningkatan prestasi belajar
siswa khususnya pelajaran Matematika. Misalnya dengan membimbing siswa untuk
bersama-sama terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan mampu membantu siswa
berkembang sesuai dengan taraf intelektualnya akan lebih menguatkan pemahaman
siswa terhadap konsep-konsep yang diajarkan. Pemahaman ini memerlukan minat
dan motivasi. Tanpa adanya minat menandakan bahwa siswa tidak mempunyai
motivasi untuk belajar. Untuk itu, guru harus memberikan suntikan dalam bentuk
motivasi sehingga dengan bantuan itu anak didik dapat keluar dari kesulitan belajar.
Berdasarkan pengalaman penulis di lapangan, kegagalan dalam belajar rata-
rata dihadapi oleh sejumlah siswa yang tidak memiliki dorongan belajar. Untuk itu
dibutuhkan suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dengan upaya membangkitkan
motivasi belajar siswa, misalnya dengan membimbing siswa untuk terlibat langsung
dalam kegiatan yang melibatkan siswa serta guru yang berperan sebagai pembimbing
untuk menemukan konsep Matematika
Motivasi tidak hanya menjadikan siswa terlibat dalam kegiatan akademik,
motivasi juga penting dalam menentukan seberapa jauh siswa akan belajar dari suatu

2
kegiatan pembelajaran atau seberapa jauh menyerap informasi yang disajikan kepada
mereka. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses
kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan
meyerap dan mengendapan materi itu dengan lebih baik. Tugas penting guru adalah
merencanakan bagaimana guru mendukung motivasi siswa (Nur, 2001: 3). Untuk itu
sebagai seorang guru disamping menguasai materi, juga diharapkan dapat
menetapkan dan melaksanakan penyajian materi yang sesuai kemampuan dan
kesiapan anak, sehingga menghasilkan penguasaan materi yang optimal bagi siswa.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah satu
metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran penemuan (discovery) untuk
mengungkapkan apakah dengan model penemuan (discovery) dapat meningkatkan
motivasi belajar dan prestasi belajar Fasika. Penulis memilih metode pembelajaran ini
mengkondisikan siswa untuk terbiasa menemukan, mencari, mendikusikan sesuatu
yang berkaitan dengan pengajaran. (Siadari, 2001: 4). Dalam metode pembelajaran
penemuan (discovery) siswa lebih aktif dalam memecahkan untuk menemukan
sedang guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara
memecahkan masalah itu.
Dari latar belakang di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul
“Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika dengan Metode Pembelajaran
Penemuan (Discovery) Pada Siswa Kelas IX/b MTs Islamiyah Asembagus Tahun
Pelajaran 2009/2010”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siwa dengan diterapkannya
pembelajaran penemuan (discovery)?
2. Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran penemuan (discovery)
terhadap motivasi belajar siswa?

3
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya
pembelajaran penemuan (discovery).
2. Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan
pembelajaran penemuan (discovery).

D. Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat:
1. Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan
materi Matematika.
2. Meningkatkan motivasi pada pelajaran Matematika
3. Mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai dengan bidang studi
Matematika.

E. Definisi Operasional Variabel


Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap judul penelitian ini, maka perlu
didefinisikan hal-hal sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran penemuan (discovery) adalah:
Suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui
tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri.
Agar anak dapat belajar sendiri.
2. Motivasi belajar adalah:
Suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku
untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau keadaan dan kesiapan
dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam
mencapai tujuan tertentu.
3. Prestasi belajar adalah:
Hasil belajar yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau dalam bentuk skor, setelah
siswa mengikuti pelajaran.

4
F. Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah meliputi:
1. Penelitian inihanya dikenakan pada siswa IX/b MTs Islamiyah Asembagus
Tahun Pelajaran 2009/2010
2. Penelitian ini dilakukan pada bulan September semester ganjil tahun
pelajaran 2009/2010.
3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan Kesebangunan dan
kekongruenan

5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Hakikat Sains Matematika

Sains Matematika didefiniksan sebagai suatu kumpulan pengetahuan yang


tersusun secara pasti . Perkembangan Sains Matematika tidak hanya ditandai dengan
adanya fakta, tetapi juga oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah. Metode ilmiah
dan pengamatan ilmiah menekankan pada hakikat Sains Matematika.
Secara rinci hakikat Sains menurut Bridgman (dalam Lestari, 2002: 7) adalah
sebagai berikut:
1. Kualitas; pada dasarnya konsep-konsep Sains selalu dapat dinyatakan
dalam bentuk angka-angka.
2. Observasi dan Eksperimen; merupakan salah satu cara untuk dapat
memahami konsep-konsep Fisika secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.
3. Ramalan (prediksi); merupakan salah satu asumsi penting dalam Sains
bahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan. Dengan
asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai peristiwa alam yang
akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.
4. Progresif dan komunikatif; artinya Sains itu selalu berkembang ke arah
yang lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada merupakan kelanjutan
dari penemuan sebelumnya.
Proses; tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan
metode ilmiah dalam rangkan menemukan suatu kebernaran.
5. Universalitas; kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara umum.
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat Sains merupakan
bagian dari Sains, dimana konsep-konsepnya diperoleh melalui suatu proses
dengan menggunakan metode ilmiah dan diawali dengan sikap ilmiah kemudian
diperoleh hasil (produk).

6
B. Proses Belajar Mengajar Matematika
Proses dalam pengertian disini merupakan interaksi semua komponen atau
unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling
berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman, 2000:
5).
Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingka laku pada diri individu
berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan
yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar akan
mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya,
maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti
menjadi mengerti. (dalam Usman, 2000: 5).
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab moral
yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan suatu
usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan
pengajaran yang menimbulkan proses belajar.
Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama. Proses belajar mengajar
merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas
dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai
tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu
merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar (Usman, 2000:
4).
Sedangkan menurut buku Pedoman Guru Pendidikan Agama Islam, proses
belajar mengajar dapat mengandung dua pengertian, yaitu rentetan kegiatan
perencanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi program tindak lanjut
(dalam Suryabrata, 1997: 18).
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar
mengajar Fisika meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan,

7
pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran Matematika.

C. Metode pembelajaran Penemuan (Discovery)


Teknik penemuan adalah terjemahan dari discovery. Menurut Sund discovery
adalah proses mental dimana siswa memampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau
prinsip. Yang dimaksudkan dengan proses mental tersebut antara lain ialah:
mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan,
menjelaskan, mengukur membuat kesimpulan dan sebainya. Suaut konsep misalnya:
segi tiga, pans, demokrasi dan sebagainya, sedang yang dimaksud dengan prisnsip
antara lain ialah: logam apabila di fisikakan akan mengemabang. Dalam teknik ini
siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru
hanya membimbing dan memberikan instruksi.
Dr. J. Richard dan asistennya mencoba self-learning siswa (belajar sndiri) itu,
sehingga situasi belajar mengajar berpindah dari situsi teacher learning menjadi
situasi student dominated learning. Dengan menggunakan discovery learning, ialah
suatu cara mengajar yang melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui
tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri. Agar
anak dapat belajar sendiri.
Penggunaan teknik discovery ini guru berusaha meningkatkan aktivitas siswa
dalam proses belajar mengajar.
Maka teknik ini memiliki keuntungan sebagai berikut:
- Teknik ini mampu membantu siswa untuk
mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam
proses kognitif/pengenalan siswa.
- Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat
pribadi individual sehingga dapat kokoh/mendalam tertinggal dalam jiwa siswa
tersebut.
- Dapat membangkitkan kegairahan belajar mengajar para
siswa.

8
- Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berkembang dan maju sesuai dengankemampuannya masing-masing.
- Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih
memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat.
- Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah
kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri.
Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman
belajar saja, membantu bila diperlukan.
Walalupun demikian baiknya teknik ini toh masih ada pula kelemahan yang
perlu diperhatikan ialah:
- Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental
untuk cara belajar ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui
keadaan sekitarnya dengan baik.
- Bila kelas terlalu besar penggunaan teknikini akan kurang
berhasil.
- Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencaan
dan pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan
teknik penemuan.
- Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses
mental ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingkan
proses pengertiansaja, kurang memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap
dan keterampilan bagi siswa.
- Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk
berpikir secara kreatif.

D. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan sesuatu, atau keadaan seserang atau organisme yang menyebabkan
kesiapan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan.
Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi

9
perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan,
atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya
untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Usman, 2000: 28).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 114) motivasi adalah suatu
pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas
nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi sangat
diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak
akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar
sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari
materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan materi itu dengan
lebih baik.
Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk
berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
3. Macam-macam Motivasi
Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu, apakah
karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan
kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar
(Usman, 2000: 29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 115), motivasi instrinsik adalah
motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari
luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu.
Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994: 105) ada beberapa strategi
dalam mengajar untuk membangun motivasi intrinsik. Strategi tersebut adalah
sebagai berikut:
1) Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa.
2) Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran
sebatas yang pokok.

10
3) Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan
tugas dan memanfaatkan sumber belajar di sekolah.
4) Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya.
5) Meminta siswa untuk menjelaskan hasil pekerjaannya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik adalah
motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya
maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan
motivasi dari luar dirinya.
b. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu,
apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga
dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar.
Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar
mendapat peringkat pertama dikelasnya (Usman, 2000: 29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 117), motivasi ekstrinsik adalah
kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang
aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.
Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan
motivasi instrinsik antata lain:
1) Kompetisi (persaingan): guru berusaha menciptakan persaingan diantara
siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki
hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang
lain.
2) Pace Making (membuat tujuan sementara atu dekat): Pada awal kegiatan
belajar mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada
siswa TIK yang akan dicapai sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk
mencapai TIK tersebut.
3) Tujuan yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan.
Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang bersangkutan
dan makin besar pula motivasi dalam melakuakan sesuatu perbuatan.

11
4) Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas,
kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan
membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya banyak
memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan usaha
mandiri, tentu saja dengan bimbingan guru.
5) Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang
besar.
6) Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau belajar
dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan
bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi,
bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah siswa
giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi, angka
atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.
Dari uraian di atas diketahui bahwa motivsi ekstrinsik adalah motivasi
yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya perangsang dari
laur, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain
sebagainya.

E. Prestasi Belajar Matematika


Belajar dapat membawa suatu perubahan pada individu yang belajar.
Perubahan ini merupakan pengalaman tingkah laku dari yang kurang baik menjadi
lebih baik. Pengalaman dalam belajar merupakan pengalaman yang dituju pada hasil
yang akan dicapai siswa dalam proses belajar di sekolah. Menurut Poerwodarminto
(1991: 768), prestasi belajar adalah hasil yang dicapai (dilakukan, dekerjakan), dalam
hal ini prestasi belajar merupakan hasil pekerjaan, hasil penciptaan oleh seseorang
yang diperoleh dengan ketelitian kerja serta perjuangan yang membutuhkan pikiran.
Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa prestasi belajar yang dicapai
oleh siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu
melakukan kegiatan belajar. Pencapaian hasil belajar tersebut dapat diketahui dengan
megadakan penilaian tes hasil belajar. Penilaian diadakan untuk mengetahui sejauh
mana siswa telah berhasil mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru. Di samping

12
itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar
mengajar di sekolah.
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapt diartikan bahwa prestasi belajar
Fisika adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif
seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap)
dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar Matematika.

F. Hubungan Motivasi dan Prestasi Belajar Terhadap Metode pembelajaran


Penemuan (discovery)
Motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk berbuat
sesuatu dalam mencapai tujuan tertetntu. Siswa yang termotivasi untuk belajar
sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari
materi itu, sehingga siswa itu akan menyerap dan mengendapkan materi itu dengan
lebih baik (Nur, 2001: 3). Sedangkan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai oleh
siswa dengan melibatkan seluruh potensi yang dimilikinya setelah siswa itu
melakukan kegiatan belajar.
Sedangkan metode pembelajaran penemuan (discovery) adalah suatu metode
pembelajaran yang memberikan kesempatan dan menuntut siswa terlibat secara aktif
di dalam mencapai tujuan pembelajaran dengan memberikan informasi singkat
(Siadari, 2001: 7). Pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan (discovery)
akan bertahan lama, mempunyai efek transfer yang lebih baik dan meningkatkan
siswa dan kemampuan berfikir secara bebas. Secara umum belajar penemuan
(discovery) ini melatih keterampilan kognitif untuk menemukan dan memecahkan
masalah tanpa pertolongan orang lain. Selain itu, belajar penemuan membangkitkan
keingintahuan siswa, memberi motivasi untuk bekerja sampai menemukan jawaban
(Syafi’udin, 2002: 19).
Dari uraian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa dengan adanya motivasi
dalam pembelajaran model penemuan (discovery) tersebut maka hasil-hasil belajar
akan menjadi optimal. Makin tepat motivasi yang diberikan, akan makin berhasil pula

13
pelajaran itu. Dengan motivasi yang tinggi maka intensitas usaha belajar siswa akan
tingi pula. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intesitas usaha belajar siswa.
Hasil ini akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena penelitian


dilakukan untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Penelitian ini juga
termasuk penelitian deskriptif, sebab menggambarkan bagaimana suatu teknik
pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat dicapai.
Menurut Oja dan Sumarjan (dalam Titik Sugiarti, 1997; 8) mengelompokkan
penelitian tindakan menjadi empat macam yaitu (a) guru bertindak sebagai peneliti, (b)
penelitian tindakan kolaboratif, (c) Simultan terintegratif, dan (d) administrasi social
ekperimental.
Dalam penelitian tindakan ini menggunakan bentu guru sebagai peneliti,
penanggung jawab penuh penelitian tindakan adalah praktisi (guru). Tujuan utama dari
penelitian tindakan ini adalah meningkatkan hasil pembelajaran di kelas dimana guru
secara penuh terlibat dalam penelitian mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan
refleksi.
Dalam penelitian ini peneliti tidak bekerjasama dengan siapapun, kehadiran
peneliti sebagai guru di kelas sebagai pengajar tetap dan dilakukan seperti biasa, sehingga
siswa tidak tahu kalau diteliti. Dengan cara ini diharapkan didapatkan data yang
seobjektif mungkin demi kevalidan data yang diperlukan.

14
Penelitian ini akan dihentikan apabila ketuntasan belajar secara kalasikal telah
mencapai 85% atau lebih. Jadi dalam penelitian ini, peneliti tidak tergantung pada jumlah
siklus yang harus dilalui.

A. Tempat, Waktu dan Subyek Penelitian


1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian adalah tempat yang digunakan dalam melakukan penelitian
untuk memperoleh data yang diinginkan. Penelitian ini bertempat di MTs Islamiyah
Asembagus Tahun Pelajaran 2009/2010
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian adalah waktu berlangsungnya penelitian atau saat
penelitian ini dilangsungkan. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan September
semester gasal 2009/2010.
3. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah siswa-siswi kelas IX/b MTs Islamiyah
Asembagus Tahun Pelajaran 2009/2010 pada pokok bahasan Kesebangunan dan
kekongruenan.

B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim
Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh
pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari
tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap
tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek
pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000: 3).
Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian yang
bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi
pembelajaran yang dilakukan.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan
pratek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya
adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).

15
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart
(dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang
berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation
(pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah
perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk
pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.
Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar
berikut.

Refleksi Rencana awal/rancangan

Tindakan/ Putaran 1
Observasi
Rencana yang direvisi
Putaran 2

Refleksi

Tindakan/
Observasi

Rencana yang direvisi


Putaran 3

Refleksi

Tindakan/
Observasi

Gambar 3.1 Alur PTK

Penjelasan alur di atas adalah:

1. Rancangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti


menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di
dalamnya instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran.

16
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti
sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau
dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model discovery .
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau
dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi
oleh pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat
membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana
masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan
membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir
masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki
sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.

C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran
pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.
2. Rencana Pelajaran (RP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing
RP berisi kompetensi dasar, indicator pencapaian hasil belajar, tujuan
pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
3. Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegaian ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses
pengumpulan data hasil eksperimen.

4. Lembar Observasi Kegiatan Belajar Mengajar


a. Lembar observasi pengolahan pembelajaran penemuan (discovery),
untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran.

17
b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati aktivitas
siswa dan guru selama proses pembelajaran.
5. Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tes formatif
ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan
ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 46 soal yang telah diujicoba,
kemudian penulis mengadakan analisis butir soal tes yang telah diuji validitas dan
reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini digunakan untuk memilih soal yang baik
dan memenuhi syarat digunakan untuk mengambil data. Langkah-langkah analisi
btir soal adalah sebagai berikut:
a. Validitas Tes
Validitas butir soal atau validitas item digunakan untuk mengetahui
tingkat kevalidan masing-masing butir soal. Sehingga dapat ditentukan butir
soal yang gagal dan yang diterima. Tingkat kevalidan ini dapat dihitung
dengan korelasi Product Moment:
(Suharsimi Arikunto, 2001:
N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
r xy =
√ {N ∑ X −(∑ X ) }{N ∑ Y −(∑ Y ) }
2 2 2 2

72)
Dengan: rxy : Koefisien korelasi product moment
N : Jumlah peserta tes
ΣY : Jumlah skor total
ΣX : Jumlah skor butir soal
ΣX2 : Jumlah kuadrat skor butir soal
ΣXY : Jumlah hsilkali skor butir soal
b. Reliabilitas
Reliabilitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan rumus belah
dua sebagai berikut:
(Suharsimi Arikunto, 20001: 93)
2 r 1/21/2
r 11 =
(1+r 1/21/2 )
Dengan:

18
r11 : Koefisien reliabilatas yang sudah disesuaikan
r1/21/2 : Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
Kriteria reliabilitas tes jika harga r 11 dari perhitungan lebih besar dari
harga r pada tabel product moment maka tes tersebut reliabel.
c. Taraf Kesukaran
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal adalah
indeks kesukaran. Rumus yangdigunakan untuk menentukan taraf kesukaran
adalah:
(Suharsimi Arikunto, 2001: 208)
B
P=
Js
Dengan:
P : Indeks kesukaran
B : Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar
Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Criteria untuk menentukan indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut:
- Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah sukar
- Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah sedang
- Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah
d. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda desebut indeks
diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks diskriminasi
adalah sebagai berikut:
(Suharsimi Arikunto, 2001: 211)
B B
D= A − B =P A−P B
J A JB
Dimana:
D : Indeks diskriminasi
BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar
BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar

19
JA : Jumlah peserta kelompok atas
JB : Jumlah peserta kelompok bawah
Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.
BA
P A= =
JA
Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
BB
PB = =
JB
Kriteria yang digunakanuntuk menentukan daya pembeda butir soal
sebagai berikut:
- Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek
- Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup
- Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik
- Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah sangat baik.

D. Metode Pengumpulan Data


Data-data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui observasi
pengolahan pembelajaran penemuan (discovery), observasi aktivitas siswa dan guru,
dan tes formatif.

E. Teknik Analisis Data


Untuk mengetahui keefektivan suatu metode dalam kegiatan pembelajaran
perlu diadakan analisa data. Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
deskriptif kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat menggambarkan
kenyataan atau fakta sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk
mengetahui prestasi belajar yang dicapai siswa juga untuk memperoleh respon siswa
terhadap kegiata pembelajaran serta aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
Untuk mengalisis tingkat keberhasilan atau persentase keberhasilan siswa
setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan
evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran.
Analisis ini dihitung dengan menggunakan statistik sederhana yaitu:

20
1. Untuk menilai ulangan atu tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga
diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:

X=
∑X
∑N
Dengan : = Nilai rata-rata
X
Σ X = Jumlah semua nilai siswa
Σ N = Jumlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara
klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994
(Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai
skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut
terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama dengan 65%. Untuk
menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:

P=
∑ Siswa . yang . tuntas . belajar x 100
∑ Siswa

21
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data
observasi berupa pengamatan pengelolaan pembelajaran penemuan (discovery) dan
pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif
siswa pada setiap siklus.
Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang betul-
betul mewakili apa yang diinginka. Data ini selanjutnya dianalisis tingkat validitas,
reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.
Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan
penglolaan pembelajaran penemuan (discovery) yang digunakan untuk mengetahui
pengaruh penerapan metode pembelajaran penemuan (discovery) dalam meningkatkan
prestasi

22
Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah
diterapkan pembelajaran penemuan (discovery).

A. Analisis Item Butir Soal


Sebelum melaksanakan pengambilan data melalui instrumen penelitian berupa
tes dan mendapatkan tes yang baik, maka data tes tersebut diuji dan dianalisi. Uji
coba dilakukan pada siswa di luar sasaran penelitian. Analisis tes yang dilakukan
meliputi:
1. Validitas
Validitas butir soal dimaksudkan untuk mengetahui kelayakan tes sehingga
dapat digunakan sebagai instrument dalam penelitian ini. Dari perhitungan 46 soal
diperoleh 16 soal tidak valid dan 30 soal valid. Hasil dari validits soal-soal
dirangkum dalam tabel di bawah ini.

Tabel 4.1. Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa
Soal Valid Soal Tidak Valid
1, 2, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 19, 21, 23, 25, 26, 3, 4, 8, 15, 16, 18, 20, 22, 24,
27, 28, 29, 30, 36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44, 45 31, 32, 33, 34, 35, 40, 46

2. Reliabilitas
Soal-soal yang telah memenuhi syarat validitas diuji reliabilitasnya. Dari
hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r 11 sebesar 0, 775. Harga ini lebih
besar dari harga r product moment. Untuk jumlah siswa (N = 22) dengan r (95%)
= 0,423. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syarat
reliabilitas.
3. Taraf Kesukaran (P)
Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal.
Hasil analisis menunjukkan dari 46 soal yang diuji terdapat:
- 20 soal mudah
- 16 soal sedang

23
- 10 soal sukar
4. Daya Pembeda
Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan soal
dalam membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah.
Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkriteria jelek
sebanyak 14 soal, berkriteria cukup 20 soal, berkreteria baik 10 soal, dan yang
berkriteria tidak baik 2 soal. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah
memenuhi syara-syarat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.

B. Analisis Data Penelitian Persiklus


1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang
terdiri dari rencana pelajaran 1, LKS 1, soal tes formatif 1, dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
b. Tahap Kegiatan dan Pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan
pada tanggal 9 September 2009 di kelas IX/b MTs Islamiyah Asembagus
dengan jumlah siswa 26 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.
Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah
dipersiapkan. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif I dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I
adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus I


No Uraian Hasil Siklus I
1 Nilai rata-rata tes formatif 69,09
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 15

24
3 Persentase ketuntasan belajar 68,18

Dari tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dengan menerapkan metode


pembelajaran penemuan (discovery) diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar
siswa adalah 69,09 dan ketuntasan belajar mencapai 68,18% atau ada 15
siswa dari 26 siswa sudah tuntas belajar. Hasil tersebut menunjukkan bahwa
pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa
yang memperoleh nilai ≥ 65 hanya sebesar 68,18% lebih kecil dari persentase
ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena
siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan
digunakan guru dengan menerapkan metode pembelajaran penemuan
(discovery).

2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang
terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif II, dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan
pada tanggal 08 September 2009 di kelas IX/b MTs Islamiyah Asembagus
dengan jumlah siswa 26 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.
Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada
siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama proses belajar

25
mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes
formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.

Tabel 4.5. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus II


No Uraian Hasil Siklus II
1 Nilai rata-rata tes formatif 76,36
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 19
3 Persentase ketuntasan belajar 77,27

Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah
76,36 dan ketuntasan belajar mencapai 77,27% atau ada 19 siswa dari 26
siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini
ketuntasan belajar secara klasikal telah megalami peningkatan sedikit lebih
baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah
guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes
sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar.
Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan
diinginkan guru dengan menerapkan metode pembelajaran penemuan
(discovery).
3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang
terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3, dan alat-alat
pengajaran yang mendukung
b. Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan
pada tanggal 1 Oktober 2009 di kelas IX/b. dengan jumlah siswa 26 siswa.
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada
siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang
lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan belajar mengajar.

26
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif
III. Adapun data hasil peneitian pada siklus III adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7. Rekapitulasi Hasil Tes Siklus III


No Uraian Hasil Siklus III
1 Nilai rata-rata tes formatif 81,82
2 Jumlah siswa yang tuntas belajar 23
3 Persentase ketuntasan belajar 86,36

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai rata-rata tes formatif sebesar


81,82 dan dari 26 siswa yang telah tuntas sebanyak 23 siswa dan 3 siswa
belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar
yang telah tercapai sebesar 86,36% (termasuk kategori tuntas). Hasil pada
siklus III ini mengalami peningkatan lebih baik dari siklus II. Adanya
peningkatan hasil belajar pada siklus III ini dipengaruhi oleh adanya
peningkatan kemampuan guru dalam menerapkan pembelajaran penemuan
(discovery) sehingga siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran
seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah
diberikan. Pada siklus III ini ketuntasan secara klasikal telah tercapai,
sehingga penelitian ini hanya sampai pada siklus III.
c. Refleksi
Pada tahap ini akah dikaji apa yang telah terlaksana dengan baik
maupun yang masih kurang baik dalam proses belajar mengajar dengan
penerapan pembelajaran penemuan (discovery). Dari data-data yang telah
diperoleh dapat duraikan sebagai berikut:
1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua
pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum
sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek
cukup besar.

27
2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif
selama proses belajar berlangsung.
3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami
perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4) Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.
d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran penemuan
(discovery) dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar
siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka
tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk
tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mepertahankan apa yang
telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar
selanjutnya penerapan pembelajaran penemuan (discovery) dapat
meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai.

C. Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran penemuan
(discovery) memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi
yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan II) yaitu
masing-masing 68,18%, 77,27%, dan 86,36%. Pada siklus III ketuntasan belajar
siswa secara klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran penemuan (discovery) dalam setiap siklus mengalami peningkatan.
Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan
dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus
mengalami peningkatan.

28
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran Fisika pada pokok bahasan saling ketergantungan antara makhluk
hidup dengan metode pembelajaran penemuan (discovery) yang paling dominan
adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/ memperhatikan
penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat
dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan
langah-langkah pembelajaran penemuan (discovery) dengan baik. Hal ini terlihat
dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan
mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep,
menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan balik/evaluasi/tanya
jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan
berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan penemuan (discovery) memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan
belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (68,18%), siklus II (77,27%),
siklus III (86,36%).
2. Penerapan metode pembelajaran penemuan (discovery) mempunyai
pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang
ditunjukan dengan hasil wawancara dengan sebagian siswa, rata-rata jawaban
siswa menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode

29
pembelajaran penemuan (discovery) sehingga mereka menjadi termotivasi untuk
belajar.

B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar Fisika lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi
siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan model penemuan (discovery) memerlukan persiapan
yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik
yang benar-benar bisa diterapkan dengan model penemuan (discovery) dalam
proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran, walau dalam taraf
yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru,
memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
dilakuakan di MTs Islamiyah Asembagus Tahun Pelajaran 2009/2010.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 1997. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Berg, Euwe Vd. (1991). Miskonsepsi IPAi dan Remidi Salatiga: Universitas Kristen Satya
Wacana.

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.

Joyce, Bruce dan Weil, Marsh. 1972. Models of Teaching Model. Boston: A Liyn dan
Bacon.

Masriyah. 1999. Analisis Butir Tes. Surabaya: Universitas Press.

30
Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan
Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.

Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press.
Universitas Negeri Surabaya.

Soedjadi, dkk. 2000. Pedoman Penulisan dan Ujian Skripsi. Surabaya; Unesa Universitas
Press.

Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.

Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Widoko. 2002. Metode Pembelajaran Konsep. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA


DENGAN METODE PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY)
PADA SISWA KELAS IX/B
TAHUN PELAJARAN 2009– 2010

KARYA ILMIAH
PENELITIAN TINDAKAN KELAS

31
O
L
E
H

DWI ASTONO, ST

MTs ISLAMIYAH ASEMBAGUS


YAYASAN TARBIYATUL ISLAMIYAH ASEMBAGUS
Jln. Raya No 169 – 170 Asembagus Kabupaten Situbondo
Propinsi Jawa Timur Kode Pos 68373
Telp. ( 0338 ) 451195

HALAMAN PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN

Setelah membaca dan mencermati karya ilmiah yang merupakan ulasan hasil penelitian
yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di perpustakaan MTs Islamiyah
Asembagus hasil karya dari:

Nama : DWI ASTONO, ST


NIP : -
Unit Kerja : MTs NU ISLAMIYAH ASEMBAGUS
Judul : Upaya Meningkatkan Prestasi Dan Kualitas Belajar Matematika
Dengan Metode Pembelajaran Penemuan (Discovery) Pada
Siswa Kelas IX/b MTs Islamiyah Asembagus tahun pelajaran
2009/2010

32
Menyetujui dan mengesahkan untuk diajukan mendapatkan untuk Penetapan
Kenaikan golongan dalam Yayasan Tarbiyatul Islamiyah
Asembagus Kabupaten Situbondo

Mengetahui
Kepala Madrasah Peneliti

Drs. Ach. Fauzi. A Dwi Astono, ST


Menyetujui
Ketua Yayasan Tarbiyatul Isamiyah
Asembagus Kabupaten Situbondo

H. MOHAMMAD MAULANA

i
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya dengan


limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan karya
ilmiah dengan judul “Upaya Meningkatkan Prestasi Dan Kualitas Belajar Matematika
Dengan Metode Pembelajaran Penemuan (Discovery) Pada Siswa Kelas IX/b MTs
Islamiyah Asembagus Tahun Pelajaran 2009/2010”, penulisan karya ilmiah ini kami
susun untuk di Matematikakkan dalam bacaan di perpustakaan sekolah dan dapat di
Fisikakan sebagai perbandingan dalam pembuatan karya ilmiah bagi teman sejawat juga
anak didik pada latihan diskusi ilmiah dalam rangka pembinaan karya ilmiah remaja.

33
Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu terima kasih ucapkan dengan tulus dan sedalam-dalamnya
kepada:

1. Yth. Ketua Yayasan Tarbiyatul Islamiyah Asembagus


2. Yth. Kepala Bidang Pendidikan Yayasan Tarbiyatul Islamiyah Asembagus
3. Yth. Kepala MTs Islamiyah Asembagus
4. Yth. Rekan-rekan Guru MTs Islamiyah Asembagus
5. Semua pihak yang telah banyak membantu sehingga penulisan ini selesai.
Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari sempurna untuk itu
segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis
harapkan.

Penulis

ii
ABSTRAK

Dwi Astono,ST 2009.Upaya Meningkatkan Prestasi Dan Kualitas Belajar Matematika


Dengan Metode Pembelajaran Penemuan (discovery) Pada Siswa Kelas IX/b
MTs Islamiyah Asembagus Tahun Pelajaran 2009/2010

Kata Kunci: Matematika, metode penemuan (discovery)

Berhasilnya tujuan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor diantaranya


adalah faktor guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar, karena guru secara
langsung dapat mempengaruhi, membina dan meningkatkan kecerdasan serta
keterampilan siswa. Untuk mengatasi permasalahan di atas dan guna mencapai tujuan
pendidikan secara maksimal, peran guru sangat penting dan diharapkan guru memiliki

34
cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan
sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.
Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah: (a) Bagaimanakah
peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran penemuan
(discovery)? (b) Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran penemuan (discovery)
terhadap motivasi belajar siswa?
Tujuan dari penelitian tindakan ini adalah: (a) Ingin mengetahui peningkatan
prestasi belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran penemuan (discovery). (b)
Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkannya metode
pembelajaran penemuan (discovery).
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga
putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan
pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas IX/b MTs
Islamiyah Asembagus Tahun Pelajaran 2009/2010 Data yang diperoleh berupa hasil tes
formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan
dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (68,18%), siklus II (77,27%), siklus III
(86,36%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode penemuan (discovery) dapat
berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa MTs Islamiyah Asembagus , serta
metode pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran
Matematika.

iii

35
DAFTAR ISI

Halaman
Halaman Judul ......................................................................................................... i
Lembar Pengesahan ...................................................................................................ii
Kata Pengantar .........................................................................................................iii
Abstrak .....................................................................................................................iv
Daftar Isi ....................................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN
A............................................................Latar Belakang Masalah 1
........................................................................................................
B.....................................................................Perumusan Masalah 3
........................................................................................................
C........................................................................Tujuan Penelitian 4
........................................................................................................
D......................................................................Manfaat Penelitian 4
........................................................................................................
E.....................................................Definisi Operasional Variabel 4
........................................................................................................
F..........................................................................Batasan Masalah 5
........................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Hakekat Sains ..............................................................................6
B. Proses Belajar Mengajar Matematika .........................................7
C. Metode Pembelajaran Penemuan (Discovery) ............................8
D. Motivasi Belajar ..........................................................................9
E. Prestasi Belajar Fisika ...............................................................12
G. Hubungan Motivasi dan Prestasi Belajar Terhadap
Metode pembelajaran Penemuan (discovery) ............................13

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


A......................................Tempat, Waktu, dan Subyek Penelitian 14
........................................................................................................
B.................................................................Rancangan Penelitian 15
........................................................................................................
C...................................................................Instrumen Penelitian 17
........................................................................................................
D........................................................Metode Pengumpulan Data 20
........................................................................................................
E...................................................................Teknik Analisis Data 20
........................................................................................................

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

36
A..............................................................Analisi Item Butir Soal 22
........................................................................................................
B.............................................Analisis Data Penelitian Persiklus 23
........................................................................................................
C.................................................................................Pembahasan 28
........................................................................................................

BAB V PENUTUP
A.................................................................................Kesimpulan 29
........................................................................................................
B...........................................................................................Saran 29
........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................


......................................................................................................................................

vi

37

Anda mungkin juga menyukai