Anda di halaman 1dari 9

Cincin di dalam Perut Ikan

Joseph Jacobs

Pada suatu masa, ada seorang baron (sebutan bangsawan Inggris) yang juga merupakan seorang yang
menguasai ilmu sihir dan bisa meramalkan sesuatu yang akan terjadi di masa depan. Suatu hari, ketika
anaknya yang masih kecil berusia empat tahun, dia melihat ke dalam Buku Takdir untuk melihat apa yang
akan terjadi di masa depan anaknya.

Dia menjadi cemas saat dia mendapati kenyataan bahwa bahwa putranya kelak akan menikah dengan
seorang gadis dari kalangan bawah yang baru saja lahir. Sang Baron pun mengetahui bahwa ayah dari
gadis kecil itu sangatlah miskin, dan dia telah memiliki lima anak.

Secepatnya dia menunggang kudanya, dan berkuda menuju ke rumah pria miskin tersebut, dan saat dia
mendekati rumah pria yang anaknya baru saja lahir, dia melihat pria ini duduk dekat pintu, dengan muka
sedih dan muram.

Sang Baron pun turun, berjalan ke dekat pria yang bersedih itu, dan berkata, "Apa yang terjadi, wahai
Bapak yang baik?"

Pria yang ditanya pun menjawab, "Yang Mulia, terus terang, aku telah memiliki lima orang anak, dan
sekarang keenam yang baru saja lahir, seorang anak perempuan.Di mana aku bisa mendapatkan roti
untuk untuk mengisi perut mereka, aku tidak tahu lagi apa yang harus aku katakan."

Si Gadis menemukan cicin di dalam perut ikan"Jangan berputus asa, Bapak yang baik," kata sang Baron.
"Jika hanya itu masalah Anda, aku dapat membantu Anda.Kebetulan aku sedang mencari anak
perempuan kecil agar ada yang menemani anak saya nantinya, jika Anda berkenan, Aku akan
memberikan anda 10 keping emas sebagai gantinya."

"Terima kasih banyak, Yang Mulia," kata pria itu dengan gembira karena selain mendapatkan uang, bayi
perempuannya yang baru lahir akan mendapatkan rumah yang layak, karena itu dia lalu masuk ke dalam
rumah serta keluar kembali sambil membawa bayi kecil yang baru lahir. Dia lalu menyerahkannya kepada
sang Baron, yang membungkusnya dengan jubahnya lalu menaiki kudanya dan pergi bersama bayi
tersebut. Tetapi sesampainya di pinggiran sebuah sungai, dia membuang bayi tersebut ke sungai yang
mengalir deras, lalu berkata sambil berkuda untuk pulang ke kastilnya:

"Pergilah bersama takdirmu!"

Tetapi gadis kecil itu tidak tenggelam, jubah yang membungkus tubuh bayi itu menahannya agar tidak
tenggelam untuk sementara waktu, dan dia pun terapung-apung di sungai, hingga akhirnya terdampar di
depan sebuah gubuk nelayan yang saat itu sedang memperbaiki jalanya. Nelayan dan istrinya ini tidak
memiliki anak dan mereka sangat menginginkan kehadiran seorang anak. Saat nelayan tersebut melihat
bayi kecil yang terdampar, ia menjadi sangat bahagia dan membawanya pulang untuk diperlihatkan
kepada istrinya, yang menerima bayi tersebut dengan tangan terbuka.

Di sanalah bayi tersebut menetap hingga berusia dewasa, dan bayi tersebut tumbuh menjadi seorang
gadis yang sangat cantik. Pada suatu hari, sang Baron pergi berburu dengan beberapa orang sahabatnya
di sepanjang tepi Sungai Ouse, dan berhenti di sebuah gubuk nelayan untuk minum.

Seorang gadis yang sangat cantik keluar untuk memberikan air minum kepada mereka. Sahabat-sahabat
sang Baron kagum saat melihat kecantikan gadis itu, dan salah satu di antara mereka berkata kepada
Baron, "Baron, Anda dapat meramal nasib, coba ramalkan nasib gadis itu, kira-kira dia akan menikah
dengan siapa?"

"Oh, itu tidaklah sulit," jawab sang Baron. "Aku akan mencoba meramal nasibnya. Mendekatlah ke sini,
Anakku, dan katakanlah, kamu dilahirkan pada hari apa?"

"Aku tidak tahu, Yang Mulia," jawab si Gadis itu."Aku ditemukan di sini setelah terbawa oleh arus sungai
sekitar lima belas tahun yang lalu."

Seketika itu juga sang Baron mengetahui siapa sebenarnya si Gadis ini, dan ketika mereka beranjak pergi
dari gubuk nelayan, dia memutar kembali dan berkata kepada si Gadis itu, "Aku akan memperbaiki
keberuntunganmu. Ambil dan bawalah surat ini kepada saudaraku di Scarborough, dan kamu akan
mendapatkan balasan yang cukup untuk menghidupi diri kamu seumur hidup."
Si Gadis itu pun mengambil surat tersebut dan berjanji akan mengantarkannya. Tetapi gadis itu tidak
menyadari bahwa isi surat itu berbunyi seperti ini:

"Saudaraku tercinta, binasakanlah pembawa surat ini!

Salamku,

Albert."

Tanpa mengetahui isi surat tersebut, si Gadis segera berangkat menuju ke Scarborough, dan di tengah
perjalanan dia bermalam di sebuah penginapan kecil. Namun, malam itu sekawanan perampok masuk ke
penginapan dan mencari harta dari tamu-tamu penginapan. Mereka menggeledah kantung dan saku
para tamu, dan mereka menemukan surat yang di bawa oleh si Gadis.

Saat perampok tersebut membuka dan membaca surat sang Baron, mereka menjadi iba terhadap nasib
si Gadis dan menganggap rencana Baron itu sangatlah kejam. Pimpinan kawanan perampok itu pun
mengambil pena dan kertas lalu menulis surat yang bunyinya:

"Saudaraku tercinta, nikahkanlah pembawa surat ini dengan putraku segera!

Salamku,

Albert."

Kemudian surat tersebut di segel ulang dan dikembalikan kepada si Gadis itu, dan menyuruhnya untuk
melanjutkan perjalanan. Dia pun berangkat menuju kastil saudara sang Baron di Scarborough, di mana
putra sang Baron menginap. Ketika dia memberikan surat kepada saudara sang Baron, saudara sang
Baron langsung menyiapkan pernikahan pada hari itu juga. Putra sang Baron, saat melihat gadis cantik
ini, langsung jatuh cinta dan tidak membantah untuk dinikahkan.

Ketika kabar pernikahan mereka sampai di telinga sang Baron, dia merasa bahwa itu sudah menjadi
takdir, tetapi sang Baron masih merasa keras kepala dan tidak mau menerima takdir itu begitu saja. Dia
pun langsung berangkat dengan tergesa-gesa menuju ke kastil saudaranya dan saat dia tiba, dia berpura-
pura senang dengan pernikahan tersebut. Suatu hari, ia meminta agar si Gadis menemani dia berjalan-
jalan di sepanjang tebing pinggiran laut.

Saat si Gadis tiba di dekat tebing, sang Baron memegang tangannya dan akan mendorong gadis tersebut
ke pinggiran tebing. Tetapi gadis tersebut memohon agar sang Baron menaruh belas kasihan kepadanya,
dan membiarkannya untuk tetap hidup.

"Aku tidak melakukan kesalahan apapun juga," ujarnya."Jika Anda mengampuni aku, maka aku akan
melakukan apapun yang Anda inginkan, aku tidak akan pernah melihat Anda atau anak Anda lagi kecuali
Anda menginginkannya."

Kemudian sang Baron pun melepaskan cincin emasnya dan melemparkannya ke laut, sambil berkata,
"Aku tidak mau melihat wajahmu lagi, hingga kamu bisa memperlihatkan cincin itu kepadaku," seru sang
Baron sembari membiarkan si Gadis berlalu dengan airmata berlinang.

Gadis malang itu menjadi sangat sedih, dan berjalan terus menerus hingga akhirnya tiba di sebuah kastil
besar. Dia pun memohon untuk diterima bekerja di kastil itu.Orang-orang di kastil menerima si Gadis itu,
dan mempekerjakannya sebagai juru masak istana karena dia telah terbiasa melakukan pekerjaan
tersebut saat tinggal di gubuk ayah angkatnya yang nelayan.

Pada suatu hari, si Gadis kebetulan melihat tamu-tamu yang datang ke kastil, dan dia sangat terkejut saat
melihat beberapa tamu tersebut tidak lain adalah sang Baron, saudara sang Baron, dan putra sang Baron
yang juga merupakan suaminya. Si Gadis bingung dan tidak tahu harus berbuat apa, berdasarkan
janjinya, dia seharusnya pergi dan menghindar. Tetapi akhirnya dia berkesimpulan bahwa mereka tidak
akan melihatnya di dapur kastil sehingga perasaannya menjadi sedikit lega, dan melanjutkan
pekerjaannya sambil menghela napas panjang.

Dia pun mulai membersihkan ikan besar yang akan direbus untuk dijadikan menu hidangan makan
malam. Saat dia sedang membersihkan ikan itu, dia melihat sesuatu yang bersinar di dalamnya, dan apa
yang dia temukan di dalam perut ikan? Tidak lain adalah cincin emas sang Baron yang dilemparkan oleh
sang Baron dari pinggir tebing. Si Gadis sangat girang melihat cincin tersebut, kemudian dia pun
memasak ikan selezat mungkin untuk disajikan nanti.
Saat hidangan ikan disajikan di atas meja, para tamu sangat menyukainya sehingga mereka ingin sekali
bertemu dengan orang yang memasak ikan tersebut. Pelayan pun memanggil si Gadis untuk datang ke
hadapan sang Baron. Si Gadis kemudian membersihkan badannya dan merapikan penampilannya, serta
memakai cincin emas milik sang Baron pada ibu jarinya, lalu naik ke aula untuk menghadap para tamu
yang ingin melihatnya.

Ketika para tamu melihat bahwa yang memasak ikan tersebut adalah seorang gadis yang sangat cantik,
mereka pun menjadi terkejut dan terpukau. Putra sang Baron sangat gembira melihat kehadiran istrinya,
tetapi Sang Baron yang melihat gadis itu, menjadi sangat marah dan bergerak hendak memukul si Gadis.
Tanpa mengucapkan sepatah kata, gadis itu mengangkat dan memperlihatkan jari tangannya yang
memakai cincin emas ke hadapan sang Baron, lalu dia membuka cincin tersebut serta meletakkannya di
atas meja.

Akhirnya sang Baron menyadari bahwa tidak ada yang mampu melawan dan mengubah takdir, dan dia
pun memegang tangan si Gadis, lalu mengumumkan kepada seluruh tamu yang hadir bahwa si Gadis
adalah istri dari putranya.

"Ini adalah istri dari putraku. Marilah kita minum untuk menghormatinya." kata sang Baron.

Saat selesai makan, Sang Baron pun mengajak si Gadis untuk ikut bersama putranya pulang ke kastilnya,
dan di sanalah si Gadis bersama suaminya hidup berbahagia selamanya.
Misteri Dasi
Ayah Carlo pembuat dasi yang hebat.Berbagai corak dan motif dasi telah dibuatnya.Polos, bergaris,
polkadot, batik, dan lainnya.Banyak pula dasi yang dilukisnya sendiri.Carlo anak yang rajin dan
cerdas.Selain membantu ayahnya melayani pembeli di toko, Carlo pun belajar melukis dasi.Sore ini, toko
sedang sepi saat seorang laki-laki berwajah ramah muncul.Carlo terkejut. Orang itu adalah Doktor Agam,
seorang peneliti lingkungan yang terkenal di kota Carlo. Hasil penelitiannya sangat bermanfaat bagi
masyarakat.

“Ada yang bisa saya bantu,pak?” Carlo gugup.

“Tolong carikan dasi yang cocok buatku, nak…” kata Doktor Agam lembut. “Aku ada acara besok malam.”

“Nama saya Carlo. Apa warna baju yang akan anda pakai besok?” tanya Carlo bersemangat.

“ehmmmm…putih polos.”

Aha! Carlo tersenyum. Tidak sulit! Semua warna dan motif dasi akan cocok dengan baju warna putih.
Carlo teringat pada dasi buatanya.Alangkah bangganya jika dasi buatannya dipakai oleh orang sehebat
Doktor Agam.Dasi itu berwarna biru.Di dasi itu, Carlo melukis gelombang laut, rumput laut, dan dua ekor
ikan yang sedang berenang.

“Kehidupan di laut harus selalu dijaga.Itulah makna lukisan dasi buatan saya ini, pak,” jelas Carlo sambil
menunjukkan dasi buatannya.

“Oh, luar biasa!Aku akan membelinya.”

Carlo senang sekali.Ia segera membungkus dasi itu, lalu menyerahkannya kepada Doktor Agam.

“Carlo, kau anak yang mengagumkan.Datanglah besok malam ke rumahku,” undang Doktor Agam.

Wow! Carlo terperangah.Kejutan yang hebat.

Esoknya, Carlo datang ke undangan Doktor Agam bersama ayahnya.Betapa bangganya Carlo melihat dasi
buatannya dipakai oleh peneliti yang ramah itu.

“Selamat datang,”sambut Doktor Agam.“Ssst, apa dasi ini benar-benar cocok untukku?”
“Tentu, pak,” bisik Carlo.

Rumah Doktor Agam ramai.Ternyata, malam ini ada acara penganugerahan penghargaan untuk Doktor
Agam.Terlihat beberapa polisi yang berjaga.Menurut ayah Carlo, Doktor Agam akhir-akhir ini sering
mendapat ancaman penculikan.

Ayah Carlo asyik mengobrol dengan tamu lain. Sementara itu, Carlo berkeliling di rumah Doktor Agam
yang luas. Tak sengaja, Carlo bertemu dengan empat penari topeng yang akan memberi hiburan. Sayang,
mereka sangat tidak ramah.

Acara dimulai.Para tamu berkumpul di ruang tengah yang luas.Doktor Agam tersenyum pada semua
tamu. Penganugerahan penghargaan untuk Doktor Agam diserahkan oleh wakil dari pemerintah kota.
Para tamu bertepuk tangan.

Lalu, para penari topeng muncul.Mereka menari dengan gagap gempita.Tiba-tiba lampu padam.Ruangan
gelap gulita.Suasana kacau balau.Carlo ketakutan.Ia memegang erat ayahnya.

Untunglah lampu segera menyala.Acara kembali berlanjut.Tetapi, Carlo melihat sikap Doktor Agam yang
tampak berbeda.Ia tak banyak senyum dan sering menunduk.

Setelah acara usai, para tamu berpamitan kepada Doktor Agam.

“Terima kasih telah mengundang kamu!” pamit Carlo.Doktor Agam tampak tak peduli.

“Silakan mengunjungi toko kami lagi.Kami akan membuatkan dasi terbaik untuk anda,” kata Carlo.Doktor
Agam tampak jengkel.

“Dasi?siapa peduli? Cepat pergi, anak kecil!” bisiknya menghardik.

Tentu saja Carlo terkejut.“Uh, aneh sekali Doktor Agam!”

Carlo beranjak pergi.Tak sengaja, matanya menatap dasi Doktor Agam.Mata Carlo terbelalak.Mulutnya
menganga.
“Yuk pulang!Doktor Agam pasti kecapekan,” ajak ayah Carlo.

“Di… dia b-bbbbukan Doktor Agam!” seru Carlo.

Ayah Carlo terkejut.Carlo menunjuk dasi yang dipakai oleh Doktor Agam.

Para tamu gempar.Polisi segera beraksi.Ternyata, saat lampu padam, Doktor Agam diculik.Ia digantikan
oleh Doktor Agam palsu yang memakai topeng wajah mirip Doktor Agam. Para penari topeng itu
ternyata anggota kawanan penculik.Mereka berkomplot dengan asisten Doktor Agam.Polisi berhasil
menangkap mereka semua.

“Bagaimana kau tahu dia bukan Doktor Agam?

Dia meniru semua penampilan Doktor Agam, tanya seorang polisi pada Carlo, saat keadaan sudah
tenang.

“Ada yang berbeda,” kata Carlo.” Dasi Doktor Agam bergambar gelombang laut, raumput laut dan dua
ikan uang berenang.Tetapi, gambar ikan pada dasi Doktor Agam asli menghadap ke kanan, sedangkan
yang palsu menghadap ke kiri.Aku tahu, sebab akulah pelukisnya!”

Semua orang berdecak kagum.Mereka memuji ketelitian Carlo.Polisi kini tahu, asisten Doktor Agam yang
membuat tiruan dasi bergambar ikan itu.Namun, tiruannya tidak sempurna.Ketika pulang, wajah Carlo
berseri-seri.Ia senang, Doktor Agam berhasil dibebaskan dari penculikan.

Beruang Dan Lebah


Dongeng beruang dan lebah – Seekor beruang menjelajahi hutan untuk mencari buah-buahan,
menemukan pohon tumbang di mana pada pohon tersebut terdapat sarang tempat lebah
menyimpan madu.Beruang itu mulai mengendus-endus dengan hati-hati di sekitar pohon tumbang
tersebut untuk mencari tahu apakah lebah-lebah sedang berada dalam sarang tersebut.Tepat pada
saat itu, sekumpulan kecil lebah terbang pulang dengan membawa banyak madu. Lebah-lebah yang
pulang tersebut, tahu akan maksud sang Beruang dan mulai terbang mendekati sang Beruang,
menyengatnya dengan tajam lalu lari bersembunyi ke dalam lubang batang pohon.

Beruang tersebut menjadi sangat marah dan seketika itu juga, loncat ke atas batang yang tumbang
tersebut dan dengan cakarnya menghancurkan sarang lebah. Tetapi hal ini malah membuat seluruh
kawanan lebah yg berada dalam sarang, keluar dan menyerang sang Beruang. Beruang yang sial
itu akhirnya lari terbirit-birit dan hanya dapat menyelamatkan dirinya dengan cara menyelam ke
dalam air sungai.

Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng beruang dan lebah ini adalah

Lebih bijaksana untuk berdiam diri menahan diri daripada menambah masalah karena
melampiaskan emosi.

Babi Hutan Dan Rubah

Dongeng babi hutan dan rubah – Seekor babi hutan sedang sibuk mengasah taringnya pada
sebuah batang pohon.Bertepatan dengan saat itu, secara kebetulan lewatlah seekor rubah.Rubah
yang suka mengolok-olok teman-teman dan tetangganya, langsung mengoloknya dengan berpura-
pura melihat kesana-kemari, seolah-olah takut pada musuh yang tidak terlihat. Tetapi sang Babi
Hutan tidak memperdulikan tingkah sang Rubah dan tetap melanjutkan pekerjaannya.

“Mengapa engkau melakukan hal tersebut?” kata sang Rubah dengan senyum mengejek. “Saya
tidak melihat ada musuh dan bahaya di sini.”

“Kamu benar, memang sekarang tidak ada musuh dan bahaya yang mengancam” jawab sang Babi
Hutan, “tetapi ketika musuh benar-benar datang, saya tidak akan sempat mengasah taring saya lagi
seperti sekarang. Saat musuh dan bahaya datang ke sini nantinya, setidak-tidaknya saya telah
memiliki senjata untuk menghadapinya.”

Jadi pembelajaran yang dapat kita teladani dari dongeng babi hutan dan rubah ini adalah

Selalulah siap siaga dan waspada.

Anda mungkin juga menyukai