Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah
cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan
lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). (Manuaba, 2001)
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang
dapat hidup kedunia luar,dari lahir atau dengan jalan lain (Mochtar.R,MPH,2001).
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam
uterus melalui vagina kedunia luar. (Sarwono Ilmu kebidanan Edisi 3, 1999)
Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37–42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala
yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.
Adanya hormone estrogen dan progesterone dalam keadaan seimbang sehingga
kehamilan dapat dipertahankan. Perubahan keseimbangan estrogen dan progesterone
menyebabkan oksitosin yang dikeluarkan oleh oleh hipofise parst posterior dapat
menimbulkan kontraksi dalam bentuk Broxton hicks. Broxton hicks akan menjadi
kekuatan dominan saat mulainya persalinan dan oksitosin di duga bekerja sama atau
melalui prostaglandin yang makin meningkat mulai dari umur kehamilan 15 minggu.
Disamping itu faktor gizi ibu hamil dan keregangan otot rahim dapat memberikan
pengaruh penting untuk di mulainya kontraksi rahim.
Pada akhir kehamilan ibu dan janin mempersiapkan diri untuk menghadapi proses
persalinan. Janin bertumbuh dan berkembang dalam proses persipan menghadapi
kehidupan di luar rahim. Ibu menjalani berbagai adaptasi fisiologis selama hamil sebagai
persiapan menghadapi proses persalinan dan untuk berperan sebagai ibu. Persalinan dan
kelahiran adalah akhir kehamilan dan titik dimulainya kehidupan di luar rahim bagi bayi
baru lahir.
Perawat harus meguasai faktor-faktor esensial dalam persalinan, proses persalinan
iti sendiri, kemajuan persalinan yang normal, dan adaptasi ibu dan janin. Apabila perawat
menguasai pengetahuan ini maka ia akan dapat menerapkan proses keperawatan, baik pada
wanita maupun pada keluarganya.

1
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian persalinan
2. Mengetahui sebab-sebab persalinan
3. Mengetahui tahap-tahap persalinan
4. Mengetahui pengurangan rasa sakit
5. Mengetahui factor-faktor yang mempengaruhi rasa nyeri dalam persalinan
6. Mengetahui fisiologi rasa sakit
7. Mengetahui persiapan persalinan
8. Mengetahui asuhan keperawatan persalinan normal

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian persalinan
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologi yang normal. Kelahiran
seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikan selama 9
bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah melahirkan bayinya. Peran petugas
kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi di
samping itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin.
(Saifuddin, 2006)
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagia ke dunia luar (Prawirohardjo, 2007). Sedangkan persalinan
normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan yang cukup bulan
(37-42 minggu) lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam
18 jam, tanpa komplikasi pada ibu maupun pada janin (Wiknjosastro dalam Prawirahardjo,
2005).
Persalinan normal adalah proses penegeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari
dalam uterus melalui vagina ke dunia luar dengan presentasi belakang kepala tanpa
memakai alat-alat atau pertolongan istimewa serta tidak melukai ibu dan bayi, dan
umumnya berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam (Prawirohardjo, 1997, hal 180).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) dari
dalam uterus (rahim) dengan presentasi belakang kepala melalui vagina tanpa alat atau
pertolongan istimewa yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lamanya
persalinan berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin.
(Sarwono, 2002)

1. Persalinan Berdasarkan Teknik


a. Persalinan Spontan, yaitu persalinan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri
dan melalui jalan lahir.
b. Persalinan Buatan yaitu persalinan dengan tenaga dan luar dengan ektraksi
forceps, ektraksi vakum dan section sesaria.
c. Persalinan anjuran yaitu persalinan tidak dimulai dengan sendirinya tetapi baru
berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian Pitocin aprostaglandin
(Mochtar, 1983:221-223).

3
2. Persalinan berdasarkan umum kehamilan
a. Abortus : Pengeluaran buah kehamilan sebelum kehamilan 22 minggu atau bayi
dengan berat badan kurang dari 500 gram.
b. Partus immaturus : pengeluaran buah kehamilan antara 22 minggu dan 28
minggu atau bayi dengan berat badan antara 500 gram dan 999 gram.
c. Partus Prematurus : pengeluaran buah kehamilan antara 28 minggu dan 37
minggu atau bayi dengan berat badan antara 1000 gram dan 2499 gram.
d. Partus Maturs atau Aterm : pengeluaran buah kehamilan antara 37 minggu dan
42 minggu dengan berat badan bayi di atas 2500 gram.
e. Portus postmaturus (serotinus) : pengeluaran buah kehamilan setelah 2 minggu
atau lebih dari waktu persalinan yang ditaksirkan. (Mochtar, 1988:91)
3. Klasifikasi persalinan
Partus matus atau aterm adalah partus dengan kehamilan 37-40 minggu, janin
matur, berat janin diatas 2500 gram. Partus premature adalah dari hasil konsepsi
yang dapat hidup tetapi belum aterm/cukup bulan, berat janin 100-2500 gram atau
umur kehamilan 28-36 minggu. Portus post matur/serotinus adalah partus terjadi dua
minggu atau lebih dari waktu yang telah diperkirakan atau taksiran partus. Abortus
adalah penghentian kehamilan sebelum janin viable, berat janin kurang dari 1000
gram, umur kehamilan kurang dari 28 minggu.

B. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan


Sebab yang mendasari terjadinya partus secara teoritis masih merupakan kumpulan
yang kompleks teori yang turut memberikan andil dalam proses terjadinya persalinan
antara lain; Teori hormonal, Prostaglandin, Struktur uterus, Sirkulasi uterus, pengaruh
saraf dan nutrisi hal inilah yang diduga memberikan pengaruh sehingga partus dimulai.

1. Penurunan kadar Progesteron


Progesterone menimbulkan relaksasi otot-otot Rahim, sebaiknya estrogen
meningkatkan kontraksi otot Rahim. Slama kehamilan, terdapat keseimbangan antara
kadar progesterone dan estrogen didalam darah tetapi pada akhir kehamilan kadar
progesterone menurun sehingga timbul his.
2. Teori oxcytosin
Pada akhir kehamilan kadar oxytosin bertambah. Oleh karena itu timbul kontraksi
otot-otot Rahim.

4
3. Peragangan otot-otot
Dengan majunya kehamilan, maka makin tereganglah otot-otot rahim sehingga
timbullah kontraksi untuk mengeluarakan janin.
4. Pengaruh janin hipofise dan kadar suprarenal janin rupanya memegang peran penting
oleh karena itu pada ancephalus kelahiran sering lebih lama
5. Teori prostagladin
Pada prostagladin dalam kehamilan dari minggu ke 15 hingga atererem terutama saat
persalinan yang menyebabkan kontraksi miometrium (Moctar, 1983:223).

Selanjutnya dengan berbagai tindakan, persalinan dapat pula dimulai,


misalnya: dengan merangsang preksus frankenhauser dengan memasukan beberapa gagang
laminaria dalam kanalis sevikalis, memecahkan ketuban, penyuntikan eksitosin, pemakaian
prostaglandin.
Secara miksroskopis perubahan-perubahan biokimia dalam tubuh wanita hamil
sangat menetukan sperti perubahan hormone estrogen dan hormos progesterone. Seperti
kita ketahui bahwa hormone estrogen merupakan penenenang bagi otot-otot uterus,
menurunnya hormone ini terjadi kira-kira 1-2 minggu sebelum partus dimulai.
Kadar prostagladin cendrung meningkat ini terjadi mulai kehamilan usia 15
minggu hingga aterm lebih pada saat partus berlangsung, palsenta yang mulai menjadi tua
seiring dengan tua nya usia kehamilan. Keadaan uterus yang terus membesar dan
menegang mengakibatkan terjadinya iskemik otot-otot uterus hal ini juga yang diduga
menjadi penyebab terjadinya gangguan sirkulasi utero-plasenter sehingga plasenta
mengalami degenerasi.
Faktor lain yang berpengaruhi adalah berkurangnya jumlah nutrisi, hal ini
pertama kali dikemukan oleh Hipokrates; bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil
konsepsi akan dikeluarkan, factor lain pleksus frankenhauser yang terletak dibelakang
serviks, bila ganglion ini tertekan maka kontraksi uterus dapat dibangkitkan (his dapat
dibangkitkan).
Untuk selanjutnya dengan berbagai tindakan persalinan dapat dimulai hal ini
dikenal dengan persalinan induksi (induction of labor) misalnya dengan: memasukan
gagang laminaria dalam kanalis servikalis untuk merangsang pleksus Frankenhauser
sehingga dapat mengakibatkan kontraksi, pemecahan ketuban, penyuntikan oksitosin
sebaiknya diberikan melalui intravena, pemakaian prostaglandin, dan sebagainya.

5
Dalam melakukan induksi persalinan yang perlu diperhatikan adalah serviks
sudah matang, (sudah pendek dan lembek) dan kanalis servikalis terbuks untuk satu jari,
untuk menilai serviks dapat digunakan skor bishop yaitu bila nilai bishop lebih dari 8 maka
induksi persalinan kemungkinan akan berhasil (Prawirohardjo, 2005).

C. Tahapan Persalinan (Kala I, II, III)


1. Kala I
Pada kala I persalinan dimulainya proses persalinan yang ditandai dengan
adanya kontraksi yaang teratur, adekuat dan menyebabkan perubahan pada servils
hingga mencapai pembekuan lengkap, fase kala I persalinan terdiri dari fase laten
yaitu dimulai dari awal kontraksi hingga pembukaan mendekati 4cm, kontraksi mulai
teratur tetapi lamanya masih diantara 20-30 detik tidak terlalu mules. Fase aktif
dengan tanda-tanda kontraksi diatas 3 kali dalam 10 menit, lamanya 40 detik atau
lebih dan mules, pembukaan 4cm hingga lengkap penurunan bagian terbawah janin,
waktu pembukuan serviks sampai pembukuan 10 cm. Fase pembukuan dibagi 2 fase;
a. Fase laten
Berlangsung selama 8 jam pembukuan terjadi sangat lambat sampai mencapai
pembukuan 3 cm
b. Fase aktif
Dibagi dalam 3 fase, yaitu :
Fase akselerasi dalam waktu 2 jam pembukuan 3 menjadi 4 cm menjadi 9 cm,
fase delerasi pembukuan menjadi lambat kembali dalam 2 jam pembukuan dan 9
menjadi lengkap. Lama kala I untuk primigravida berlangsung 2 jam dengan
pembukuan 2 cm per jam. Komplikasi yang dapat pada kala 1 yaitu : ketuban
pecah dini, tali pusat menumbung, obstrupsi plaseta, gawt janin, inersia uteri
2. Kala II
Gejala dan tanda kala II telah terjadi pembukuan lengkap, tampak bagian
kepala janin melalui bukaan introitus vagina, ada rasa ingin meneran saat kontraksi,
ada dorongan pada rektum atau vagina, perineum terlihat menonjol, vulva dan
spinterani membuka, peningkatan pengeluaran lendir dan darah. Dimulai dari
pembukuan lengkap (10 cm) samapai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2
jam pada primi dan 1 jam pada multi. Pada kala pengeluaran janin turun masuk ruang
panggul sehingga terjadi tekanan pada otot-otot dasar panggul yang secara reflektoris
menimbulkan rasa mengedan, karena tekanan pada rektum ibu merasa seperti mau

6
buang air besar dengan tanda anus membuka. Pada waktu his kepala janin mulai
kelihatan, vulva membuka, perineum membuka, perineum meregang. Dengan adanya
his, ibu dpinpin untu mengedan, maka lahir kepala diikuti oleh seluruh badan janin.
Komplikasi yang dapat timbul pada kala II yaitu : ekslamse, kegawadaruratan janin,
tali pusat menumbung, penurunan kepala terhenti, kelelahan ibu, persalinan lama,
ruptur uteri, distosia karena kelainan letak, infeksi intra partum, inersia uteri,
tandatanda lilitan pusat
3. Kala III
Batasan kala III, masa setelah lahirnya bayi dan berlangsungnya proses
pengeluaran plasenta tanda-tanda lepasnya plasenta terjadi perubahan bentuk uterus
dan tinggi fundus uteri, tali pusat memanjang atau terjulur keluar melalui vagina atau
vulva, adanya semburan darah secara tiba-tiba kala III, berlangsung tidak lebih dari
30 menit. Setelah bayi lahirr uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat
beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari
dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 menit-15 menit setelah bayi lahir dan
keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta, disertai
dengan pengeluaran darah. Komplikasi yang dapat timbul pada pada kala II adalah
pendarahan akibat atonia uteri, retensio plasenta, perlukaan jalan lahir, tanda dan
gejala tali pusat.
4. Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya lasenta sampai 2 jam pertama post partum.
Komplikasi yang dapat timbul pada kala IV adalah sub involusi dikarenakan oleh
uterus tidak berkontraksi, pendaraham yang disebabkan oleh atonia uteri, laserasi
jalan lahir, sisa plasenta.
5. Lamanya persalinan
Lamanya persalinan tentu berlainan bagi primigravida dan multigravida, untuk
primigravida kala I : 12,5 jam, kala II: 80m menit, kala III: 10 menit, kala IV 14 jam
sedangkan multigravida kala I: 7 jam 20 menit, kala II: 30 menit, kala III: 10 menit,
kala IV: 8 jam
Pembukaan serviks terbagi 2 fase :
a. Fase latent, pada fase ini pembukan sangat lambat dari 0-3 cm,
b. Fase aktif, pada fase aktif pembukaan cepat, fase ini dapat dibagi lagi dalam fase
akselerasi : dari pembukaan 3 cm - 94cm yang dicapai dalam 2 jam, fase dilatasi

7
maksimal : dari pembukaan 4cm - cm yang dicapai dalam 2 jam, fase decelerasi :
dari pembukaan 9 cm - 10 scelama 2 jam
D. PENGURANGAN RASA SAKIT
1. Nyeri dalam persalinan
Nyeri adalah rasa tidak enak akibat perangsangan ujung-ujing safar khusus.
Selama persalinan dan kelagiran pervaginam, nyeri disebabkan oleh kontraksi rahim,
dilatasi serviks, dan distensi prenium. Serat saraf aferen viseral yang membawa
impuls sensorik rahim memasuki medula spinalis pada segmen torakal kesepuluh,
kesebelas dan keduabelas serta segmen lumbal yang pertama (T10– L1). Nyeri dari
parineum berjalan melewati serat saraf aferen somatik, terutama pada saraf pudendus
dan mencapai medula spinalis melalui segmen sakral kedua, ketiga dan keempat (S2-
S4). Serabut saraf sensorik yang dari rahim dam perineum ini membuat hubungan
sinapsis pada kornu medula spinalis dengan sel yang memberi akson yang merupakan
saluran spinotalamik. Selama bagian akhir dari kala I dan II disepanjang kala II,
impils nyeri bukan saja muncul dari rahim tetapi juga dari perineum saat bagia janin
melewati pelvis

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rasa Nyeri Dalam Persalinan


Salah satu kebutuhan wanita dalam proses persalinan adalah keringanan rasa sakit.
Persepsi rasa sakit, cara yang dirasakan oleh individu dan reaksi terhadap rasa sakit di
pengeruhi oleh berbagai factor, antara lain:

1. Rasa takut atau kecemasan akan meninggikan respon individual terhadap rasa sakit.
Rasa taku terhadap hal yang tidak di ketahui, rasa takut di tinggal sendiri pada saat
proses persalina (tidak di damping) dan rasa takut akan kegagalan persalinan dapat
meningkatkan kecemasan. Pengalaman buruk persalinan juga akan menambah
kecemasan.
2. Kepribadian ibu berperan penting terhadap rasa sakit, ibu yang secara alamiah
tenggangdan cemas akan lebih lemah dalam menghadapi stress dibanding wanita yang
rileks dan percaya diri
3. Kelelahan, ibu yang sudah lelah selama beberapa jam persalinan, mungkin
sebelumnya sudah terganggu tidurnya oleh ketidak nyamanan dari akhir masa
kehamilannya akan mampu mentolerir rasa sakit

8
4. Faktor social dan budaya juga berperan penting dalam reaksi rasa sakit. Beberapa
budaya mengharapkan stoicisme (sabar dan membiarkannya) sedangkan budaya lain
mendorong keterbukaan untuk menyatakan perasaan
5. Pengharapan akan memberi warna pada pengalaman. Wanita yang realistis dalam
pengharapannya mengenai persalinan dan tanggapannya mengenai hal tersebut
mukngkin adalah persiapan yang baik sepanjang ia merasa percaya diri bahwa ia
menerima pertolongan dan dukungan yang diperlukannya dan yakin bahwa ia akan
menerima analgensik yang sesuai

F. Fisiologi Rasa Sakit


Jalur rasa sakit atau jalan indra keatas bermula di ujang syaraf pengindraan di
tempat terjadinya trauma. Impuls tersebut menjalar sepanjang syaraf perasa menuju simpul
syaraf belakang (dorsal root ganglion) dari syaraf belakang yang bersangkutan dan di
teriskan ke massa syaraf belakang (posterior horn) dari kumpulan syaraf tulang punggung
(Sinal cord), dikenal dengan neuron pertama (firsi neuron).

1. Nyeri yang akut


Sensi semacam ini dikirimkan melalui serabut delta A yang merupakan serabut
syaraf besar yang menampung rasa nyeri yang akut. Rasa sakit jenis ini akan
dirasakan sebangai nyeri yang menusuk yang dengan mudah dapat di lokalisir oleh
penderitanya.

2. Nyeri yang kronis


Jalur nyeri yang kronis adalah sedikit berbeda serabut-serabut syaraf yang
terlibat adalah syaraf yang diameternya Lebih kecil dan disebut setabut C. nyeri kronis
sering di gambarkan sebagai sakit yang membakar yang sulit di lokolisir

3. Neurontransmitter
Pengiriman rangsangan syaraf di lakukan atau dihambat oleh zat-zat yang
disebut neuro transmitter. Zat-zat ini bisa bersifat merangsang (excitatory) atau
menghambat (inhibitory) mereka berinteraksi untuk mempertahankan keseimbangan
penalaran rasa nyeri. Salah satu contoh dari neurotransmitter ini adalah acetylcholine
dan salah satu contoh dari inhibitory neurotransmitter ialah encephaline. Lanjutan
anestesi local bertindak dengan bersaing untuk mencapai reseptor acetylcholine pada
neurone dan membendung aksi tersebut.

9
Metode pengurangan rasa sakit yang diberikan selama dukungan persalinan ialah:
1. Caranya sederhana
2. Efektif
3. Biayanya rendah
4. Resikonya rendah
5. Dapat meningkatkan kemajuan persalinan
6. Hasil luaran janinnya baik
7. Bersifat saying ibu

Penny simpkin mengatakan cara untuk mengurangi rasa sakit ini ialah: mengurangi
sakit langsung dari sumbernya, memberikan rangsangan alternative yang kuat, mengurangi
reaksi mental negative, emosional dan fisik ibu terhadap rasa sakit.

1. Tehnik dukungan untuk mengurangi rasa sakit


Kehidiran pedamping selama proses persalinan, sentuhan penghiburan dan
dorongan orang yang mendukung, kehadiran pedamping sangat besar artinya karena
dapat menbantu ibu saat proses persalinan. Pedamping ibu saat proses persalinan
sebaiknya adalah orang yang peduli pada ibu dan yang paling penting adalah orang
yang diinginkan ibu untuk mendampingi ibu selama proses persalinan.
Perubahan posisi dan pergerakan, ibu mungki memerlukan bantuan untuk
mencari dan menentukan posisi yang nyaman untuk membantu ibu agar ibu tetap
tenang dan rileks sedapat mungkin bidan tidak boleh memaksa posisi yang telah di
pilih ibu, bidan hanya mengarahkan alternative- alternative apabila tindakan ibu tidak
efektif.
Sentuhan dan masase, relaksasi sentuhan mungkin akan membantu ibu rileks
dengan cara pasangan menyentuh atau mengusap bagian tubuh ibu. Pemijatan secara
lembut akan membantu ibu merasa lebih segar, rileks dan nyaman selama persalinan.
Sebuah penelitian menyebutkan ibu yang dipijat 20 menit setiap jam selama tahapan
persalinan akan lebih bebas dari rasa sakit. Hal itu terjadi karena pijat merangsang
tubuh melepaskan senyawa endhorphin yang merupakan Pereda sakit alami.
Endorphin juga dapat menciptakan perasaan nyaman dan enak.
Dalam persalinan, pijat juga membantu ibu merasa lebih dekat dengan orang
yang merawatnya. Sentuhan seseorang yang peduli dan ingin menolong merupakan
sumber kenikmatan saat ibu sakit, lelah dan takut. Bagian tubuh ibu yang dapat dipijat
adalah kepala, leher, punggung dan tungkai. Saat melakukan pemijatan dapat

10
menggunakan minyak sayur, minyak pijat atau sedikit bedak supaya tangan agak licin
dan ibu merasa nyaman.
Umumnya, ada 2 tehnik pemijatan yang dilakukan dalam persalinan, yaitu
effleurage dan counterpressure.
1. Effleurage adalah tehnik pemijatan berupa usapan lembut, lambat dan panjang
atau tidak putus-putus. Tehnik ini menimbulkan efek relaksasi. Dalam
persalinan, effleurage dilakukan engan menggunakan ujung jari yang ditekan
lembut dan ringan. Lakukan usapan dengan ringan da tanpa tekanan kuat,
tetapi usahakan ujung jari tidak lepas dari permukaan kulit.
2. Pijat counterpressure adalah pijatan tekanan kuat dengan cara meletakkan
tumit tanggan, atau juga menggunakan bola tenis. Tekanan dapat di berikan
dalam gerakan lurus atau lingkaran kecil. Tehnik ini efektif menghilangkan
sakit punggung akibat persalinan.

Namun perlu disadari bahwa ada ibu yang tidak biasa dipijat, bahkan disentuh
saat mengalami kontraksi, hal ini disebabkan karena kontraksi sedemikian kuatnya
sehingga ibu tidak sanggup lagi menerima rangsangan apapun pada tubuh. Bidan
harus memahami hal ini dan menghormati keinginan ibu.
Panas buatan dan dingin buatan, pemanasan merupakan metode sederhana
yang digunakan pada ibu untuk meredakan rasa sakit. Dalam persalinan, panas buatan
dapat dilakukan dengan cara meletakkan botol air panas yang dibungkus dengan
handuk di punggung, menggunakan kantong kain berisi kulit ari beras/gandum yang
dipanaskan beberapa menit di microwave, melakukan pemijatan dengan cara
menggosokkan tangan pedamping persalinan di punggung ibu. Pijatan ini akan
menghangatkan kulit sekaligus merangsang tubuh melepaskan senyawa alamiah
Pereda sakit. Dingin buatan dapat dilakukan dengan cara mengompres punggung ibu
menggunakan air es menggunakan washlap atau kantong kompres khusus untuk es.
Pencelupan didalam air, air dapat mengatasi rasa sakit karena dapat
menyebabkan relaksasi. Jika ibu merasa tegang, kontraksi menjadi sangat
menyakitkan sehingga dapat menyebabkan pembukaan serviks tidak lancer. Air
membantu ibu lenih rileks dan lebih dapat mengendalikan diri menghadapi kontraksi
sehingga tidak terlalu menyakitkan. Selali itu didalam air otot-otot ibu mengendur.

11
Pengeluaran suara (pernafasan), tehnik pernafasan yang tepat dapat
mengurangi rasa sakit peralinan. Tehnik pernafasan dapat di bedakab menjadi 2 yaitu
tehnik pernafasan pada kala 1 awal dan tehnik pernafasan pada kala 1 akhir.
Tehnik pernafasan kala 1 awal, dilakukan dengan cara tiap kali kontraksi dari
awal sampai akhir kontraksi ibu diminta untuk menarik nafas dalam-dalam dan teratur
melalui hidung dan keluarkan lewat mulut. Pada puncak kontraksi bernafaslah dengan
ringan dan pendek-pendek melalui mulut tetapi jangan terlalu lama karena bisa
mangakibatkan ibu kekurangan oksigen.
Tehnik pernafasan kala 1 akhir, kontraksi pada kala 1 akhir akan terjadi selama
satu menit dan bisa terasa setiap menit. Agar ibu tidak mengejan terlalu awal minta
ibu untuk mengatakan “huh, huh, pyuh”, sambal bernafas pendek-pendek lalu
bernafaslah panjang. Setelah itu, bernafaslah perlahan dan teratur. Masa transisi ini
merupakan masa yang paling sulit kerena kontraksi akan sangat kuat, tetapi serviks
belum membuka seluruhnya. Pada tahap ini, minta ibu jangan mengejan terlebih
dahulu kerena akan menyebabkan serviks oedema.
Visualisasi dan pemusatan perhatian, para penggagas metode ini percaya
melahirkan dapat menyenangkan jika ibu melibatkan otak kanan dalam proses
persalinan. Sehari-hari, manusia lebih banyak bekerja dengan menggunakan otak kiri.
Disisi lain otak kanan yang menyimpan memori tentang keindahan, keyakinan,
imajinasi, dan fantasi sering tidak diperdayakan. Padahal, dengan otak kanan kita
mampu menyembuhkan diri dan menghilangkan rasa sakit termasuk dalam persalinan.
Pemberdayaan otak kanan untuk persalinan yang bebas sakit pada dasarnya
menanamkan keyakinan “melahirkan itu tidak sakit”. Hal ini tidak mudah di terima
begitu saja sehingga otak kanan harus difungsikan meyakininya. Otak kanan adalah
bagian yang mampu memvisualisasikan sesuatu seolah-olah itu nyata. Misalnya
membayangkan seolah-olah sedang berada di taman bunga dan bayi sedang bersama
ibu. Saat otak kanan mencapai 8-13 Hz ternyata kondisi ini merupakan gelombang
alfa atau relaksasi. Seseorang lebih mudah untuk memvisualisasikan serta merasa
lebih nyaman dan tenang. Sementara pada ukuran 13-26 Hz, otak sangat lelah
sehingga tingkat stress tinggi. Orang mudah merasa sakit, letih dan jenih. Setiap ibu
bisa melakukan visualisasi, sebaiknya latihan dilakukan sejak kandungan berusia dua
bulan atau paling lambat tujuh bulan. Dengan visualisasi, ibu juga di bantu untuk
tenang dan menghilangkan trauma atau naluri ekstra bawah sadar. Ibu dapat melatih
visualisasi dalam waktu 7 x 2,5 jam (lebih baik dibawah bimbingan pelatih

12
professional). Music dapat membantu ibu mengalihkan perhatian dari rasa nyeri
sehingga ibu merasa rileks.
2. Metode dan obat penghilang rasa sakit
Rasa sakit juga dapat dihilangkan dengan menggunakan beberapa metode atau
pemberian obat-obatan penghilang rasa sakit, misalnya pethidine, anetesi epidural,
Entonox, tens atau ila (intrathecal labooour analgensia). Namun, belum semua metode
dan obat ada di Indonesia.
a. Pethidine, pemberian pethidine akan membuat tenang, rileks, malas bergerak
dan terasa agak mengantuk, tetapi tetap sadar. Obat itu bereaksi 20 menit,
kemudian akan bekerja selama 2-3 jam dan biasanya diberikan pada kala 1. Obat
biasanya di suntikkan di bagian paha atau pantat. Penggunaan obat ini juga
menyebabkan bayi menyebabkan, tetapi pengaruhnya akan hilang setelah bayi
lahir. Pethidine tidak diberikan secara rutin, tetapi diberikan pada keadaan
kontraksi Rahim yang terlalu kuat.
b. Anestesi epidural, metode ini paling sering di lakukan karena memungkinkan
ibu untuk tidak merasa sakit tanpa tidur. Obat anestesi di suntikan pada rongga
yang kosongtipis (epidural) diantara tulang punggung bagian bawah. Spesialis
anestesi akan memasang kateter untuk mengalirkan obat yang mengakibatkan
syaraf tubuh bagian bawah mati rasaselama sekitar 2 jam, sehingga rasa sakit
tidak terasa. Pemberian obat ini harus diperhitungkan agar tidak ada
pengaruhnya pada kala II persalinan, jika tidak maka ibu akan mengedan lebih
lama.
c. Entonox, metode ini menggunakan campuran oksigen dan nitrous oxide, dapat
menghilangkan rasa sakit, efeknya lebih ringan daripada epidural dan dapat
digunakan sendiri. Jika kontraksi mulai terasa, pegeng masker dimuka, lalu
Tarik nafas dalam-dalam. Rasa sakit akan berkurang dan kepala terasa lebih
ringan
d. TENS, metode penghilang rasa sakit menggunakan mesin TENS
(transcutaneous electrical nerves stimulation) dipilih jika rasa sakit ingin hilang
tanpa mengunakan obat. Mesin ini merupakan suatu sensor eloktronik yang
membantu tubuh menahan rasa sakit dengan mengirim pulsa arus listrik ke
punggung. Beberapa elektroda ditempelkan diatas saraf punggung menuju
Rahim dan dihubungkan dengan panel control yang dipengang untuk menambah

13
atau mengurangi arus listrik. Alat ini mudah digunakan dan tidak
membahayakan
e. Intrathecal labour analgensik, (ILA) adalah suatu tehnik baru untuk
menghilangkan rasa nyeri persalinan yang hamper mirip dengan epidural, tetapi
berbeda pada lokasi dan cara pemberian obat anestesinya. Pada ILA, obat
anestesi di suntukan intratekal, suatu daerah sedikit diatas epidural dan dosis
obat yang diberikan lebih sedikit dibandingkan epidural. Keuntungan tehnik ILA
dari epidural adalah lebih aman karena dosis obat lebih sedikit, lebih mudah
dilakukan, dan biayanya relative lebih mudah.

G. Persiapan Persalinan (Depkes RI 2007)


1. Mempersiapkan Ruangan Untuk Persalinan Dan Kelahiran Bayi

Persalinan dan kelahiran bayi mungkin terjadi dirumah (rumah ibu ataupun
kerabat), ditempat bidan, puskesmas, polindes atau rumah sakit. Pastikan ketersediaan
bahan-bahan dan sarana yang memadai. Laksanakan upaya PI sesuai dengan standar
yang telah di tetapkan (JNKP-KR, 2007).
Dimanapun persalinan dan kelahiran bayi terjadi, diperlukan hal-hal pokok
seperti berikut ini: ruangan yang hangat dan bersih, memiliki sirkulasi udara yang baik
dan terlindung dari tiupan angin; sumber air mengalir dan bersih untuk mencuci
tangan dan memandikan ibu sebelum dan sesudah melahirkan; air DTT (air yang
dididihkan atau didinginkan) untuk membersihkan vulvadan perineum sebelum
melakukan pemeriksaan dalam dan membersihkan perineum ibu setelah melahirkan.
Kecukupan air bersih, klorin, deterjen, kain pembersih, kain pel dan saring
tangan karet untuk membersihkan ruangan, lantai, perabotan, dekontaminasi dan
proses peralatan.
Kamar mandi yang bersih untuk kepersihan pribadi ibu dan penolong
persalinan, pastikan bahwa kamar mandi telah di dekontaminasi dengan larutan klorin
0,5 %, dibersikan dengan deterjen dan air sebelum persalinan dimulai dan setelah bayi
lahir
Tempat yang lapang untuk ibu berjalan-jalan dan menunggu saat persalinan,
melahirkan bayi dan untuk memberikan asuhan bagi ibu dan bayinya setelah
persalinan. Pastikan bahwa ibu mendapatkan privasi yang diinginkan.

14
Penerangan yang cukup, baik siang hari maupun malam hari, tempat tidur
yang bersih untuk ibu, tutupi Kasur dengan plastic atau lembaran yang mudah
dibersihkan jika terkontaminasi.
Meja yang bersih atau tempat untuk menaruh perelatan persalinan, meja untuk
tindakan resusitasi bayi baru lahir (JNKP-KR, 2007).

2. Persiapan Perlengkapan, Bahan-Bahan Dan Obar-Obatan Yang Diperlukan


Pastikan kelengkapan jenis dan jumlah bahan-bahan yang diperlukan serta
dalam keadaan siap pakai pada setiap persalinan dan kelahiran bayi jauh dari fasilitas
kesehatan, bawalah semua keperluan peralatan tersebut ke lokasi persalinan. Ketidak
mampuan untuk menyediakan semua perlengkapan, bahan-bahan dan obat-obat
esensial pada saat diperlukan akan meningkatkan resiko terjadinya penyulit pada ibu
dan bayi baru lahir sehingga keadaan ini dapat membahayakan keselamatan jiwa
mereka (JNKP-KR, 2007).
Pada setiap persalinan dan kelahiran bayi periksa semua peralatan sebelum dan
setelah memberikan asuhan. Segera ganti peralatan yang hilang atau rusak periksa
semua obat-obatan dan bahan-bahan sebelum dan setelah menolong persalinan dan
melahirkan bayi. Segera ganti obat apapun yang telah digunakan atau hilang pastikan
bahwa perlengkapan dan bahan-bahan sudah bersih dan siap pakai. Partus set,
peralatan untuk melakukan penjahitan, dan peralatan untuk resusitasi bayi baru lahir
sudah dalam keadaan DTT atau steril (JNKP-KR, 2007).

3. Persiapan Rujukan
Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarganya. Jika terjadi penyulit,
keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas yang sesuai dapat membahayakan jiwa ibu
dan/atau bayinya. Jika perlu dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi yang tertulis
semua asuhan/keperawatan yang telah diberikan dan semua hasil penilaian (termasuk
partograf) untuk di bawa ke fasilitas rujukan. Jika ibu dating hanya untuk
mendapatkan asuhan persalinan dan kelahiran bayi dan ia tidak siap atau kurang
memahami bahwa kondisi nya memerlukan upaya rujukan maka lakukan konseling
terhadap ibu dan keluarganya tentang perlunya memiliki rencana rujukan. Bantu
mereka mengembangkan rencana rujukan pada saat awal persalinan (JNKP-KR,
2007).

15
H. Asuhan Keperawatan Persalinan Normal
1. Definisi:
Proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42
minggu), tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin.

2. Etiologi:
Apa yang menyebabkan partus belum diketahui benar benar yang ada
hanyalah merupakan teori teori yng komplek antara lain:

a. Faktor hormone
b. Struktur Rahim
c. Pengaruh pada tekanan saraf dan nutrisi
3. Fisiologi:
Persalinan dibagi dalam 4 kala:

a. Kala 1

Saat persalinan (mulai HIS) sampai pembukaan lengkap (10 cm). proses ini
terbagi 2 fase :

1) Fase laten, pembukaan berlangsung lambat.

Pembukaan serviks 0-3 cm berlangsung dalam 10-2 jam pada primi dan 6-
8 jam pada multigravida .

2) Fase aktif,pembukaan lebih cepat

Fase ini dibagi dalam:

a) Fase accelerasi(fase percepatan),dari pembukaan 3 sampai 4 cm,yang


dicapai selama 2 jam
b) Fase kemajuan maksimal,dari pembukaan 4 sampai 9 cm, selama 2
jam.
c) Fase decelerasi (kurangnya percepatan),dari pembukaan 9 sampai 10
cm,selama 2 jam .
b. Kala II

Dimulai dari pembukaan lengkap (10) sampai bayi lahir .proses ini biasanya
berlangsung tidak lebih dari 30 ment

16
c. Kala III

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,yang berlangsung


tidak lebih dalam 20 menit

d. Kala IV
Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post partum.

Lama persalinan pada primi dan multi:

Primi Multi
Kala 1 13 jam 7 jam
Kala II 1-2 jam 30 menit
Kala III 10 menit 10 menit
Persalinan 14 jam 8 jam

4. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal yang sangat menentukan keberhasilan dari
proses keperawatan tersebut. Pengkajian harus dilakukan secara teliti sehingga
didapatkan informasi yang tepat. Adapun hal yang perlu dikaji dalam kasus ini antara
lain ;

a. Identitas klien

Nama, tempat tanggal lahir, umur, jenis kelamin, agama/suku, warga


Negara, bahasa yang digunakan, penanggung jawap meliputi : nama, alamat,
hubungan dengan klien.

b. Pola persepsi kesehatan-pemeliharaan kesehatan.


Kaji status riwayat kesehatan yang pernah dialami klien, apa upaya dan
dimana kliwen mendapat pertolongan kesehatan, lalu apa saja yang membuat
status kesehatan klien menurun.
c. Pola nutris metabolik.

Tanyakan kepada klien tentang jenis, frekuensi, dan jumlah klien makan
dan minnum klien dalam sehari. Kaji selera makan berlebihan atau berkurang,
kaji adanya mual muntah ataupun adanyaterapi intravena, penggunaan selang

17
enteric, timbang juga berat badan, ukur tinggi badan, lingkaran lengan atas serta
hitung berat badan ideal klien untuk memperoleh gambaran status nutrisi.

d. Pola eliminasi.
1) Kaji terhadap rekuensi, karakteristik, kesulitan/masalah dan juga
pemakaian alat bantu seperti folly kateter, ukur juga intake dan output.
2) Eliminasi proses, kaji terhadap prekuensi, karakteristik,
kesulitan/masalah defekasi dan juga pemakaian alat bantu/intervensi dalam
Bab.
e. Pola aktivitas dan latihan

Kaji kemampuan beraktivitas baik sebelum sakit atau keadaan sekarang dan
juga penggunaan alat bantu seperti tongkat, kursi roda dan lain-lain. Tanyakan kepada
klien tentang penggunaan waktu senggang. Adakah keluhanpada pernapasan, jantung
seperti berdebar, nyeri dada, badan lemah.

f. Pola tidur dan istirahat

Tanyakan kepada klien kebiasan tidur sehari-hari, jumlah jam tidur, tidur
siang. Apakah klien memerlukan penghantar tidur seperti mambaca, minum susu,
menulis, memdengarkan musik, menonton televise. Bagaimana suasana tidur klien
apaka terang atau gelap. Sering bangun saat tidur dikarenakan oleh nyeri, gatal,
berkemih, sesak dan lain-lain.

g. Pola persepsi kogniti

Tanyakan kepada klien apakah menggunakan alat bantu pengelihatan,


pendengaran. Adakah klien kesulitan mengingat sesuatu, bagaimana klien
mengatasi tak nyaman : nyeri. Adakah gangguan persepsi sensori seperti
pengelihatan kabur, pendengaran terganggu. Kaji tingkat orientasi terhadap
tempat waktu dan orang.

h. Pola persepsi dan konsep diri

Kaji tingkah laku mengenai dirinya, apakah klien pernah mengalami putus
asa/frustasi/stress dan bagaimana menurut klien mengenai dirinya.

18
i. Pola peran hubungan dengan sesame

Apakah peran klien dimasyarakat dan keluarga, bagaimana hubungan


klien di masyarakat dan keluarga dn teman sekerja. Kaji apakah ada gangguan
komunikasi verbal dan gangguan dalam interaksi dengan anggota keluarga dan
orang lain.

j. Pola produksi seksual

Tanyakan kepada klien tentang penggunaan kontrasepsi dan permasalahan


yang timbul. Berapa jumlah anak klien dan status pernikahan klien.

k. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress.

Kaji faktor yang membuat klien marah dan tidak dapat mengontrol diri,
tempat klien bertukar pendapat dan mekanisme koping yang digunakan selama
ini. Kaji keadaan klien saat ini terhadap penyesuaian diri, ugkapan,
penyangkalan/penolakan terhadap diri sendiri.

l. Pola system kepercayaan

Kaji apakah klien sering beribadah, klien menganut agama apa. Kaji
apakah ada nilai-nilai tentang agama yang klien anut bertentangan dengan
kesehatan.

5. Diagnosa Keperawatan :
a. Nyeri b.d kontraksi uterus
DO:
1. Gravida aterm,inpartu kala 1
2. Tampak meringis
3. His 1x5’- 45”
4. Pengeluaran pervagina ( blood streep, air ketuban)

DS :

Mengeluhksn nyeri daerah ari arid an pingggang sering dan hilang timbul/ perut
tegang

Tujuan:

19
Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang muncul (1hari)

Kriteria :

a) Klien dapat melakukan upaya relaksasi saat his.


b) Klien dapat beristirahat saat hits tidak ada
Renpra :
1. Kaji pengalaman nyeri klien , tentukan tingkat nyeri yang di alami.
2. Pantau keluhan nyeri klien (verbal dan non verbal)
3. Observasi his dan dilaktasi serviks.
4. Beri kesempatan untuk istirahat (terutama bila nyeri ) lingkungan yang tenang,
nyaman,minimalisir stressor.
5. Ajarkan tinndakan penurunan nyeri non invasif ( relaksasi ):
a) Relaksasi otot
b) Masase pinggang belakang .
c) Bernafas perlahan, teratur atau nafas dalam kepala tinju menguap .
6. Ajurkan mobilisasi semampu klien.
7. Beri informasi yang akurat untuk mentolelir rasa sakit.
8. Jelaskan alasan mengapa kien dapat mengalami peningkatan/ penurunan nyeri,
minsal: kecemasan, keletihan, meningkatan,distraksi ( menurunkan)
b. kecemasan b.d proses persalinan

DO:
1. Tampak cemas
2. Bingung & gelisah
3. Sulit bekerjasama
DS:
1. Cemas
2. Menanyakan keadaan persalinanya
Tujuan:

Kecemasan teratasi ( 1hari)

Kriteria :

1. Menampilkan pola koping yang positif:tenang ,komunikatif kooperatif.


Renpra:

20
a. Kaji tingkat penyebab kecemasan klien.
b. Orientasi pada lingkungan dan penjelasan sederhana
c. Bicara perlahan dan tenang menggunakan kalimat pendek dan sederhana
d. Beri informasi yang cukup mengenai pasca persalinan dan persiapanya.
e. Beri dorongan untuk mengekspresikan perasaan.
f. Beri pendamping libatkan keluarga
g. Ajarkan tekhnik relaksasi:
h. Bernafas dengan irama lambat
i. Relaksasi:mengundukan otot dan massage
j. Perlihatkan rasa seperti: tenang ,menyentuh .
k. Singkirkan stimulasi yang berlebihan, minsal:menjaga ketenangan
lingkungan, batasi kontak dengan orang lain/ keluarga yang juga
mengalami kecemasan
l. Beri informasi tenang kemajuan persalinan dan mottivasi ibu untuk
melewati fase tersebut.
c. Resiko cedera b.d proses persalinan

DO:

1. Hasil palpasi
2. Gravida aterm kala 1
3. His 1x5’ 45”
4. Hasil pemeriksaan dalam
5. Hasil Hb,CT,BT,CTG
6. Pengeluaran pervaginam.

Tujuan :

Tidak terdapat cedera/ komplikasi persalinan ( selama persalinan)

Kriteria:

1. Bayi lahir selamat


2. Keadaan ibu post partum, baik.

Repra:

1. Orientasikan klien baru terhadap lingkungan kamarnya.

21
2. Jelaskan penggunaan bel dan airphone
3. Ajarkan klien/ lakukan cara persalinan yang benar.
4. Kaji dan monitori: keadaan janin, adanya fatal distress,pengeluaran
pervaginam ( perdarahan dan ar ketuban) , his, tanda komplikasi ,periksa
dalam, tanda vital, kontraksi uterus ,kemajuan persalinan,apgar score.
5. Lakukan tindakan dan persiapan persalinan yang aman, siapkan peralatan
resutitasi sebelum kala III
6. Kolaborasi dengan dokter untuk penanganan medis.
d. Resti/ actual kekurangan vol. cairan b. d perdarahan post partum

DO:

Perdarahan post partum>500 cc

Tujuan:

Tidak terjadi kekurangan volume cairan ( kala I -Iv)

Kriteria:

1. Perdarahan <500 cc dari kala I-IV


2. Kontarksi uterus baik

Renpra

1. Kaji cairan yang disukai/ tidak disukai,beri cairan yang di perbolehkan


dalam batasan diet
2. Kaji dan observasi penyebab kekurangan cairan : perdarahan.
3. Kaji dan monitor keadaan post partum : uterus ,perubahan vagina, perineum,
keadaan kandung kemih.
4. Hindari vagina touch/ periksa dalam
5. Rencankan dan berikan asupan cairan sesuain kebutuhan.
6. Pantau hasil kadar elekrtrolit darah , hematokrit dan hb.
7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi dan pemeriksaan labor.
e. Resiko infeksi b. d trauma selama persalinan , episiotomi
DO:
1. Ibu post partum
2. Ada luka episiotomy/ robek

22
3. Suhu > 37
4. Payudara teraba panan dan nyeri

DS:

1. Ibu mengatkan nyeri pada luka episiotomie


2. Ibu mengatakan payudara sakit.
Tujuan:
Tidak terjadi infeksi (1-3)
Kriteia :
1. Luka episiotomie/ robek kering dan membaik
2. Tanda tanda infeksi (-)
3. Luka tidak bau

Renpra:

1. Kaji faktor resiko terhadap infeksi nosokimial


2. Kurangi organisme yang terjadi pada individu :
a) Cuci tangan
b) Persona hygiene,vulva hygiene.
c) Tekhnik aseptic dan antiseptic
d) Tekhnik steril untuk perawatan luka
3. Ajarkan individu dan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi
4. Kurangi kerentangan terhadap infeksi
a) Motivasi dan pertahankan masukan protein dan kalori
b) Minimalkan lamanya tinggak di rumah sakit
c) Anjurkan ibu untuk menyusiui bayinya.
5. Pantau tanda tanda infeksi: demam, nyeri, lokea,keadaan luka,.
6. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi pencegahan infeksi
f. Intoleransi aktivitas b.d keletihan
DO:
Klien tampak lemah
DS:
Klien mengatasi capek / letih
Tujuan :
Aktivitas maksimal dapat tercapai( 6 jam)

23
Kriteria:
Memperlihatkan kemampuan aktifitas s.d mandiri
Renpra:
1. Kaji kemampuan aktifitas klien.
2. Tingkatkan aktifitas secara bertahap
3. Rencanakan waktu istirahat sesuai jadwal sehari hari
4. Beri dan motivasi asupan makan untuk energy
5. Bantu penemuan aktifitas yang tidak dapat/ tidak boleh dilakukan klien, kalau
perlu libatkan keluarga.
g. Kurang pengetahuan tentang perawatan bayi.
DO:
1. Masih tampak bingung
2. Tampak kaku memegang bayi
DS:
Menanyakan tentang cara merawat bayi.
Tujuan:
Klien tahu dan mengerti tentang informasi yang diberikan (1-2 hari)
Kriteia:
Klien dapat mendemonstrasikan cara merawat bayi
Renpra:
1. Kaji tingkat pengetahuan klien
2. Identifikasi faktor penyebab/ penunjang yang dapat menghalangi
penatalaksanaan efektif( kesadran / kemauan , pengetahuan ,dukungan dan
sumber)
3. Jelaskan/ ajarkan cara perawatan bayi , perawatan tali pusat,perawatan
payudara dan ASI eksklusif .
4. Beri dan fasilitasi kebutuhan informasi yang cukup utnuk klien dan keluarga
5. Beri kesempatan bertanya dan libatkan dalam perawatan.
6. Beri pujian dan dorongan untuk tindakan / kegiatan positif yang dilakukan
klien/ keluarga.

Penyuluhan

1. Kebersihan diri dan vulva hygiene


2. Perawatan payudara

24
3. ASI ekslusif
4. Perawatan bayi dan tali pusat
5. Control pertumbuhan dan perkembangan bayi, imunisasi bayi.

25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persalinan normal disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi pada
letak belakang kepala dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat-alat serta tidak
melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Persalinan dimulai
(inpartu) pada saat uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks
(membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap.

Persalinan dibagi dalam empat kala yaitu kala 1 (dimulai dari saat persalinan mulai
sampai pembukaan lengkap), kala 2 (dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi lahir),
kala 3 (dimulai segera setelah lahir sampai lahirnya plasenta) dan kala 4 (dimulai saat
lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama postpartum)

Setelah persalinan ibu maupun bayi dalam kondisi baik. Kelahiran bayi merupakan
pristiwa penting bagi kehidupan seorang pasien dan keluarganya. Sangat penting untuk
diingat bahwa persalinan adalah proses yang normal dan merupakan kejadian yang sehat.
Namun demikian, potensi terjadinya komplikasi yang mengancam nyawa selalu ada
sehingga bidan harus mengamati dengan ketat pasien dan bayi sepanjang proses
melahirkan. Dukungan yang terus menerus dan penatalaksanaan yang trampil dari bidan
dapat menyumbangkan suatu pengalaman melahirkan yang menyenagkan dengan hasil
persalinan yang sehat dan memuaskan. (APN Revisi tahun 2010).

B. Saran
Makalah yang telah disusun ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu di harapkan
saran dan kritik yang membangun dari para pembaca demi sempurnanya makalah
ini. Terima kasih.

26
DAFTAR PUSTAKA

Yeye. Ai, dkk. 2009. Asuhan Kebidanan 2 (persalinan). Jakarta; TIM

Nugroho, Taufan. 2011. Asuhan Keperawatan Materitas, Anak, Bedah, Penyakit Dalam.
Yogyakarta: Nuha Medika

27

Anda mungkin juga menyukai