Oleh:
Afrini F. F. Wior
Armista
Kuswindarti
Andi Rianto
1. Latar belakang
Kekurangan energi protein merupakan salah satu masalah gizi masyarakat yang
utama di Indonesia. Upaya untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat telah
dilaksanakan melalui berbagai program perbaikan gizi oleh Departemen Kesehatan
bekerja sama dengan masyarakat. Penderita gizi buruk yang paling banyak dijumpai
ialah tipe marasmus. Hal ini dapat dipahami karena marasmus sering berhubungan
dengan keadaan kepadatan penduduk dan higiene yang kurang serta terjadinya krisis
ekonomi di Indonesia.
2. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari pembahasan materi ini penulis berharap agar kita semua,
khususnya para pembaca dapat memahami tentang masalah Kekurangan energi
protein.
2. Tujuan khusus
3. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar pembaca khususnya mahasiswa
di bidang keperawatan dapat memahami tentang kekurangan energi dan protein.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
KEKURANGAN ENERGI PROTEIN(KEP)
A. Pengertian
Kekurangan energi protei ini terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi
energi atau karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi atau terjadinya defisiensi
atau defisit energi dan protein. Pada umumnya penyakit ini terjadi pada anak balita
karena pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Apabila konsumsi
makanan tidak seimbang dengan kebutuhan energi maka akan terjadi defisiensi tersebut
(kurang energi dan protein).
A. KEP ringan, kalau berat badan anak mencapai 84-95 % dari berat badan normal.
B. KEP sedang, kalau berat badan anak hanya mencapai 44 -60 % dari berat badan
normal .
C. KEP berat (gizi buruk), kalau berat badan anak kurang dari 60% dari berat badan
normal.
Penyakit KEP ini dikenal dengan nama kwashiorkor, Marasmus dan Marasmic
Kwashiorkor. Kwaskiorkor disebabkan karena kekurangan protein, Marasmus kekurangan
energi (kalori), dan marasmic kwshiorkor kekurangan energi dan protein.
Penyakit KEP pada orang dewasa memberikan tanda-tanda klinis : oedema atau
hunger oedem atau juga disebut penyakit kurang makan, kelaparan atau busung lapar.
Oedema pada penderita biasanya tampak pada daerah kaki.
B. Etiologi
C. Patofisiologi
Kekurangan energi protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan energi,
protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan makanan,
tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok
atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat
(glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya
kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam
sudah dapat terjadi kekurangan.
D. Manifestasi Klinik
Kwaskiorkor tanda tandanya:
Badan gemuk berisi cairan
Warna kulit lebih muda (depigmentasi kulit)
Rambut kemerahan
Muka bulat ( Moon Fase )
4
Tinja lebih encer akibat gangguan penyerapan makanan terutama gula
Kaki bengkak
Kulit bercak bercak dan bersisik
E. Komplikasi
Infeksi
Kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung
Malabsorpsi
Gangguan metabolik
Penyakit ginjal menahun
Gangguan pada saraf pusat.
Gangguan asupan vitamin dan mineral.
Anemia gizi
F. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium meliputi: albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb,
5
Ht, dan transferin
Pemeriksaan radiologis
G. Penatalaksanaan
a) Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas
biologiknya baik. Diet tinggi energi, protein, mineral dan vitamin.
b) Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
c) Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
d) Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian
antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, kaji tanda-tanda
vital.
6
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Kekurangan energi protein ini terjadi karena ketidakseimbangan antara
konsumsi energi atau karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi atau terjadinya
defisiensi atau defisit energi dan protein. Pada umumnya penyakit ini terjadi pada anak
balita karena pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Apabila
konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan energi maka akan terjadi
defisiensi tersebut (kurang energi dan protein).
Kekurangan energi protein atau KEP dibagi atas KEP ringan, KEP sedang dan
KEP berat. KEP berat (gizi buruk) lebih sering disebut marasmus, kwashiorkor atau
marasmic kwaskiorkor. Kwaskiorkor disebabkan karena kekurangan protein, marasmus
kekurangan energi (kalori), dan marasmic kwashiorkor kekurangan energi dan protein.
KEPUSTAKAAN