PTK Discovery Fisika
PTK Discovery Fisika
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau
hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru
sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang
peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi
lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran.
1
cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan
dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan
dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu
mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan membangun dirinya sendiri serta
bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Depdikbud (1999).
2
kegiatan pembelajaran atau seberapa jauh menyerap informasi yang disajikan kepada
mereka. Siswa yang termotivasi untuk belajar sesuatu akan menggunakan proses
kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari materi itu, sehingga siswa itu akan
meyerap dan mengendapan materi itu dengan lebih baik. Tugas penting guru adalah
merencanakan bagaimana guru mendukung motivasi siswa (Nur, 2001: 3). Untuk itu
sebagai seorang guru disamping menguasai materi, juga diharapkan dapat
menetapkan dan melaksanakan penyajian materi yang sesuai kemampuan dan
kesiapan anak, sehingga menghasilkan penguasaan materi yang optimal bagi siswa.
Berdasarkan uraian tersebut di atas penulis mencoba menerapkan salah satu
metode pembelajaran, yaitu metode pembelajaran penemuan (discovery) untuk
mengungkapkan apakah dengan model penemuan (discovery) dapat meningkatkan
motivasi belajar dan prestasi belajar Fasika. Penulis memilih metode pembelajaran ini
mengkondisikan siswa untuk terbiasa menemukan, mencari, mendikusikan sesuatu
yang berkaitan dengan pengajaran. (Siadari, 2001: 4). Dalam metode pembelajaran
penemuan (discovery) siswa lebih aktif dalam memecahkan untuk menemukan
sedang guru berperan sebagai pembimbing atau memberikan petunjuk cara
memecahkan masalah itu.
Dari latar belakang di atas maka penulis dalam penelitian ini mengambil judul
“Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika dengan Metode Pembelajaran
Penemuan (Discovery) Pada Siswa Kelas IX/b MTs Islamiyah Asembagus Tahun
Pelajaran 2009/2010”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah
sebagai berikut:
1. Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar siwa dengan diterapkannya
pembelajaran penemuan (discovery)?
2. Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran penemuan (discovery)
terhadap motivasi belajar siswa?
3
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Ingin mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkannya
pembelajaran penemuan (discovery).
2. Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkan
pembelajaran penemuan (discovery).
D. Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan dengan hasil penelitian ini dapat:
1. Memberikan informasi tentang metode pembelajaran yang sesuai dengan
materi Matematika.
2. Meningkatkan motivasi pada pelajaran Matematika
3. Mengembangkan metode pembelajaran yang sesuai dengan bidang studi
Matematika.
4
F. Batasan Masalah
Karena keterbatasan waktu, maka diperlukan pembatasan masalah meliputi:
1. Penelitian inihanya dikenakan pada siswa IX/b MTs Islamiyah Asembagus
Tahun Pelajaran 2009/2010
2. Penelitian ini dilakukan pada bulan September semester ganjil tahun
pelajaran 2009/2010.
3. Materi yang disampaikan adalah pokok bahasan Kesebangunan dan
kekongruenan
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
6
B. Proses Belajar Mengajar Matematika
Proses dalam pengertian disini merupakan interaksi semua komponen atau
unsur yang terdapat dalam belajar mengajar yang satu sama lainnya saling
berhubungan (inter independent) dalam ikatan untuk mencapai tujuan (Usman, 2000:
5).
Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingka laku pada diri individu
berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Hal ini sesuai dengan
yang diutarakan Burton bahwa seseorang setelah mengalami proses belajar akan
mengalami perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuannya, keterampilannya,
maupun aspek sikapnya. Misalnya dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti
menjadi mengerti. (dalam Usman, 2000: 5).
Mengajar merupakan suatu perbuatan yang memerlukan tanggungjawab moral
yang cukup berat. Mengajar pada prinsipnya membimbing siswa dalam kegiatan suatu
usaha mengorganisasi lingkungan dalam hubungannya dengan anak didik dan bahan
pengajaran yang menimbulkan proses belajar.
Proses belajar mengajar merupakan suatu inti dari proses pendidikan secara
keseluruhan dengan guru sebagai pemegangn peran utama. Proses belajar mengajar
merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas
dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai
tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu
merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar mengajar (Usman, 2000:
4).
Sedangkan menurut buku Pedoman Guru Pendidikan Agama Islam, proses
belajar mengajar dapat mengandung dua pengertian, yaitu rentetan kegiatan
perencanaan oleh guru, pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi program tindak lanjut
(dalam Suryabrata, 1997: 18).
Dari kedua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar
mengajar Fisika meliputi kegiatan yang dilakukan guru mulai dari perencanaan,
7
pelaksanaan kegiatan sampai evaluasi dan program tindak lanjut yang berlangsung
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu yaitu pengajaran Matematika.
8
- Teknik ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berkembang dan maju sesuai dengankemampuannya masing-masing.
- Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih
memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat.
- Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah
kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri.
Strategi itu berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman
belajar saja, membantu bila diperlukan.
Walalupun demikian baiknya teknik ini toh masih ada pula kelemahan yang
perlu diperhatikan ialah:
- Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental
untuk cara belajar ini. Siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui
keadaan sekitarnya dengan baik.
- Bila kelas terlalu besar penggunaan teknikini akan kurang
berhasil.
- Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencaan
dan pengajaran tradisional mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan
teknik penemuan.
- Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses
mental ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingkan
proses pengertiansaja, kurang memperhatikan perkembangan/pembentukan sikap
dan keterampilan bagi siswa.
- Teknik ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk
berpikir secara kreatif.
D. Motivasi Belajar
1. Pengertian Motivasi
Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk
melakukan sesuatu, atau keadaan seserang atau organisme yang menyebabkan
kesiapan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan.
Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi
9
perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan,
atau keadaan dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya
untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu (Usman, 2000: 28).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 114) motivasi adalah suatu
pendorong yang mengubah energi dalam diri seseorang kedalam bentuk aktivitas
nyata untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam proses belajar, motivasi sangat
diperlukan sebab seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak
akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan oleh Nur (2001: 3) bahwa siswa yang termotivasi dalam belajar
sesuatu akan menggunakan proses kognitif yang lebih tinggi dalam mempelajari
materi itu, sehingga siswa itu akan meyerap dan mengendapkan materi itu dengan
lebih baik.
Jadi motivasi adalah suatu kondisi yang mendorong seseorang untuk
berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
3. Macam-macam Motivasi
Menurut jenisnya motivasi dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Motivasi Intrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat dari dalam individu, apakah
karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan
kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar
(Usman, 2000: 29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 115), motivasi instrinsik adalah
motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari
luar, karena dalam setiap diri individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu.
Menurut Winata (dalam Erriniati, 1994: 105) ada beberapa strategi
dalam mengajar untuk membangun motivasi intrinsik. Strategi tersebut adalah
sebagai berikut:
1) Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan siswa.
2) Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran
sebatas yang pokok.
10
3) Memberikan banyak waktu ekstra bagi siswa untuk mengerjakan
tugas dan memanfaatkan sumber belajar di sekolah.
4) Sesekali memberikan penghargaan pada siswa atas pekerjaannya.
5) Meminta siswa untuk menjelaskan hasil pekerjaannya.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi instrinsik adalah
motivasi yang timbul dari dalam individu yang berfungsinya tidak perlu
dirangsang dari luar. Seseorang yang memiliki motivasi intrinsik dalam dirinya
maka secara sadar akan melakukan suatu kegiatan yang tidak memerlukan
motivasi dari luar dirinya.
b. Motivasi Ekstrinsik
Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu,
apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga
dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar.
Misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh oleh orang tuanya agar
mendapat peringkat pertama dikelasnya (Usman, 2000: 29).
Sedangkan menurut Djamarah (2002: 117), motivasi ekstrinsik adalah
kebalikan dari motivasi intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang
aktif dan berfungsi karena adanya perangsang dari luar.
Beberapa cara membangkitkan motivasi ekstrinsik dalam menumbuhkan
motivasi instrinsik antata lain:
1) Kompetisi (persaingan): guru berusaha menciptakan persaingan diantara
siswanya untuk meningkatkan prestasi belajarnya, berusaha memperbaiki
hasil prestasi yang telah dicapai sebelumnya dan mengatasi prestasi orang
lain.
2) Pace Making (membuat tujuan sementara atu dekat): Pada awal kegiatan
belajar mengajar guru, hendaknya terlebih dahulu menyampaikan kepada
siswa TIK yang akan dicapai sehingga dengan demikian siswa berusaha untuk
mencapai TIK tersebut.
3) Tujuan yang jelas: Motif mendorong individu untuk mencapai tujuan.
Makin jelas tujuan, makin besar nilai tujuan bagi individu yang bersangkutan
dan makin besar pula motivasi dalam melakuakan sesuatu perbuatan.
11
4) Kesempurnaan untuk sukses: Kesuksesan dapat menimbulkan rasa puas,
kesenangan dan kepercayaan terhadap diri sendiri, sedangkan kegagalan akan
membawa efek yang sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya banyak
memberikan kesempatan kepada anak untuk meraih sukses dengan usaha
mandiri, tentu saja dengan bimbingan guru.
5) Minat yang besar: Motif akan timbul jika individu memiliki minat yang
besar.
6) Mengadakan penilaian atau tes. Pada umumnya semua siswa mau belajar
dengan tujuan memperoleh nilai yang baik. Hal ini terbukti dalam kenyataan
bahwa banyak siswa yang tidak belajar bila tidak ada ulangan. Akan tetapi,
bila guru mengatakan bahwa lusa akan diadakan ulangan lisan, barulah siswa
giat belajar dengan menghafal agar ia mendapat nilai yang baik. Jadi, angka
atau nilai itu merupakan motivasi yang kuat bagi siswa.
Dari uraian di atas diketahui bahwa motivsi ekstrinsik adalah motivasi
yang timbul dari luar individu yang berfungsinya karena adanya perangsang dari
laur, misalnya adanya persaingan, untuk mencapai nilai yang tinggi, dan lain
sebagainya.
12
itu guru dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan guru dalam proses belajar
mengajar di sekolah.
Sejalan dengan prestasi belajar, maka dapt diartikan bahwa prestasi belajar
Fisika adalah nilai yang dipreoleh siswa setelah melibatkan secara langsung/aktif
seluruh potensi yang dimilikinya baik aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap)
dan psikomotor (keterampilan) dalam proses belajar mengajar Matematika.
13
pelajaran itu. Dengan motivasi yang tinggi maka intensitas usaha belajar siswa akan
tingi pula. Jadi motivasi akan senantiasa menentukan intesitas usaha belajar siswa.
Hasil ini akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
14
Penelitian ini akan dihentikan apabila ketuntasan belajar secara kalasikal telah
mencapai 85% atau lebih. Jadi dalam penelitian ini, peneliti tidak tergantung pada jumlah
siklus yang harus dilalui.
B. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Tim
Pelatih Proyek PGSM, PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh
pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari
tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap
tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek
pembelajaran tersebut dilakukan (dalam Mukhlis, 2000: 3).
Sedangkah menurut Mukhlis (2000: 5) PTK adalah suatu bentuk kajian yang
bersifat sistematis reflektif oleh pelaku tindakan untuk memperbaiki kondisi
pembelajaran yang dilakukan.
Adapun tujuan utama dari PTK adalah untuk memperbaiki/meningkatkan
pratek pembelajaran secara berkesinambungan, sedangkan tujuan penyertaannya
adalah menumbuhkan budaya meneliti di kalangan guru (Mukhlis, 2000: 5).
15
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart
(dalam Sugiarti, 1997: 6), yaitu berbentuk spiral dari sklus yang satu ke siklus yang
berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation
(pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah
perncanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk
pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan.
Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar
berikut.
Tindakan/ Putaran 1
Observasi
Rencana yang direvisi
Putaran 2
Refleksi
Tindakan/
Observasi
Refleksi
Tindakan/
Observasi
16
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti
sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau
dampak dari diterapkannya metode pembelajaran model discovery .
3. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau
dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi
oleh pengamat.
4. Rancangan/rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat
membuat rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.
Observasi dibagi dalam tiga putaran, yaitu putaran 1, 2 dan 3, dimana
masing putaran dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan
membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di akhir
masing putaran. Dibuat dalam tiga putaran dimaksudkan untuk memperbaiki
sistem pengajaran yang telah dilaksanakan.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
1. Silabus
Yaitu seperangkat rencana dan pengaturan tentang kegiatan pembelajaran
pengelolahan kelas, serta penilaian hasil belajar.
2. Rencana Pelajaran (RP)
Yaitu merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan sebagai
pedoman guru dalam mengajar dan disusun untuk tiap putaran. Masing-masing
RP berisi kompetensi dasar, indicator pencapaian hasil belajar, tujuan
pembelajaran khusus, dan kegiatan belajar mengajar.
3. Lembar Kegiatan Siswa
Lembar kegaian ini yang dipergunakan siswa untuk membantu proses
pengumpulan data hasil eksperimen.
17
b. Lembar observasi aktivitas siswa dan guru, untuk mengamati aktivitas
siswa dan guru selama proses pembelajaran.
5. Tes formatif
Tes ini disusun berdasarkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tes formatif
ini diberikan setiap akhir putaran. Bentuk soal yang diberikan adalah pilihan
ganda (objektif). Sebelumnya soal-soal ini berjumlah 46 soal yang telah diujicoba,
kemudian penulis mengadakan analisis butir soal tes yang telah diuji validitas dan
reliabilitas pada tiap soal. Analisis ini digunakan untuk memilih soal yang baik
dan memenuhi syarat digunakan untuk mengambil data. Langkah-langkah analisi
btir soal adalah sebagai berikut:
a. Validitas Tes
Validitas butir soal atau validitas item digunakan untuk mengetahui
tingkat kevalidan masing-masing butir soal. Sehingga dapat ditentukan butir
soal yang gagal dan yang diterima. Tingkat kevalidan ini dapat dihitung
dengan korelasi Product Moment:
(Suharsimi Arikunto, 2001:
N ∑ XY −( ∑ X )( ∑ Y )
r xy =
√ {N ∑ X −(∑ X ) }{N ∑ Y −(∑ Y ) }
2 2 2 2
72)
Dengan: rxy : Koefisien korelasi product moment
N : Jumlah peserta tes
ΣY : Jumlah skor total
ΣX : Jumlah skor butir soal
ΣX2 : Jumlah kuadrat skor butir soal
ΣXY : Jumlah hsilkali skor butir soal
b. Reliabilitas
Reliabilitas butir soal dalam penelitian ini menggunakan rumus belah
dua sebagai berikut:
(Suharsimi Arikunto, 20001: 93)
2 r 1/21/2
r 11 =
(1+r 1/21/2 )
Dengan:
18
r11 : Koefisien reliabilatas yang sudah disesuaikan
r1/21/2 : Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
Kriteria reliabilitas tes jika harga r 11 dari perhitungan lebih besar dari
harga r pada tabel product moment maka tes tersebut reliabel.
c. Taraf Kesukaran
Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal adalah
indeks kesukaran. Rumus yangdigunakan untuk menentukan taraf kesukaran
adalah:
(Suharsimi Arikunto, 2001: 208)
B
P=
Js
Dengan:
P : Indeks kesukaran
B : Banyak siswa yang menjawab soal dengan benar
Js : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Criteria untuk menentukan indeks kesukaran soal adalah sebagai berikut:
- Soal dengan P = 0,000 sampai 0,300 adalah sukar
- Soal dengan P = 0,301 sampai 0,700 adalah sedang
- Soal dengan P = 0,701 sampai 1,000 adalah mudah
d. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda desebut indeks
diskriminasi. Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks diskriminasi
adalah sebagai berikut:
(Suharsimi Arikunto, 2001: 211)
B B
D= A − B =P A−P B
J A JB
Dimana:
D : Indeks diskriminasi
BA : Banyak peserta kelompok atas yang menjawab dengan benar
BB : Banyak peserta kelompok bawah yang menjawab dengan benar
19
JA : Jumlah peserta kelompok atas
JB : Jumlah peserta kelompok bawah
Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar.
BA
P A= =
JA
Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
BB
PB = =
JB
Kriteria yang digunakanuntuk menentukan daya pembeda butir soal
sebagai berikut:
- Soal dengan D = 0,000 sampai 0,200 adalah jelek
- Soal dengan D = 0,201 sampai 0,400 adalah cukup
- Soal dengan D = 0,401 sampai 0,700 adalah baik
- Soal dengan D = 0,701 sampai 1,000 adalah sangat baik.
20
1. Untuk menilai ulangan atu tes formatif
Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang
selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga
diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan:
X=
∑X
∑N
Dengan : = Nilai rata-rata
X
Σ X = Jumlah semua nilai siswa
Σ N = Jumlah siswa
2. Untuk ketuntasan belajar
Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secara perorangan dan secara
klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994
(Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai
skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar bila di kelas tersebut
terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari sama dengan 65%. Untuk
menghitung persentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut:
P=
∑ Siswa . yang . tuntas . belajar x 100
∑ Siswa
21
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Data penelitian yang diperoleh berupa hasil uji coba item butir soal, data
observasi berupa pengamatan pengelolaan pembelajaran penemuan (discovery) dan
pengamatan aktivitas siswa dan guru pada akhir pembelajaran, dan data tes formatif
siswa pada setiap siklus.
Data hasil uji coba item butir soal digunakan untuk mendapatkan tes yang betul-
betul mewakili apa yang diinginka. Data ini selanjutnya dianalisis tingkat validitas,
reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.
Data lembar observasi diambil dari dua pengamatan yaitu data pengamatan
penglolaan pembelajaran penemuan (discovery) yang digunakan untuk mengetahui
pengaruh penerapan metode pembelajaran penemuan (discovery) dalam meningkatkan
prestasi
22
Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah
diterapkan pembelajaran penemuan (discovery).
Tabel 4.1. Soal Valid dan Tidak Valid Tes Formatif Siswa
Soal Valid Soal Tidak Valid
1, 2, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 17, 19, 21, 23, 25, 26, 3, 4, 8, 15, 16, 18, 20, 22, 24,
27, 28, 29, 30, 36, 37, 38, 39, 41, 42, 43, 44, 45 31, 32, 33, 34, 35, 40, 46
2. Reliabilitas
Soal-soal yang telah memenuhi syarat validitas diuji reliabilitasnya. Dari
hasil perhitungan diperoleh koefisien reliabilitas r 11 sebesar 0, 775. Harga ini lebih
besar dari harga r product moment. Untuk jumlah siswa (N = 22) dengan r (95%)
= 0,423. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah memenuhi syarat
reliabilitas.
3. Taraf Kesukaran (P)
Taraf kesukaran digunakan untuk mengetahui tingkat kesukaran soal.
Hasil analisis menunjukkan dari 46 soal yang diuji terdapat:
- 20 soal mudah
- 16 soal sedang
23
- 10 soal sukar
4. Daya Pembeda
Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan soal
dalam membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah.
Dari hasil analisis daya pembeda diperoleh soal yang berkriteria jelek
sebanyak 14 soal, berkriteria cukup 20 soal, berkreteria baik 10 soal, dan yang
berkriteria tidak baik 2 soal. Dengan demikian soal-soal tes yang digunakan telah
memenuhi syara-syarat validitas, reliabilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda.
24
3 Persentase ketuntasan belajar 68,18
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang
terdiri dari rencana pelajaran 2, LKS 2, soal tes formatif II, dan alat-alat
pengajaran yang mendukung.
b. Tahap kegiatan dan pelaksanaan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan
pada tanggal 08 September 2009 di kelas IX/b MTs Islamiyah Asembagus
dengan jumlah siswa 26 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru.
Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan
memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada
siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi)
dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar.
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif II dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa selama proses belajar
25
mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah tes
formatif II. Adapun data hasil penelitian pada siklus II adalah sebagai berikut.
Dari tabel di atas diperoleh nilai rata-rata prestasi belajar siswa adalah
76,36 dan ketuntasan belajar mencapai 77,27% atau ada 19 siswa dari 26
siswa sudah tuntas belajar. Hasil ini menunjukkan bahwa pada siklus II ini
ketuntasan belajar secara klasikal telah megalami peningkatan sedikit lebih
baik dari siklus I. Adanya peningkatan hasil belajar siswa ini karena setelah
guru menginformasikan bahwa setiap akhir pelajaran akan selalu diadakan tes
sehingga pada pertemuan berikutnya siswa lebih termotivasi untuk belajar.
Selain itu siswa juga sudah mulai mengerti apa yang dimaksudkan dan
diinginkan guru dengan menerapkan metode pembelajaran penemuan
(discovery).
3. Siklus III
a. Tahap Perencanaan
Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang
terdiri dari rencana pelajaran 3, LKS 3, soal tes formatif 3, dan alat-alat
pengajaran yang mendukung
b. Tahap kegiatan dan pengamatan
Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus III dilaksanakan
pada tanggal 1 Oktober 2009 di kelas IX/b. dengan jumlah siswa 26 siswa.
Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar
mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada
siklus II, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus II tidak terulang
lagi pada siklus III. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan
pelaksanaan belajar mengajar.
26
Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes formatif III dengan
tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar
mengajar yang telah dilakukan. Instrumen yang digunakan adalah tes formatif
III. Adapun data hasil peneitian pada siklus III adalah sebagai berikut:
27
2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif
selama proses belajar berlangsung.
3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami
perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik.
4) Hasil belajar siswa pada siklus III mencapai ketuntasan.
d. Revisi Pelaksanaan
Pada siklus III guru telah menerapkan pembelajaran penemuan
(discovery) dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar
siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka
tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk
tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mepertahankan apa yang
telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar
selanjutnya penerapan pembelajaran penemuan (discovery) dapat
meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai.
C. Pembahasan
1. Ketuntasan Hasil belajar Siswa
Melalui hasil peneilitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran penemuan
(discovery) memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi
yang disampaikan guru (ketuntasan belajar meningkat dari sklus I, II, dan II) yaitu
masing-masing 68,18%, 77,27%, dan 86,36%. Pada siklus III ketuntasan belajar
siswa secara klasikal telah tercapai.
2. Kemampuan Guru dalam Mengelola Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran penemuan (discovery) dalam setiap siklus mengalami peningkatan.
Hal ini berdampak positif terhadap prestasi belajar siswa yaitu dapat ditunjukkan
dengan meningkatnya nilai rata-rata siswa pada setiap siklus yang terus
mengalami peningkatan.
28
3. Aktivitas Guru dan Siswa Dalam Pembelajaran
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran Fisika pada pokok bahasan saling ketergantungan antara makhluk
hidup dengan metode pembelajaran penemuan (discovery) yang paling dominan
adalah bekerja dengan menggunakan alat/media, mendengarkan/ memperhatikan
penjelasan guru, dan diskusi antar siswa/antara siswa dengan guru. Jadi dapat
dikatakan bahwa aktivitas siswa dapat dikategorikan aktif.
Sedangkan untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan
langah-langkah pembelajaran penemuan (discovery) dengan baik. Hal ini terlihat
dari aktivitas guru yang muncul di antaranya aktivitas membimbing dan
mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LKS/menemukan konsep,
menjelaskan/melatih menggunakan alat, memberi umpan balik/evaluasi/tanya
jawab dimana prosentase untuk aktivitas di atas cukup besar.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan selama tiga siklus, dan
berdasarkan seluruh pembahasan serta analisis yang telah dilakukan dapat
disimpulkan sebagai berikut:
1. Pembelajaran dengan penemuan (discovery) memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa yang ditandai dengan peningkatan ketuntasan
belajar siswa dalam setiap siklus, yaitu siklus I (68,18%), siklus II (77,27%),
siklus III (86,36%).
2. Penerapan metode pembelajaran penemuan (discovery) mempunyai
pengaruh positif, yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa yang
ditunjukan dengan hasil wawancara dengan sebagian siswa, rata-rata jawaban
siswa menyatakan bahwa siswa tertarik dan berminat dengan metode
29
pembelajaran penemuan (discovery) sehingga mereka menjadi termotivasi untuk
belajar.
B. Saran
Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses
belajar mengajar Fisika lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi
siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut:
1. Untuk melaksanakan model penemuan (discovery) memerlukan persiapan
yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik
yang benar-benar bisa diterapkan dengan model penemuan (discovery) dalam
proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal.
2. Dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa, guru hendaknya lebih
sering melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran, walau dalam taraf
yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru,
memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu
memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya.
3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya
dilakuakan di MTs Islamiyah Asembagus Tahun Pelajaran 2009/2010.
DAFTAR PUSTAKA
Berg, Euwe Vd. (1991). Miskonsepsi IPAi dan Remidi Salatiga: Universitas Kristen Satya
Wacana.
Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Joyce, Bruce dan Weil, Marsh. 1972. Models of Teaching Model. Boston: A Liyn dan
Bacon.
30
Mukhlis, Abdul. (Ed). 2000. Penelitian Tindakan Kelas. Makalah Panitia Pelatihan
Penulisan Karya Ilmiah untuk Guru-guru se-Kabupaten Tuban.
Nur, Moh. 2001. Pemotivasian Siswa untuk Belajar. Surabaya. University Press.
Universitas Negeri Surabaya.
Soedjadi, dkk. 2000. Pedoman Penulisan dan Ujian Skripsi. Surabaya; Unesa Universitas
Press.
Suryosubroto, B. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineksa Cipta.
Usman, Uzer. 2000. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
KARYA ILMIAH
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
31
O
L
E
H
DWI ASTONO, ST
Setelah membaca dan mencermati karya ilmiah yang merupakan ulasan hasil penelitian
yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di perpustakaan MTs Islamiyah
Asembagus hasil karya dari:
32
Menyetujui dan mengesahkan untuk diajukan mendapatkan untuk Penetapan
Kenaikan golongan dalam Yayasan Tarbiyatul Islamiyah
Asembagus Kabupaten Situbondo
Mengetahui
Kepala Madrasah Peneliti
H. MOHAMMAD MAULANA
i
KATA PENGANTAR
33
Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu terima kasih ucapkan dengan tulus dan sedalam-dalamnya
kepada:
Penulis
ii
ABSTRAK
34
cara/model mengajar yang baik dan mampu memilih model pembelajaran yang tepat dan
sesuai dengan konsep-konsep mata pelajaran yang akan disampaikan.
Permasalahan yang ingin dikaji dalam penelitian ini adalah: (a) Bagaimanakah
peningkatan prestasi belajar siswa dengan diterapkannya pembelajaran penemuan
(discovery)? (b) Bagaimanakah pengaruh metode pembelajaran penemuan (discovery)
terhadap motivasi belajar siswa?
Tujuan dari penelitian tindakan ini adalah: (a) Ingin mengetahui peningkatan
prestasi belajar siswa setelah diterapkannya pembelajaran penemuan (discovery). (b)
Ingin mengetahui pengaruh motivasi belajar siswa setelah diterapkannya metode
pembelajaran penemuan (discovery).
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan (action research) sebanyak tiga
putaran. Setiap putaran terdiri dari empat tahap yaitu: rancangan, kegiatan dan
pengamatan, refleksi, dan refisi. Sasaran penelitian ini adalah siswa kelas IX/b MTs
Islamiyah Asembagus Tahun Pelajaran 2009/2010 Data yang diperoleh berupa hasil tes
formatif, lembar observasi kegiatan belajar mengajar.
Dari hasil analis didapatkan bahwa prestasi belajar siswa mengalami peningkatan
dari siklus I sampai siklus III yaitu, siklus I (68,18%), siklus II (77,27%), siklus III
(86,36%).
Kesimpulan dari penelitian ini adalah metode penemuan (discovery) dapat
berpengaruh positif terhadap motivasi belajar Siswa MTs Islamiyah Asembagus , serta
metode pembelajaran ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif pembelajaran
Matematika.
iii
35
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul ......................................................................................................... i
Lembar Pengesahan ...................................................................................................ii
Kata Pengantar .........................................................................................................iii
Abstrak .....................................................................................................................iv
Daftar Isi ....................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A............................................................Latar Belakang Masalah 1
........................................................................................................
B.....................................................................Perumusan Masalah 3
........................................................................................................
C........................................................................Tujuan Penelitian 4
........................................................................................................
D......................................................................Manfaat Penelitian 4
........................................................................................................
E.....................................................Definisi Operasional Variabel 4
........................................................................................................
F..........................................................................Batasan Masalah 5
........................................................................................................
36
A..............................................................Analisi Item Butir Soal 22
........................................................................................................
B.............................................Analisis Data Penelitian Persiklus 23
........................................................................................................
C.................................................................................Pembahasan 28
........................................................................................................
BAB V PENUTUP
A.................................................................................Kesimpulan 29
........................................................................................................
B...........................................................................................Saran 29
........................................................................................................
vi
37