PEMBAHASAN
Pada bab ini akan membahas tentang persamaan dan kesenjangan pada
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, evaluasi yang terjadi secara kasus
nyata dan teori dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan
diagnosa COB ( Cedera Otak Berat).
4.1 Pengkajian
Pada kasus nyata didapatkan data keluhan utama pasien tidak terkaji karena
mengalami penurunan kesadaran, data objektif yang didapat terjadi penurunan
kesadaran, ekstremitas melemah, terpasang drain pada kepala, darah warna merah
segar, drain 10 cc , TTV : TD : 159/69 , N : 110 x/menit, S: 39 ºC, RR : 22
x/menit terdengar suara ronchi, sekret keluar melalui hidung dan mulut, terpasang
trakeostomi, mode : PSIM, MV : 11, ETV : 426, PEEP : 6, FiO2: 30 %, SPO2:
97%, akral panas, kulit kemerahan, pasien hanya terbaring ditempat tidur. Masalah
keperawatan lainnya adalah gangguan persepsi sensori, resiko nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh, dan gangguan mobilitas fisik. Hal ini pasien tidak mengalami
gangguan persepsi sensori karena pada pasien mengalami penurunan kesadaran.
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi pada kasus nyata karena
tidak ditemukan tanda-tanda kurang nutrisi. Gangguan mobilitas fisik tidak terjadi
pada kasus nyata karena pasien tidak dapat dikaji.
4.2 Diagnosa
Diagnosa yang muncul pada kasus nyata yaitu Gangguan perfusi jaringan
serebral b/d perdarahan, Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d kebutuhan O2
menurun, Hipertermi b/d kerusakan jaringan otak, Resiko kerusakan integritas
kulit b/d tirah baring terlalu lama, Sedangkan berdasarkan teori diagnosa yang
muncul yaitu Perubahan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
penghentian aliran darah, hipertermi berhubungan dengan kerusakan jaringan
otak, resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring terlalu
lama, Pola napas tidak efektif b.d kerusakan neurovaskuler, gangguan mobilitas
42
fisik berhubungan dengan gangguan kordinasi gerak ekstremitas. Menurut
(Smeltzer, 2002) diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien COB (cedera
otak berat) adalah Gangguan perfusi jaringan serebral b/d perdarahan. Dengan
batasan karakteristik Gangguan perfusi jaringan serebral b/d perdarahan secara
teori menurut (NANDA NIC – NOC, 2015) perubahan status mental, perubahan
perilaku, perubahan respon motorik, perubahan respon pupil, kesulitan menelan,
kelemahan ekstremitas atau kelumpuhan, abnormalitas dalam berbicara. Antara
kasus nyata dan teori terdapat kesenjangan dimana pada teori terdapat 4 diagnosa
yang sering muncul pada pasien COB ( Cedera Otak Berat ) Gangguan persepsi
sensori karena pasien mengalami penurunan kesadaran sehingga seluruh anggota
tubuh tidak dapat bergerak, Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh karena
nutrisi telah ntercukupi dan selama masa perawata sudah diberika sonde 3 kali
sehari,mukosa bibir lembab, albumin 4,66 g/dl, Gangguan mobilitas fisik karena
pasien mengalami penurunan kesadaran sehingga tidak mampu melakukan aktivitas.
4.3 Intervensi
Pada intervensi pada teori dan kasus nyata tidak terdapat kesenjangan
karena pada kasus nyata yang dibuat sesuai yang didapatkan pada teori yaitu pada
diagnosa Gangguan perfusi jaringan serebral b/d perdarahan intervensinya adalah
Tentukan faktor -faktor yang menyebabkan koma/ penurunan perfusi jaringan
otak , pantau / catat status neurologi secara teratur dan bandingkan dengan nlai
standar GCS , evaluasi keadaan pupil ukuran, kesamaan antara kiri dan kanan,
pantau tanda-tanda vital. Intervensi keperawatan pada ketidakefektifan bersihan
jalan nafas b/d kebutuhan O2 menurun intervensinya adalah kaji ulang fungsi
pernafasan bunyi nafas, kecepatan, irama kedalaman dan penggunaan otot
aksesori, catat kemampuan untuk mengeluarkan skret atau batuk efektif, catat
karakter jumlah sputum, berikan posisi semifowler dan anjurkan batuk efektif ,
bersihkan sekret dari mulut trakea dengan suction, lembabkan udara atau oksigen
inspirasi. Intervensi keperawatan pada Hipertermi b/d kerusakan jaringan otak
intervensinya adalah observasi tanda-tanda vital, anjurkan untuk minum banyak,
berikan kompres pada lipatan axila dan paha, monitor temperatur suhu tubuh,
kolaborasi antipiretik sesuai program. Intervensi keperawatan pada Resiko
43
kerusakan integritas kulit b/d tirah baring terlalu lama intervensinya adalah cuci
tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan, pertahankan tehnik aseptik pada
klien yang beresiko, batasi jumlah pengunjung, ganti perlak dan seprai, bantu
untuk miring kiri dan kanan.
4.4 Implementasi
44
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Cedera kepala adalah trauma mekanik pada kepala yang terjadi baik secara
langsung atau tidak langsung yang kemudian dapat berakibat kepada gangguan
fungsi neurologis, fungsi fisik, kognitif, psikososial, bersifat temporer atau
permanent. Karakteristik yang didapat pada pasien pasien tidak terkaji karena
mengalami penurunan kesadaran, data objektif yang didapat terjadi penurunan
kesadaran, ekstremitas melemah, terpasang drain pada kepala, darah warna merah
segar, drain 10 cc , TTV : TD : 159/69 , N : 110 x/menit, S: 39 ºC, RR : 22
x/menit terdengar suara ronchi, sekret keluar melalui hidung dan mulut, terpasang
trakeostomi, mode : PSIM, MV : 11, ETV : 426, PEEP : 6, FiO2: 30 %, SPO2:
97%, akral panas, kulit kemerahan, pasien hanya terbaring ditempat tidur
Diagnosa keperawatan yang pada pasien COB Gangguan perfusi jaringan serebral
b/d perdarahan, Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d kebutuhan O2 menurun,
Hipertermi b/d kerusakan jaringan otak, Resiko kerusakan integritas kulit b/d tirah
baring terlalu lama. Intervensi pada kasus nyata dapat di implementasikan dengan
baik. Evaluasi pada pasien COB pada masalah Gangguan perfusi jaringan serebral
b/d perdarahan, Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d kebutuhan O2 menurun,
Hipertermi b/d kerusakan jaringan otak, Resiko kerusakan integritas kulit b/d tirah
baring terlalu lama, TD : 130/90, N : 110x/menit, S : 38ºC, RR : 22x/menit.
5.2 Saran
45
Perawat selalu memberikan tindakan keperawatan sesuai dengan SOP agar
tidak terjadi komplikasi. Perawat memberikan health education kepada pasien dan
keluarga tentang perawatan pasien dengan cedera otak berat.
46