Anda di halaman 1dari 7

TUGAS KELOMPOK

KEKURANGAN ENERGI PROTEIN

Oleh:
Afrini F. F. Wior

Armista

Kuswindarti

Andi Rianto

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan


CAHAYA BANGSA BANJARMASIN
TAHUN 2012
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Kekurangan energi protein merupakan salah satu masalah gizi masyarakat yang
utama di Indonesia. Upaya untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat telah
dilaksanakan melalui berbagai program perbaikan gizi oleh Departemen Kesehatan
bekerja sama dengan masyarakat. Penderita gizi buruk yang paling banyak dijumpai
ialah tipe marasmus. Hal ini dapat dipahami karena marasmus sering berhubungan
dengan keadaan kepadatan penduduk dan higiene yang kurang serta terjadinya krisis
ekonomi di Indonesia.

2. Tujuan
1. Tujuan umum

Tujuan umum dari pembahasan materi ini penulis berharap agar kita semua,
khususnya para pembaca dapat memahami tentang masalah Kekurangan energi
protein.

2. Tujuan khusus

Memberikan pengertian kurang energi dan protein.

Menjelaskan etiologi kurang energi dan protein.

Menjelaskan patofisiologi kurang energi dan protein.

Menjelaskan tanda dan gejala kurang energi dan protein.

3. Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah agar pembaca khususnya mahasiswa
di bidang keperawatan dapat memahami tentang kekurangan energi dan protein.

2
BAB II

TINJAUAN TEORITIS
KEKURANGAN ENERGI PROTEIN(KEP)

A. Pengertian
Kekurangan energi protei ini terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi
energi atau karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi atau terjadinya defisiensi
atau defisit energi dan protein. Pada umumnya penyakit ini terjadi pada anak balita
karena pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Apabila konsumsi
makanan tidak seimbang dengan kebutuhan energi maka akan terjadi defisiensi tersebut
(kurang energi dan protein).

Penyakit ini dibagi dalam tingkat-tingkat, yakni :

A. KEP ringan, kalau berat badan anak mencapai 84-95 % dari berat badan normal.
B. KEP sedang, kalau berat badan anak hanya mencapai 44 -60 % dari berat badan
normal .
C. KEP berat (gizi buruk), kalau berat badan anak kurang dari 60% dari berat badan
normal.

Penyakit KEP ini dikenal dengan nama kwashiorkor, Marasmus dan Marasmic
Kwashiorkor. Kwaskiorkor disebabkan karena kekurangan protein, Marasmus kekurangan
energi (kalori), dan marasmic kwshiorkor kekurangan energi dan protein.

Penyakit KEP pada orang dewasa memberikan tanda-tanda klinis : oedema atau
hunger oedem atau juga disebut penyakit kurang makan, kelaparan atau busung lapar.
Oedema pada penderita biasanya tampak pada daerah kaki.

B. Etiologi

Kekurangan energi proteinyang dapat terjadi karena

 Diet yang tidak cukup


 Kebiasaan makan yang tidak tepat seperti yang hubungan dengan orangtua-anak
terganggu,karena kelainan metabolik, atau malformasi congenital.
3
 Pada bayi dapat terjadi karena tidak mendapat cukup ASI dan tidak diberi
makanan penggantinya atau sering diserang diare.
 Kemiskinan
 Ketidaktahuan tentang gizi
 Penyakit infeksi
 Gangguan pencernaan

C. Patofisiologi

Kekurangan energi protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan energi,
protein, atau keduanya tidak tercukupi oleh diet. Dalam keadaan kekurangan makanan,
tubuh selalu berusaha untuk mempertahankan hidup dengan memenuhi kebutuhan pokok
atau energi. Kemampuan tubuh untuk mempergunakan karbohidrat, protein dan lemak
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan kehidupan, karbohidrat
(glukosa) dapat dipakai oleh seluruh jaringan tubuh sebagai bahan bakar, sayangnya
kemampuan tubuh untuk menyimpan karbohidrat sangat sedikit, sehingga setelah 25 jam
sudah dapat terjadi kekurangan.

Akibatnya katabolisme protein terjadi setelah beberapa jam dengan


menghasilkan asam amino yang segera diubah jadi karbohidrat di hepar dan ginjal.
Selam puasa jaringan lemak dipecah menjadi asam lemak, gliserol dan keton bodies.
Otot dapat mempergunakan asam lemak dan keton bodies sebagai sumber energi kalau
kekurangan makanan ini berjalan menahun. Tubuh akan mempertahankan diri jangan
sampai memecah protein lagi setelah kira-kira kehilangan separuh dari tubuh.

D. Manifestasi Klinik
Kwaskiorkor tanda tandanya:
 Badan gemuk berisi cairan
 Warna kulit lebih muda (depigmentasi kulit)
 Rambut kemerahan
 Muka bulat ( Moon Fase )

4
 Tinja lebih encer akibat gangguan penyerapan makanan terutama gula
 Kaki bengkak
 Kulit bercak bercak dan bersisik

Marasmus tanda tandanya:


 Badan kurus kering
 Rambut rontok
 Wajah cenderung tua
 Mata tampak besar dan dalam
 Ubun ubun besar cekung
 Anak cengeng dan rewel
 Tulang belakang menonjol

Sedangkan Marasmic-Kwaskiorkor tanda tandanya adalah gabungan Kwashiorkor dan


Marasmus.

E. Komplikasi

 Infeksi
 Kelainan bawaan saluran pencernaan atau jantung
 Malabsorpsi
 Gangguan metabolik
 Penyakit ginjal menahun
 Gangguan pada saraf pusat.
 Gangguan asupan vitamin dan mineral.
 Anemia gizi

F. Pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan fisik
 Pemeriksaan laboratorium
 Pemeriksaan laboratorium meliputi: albumin, kreatinin, nitrogen, elektrolit, Hb,

5
Ht, dan transferin
 Pemeriksaan radiologis

G. Penatalaksanaan

a) Keadaan ini memerlukan diet yang berisi jumlah cukup protein yang kualitas
biologiknya baik. Diet tinggi energi, protein, mineral dan vitamin.
b) Pemberian terapi cairan dan elektrolit.
c) Penatalaksanaan segera setiap masalah akut seperti masalah diare berat.
d) Pengkajian riwayat status sosial ekonomi, kaji riwayat pola makan, pengkajian
antropometri, kaji manifestasi klinis, monitor hasil laboratorium, kaji tanda-tanda
vital.

Penanganan KEP berat

Secara garis besar, penanganan KEP berat dikelompokkan menjadi pengobatan


awal dan rehabilitasi. Pengobatan awal ditujukan untuk mengatasi keadaan yang
mengancam jiwa, sementara fase rehabilitasi diarahkan untuk memulihkan keadaan gizi.

Upaya pengobatan, meliputi :

 Pengobatan/pencegahan terhadap hipoglikemi, hipotermi, dehidrasi.


 Pencegahan jika ada ancamanperkembangan renjatan septik
 Pengobatan infeksi
 Pemberian makanan
 Pengidentifikasian dan pengobatan masalah lain, seperti kekurangan vitamin,
anemia berat dan payah jantung.

6
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Kekurangan energi protein ini terjadi karena ketidakseimbangan antara
konsumsi energi atau karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi atau terjadinya
defisiensi atau defisit energi dan protein. Pada umumnya penyakit ini terjadi pada anak
balita karena pada umur tersebut anak mengalami pertumbuhan yang pesat. Apabila
konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan energi maka akan terjadi
defisiensi tersebut (kurang energi dan protein).

Kekurangan energi protein atau KEP dibagi atas KEP ringan, KEP sedang dan
KEP berat. KEP berat (gizi buruk) lebih sering disebut marasmus, kwashiorkor atau
marasmic kwaskiorkor. Kwaskiorkor disebabkan karena kekurangan protein, marasmus
kekurangan energi (kalori), dan marasmic kwashiorkor kekurangan energi dan protein.

KEPUSTAKAAN

1. Aritonang, E. 2004. Kurang Energi Protein (Protein Energy Malnutrition). USU


digital library
2. Pudjiani, 2000, Ilmu Gizi Klinis Pada Anak, Penerbit FKUI, Jakarta.
3. Departemen Kesehatan RI, 1999, Pedoman Tatalaksana KEP pada Anak di
Puskesmas dan di Rumah Tangga, Bhakti Husada, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai