Anda di halaman 1dari 8

Strength 1.

Penelitian dilakukan untuk melihat hubungan antara modal


(Kekuatan)
sosial individu dengan adanya peningkatan kualitas tidur
yang ditandai dengan adanya penurunan tingkat kecemasan
dan stress yang dirasakan oleh individu yang mengisolasi
diri selama 14 hari. Modal sosial individu merupakan suatu
kapasitas individu dalam memperoleh suatu barang
material ata simbolik yang bernilai berdasarkan hubungan
sosial atau keanggotaan dalam suatu kelompok (Fathy,
2019). Modal sosial pada dasarnya berkaitan dengan
bagaimana ikatan atau kohesi sosial seseorang dalam suatu
kelompok dengan memanfaatkan relasi-relasi sosial.
Adanya modal sosial individu, akan memudahkan
seseorang yang menhisolasi diri selama 14 hari dengan
membangun komunikasi dengan masyarakat di sekitarnya
baik dalam memenuhi kebutuhan dengan mengembangkan
hubungan saling menguntungkan satu sama lain.
2. Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini, tidak
hanya kuesioner Personal Social Capital Scale 16 (PSCI-
16) yang digunakan untuk mengukur modal sosial individu,
namun juga terdapat 3 kuesioner lainnya yaitu kuesioner
Self-Rating Anxiety Scale (SAS) yang digunakan untuk
mengukur kecemasan, Stanford Acute Stress Reaction
(SASR) yang digunakan untuk mengukur stress dan
Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) yang digunakan
untuk mengukur kualitas tidur. Penggunaan instrumen
dalam mengukur setiap variabel ini akan memperlihatkan
lebih jelas dan detail bagaimana hubungan antara modal
sosial individu dengan kualitas tidur yang diengaruhi oleh
stress dan juga kecemasan pada individu yang mengisolasi
diri selama 14 hari.
3. Scope responden dalam penelitian ini tidak hanya individu
dewasa yang mengisolasi diri setelah infeksi ringan
COVID-19 namun juga meliputi individu dengan dugaan
kasus infeksi COVID-19 dan individu yang mungkin
terpapar virus di lingkungan hidup, sehingga karakteristik
cakupan sampel lebih banyak. Menurut Rahyuda (2017),
ciri-ciri sampel yang ideal adalah meliputi seluruh dari
unsur sampel yang ada dan menghasilkan gambaran yang
dipercaya dari seluruh populasi yang diteliti. Selain itu
sampel yang akurat adalah sejauh mana statstik sampel
dapat mengestimasi parameter populasi dengan tepat.
Weakness 1. Jumlah partisipan sedikit hanya pada China tengah (170
(Kekurangan)
partisipan) sehingga kurang mewakili populasi penduduk
China yang melakukan isolasi mandiri. Data penduduk di
China yang melakukan isolasi mandiri belum terhitung
secara epidemiologi, hanya terhitung jumlah total
penduduk yang terkonfirmasi covid-19. Data jumlah
penduduk yang melakukan isolasi mandiri masih terhitung
berdasarkan wilayah di China seperti Kota Shenzhen yang
merupakan salah satu kota di bagian China tengah
memiliki jumlah penduduk 18.250 jiwa yang diketahui
melakukan isolasi mandiri (Wang et al., 2020). Jumlah
populasi total yang tidak diketahui dapat digunakan rumus
pengambilan sampel yaitu populasi infinite (populasi yang
tidak diketahui) menggunakan rumus lameshow agar
sampel yang digunakan dapat mewakili populasi dan
menggeneralisasi (Siswanto, Susila, & Suyanto., 2013).
2. Tujuan dari penelitian ini kurang jelas dan hasil penelitian
kurang dapat memberikan hasil sesuai dengan tujuan
penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki efek
modal sosial terhadap kualitas tidur dan mekanisme yang
terlibat pada orang yang mengisolasi diri di rumah selama
14 hari pada Januari 2020 selama epidemi COVID-19 di
China tengah, namun hasil penelitian lebih mengarah ke
deskripsi atau gambaran dari modal sosial, tingkat stress,
dan kualitas tidur serta evaluasi hubungan antara modal
sosial dan kecemasan, stres, dan kualitas tidur pada
penduduk China yang melakukan isolasi mandiri selama
14 hari.
3. Jumlah partisipan pada penelitian ini lebih banyak laki-laki
daripada perempuan. Jumlah partisipan laki-laki dan
perempuan dalam penelitian ini memiliki perbedaan yang
signifikan. Sehingga hasil yang diperoleh lebih
mendominasi dari perspektif laki-laki oleh karena itu
strategi yang dikembangkan kurang mencangkup
perspektif perempuan.
4. Partisipan pada penelitian ini memiliki perbedaan asal
yang signifikan yaitu antara yang berasal dari perkotaan
dan perdesaan. Partisipan yang berasal dari kota adalah
152 partisipan dan yang berasal dari pedesaan adalah 8
partisipan. Hal ini akan mempengaruhi hasil penelitian
karena penduduk yang berasal dari perkotaan dan
perdesaan memiliki karakteristik yang berbeda.
Masyarakat perdesaan memiliki karakteristik bentuk
kesatuan masyarakat atau komunitas penduduk yang
bertempat tinggal dalam suatu lingkungan dimana saling
mengenal dengan baik karena corak kehidupan yang relatif
homogen dan memiliki hubungan yang lebih dekat
sedangkan masyarakat perkotaan cenderung bersifat
heterogen dan individualisme yang tinggi (Luthfia, 2013).
Sehingga hasil data yang diperoleh tidak dapat
didistribusikan secara merata antara dampak bagi
masyarakat perkotaan dan dampak bagi masyarakat
perdesaa.
5. Kurangnya pengawasan dalam pengisian kuesioner dan
hanya mengandalkan kemampuan partisipan dalam
mengartikan pertanyaan dan memberikan tanggapan dalam
kuesioner dapat mempengaruhi hasil penelitian dan
menimbulkan bias. Tanggapan partisipan tidak diverifikasi
secara objektif sehingga beberapa hubungan sebab akibat
mungkin terlewatkan.
Opportunity 1. Modal sosial dapat diterapkan dengan tujuan dapat
(Peluang)
mengurangi kecemasan dengan berinteraksi dan mendapat
dukungan sosial dari orang lain. Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh Luo et al (2020), menemukan bahwa
dampak psikologis COVID-19 paling banyak ditemukan
pada petugas kesehatan dan masyarakat umum. Selain itu,
penelitian yang dilakukan oleh Nurjanah (2020), terdapat
sebanyak 10 orang (33,3%) dari 30 orang responden yang
melakukan karantina di rumah karena dalam pemeriksaan
rapid test dan Swab mengalami gangguan mental
emosional dengan keluhan terbanyak yakni cemas dan
selanjutnya adalah kesulitan untuk tidur nyenyak. Data-
data tersebut menunjukkan bahwa stres dan kecemasan
banyak dialami masyarakat umum, khususnya individu
yang melakukan karantina atau isolasi baik di RS maupun
di rumah selama pandemi COVID-19, sehingga dengan
adanya modal sosial akan dapat mencegah dan menurunkan
tingkat kecemasan, stress yang berdampak pada kualitas
tidur individu dengan masalah kesehatan COVID-19.
2. Menjalin komunikasi atau interaksi dengan orang sekitar
sebagai modal sosial yang sudah dimiliki individu saat
mengisolasi diri dalam penerapannya selama pandemi
COVID-19 dapat diterapkan hanya dengan memanfaatkan
media elektronik seperti handphone dan tidak
membutuhkan alat teknologi lainnya, karena saat individu
harus mengisolasi diri, tidak akan ada kontak secara fisik
dengan orang di sekitar. Menurut Burt dalam Kusumastuti
(2015) modal sosial merupakan kemampuan masyarakat
untuk melakukan asosiasi (berhubungan) satu sama lain
sehingga menjadi kekuatan baik dagi aspek ekonomi
maupun aspek lainnya. Selain itu, handphone merupakan
alat yang saat ini dimiliki hampir semua orang untuk dapat
berinteraksi atau menjalin komunikasi dengan orang lain,
sehingga orang lain tetap dapat memberikan dukungan
sosial atau motivasi kepada individu dengan masalah
kesehatan COVID-19 agar tidak mengalami kecemasan
dan masalah psikologis lainnya dan membantu dalam
pemenuhan sandang, papan, dan pangan.
3. Berdasarkan panduan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat
(GERMAS) terkait dukungan kesehatan jiwa dan
psikososial pada pandemi COVID-19 pada individu yang
melakukan isolasi mandiri di rumah selain dilakukan
dengan mempertahankan dan meningkatkan komunikasi
antar anggota keluarga dengan kasih sayang, rasa hormat
dan saling menghargai dalam keluarga dapat dilakukan
dengan mempertahankan dan meningkatkan hubungan
interpersonal dengan berbagi cerita positif melalui media
sosial, berbagi perasaan dan pikiran pada orang yang
dipercaya, serta dilakukan dengan membangun jaringan
sosial dalam memenuhi kebutuhan dasar diantaranya
pangan, sandang dan papan (Kementerian Kesehatan RI,
2020). Adanya bebtuk panduang dukungan jiwa dan
psikososial untuk mencegah kecemasan, stres bahkan
depresi pada individu yang mengalami isolasi mandiri
akan semakin mendukung modal sosial yang dimiliki
individu dalam mengatasi masalah psikososial yang
dialami dengan meningkatkan interaksi baik dengan
keluarga atau kelompok sosial yang ada di sekitar.
Threat 1. Individu yang melakukan isolasi mandiri atau yang
(Ancaman)
diisolasi perlu mendapatkan dukungan sosial (modal sosial)
dengan lingkup atau jaringan yang luas terutama di
masyarakat. Modal sosial akan sulit diterapkan di
Indonesia karena adanya stigma yang membudaya yang
dapat meningkatkan stressor pada individu yang diisolasi.
Stigmatisasi di Indonesia khususnya pada orang yang
dicurigai, bergejala, dan terkonfirmasi COVID-19 sangat
tinggi, masyarakat cenderung mendiskriminasi dan
menjauhi, dan berprasangka buruk pada individu tersebut
(Abdillah, 2020). Stigma sosial dapat menyebabkan
individu akan menyembunyikan penyakitnya karena dapat
dianggap sebagai ancaman, meningkatkan stresor,
mencegah individu tersebut untuk meminta pertolongan
dan mencegah individu untuk berperilaku sehat yang akan
mempengaruhi kondisi psikologis individu tersebut (Dai,
2020).

Implikasi Keperawatan :
Kecemasan dan stress akan menurun apabila individu yang mengisolasi diri di
rumah ataupun di rumah sakit memiliki modal sosial yang baik. Modal sosial
secara konsep memiliki pengertian bahwa individu tidak mungkin dapat
mengatasi berbagai masalah yang ada tanpa bantuan orang lain di sekitarnya.
Menurut Fathy (2019), modal sosial berakar pada norma sosial, kepercayaan dan
jaringan sosial yang merupakan sumber daya yang berharga dalam kehidupan
bermasyarakat. Hal ini relevan untuk diterapkan oleh tenaga medis atau tenaga
kesehatan khususnya perawat dalam memberikan perawatan pada pasien yang
harus diisolasi untuk mengatasi kecemasan dengan membangun atau
meningkatkan modal sosial pada pasien. Modal sosial dapat dibangun oleh
perawat dengan memberikan pendidikan kesehatan secara online baik dalam
bentuk video conference, atau komunikasi secara personal antara perawat dengan
pasien dengan tujuan mengurangi ketidakpastian atau kepanikan yang disebabkan
karena kurangnya pengetahuan individu atau pasien tentang penyakitnya. Selain
itu, cara lain yang dapat dilakukan perawat untuk meningkatkan modal sosial pada
pasien yakni dengan memberikan informasi kepada keluarga atau kerabat terdekat
dari pasien agar selalu memberikan dukungan baik dalam bentuk motivasi, atau
dalam pemenuhan kebutuhan lain dengan memanfaatkan teknologi yang ada saat
ini. Menurut Walangitan & Sadewo (2014), ciri dari modal sosial adalah
(resiprositas) bertukar kebaikan yang membuat modal sosial pada seseorang
dalam masyarakat semakin kuat. Kehadiran orang lain memiliki arti yang penting
bagi individu yang mengalami musibah, tidak hanya dari keluarga, namun
kehadiran orang lain seperti teman atau kerabat sangat penting dalam perawatan
pasien khususnya pasien COVID-19 yang harus diisolasi.

Daftar pustaka

Abdillah, L. A. (2020). Stigma Terhadap Orang Positif COVID-19.

Dai, N. F. (2020). Stigma Masyarakat terhadap Pandemi Covid-19. Prosiding


Nasional Covid-19, 66–73.

Luthfia, A. R. (2013). Menilik urgensi desa di era otonomi daerah. Journal of


Rural and Development, 4(2).

Siswanto, Susila, & Suyanto. (2013). Metodologi penelitian: Kesehatan dan


Kedokteran. Bursa Ilmu.

Wang, J., Liao, Y., Wang, X., Li, Y., Jiang, D., He, J., Zhang, S., & Xia, J.
(2020). Incidence of novel coronavirus (2019-nCoV) infection among
people under home quarantine in Shenzhen, China. Travel Medicine and
Infectious Disease, 37, 101660.
https://doi.org/10.1016/j.tmaid.2020.101660
Fathy, R. (2019). Modal Sosial: Konsep, Inklusivitas dan Pemberdayaan
Masyarakat. Jurnal Pemikiran Sosiologi, 6(1), 1-17.

Nurjanah, S. (2020). Gangguan mental emosional pada klien pandemic COVID-


19 di rumah karantina. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 3(3), 329-334.

Kusumastuti, A. (2015). Modal sosial dan mekanisme adaptasi masyarakat


pedesaan dalam pengelolaan dan pembangunan insfrasstruktur. Jurnal
Sosial, 20(1), 81-97.
Rahyuda, K. (2017). Metode Penelitian Bisnis (Edisi Revisi). Denpasar: Udayana
University Press.

Peraturan Menteri Kesehatan RI No 48 Tahun 2016. (2016, September 28).


Retrieved From: https://covid19.go.id/p/protokol/pedoman-dukungan-
kesehatan-jiwa-dan-psikososial-pada-pademi-covid-19

Luo, M., Guo, L., Yu, M., Jiang, W., & Wang, H. (2020). The psychological
and mental impact of Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) on
medical staff and general public: a systematic review and meta-
analysis. Psychiatry Reasearch, 291. Doi:
https://doi.org/10.1016/j.psychres.2020.113190

Walangitan, Y.A., & Sadewo, F.X.S. (2014). Modal sosial pasien rawat inap etnis
Madura. Paradigma, 2(1), 1-5.

Anda mungkin juga menyukai