Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di dalam negara yang berkembang terdapat modernisasi sebagai proses
kemajuan hidup manusia dengan ditandai perubahan-perubahan yang terjadi
disegala aspek kehidupan. Era modernisasii yang bergerak begitu cepat dan penuh
tekanan menyebabkan banyaknya orang yang mencari cara untuk menghindar dari
tekanan-tekanan tersebut,dimana Indonesia terdiri dari berbagai suku, ras, agama,
dan budaya. Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi dan pengaruh budaya luar yang datang ke Indonesia
mengakibatkan munculnya budaya baru di Indonesia, dimana budaya yang
mampu membuat para remaja menuju hal yang negative.Banyak dari mereka yang
akhirnya terlibat dalam pergaulan tidak sehat.Ditambah lagi, era globalisasi
seperti saat ini mempengaruhi dan bahkan membuat nilai-nilai moral dalam
kehidupan menjadi kurang diperhatikan lagi. Pergaulan bebas yang tidak sehat
dapat mengarah ke banyak hal yang tidak baik , salah satunya adalah narkoba.
Selain itu, faktor lainnya yaitu tidak adanya atau kurangnya pengetahuan
masyarakat mengenai efek samping atau akibat yang dapat ditimbulkan dari
penggunaan obat terlarang tersebut.Perubahan budaya yang terjadi mengakibatkan
norma-norma yang berlaku dimasyarakat Indonesia cenderung dilupakan.Dan
nilai agama cenderung disisihkan.Para remaja yang terjebak kepergaulan yang
rusak tersebut umumnya disebabkan oleh keluarga yang hancur dan kurang
mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya.Tetapi sekarang ini
banyak para remaja yang terjerumus berasal dari keluarga yang
harmonis.Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan
generasi muda dewasa ini kian meningkat.Maraknya penyimpangan perilaku
generasi muda tersebut, dapat membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini
di kemudian hari.Karena pemuda sebagai generasi yang diharapkan menjadi
penerus bangsa, semakin hari semakin rapuh digerogoti zat-zat adiktif penghancur
syaraf.Sehingga pemuda tersebut tidak dapat berpikir jernih. Akibatnya, generasi
harapan bangsa yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan. Sasaran
dari penyebaran narkoba ini adalah kaum muda atau remaja.

Masalah pokok remaja berpangkal pada pencarian identitas diri.Mereka


mengalami krisis identitas karena untuk dikelompokkan ke dalam kelompok anak-
anak merasa sudah besar, namun kurang besar untuk dikelompokkan dalam
kelompok dewasa.Identitas diri adalah kepastian posisi sosial dalam lingkup
pergaulan di mana seseorang berada.
Sejauh mana remaja mampu meraih identitas dirinya, tergantung dari
sejauh mana remaja mampu mengendalikan luapan emosi saat merasa tersinggung
oleh seseorang di sekitarnya; menempatkan diri dengan wajar dalam relasinya
dengan teman sebaya; memperoleh tokoh idola untuk pencapaian identitas diri
yang mantap, baik dalam kelompok rekan sebaya (peer) atau dalam keluarga;
menerima diri apa adanya; mengendalikan intensitas emosi yang kurang
menguntungkan karena keterbatasan tersebut dengan mengompensasi melalui
pencapaian prestasi sekolah/sosialnya.
Selain itu sejauh mana mampu mengendalikan melambungnya ambisi dan
angan-angan karena meningkatnya kebutuhan perkembangan sosialisasi; mengenali dan
mendapat peluang melatih pengendalian kebutuhan biologis baru, dalam hal ini dorongan
seksual, tanpa mengurangi pemanfaatan lingkungan pergaulan guna mencapai
kemampuan sosialisasi seoptimal mungkin; serta merasa memperoleh pengertian dan
dukungan orangtua dan keluarga dalam kondisi kerentanan oleh krisis identitas tersebut.
Hambatan dalam proses sosialisasi merupakan manifestasi kelemahan fungsi
kepribadian yang menyebabkan labilitas emosional sehingga tingkat toleransi stres pun
relatif rendah. Ia mudah menyerah, kurang memiliki daya juang, dan rendah
ketekunannya dalam belajar mengatasi masalah. Remaja tipe ini rentan terhadap
pengaruh penyalahgunaan narkoba.
Para remaja tersebut hanya ingin mengikuti sebuah metode yang lagi
berkembang dan ingin disebut sebagai anak gaul. Sebab lainnya yaitu tipisnya
iman para remaja dan kurangnya pengetahuan remaja tentang agama yan
disebabkan kendala orang tua yang tak mengenalkan agama secara mendalam
kepadapara remaja tersebut.Penggunaan obat terlarang tersebut mendorong
maraknya penggunaan narkoba. Maraknya penggunaan narkoba saat ini tidak
hanya trendy di kalangan parapemuda yang sudah tidak menduduki bangku
sekolah lagi, saat ini penggunaannarkoba telah merajalela di kalangan para
pelajar, orang dewasa dan bahkan pada usialanjut. Semua itu dikarenakan
kurangnya pengetahuan mengenai bahaya narkoba dankurangnya sosialisasi
dampak-dampak penggunaan narkoba bagi kesehatan. Olehkarena itu, penulis
akan memfokuskan pembahasan mengenai dampak penggunaannarkoba terhadap
sistem saraf manusia.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah Pengertian Narkoba?
2. Apakah Pengertian Sistem Saraf?
3. Bagaimanakah Pengaruh Narkoba Terhadap Sistem Saraf?
4. Bagaimana Cara Mencegah dan Cara Pengobatannya?
C. Tujuan
1. Menjelaskan tentang pengertian Narkoba.
2. Menjelaskan pengertian sistem saraf.
3. Menjelaskan pengaruh narkoba terhadap sistem saraf.
4. Menjelaskan bagaimana mencegah dan pengobatannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Narkoba
Penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan terlarang di kalangan generasi
muda dewasa ini kian meningkat Maraknya penyimpangan perilaku generasi muda
tersebut, dapat membahayakan keberlangsungan hidup bangsa ini di kemudian
hari.Karena pemuda sebagai generasi yang diharapkan menjadi penerus bangsa,
semakin hari semakin rapuh digerogoti zat-zat adiktif penghancur syaraf.Sehingga
pemuda tersebut tidak dapat berpikir jernih. Akibatnya, generasi harapan bangsa
yang tangguh dan cerdas hanya akan tinggal kenangan.

Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat berbahaya. Selain


"narkoba", istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan
Republik Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika,
Psikotropika dan Zat Adiktif.Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah
keadaan psikologi seseorangseperti perasaan, pikiran, suasana hati serta prilaku
seseorang jika masuk kedalamtubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum,
dihirup, disuntik, intravena danlain-lain sebagainya.Semua istilah ini, baik
"narkoba" ataupun "napza", mengacu pada kelompoksenyawa yang umumnya
memiliki risiko kecanduan bagi penggunanya. Menurutpakar kesehatan, narkoba
sebenarnya adalah senyawa-senyawa psikotropika yangbiasa dipakai untuk
membius pasien saat hendak dioperasi atau obat-obatan untukpenyakit
tertentu.Namun, kini narkoba mengalami pergeseran arti dan umumnyamengacu
pada pemakaian di luar peruntukan dan dosis yang semestinya.
Di Indonesia, pencandu narkoba ini perkembangannya semakin pesat. Para
pencandu narkoba itu pada umumnya masih berusia muda. Artinya usia tersebut
ialah usia produktif atau usia pelajar. Seseorang yang mengonsumsi narkoba
biasanya diawali dengan perkenalannya dengan rokok.Karena kebiasaan merokok
ini sepertinya sudah menjadi hal yang wajar di kalangan pelajar saat ini.Dari
kebiasaan inilah, pergaulan terus meningkat, apalagi ketika pelajar tersebut
bergabung ke dalam lingkungan orang-orang yang sudah menjadi pencandu
narkoba. Awalnya mencoba, lalu kemudian mengalami ketergantungan.
Adapun jenis-jenis narkoba:
Berdasarkan bahannya, narkoba digolongkan atas:
1. Narkoba Golongan 1, (Alam) terdiri dari :
a. Tanaman Papaver Somniferum L.Kokainkokaina Heroin
b. Morphine (Putaw)
c. Ganja
2. Narkoba Golongan 2 (Semisintetis) : Alfasetilmetadol, Benzetidin,Betametadol
3. Narkoba Golongan 3 (Sisntetis) :Asetildihidrokodenia.

Sedangkan, berdasarkan efek yang ditimbulkan, narkoba dibedakan menjadi:


A. OPIOID
Opioid atau opiat berasal dari kata opium, jus dari bunga opium,
Papaversomniverum, yang mengandung 20 alkaloid opium, termasuk
morfin.NamaOpioid juga digunakan untuk opiat, yaitu suatu preparat atau derivat
dari opium dannarkotik sintetik yang kerjanya menyerupai opiat tetapi tidak
didapatkan dari opium.Opiat alami lain atau opiat yang disintesis dari opiat alami
adalah heroin, kodein, dan hydromorphone.
Bahan-bahan opioida yang sering disalahgunakan adalah :
1. Candu
Getah tanaman Papaver Somniferum didapat dengan menggores buahyang
hendak masak.Getah yang keluar berwarna putih dan dinamai "Lates". Getah
inidibiarkan mengering pada permukaan buah sehingga berwarna coklat kehitaman
dansesudah diolah akan menjadi suatu adonan yang menyerupai aspal lunak. Inilah
yangdinamakan candu mentah atau candu kasar.Candu kasar mengandung
bermacam-macam zat-zat aktif yang sering disalahgunakan.Candu masak
warnanya coklat tua atau coklat kehitaman. Diperjual belikan dalamkemasan kotak
kaleng dengan berbagai macam cap, antara lain ular, tengkorak,burungelang, bola
dunia, cap 999, cap anjing. Pemakaiannya dengan cara dihisap.

2. Morfin
Morfin adalah hasil olahan dari opium/candu mentah.Morfin merupaakan
alkaloidautama dari opium.Morfin rasanya pahit, berbentuk tepung halusberwarna
putih atau dalam bentuk cairan berwarna. Pemakaiannya dengan caradihisap dan
disuntikkan.
3. Heroin ( putaw )
Heroin mempunyai kekuatan yang dua kali lebih kuat dari morfin dan
merupakanjenis opiat yang paling sering disalahgunakan orang di Indonesia pada
akhir-akhir ini.Heroin, yang secara farmakologis mirip dengan morfin
menyebabkan orang menjadimengantuk dan perubahan mood yang tidak
menentu.Walaupun pembuatan,penjualan dan pemilikan heroin adalah ilegal, tetapi
diusahakan heroin tetap tersediabagi pasien dengan penyakit kanker terminal.
4. Codein
Codein termasuk garam / turunan dari opium / candu. Efek codein lebih
lemah
daripada heroin, dan potensinya untuk menimbulkan ketergantungaan rendah.
Biasanya dijual dalam bentuk pil atau cairan jernih. Cara pemakaiannya ditelan dan
disuntikkan.
Saat ini Methadone banyak digunakan orang dalam pengobatan
ketergantunganopioid.Antagonis opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis
opioid danketergantungan opioid.Sejumlah besar narkotik sintetik (opioid) telah
dibuat,termasuk meperidine (Demerol), methadone (Dolphine), pentazocine
(Talwin), danpropocyphene (Darvon).Saat ini Methadone banyak digunakan orang
dalam pengobatan ketergantunganopioid.Antagonis opioid telah dibuat untuk
mengobati overdosis opioid danketergantungan opioid.Kelas obat tersebut adalah
nalaxone (Narcan), naltrxone(Trexan), nalorphine, levalorphane, dan
apomorphine.Sejumlah senyawa dengan aktivitas campuran agonis dan antagonis
telah disintesis,dan senyawa tersebut adalah pentazocine, butorphanol (Stadol), dan
buprenorphine(Buprenex).Beberapa penelitian telah menemukan bahwa
buprenorphine adalah suatupengobatan yang efektif untuk ketergantungan opioid.

B. KOKAIN
Kokain adalah zat yang adiktif yang sering disalah gunakan dan merupakan
zat yang sangat berbahaya. Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari
tanaman belukar Erythroxylon coca, yang berasal dari Amerika Selatan, dimana
daun dari tanaman belukar ini biasanya dikunyah-kunyah oleh penduduk setempat
untuk mendapatkan efek stimulan.Saat ini Kokain masih digunakan sebagai
anestetik lokal, khususnya untuk pembedahan mata, hidung dan tenggorokan,
karena efek vasokonstriksifnya juga membantu. Kokain diklasifikasikan sebagai
suatu narkotik, bersama dengan morfin dan heroin karena efek adiktif dan efek
merugikannya telah dikenali.
Pada pemakaian kokain ringan sampai sedang, gejala putus Kokain
menghilang dalam 18 jam. Pada pemakaian berat, gejala putus Kokain bisa
berlangsung sampai satu minggu, dan mencapai puncaknya pada dua sampai empat
hari. Gejala putus Kokain juga dapat disertai dengan kecenderungan untuk bunuh
diri.
Orang yang mengalami putus Kokain seringkali berusaha mengobati sendiri
gejalanya dengan alkohol, sedatif, hipnotik, atau obat antiensietas seperti diazepam
( Valium ).

C. GANJA
Tanaman ganja biasanya dipotong, dikeringkan, dipotong kecil - kecil dan
digulung menjadi rokok disebut joints. Bentuk yang paling poten berasal dari
tanaman yang berbunga atau dari eksudat resinyang dikeringkan dan berwarna
coklat-hitam yang berasal dari daun.

D. PSIKOTROPIKA
Psikotropika adalah zat atau obat baik alamiah maupun sintetris, bukan
narkotika, yang bersifatatau berkhasiat psiko aktif melalui pengaruh selektif pada
susunan syaraf pusat yangmenyebabkan perubahan pada aktivitas mental dan
perilaku. Zat atau obat yang dapat menurunkan aktivitas otak atau merangsang
susunan saraf pusat dan menimbulkan kelainan perilaku, disertai dengan timbulnya
halusinasi (mengkhayal), ilusi, gangguan cara berpikir, perubahan alam perasaan
dan dapat menyebabkan ketergantungan serta mempunyai efek stimulasi
(merangsang) bagi para pemakainya. Pemakaian Psikotropika yang berlangsung
lama tanpa pengawasan dan pembatasan kesehatan dapat menimbulkan dampak
yang lebih buruk, tidak saja menyebabkan ketergantungan bahkan juga
menimbulkan berbagai macam penyakit serta kelainan fisik maupun psikis si
pemakai, tidak jarang bahkan menimbulkan kematian. Sebagaimana Narkotika,
Psikotropika terbagi dalam empat golongan yaitu:
a. Ecstasy
Efeknya berlangsung maksimum 1 jam. Seluruh tubuh akan terasa
melayang. Kadang-kadang lengan, kaki dan rahang terasa kaku, serta mulut rasanya
kering. Pupil mata membesar dan jantung berdegup lebih kencang, dan timbul rasa
mual. Bisa juga pada awalnya timbul kesulitan bernafas (untuk itu diperlukan
sedikit udara segar). Jenis reaksi fisik tersebut biasanya tidak terlalu lama.
Selebihnya akan timbul perasaan seolah-olah kita menjadi hebat dalam segala hal
dan segala perasaan malu menjadi hilang. Kepala terasa kosong dan rileks.
.
b. Sabu-Sabu
Sabu-sabu berbentuk kristal, biasanya berwarna putih, dan dikonsumsi
dengan cara membakarnya di atas aluminium foil sehingga mengalir dari ujung satu
ke arah ujung yang lain. Kemudian asap yang ditimbulkannya dihirup dengan
sebuah Bong (sejenis pipa yang didalamnya berisi air). Air Bong tersebut berfungsi
sebagai filter karena asap tersaring pada waktu melewati air tersebut. Ada sebagian
pemakai yang memilih membakar Shabu dengan pipa kaca karena takut efek jangka
panjang yang ditimbulkan aluminium foil yang terhirup. Sabu sering dikeluhkan
sebagai penyebab paranoid (rasa takut yang berlebihan), Menjadi sangat sensitif
(mudah tersinggung), terlebih bagi mereka yang sering tidak berpikir positif, dan
halusinasi visual. Masing-masing pemakai mengalami efek tersebut dalam kadar
yang berbeda. Selain itu, pengguna Sabu sering mempunyai kecenderungan untuk
memakai dalam jumlah banyak dalam satu sesi dan sukar berhenti kecuali jika Sabu
yang dimilikinya habis. Hal itu merupakan suatu tindakan bodoh dan sia-sia
mengingat efek yang diinginkan tidak lagi bertambah. Beberapa pemakai
mengatakan Sabu tidak mempengaruhi nafsu makan. Namun sebagian besar
mengatakan nafsu makan berkurang jika sedang mengkonsumsi Sabu. Bahkan
banyak yang mengatakan berat badannya berkurang drastis selama memakai Sabu.
Apabila dilihat dari pengaruh penggunaannya terhadap susunan saraf pusat
manusia,Psikotropika dapat dikelompokkan menjadi :
1) Depresant yaitu yang bekerja mengendorkan atau mengurangi aktifitas susunan
saraf pusat.
2) Hallusinogen yaitu yang bekerja menimbulkan rasa perasaan halusinasi atau
khayalan. Disamping itu Psikotropika dipergunakan karena sulitnya mencari
Narkotika dan mahal harganya. Penggunaan Psikotropika biasanya dicampur
dengan alkohol atau minuman lain seperti air.

B. Pengertian Sistem Saraf


Jaringan saraf merupakan jaringan komunikasi yang terdiri dari jaringan sel-
sel khusus dan dibedakan menjadi dua, sel neuron dan sel neoroglia. Sel neuron
adalah sel saraf yang merupakan suatu unit dasar dari sistem saraf. Sel ini bertugas
melanjutkan informasi dari organ penerima rangsangan kepusat susunan saraf dan
sebaliknya.
1. Bagian-bagian sel saraf
Sel neuron terdiri atas tiga bagian
a. Badan sel yang mengandung nukleus dannukleolus serta berwarna kelabu,
b. Dendrit merupakan lanjutan plasma yangberfungsi menyampaikan impuls saraf
(informasi) menuju ke badan sel dan
c. akson,berfungsi meneruskan informasi dari badan sel ke sel lain.

Berdasarkan fungsinya, sel neuron dapat dibedakan menjadi 4 Bagian:


a. Neuron sensorik (nouron aferen) yauitu sel saraf yang bertugas menyampaikan
rangsangan dari reseptor ke pusat susunan saraf. Neuron memiliki dendrit
yangberhubungan dengan reseptor (penerima rangsangan) dan neurit yang
berhubungandengan sel saraf lainnya.
b. Neuron Motorik (nouronaferen), yaitu sel saraf yang berfungsi
untukmenyampaikan impuls motorik dari susunan saraf pusat ke saraf efektor.
Dendritmenerima impuls dari akson neoron lain sedangkan aksonnya berhubungan
dengan
efektor.
c. Neuron konektor adalah sel saraf yang bertugas menghubungkan antara
neuronyang satu dengan yang lainnya.
d. Neuron ajustor, yaitu sel saraf yang bertugas menghubungkan neuron sensorik
danneuron motorik yang terdapat di dalam sumsum tulang belakang atau di otak.

2. Cara kerja sistem saraf


Jaringan saraf terdiri dari 3 komponen yang mempunyai struktur dan fungsi
yang berbeda, yaitu sel saraf (neuron) yang mampu menghantarkan impuls, sel
Schwann yang merupakan pembungkus kebanyakan akson dari sistem saraf perifir
dan sel penyokong (neuroglia) yang merupakan sel yang terdapat diantara neuron
dari sistem saaf pusat. Oleh karena itu saraf dari sistem saraf perifiritu di bangun
oleh neuron dan sel schwann, sedangkan traktus yang terdapat diotak dan susm-
sum tulang belakang dibentuk oleh neuron dan neuroglia.Untuk mengetahui
perubahan-perubahan listrik didalam saraf, perlu diketahui dulu sifat-sifat akson.
Akson dari kebanyakan hewan mamalia umumnya relatif kecil, untuk itu didalam
percobaan digunakan akson raksasa yang terdapat pada hewan invertebrat seperti
cumi-cumi dan gurita. Berbagai bangunan yang dapat ditemukan dalam sistem saraf
hewan yaitu otak, serabut saraf, plektus, dan ganglia. Serabut saraf yaitu kumpulan
akson dari sejumlah sel saraf baik sejenis maupun tidak sejenis. Contoh serabut
yang sejenis adalah serabut eferen, serabut campuran contohnya adalah campuran
antara sejumlah akson dari sel saraf motorik dan sensorik. Apabila rangsangan
dengan kekuatan tertentu diberikan kepada membran sels araf, membran akan
mengalami perubahan elektrokimia dan perubahan fisiologis. Perubahan tersebut
berkaitan dengan adanya perubahan permeabilitas membran yang menyebabkan
terjadinya permiabel tehadap Na+ dan sangat kurang permiabel terhadap K+.

Depolarisasi yang timbul hanya pada bagian yang dirangsang dinamakan


depolarisasi lokal. Pada bagian tersebut terbentuk arus lokal. Apabila rangsangan
yang diberi cukup kuat, arus lokal yang timbul pada membran yang
terdepolarisasiakan merangsang membran disebelahnya yang masih dalam keadaan
istirahat, sehingga sebagian membran tersebut akan ikut terdepolarisasi. Peristiwa
ini menunjukkan penjalaran impuls. Depolarisasi adalah nilai potensial aksi yang
terjadi
akibat adanya rangsangan. Bagian otak depan terakhir adalah telensefalon, telah
mengalami perubahan sangat besar selama evolusi vertebrata. Pada ikan dan
amphibi, telensefalon lebih dari sekedar suatu penciuman, tapi dapat juga menerima
input dari bulbus olfaktori. Suatu refleks adalah setiap respon yang terjadi secara
otomatis tanpa disadari.

Terdapat dua macam refleks:


a. Refleks sederhana atau refleks dasar, yang menyatu tanpa dipelajari, misalnya
refleks menutup mata bila ada benda yang menuju ke mata.
b. Refleks yang dipelajari, atau refleks kondisiskan yang dihasilakan dengan
belajar. Rangkaian jalur saraf yang terlibat dalam aktifitas refleks disebut lengkung
refleks, yang terdiri atas lima komponen dasar:
i) reseptor
ii) saraf eferen
iii) pusatpengintegrasi
iv) saraf eferen
v) efektor.

C. Pengaruh Narkoba terhadap Sistem Saraf Manusia


Pengaruh Narkoba pada seseorang sangat tergantung pada jenis narkoba yang
dipakai, kepribadian pemakai dan situasi atau kondisi pemakai. Secara umum,
dampak kecanduan narkoba dapat terlihat pada fisik, psikis maupun sosial
seseorang.
Penggunaan obat-obatan ini memiliki pengaruh terhadap kerja sistem saraf,
misalnya hilangnya koordinasi tubuh, karena di dalam tubuh pemakai, kekurangan
dopamin. Dopamin merupakan neurotransmitter yang terdapat di otak dan berperan
penting dalam merambatkan impuls saraf ke sel saraf lainnya. Hal ini menyebabkan
dopamin tidak dihasilkan. Apabila impuls saraf sampai pada bongkol sinapsis,
maka gelembung-gelembung sinapsis akan mendekati membran presinapsis.
Namun karena dopamin tidak dihasilkan, neurotransmitte tidak dapat melepaskan
isinya ke celah sinapsis sehingga impuls saraf yang dibawa tidak dapat menyebrang
ke membran post sinapsis. Kondisi tersebut menyebabkan tidak terjadinya
depolarisasi pada membran post sinapsis dan tidak terjadi potensial kerja karena
impuls saraf tidak bisa merambat ke sel saraf berikutnya. Pengaruh lainnya yaitu
merusak organ-organ tubuh terutama otak, dan syaraf yang mengatur pernafasan.
Banyak yang meninggal karena sesak nafas, dan tiba-tiba berhenti bernafas karena
saraf yang mengendalikan pernafasan sudah rusak dan tidak ada lagi instruksi untuk
bernafas, sehingga pernafasannya putus atau berhenti, paranoid, otak sulit
digunakan untuk berpikir dan konsentrasi, nafsu makan menurun, memiliki rasa
gembira yang berlebihan, denyut jantung cepat, Pupil mata melebar, Tekanan darah
meningkat, berkeringat atau merasa dingin, sering mual atau muntah.
Gangguan detak jantung, perdarahan otak, Hiperpireksia atau syok pada pembuluh
darah jantung yang berakibat meninggal.
Hampir semua obat adiktif, secara langsung atau tidak langsung,
menyerangsistem imbalan otak dengan membanjiri sirkuit dengan dopamin.
Akibatnya, dampak kimia di sirkuit pahala berkurang, mengurangikemampuan
pelaku untuk menikmati hal-hal yang sebelumnya membawa kesenangan.
Penurunan ini memaksa mereka kecanduan dopamin untuk meningkatkan
konsumsi obat dalam rangka upaya untuk membawa hormon "merasa-baik" mereka
ke tingkat normal, efek yang dikenal sebagai toleransi. Pengembangan toleransi
dopamine akhirnya dapat mengakibatkan perubahan mendasar dalam neuron dan
sirkuit otak, dengan potensi untuk sangat membahayakan kesehatan jangka panjang
dari otak.
Sebagai orang yang berkembang menjadi ketergantungan obat, ia memasuki
keadaan allostatic baru, yang didefinisikan sebagai perbedaan dari tingkat
normal perubahan yang bertahan dalam keadaan kronis. Kecanduan obat-obatan
dapat menyebabkan kerusakan otak dan tubuh sebagai suatu organisme memasuki
keadaan patologis.
Setelah seseorang telah beralih dari penggunaan obat untuk kecanduan,
perilaku menjadi benar-benar diarahkan mencari obat, meskipun pecandu laporan
euforia ini tidak intens seperti dulu. Meskipun tindakan yang berbeda selama
penggunaan obat akut, jalur akhir dari kecanduan adalah sama. Aspek lain dari
kecanduan narkoba merupakan respon menurun menjadi rangsangan biologis
normal, seperti makanan, seks, dan interaksi sosial. Melalui pencitraan otak
fungsional pasien kecanduan kokain, para ilmuwan telah mampu
memvisualisasikan aktivitas metaboli meningkat pada cingulate anterior dan
korteks orbitofrontal (daerah korteks prefrontal) di otak subjek tersebut.
Hiperaktifitas daerah ini dari otak pada subyek kecanduan terlibat dalam motivasi
lebih intens untuk menemukan obat daripada mencari manfaat alami, serta
kemampuan pecandu menurun untuk mengatasi dorongan ini. Brain imaging juga
telah menunjukkan kecanduan kokain-subyek mengalami penurunan aktivitas,
dibandingkan non-pecandu, di korteks prefrontal.

D. Pencegahan dan Pengobatan


Masalah pencegahan narkoba adalah masalah yang kompleks yang pada
umumnya disebabkan oleh tiga faktor yaitu: faktor individu, faktor lingkungan dan
faktor ketersediaan, menunjukkan bahwa pencegahan penyalahgunaan
narkobayang efektif memerlukan pendekatan yang terpadu dan komprehensif. Oleh
karena itu peranan semua sektor terkait, termasuk para orang tua, para guru, tokoh-
tokoh masyarakat dan agama, kelompok remaja dalam pencegahan narkoba sangat
penting.
Banyak yang masih bisa dilakukan untuk mencegah remaja menyalahgunakan
narkoba dan membantu remaja yang sudah terjerumus penyalahgunaan narkoba.
Ada tigatingkat intervensi, yaitu:
1. Primer, sebelum penyalahgunaan terjadi, biasanya dalam bentuk pendidikan,
penyebaran informasi mengenai bahaya narkoba, pendekatan melalui keluarga,
teman sebaya, dan instansi pemerintah. Dalam hal ini sebelum penyalahgunaan
narkoba terjadi hendaknya keluarga, teman sebaya dan suatu instansi pemerintah
melakukan sosialisasi tentang dampak dari penggunaan narkoba, sehingga yang
diberikan sosialisasi menjadi tahu dampaknya dan akan menghindari narkoba.
2. Sekunder, pada saat penggunaan sudah terjadi dan diperlukan upaya penyembuhan
(Fase ini meliputi: Fase penerimaan awal antara 1-3 hari dengan melakukan
pemeriksaan fisik dan mental, dan Fase detoksifikasi dan terapi komplikasi medik,
antara 1-3 minggu untuk melakukan pengurangan ketergantungan bahan-bahan
adiktif secara bertahap.
3. Tersier, yaitu upaya untuk merehabilitasi merekayang sudah memakai dan dalam
proses penyembuhan. Tahap ini biasanya terdiri atas Fase stabilisasi, antara 3-12
bulan, untuk mempersiapkan pengguna kembali ke masyarakat, dan Fase sosialiasi
dalam masyarakat, agar mantan penyalahguna narkoba mampu mengembangkan
kehidupan yang bermakna di masyarakat. Tahap ini biasanya berupa kegiatan
konseling, membuat kelompok-kelompok dukungan, mengembangkan kegiatan
alternatif.

Dalam hal pencegahan penyalahgunaan narkoba, dapat mencegahnya melalui


berbagai pihak, yaitu:
1. Dari diri sendiri
-Meningkatkan keimanan dan ketakwaan
-Memilih lingkungan pergaulan yang sehat
-Komunikasi yang baik
-Hindari pintu masuk narkoba yaitu rokok

2. Peran Keluarga
- Menciptakan rumah yang sehat, serasi, harmonis, cinta, kasih sayang
dankomunikasi terbuka.
- Mengasuh, mendidik anak yang baik.
- Menjadi contoh yang baik bagi anaknya
- Menjadi pengawas yang baik untuk anaknya
- Keluarga atau orangtua memberitahu sedini mungkin kepada anaknya tentang
bahayanya menggunakan narkoba..

3. Peran Tokoh Masyarakat


- Mengikutsertakan dalam pengawasan narkoba dan pelaksanaan Undang-Undang.
- Mengadakan penyuluhan, kampanye pencegahan penyalahgunaan narkoba.
- Merujuk korban narkoba ke tempat pengobatan.
- Merencanakan, melaksanakan dan mengkoordinir program-program pencegahan
penyalahgunaan narkoba.
Apabila yang mengkonsumsi narkoba adalah pelajar Adapun upaya-
upaya lebih kongkret yang dapat kita lakukan adalah melakukan kerja sama dengan
pihak yang berwenang untuk melakukan penyuluhan tentang bahaya narkoba, atau
mengadakan razia mendadak secara rutin. Kemudian pendampingan dari orang tua
siswa itu sendiri dengan memberikan perhatian dan kasih sayang.Pihak sekolah
harus melakukan pengawasan yang ketat terhadap gerak-gerik anak didiknya,
karena biasanya penyebaran narkoba sering terjadi di sekitar lingkungan sekolah.
Yang tak kalah penting adalah, pendidikan moral dan keagamaan harus lebih
ditekankan kepada siswa.Karena salah satu penyebab terjerumusnya anak-anak ke
dalam lingkaran setan ini adalah kurangnya pendidikan moral dan keagamaan yang
mereka serap, sehingga perbuatan tercela seperti ini pun, akhirnya mereka
terjerumus kedalam perbuatan seperti itu. Oleh sebab itu, mulai saat ini, kita selaku
pendidik, pengajar, dan sebagai orang tua, harus sigap dan waspada, akan bahaya
narkoba yang sewaktu-waktu dapat menjerat anak-anak kita sendiri. Dengan berbagai upaya
tersebut di atas, diharapkan para pendidik dapat menjaga dan mengawasi anak didik atau siswa dari
bahaya narkoba tersebut, sehingga harapan bangsa untuk meneruskan generasi yang cerdas dan
tangguh di masa yang akan datang dapat terealisasikan dengan baik dan dapat terwujud.

Pengobatan Narkoba:
1. Pengobatan adiksi (detoks)
2. Pengobatan infeksi
3. Rehabilitasi
4. Pelatihan mandiri
Pertolongan Pertama
Pertolongan pertama penderita dimandikan dengan air hangat, minum
banyak, makanmakanan bergizi dalam jumlah sedikit dan sering dan dialihkan
perhatiannya darinarkoba.Bila tidak berhasil perlu pertolongan dokter. Pengguna
harus diyakinkan
bahwa gejala-gejala sakaw mencapai puncak dalam 3-5 hari dan setelah 10 hari
akanhilang.
Empat Cara Alternatif Menurunkan Risiko terhadap Bahaya Narkoba
1. Menggunakan jarum suntik sekali pakai
2. Mensuci hamakan (sterilisasi) jarum suntik
3. Mengganti kebiasaan menyuntik dengan menghirup atau oral dengan tablet
4. Menghentikan sama sekali penggunaan narkoba
Cara penyembuhan terhadap pecandu narkoba:
1. Detoksifikasi
Detoksifikasi adalah proses menghilangkan racun (zat narkotika atau adiktif
lain) daritubuh dengan cara menghentikan total pemakaian semua zat adiktif yang
dipakai ataudengan penurunan dosis obat pengganti.Detoksifikasi bisa dilakukan
dengan berobat jalan atau dirawat di rumah sakit.Biasanya proses detoksifikasi
dilakukan terus menerus selama satu sampai tigaminggu, hingga hasil tes urin
menjadi negatif dari zat adiktif.
2. Rehabilitasi
Setelah menjalani detoksifikasi hingga tuntas (tes urin sudah negatif), tubuh
secarafisik memang tidak “ketagihan” lagi, namun secara psikis ada rasa rindu dan
kangenterhadap zat tersebut masih terus membuntuti alam pikiran dan perasaan
sang
pecandu. Sehingga sangat rentan dan sangat besar kemungkinan kembali mencandu
dan terjerumus lagi.Untuk itu setelah detoksifikasi perlu juga dilakukan proteksi
lingkungan danpergaulan yang bebas dari lingkungan pecandu, misalnya dengan
memasukkanmantan pecandu ke pusat rehabilitasi.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Narkoba adalah singkatan dari narkotika dan obat berbahaya. Selain "narkoba",
istilah lain yang diperkenalkan khususnya oleh Departemen Kesehatan Republik
Indonesia adalah Napza yang merupakan singkatan dari Narkotika, Psikotropika
dan Zat Adiktif. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi
seseorang seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta prilaku seseorang jika masuk
kedalam tubuh manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, disuntik,
intravena dan lain-lain sebagainya.
2. Jaringan saraf merupakan jaringan komunikasi yang terdiri dari jaringan sel-sel
khusus dan dibedakan menjadi dua sel, yaitu sel neuron dan sel neoroglia.
3. Penggunaan narkoba memiliki pengaruh terhadap kerja sistem saraf, misalnya
hilangnya koordinasi tubuh, karena di dalam tubuh pemakai, kekurangan
neurotransmitter yang terdapat di otak yangberperan penting dalam merambatkan
impuls saraf ke sel saraf lainnya
4. Peranan semua sektor terkait, termasuk para orang tua, para guru, tokoh-tokoh
masyarakat dan agama, kelompok remaja dalam pencegahan narkoba adalah sangat
penting.

B. SARAN
1. Jangan pernah mencoba narkoba walaupun itu hanya sedikit.
2. Pemerintah harus memberantas peredaran narkoba di Indonesia.
3. orang tua harus memberikan perhatian yang lebih pada anak jangan dan jalin
komunikasi yang baik dengan anak agar tidak terjerumus dalam penyalahgunaan
narkoba.
4. Perlu peningkatan kerja sama antara masyarakat dengan aparat untuk memberantas
peredaran narkoba.
5. Remaja harus diperhatikan oleh semua pihak agar tidak terjerumus pada
penyalahgunaan narkoba.
Makalah pengaruh narkoba terhadap sistem saraf

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Zaman globalisasi seperti saat ini mempengaruhi dan bahkan membuat nilai-nilai
moral dalam kehidupan menjadi kurang diperhatikan lagi. Pergaulan semakin bebas
sehingga memicu terjadinya perbuatan yang tidak baik bagi kesehatan, yaitu
mengonsumsi Narkoba. Banyak faktor yang melandasi hal tersebut, seperti faktor
pergaulan yang tidak sehat, ingin coba-coba, dan lain sebagainya.

Selain itu, faktor lainnya yaitu tidak adanya atau kurangnya pengetahuan
masyarakat mengenai efek samping atau akibat yang dapat ditimbulkan dari penggunaan
obat terlarang seperti narkoba.

Maraknya penggunaan narkoba saat ini tidak hanya tren di kalangan para pemuda
yang sudah tidak menduduki bangku sekolah lagi, saat ini penggunaan narkoba telah
merajalela di kalangan para pelajar, orang dewasa dan bahkan pada usia lanjut. Semua itu
dikarenakan kurangnya pengetahuan mengenai bahaya narkoba dan kurangnya sosialisasi
dampak-dampak penggunaan narkoba bagi kesehatan. Oleh karena itu, penulis akan
memfokuskan pembahasan mengenai dampak penggunaan narkoba terhadap
sistem saraf manusia.
1.2 TUJUAN

Penulisan makalah ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui jenis-jenis narkoba yang dapat mempengaruhi sistem saraf manusia


2. Mengetahui bagaimana narkoba dapat berpengaruh terhadap sistem saraf manusia
3. Mengetahui apa pengaruh narkoba terhadap system saraf manusia

1.3 MANFAAT

Dengan mempelajari makalah ini, para pembaca dapat mengetahui :


1. Jenis-jenis narkoba yang dapat mempengaruhi system saraf manusia
2. Bagaimana narkoba dapat berpengaruh terhadap system saraf
3. Apa pengaruh narkoba terhadap system saraf manusia

BAB II
PEMBAHASAN
2. 1 TINAJUAN PUSTAKA

Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seseorang
seperti perasaan, pikiran, suasana hati serta prilaku seseorang jika masuk kedalam tubuh
manusia baik dengan cara dimakan, diminum, dihirup, disuntik, intravena dan lain-lain
sebagainya.

Sebenarnya, narkoba ini digunakan di rumah sakit-rumah sakit, seperti narkotika


yang digunakan untuk menghilangkan rasa sakit pasien pada saat operasi. Untuk
pemakaian ini, narkotika harus digunakan sesuai dengan dosis yang tepat dan di bawah
pengawasan dokter. Namun, karena efeknya yang dianggap dapat membuat jiwa lebih
tenang dan nyaman, ada upaya sebagian orang untuk menyalahgunakannya, yaitu
menenangkan jiwa yang sedang kacau sehingga beban tersebut terasa hilang. Padahal,
beban tersebut tetap ada, malahan pemakaian obat-obatan tersebut menambah masalah
baru bagi dirinya, terutama kesehatannya. Masalah tersebut akan timbul apabila si
pemakai telah merasa ketagihan, yaitu dengan rusaknya alat tubuh terutama sistem saraf,
penurunan gairah seksual, dan kemandulan.

Sistem saraf adalah sistem yang memiliki fungsi untuk menerima dan merespon
rangsangan. Terdiri dari otak, saraf tulang belakang, simpul-simpul syaraf dan serabut
syaraf.

Salah satu akibat narkoba adalah mempengaruhi kerja otak. Pemakaian


narkoba sangat mempengaruhi kerja otak yang berfungsi sebagai pusat kendali
tubuh dan mempengaruhi seluruh fungsi tubuh. Karena bekerja pada otak,
narkoba mengubah suasana perasaan, cara berpikir, kesadaran dan perilaku
pemakainya.

Menurut Laurensius Daniel Agen, SKM, Dosen Akper Darma Insan


Pontianak, ada beberapa macam pengaruh narkoba pada kerja otak. Ada yang
menghambat kerja otak, disebut depresansia, sehingga kesadaran menurun dan
timbul kantuk. Contoh golongan ini adalah opioida yang di masyarakat awan
dikenal dengan candu, morfin, heroin dan petidin. Kemudian obat penenang atau
obat tidur (sedativa dan hipnotika) seperti pil BK, Lexo, Rohyp, MG dan
sebagainya, serta alkohol. (Obat Narkoba berupa Home Formula Nomor 8 dengan
panjang gelombang 453 nanometer bekerja pada sistem Medulla Oblongata
sebagai anti-depresi).

Namun ada pula narkoba yang memacu kerja otak, disebut stimulansia,
sehingga timbul rasa segar dan semangat, percaya diri meningkat, hubungan
dengan orang lain menjadi akrab. Akan tetapi menyebabkan tidak bisa tidur,
gelisah, jantung berdebar lebih cepat dan tekanan darah meningkat. Contohnya
adalah amfetamin, ekstasi, shabu, kokain, dan nikotin yang terdapat dalam
tembakau. Ada pula narkoba yang menyebabkan khayal, disebut halusinogenika.
Contoh LSD. Ganja menimbulkan berbagai pengaruh, seperti berubahnya persepsi
waktu dan ruang, serta meningkatnya daya khayal, sehingga ganja dapat
digolongkan sebagai halusinogenika.

Agen mengatakan, dalam sel otak terdapat bermacam-macam zat kimia


yang disebut neurotransmitter. Zat kimia ini bekerja pada sambungan sel saraf
yang satu dengan sel saraf lainnya (sinaps). Beberapa di antara neurotransmitter
itu mirip dengan beberapa jenis narkoba. Semua zat psikoaktif (narkotika,
psikotropika dan bahan adiktif lain) dapat mengubah perilaku, perasaan dan
pikiran seseorang melalui pengaruhnya terhadap salah satu atau beberapa
neurotransmitter. Neurotransmitter yang paling berperan dalam terjadinya
ketergantungan adalah dopamin. (Obat Narkoba berupa Home Formula Nomor 2
bekerja pada kelenjar pineal,Obat Narkoba,HF 4 bekerja pada kelenjar
Hipotalamus, Obat Narkoba,HF 5 bekerja pada kelenjar Limbic dalam otak untuk
menormalkan sistem saraf dan mood)

2.2 ISI

Narkoba terdiri dari berbagai macam dan berbagai jenis, namun secara umum ada
jenis tertentu dari narkoba yang tepat berpengaruh terhadap system saraf manusia.

Ada empat macam obat yang berpengaruh terhadap sistem saraf, yaitu:

1. Sedatif, yaitu golongan obat yang dapat mengakibatkan menurunnya


aktivitas normal otak. Contohnya valium.
2. Stimulans, yaitu golongan obat yang dapat mempercepat kerja otak. Contohnya kokain.
Kokain adalah zat yang adiktif yang sering disalahgunakan dan merupakan zat yang sangat
berbahaya. Kokain merupakan alkaloid yang didapatkan dari tanaman
belukar Erythroxylon coca, yang berasal dari Amerika Selatan, dimana daun dari tanaman
belukar ini biasanya dikunyah-kunyah oleh penduduk setempat untuk mendapatkan efek
stimulan. Saat ini Kokain masih digunakan sebagai anestetik lokal, khususnya untuk
pembedahan mata, hidung dan tenggorokan, karena efek vasokonstriksifnya juga
membantu. Kokain diklasifikasikan sebagai suatu narkotik bersama dengan morfin dan
heroin karena efek adiktif dan efek merugikannya telah dikenali. Kokain digunakan karena
secara karakteristik menyebabkan elasi, euforia, peningkatan harga diri dan perasan
perbaikan pada tugas mental dan fisik. Kokain dalam dosis rendah dapat disertai dengan
perbaikan kinerja pada beberapa tugas kognitif. Pada penggunaan Kokain dosis tinggi
gejala intoksikasi dapat terjadi, seperti agitasi iritabilitas gangguan dalam pertimbangan
perilaku seksual yang impulsif dan kemungkinan berbahaya agresi peningkatan
aktivitas psikomotor Takikardia Hipertensi Midriasis. Setelah menghentikan pemakaian
Kokain atau setelah intoksikasi akut terjadi depresi pascaintoksikasi ( crash ) yang ditandai
dengandisforia, anhedonia, kecemasan, iritabilitas, kelelahan, hipersomnolensi, kadang-
kadang agitasi. Pada pemakaian kokain ringan sampai sedang, gejala putus Kokain
menghilang dalam 18 jam. Pada pemakaian berat, gejala putus Kokain bisa berlangsung
sampai satu minggu, dan mencapai puncaknya pada dua sampai empat hari. Gejala putus
Kokain juga dapat disertai dengan kecenderungan untuk bunuh diri. Orang yang
mengalami putus Kokain seringkali berusaha mengobati sendiri gejalanya dengan alkohol,
sedatif, hipnotik, atau obat antiensietas seperti diazepam ( Valium ).
3. Halusinogen, yaitu golongan obat yang mengakibatkan timbulnya penghayalan pada si
pemakai. Contohnya ganja, ekstasi, dan sabu-sabu.
4. Painkiller, yaitu golongan obat yang menekan bagian otak yang
bertanggung jawab sebagai rasa sakit. Contohnya morfin dan heroin. Morfin
adalah hasil olahan dari opium/candu mentah. Morfin merupaakan alkaloida
utama dari opium ( C17H19NO3 ) . Morfin rasanya pahit, berbentuk tepung halus
berwarna putih atau dalam bentuk cairan berwarna. Pemakaiannya dengan cara
dihisap dan disuntikkan, sedangkan Heroin mempunyai kekuatan yang dua kali
lebih kuat dari morfin dan merupakan jenis opiat yang paling sering
disalahgunakan orang di Indonesia pada akhir - akhir ini . Heroin, yang
secara farmakologis mirip dengan morfin menyebabkan orang menjadi
mengantuk dan perubahan mood yang tidak menentu. Walaupun pembuatan,
penjualan dan pemilikan heroin adalah ilegal, tetapi diusahakan heroin tetap
tersedia bagi pasien dengan penyakit kanker terminal karena
efek analgesik dan euforik-nya yang baik.
Penggunaan obat-obatan ini memiliki pengaruh terhadap kerja sistem saraf,
misalnya hilangnya koordinasi tubuh, karena di dalam tubuh pemakai, kekurangan
dopamin. Dopamin merupakan neurotransmitter yang terdapat di otak dan berperan
penting dalam merambatkan impuls saraf ke sel saraf lainnya. Hal ini menyebabkan
dopamin tidak dihasilkan. Apabila impuls saraf sampai pada bongkol sinapsis, maka
gelembung-gelembung sinapsis akan mendekati membran presinapsis.

Namun karena dopamin tidak dihasilkan, neurotransmitte tidak dapat


melepaskan isinya ke celah sinapsis sehingga impuls saraf yang dibawa tidak dapat
menyebrang ke membran post sinapsis. Kondisi tersebut menyebabkan tidak terjadinya
depolarisasi pada membran post sinapsis dan tidak terjadi potensial kerja karena impuls
saraf tidak bisa merambat ke sel saraf berikutnya.

Efek lain dari penggunaan obat-obatan terlarang adalah hilangnya kendali otot
gerak, kesadaran, denyut jantung melemah, hilangnya nafsu makan, terjadi kerusakan
hati dan lambung, kerusakan alat respirasi, gemetar terus-menerus, terjadi kram perut
dan bahkan mengakibatkan kematian.
Untuk menyembuhkan para pencandu diperlukan terapi yang tepat dengan
mengurangi konsumsi obat-obatan sedikit demi sedikit di bawah pengawasan dokter dan
diperlukan dukungan moral dari keluarga serta lingkungannya yang diiringi oleh tekad si
pemakai untuk segera sembuh. Hal yang paling penting adalah ditumbuhkannya nilai
agama dalam diri si pemakai.

BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas dapat diketahui bahwa ada beberapa jenis narkoba
yang berpengaruh terhadap system saraf manusia antara lain Valium yang mempengaruhi
kualitas moral otak, kokain yang mempengaruhi cara kerja otak, ganja, ekstasi & sabu-
sabu yang mempengaruhi timbulnya penghayalan bagi diri si pemakai, dan yang terakhir
adalah morfin dan heroin yang menekan bagian otak yang bertanggung jawab sebagai
rasa sakit.
Sangat banyak bahaya yang dapat ditimbulkan dari pemakaian narkoba
tersebut, jadi sebisa mungkin kita harus menghindari pemakaian narkoba tersebut.

3.2 SARAN

Setelah mempelajari makalah ini, penulis mengharapkan agar para pembaca


senantiasa menghindari pemakaian atau penyalahgunaan narkoba.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa kiranya tidak
menutup kemungkinan terjadi berbagai kesalahan, oleh karena itu penulis pengharapkan
kritikan dan saran dari pihak pembaca yang bertujuan untuk penyempurnaan makalah ini.
Terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai