Anda di halaman 1dari 8

Tugas 3

REFLEKSI DAN PETA KETERKAITAN ANTAR BAB VII


SAMAPAI BAB XI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Kognisi dalam Pembelajaran Matematika
Pengampuh : Dr. Hongki Julie, M.Si

Disusun oleh :
Nicholas Maryanto Lagut (181442008)

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN MATEMATIKA


JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
BAB VII

Dalam bab ini akan dibahas tentang pemahaman dalam belajar matematika, bukan tentang

mengajar matematika. Tujuan dari bab ini untuk menyarankan bahwa kesalahan bukanlah pada

diri mereka (siswa), perilaku tersebut mungkin sudah ada dalam materi selain matematika yang

telah mereka hadapi.

Dari bab ini, diperoleh pelajaran bahwa selain dari tingkat kecerdasan siswa, guru juga

sebaiknya melihat dari tingkat emosi dan faktor lain yang ada di dalam diri siswa. Dengan kata

lain bahwa guru harus mampu mengenali siswa secara mendalam. Salah satu faktor yang harus

diperhatikan betul adalah masalah kecemasan dan motivasi. Kedua faktor ini sama-sama memiliki

peran pada berlangsungnya proses pembelajaran bagi siswa. Setelah menganalisi kedua faktor

tersebut, guru seharusnya mampu atau paling tidak tau bagaimana menganalisis masalah tersebut,

sehingga dapat memberikan pembelajaran yang baik di dalam kelas.

Guru diharapkan dapat memberikan suatu pembelajaran yang dapat membangun

pemahaman siswa agar siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan matematikanya, yaitu dimana:

 Pengetahuan tidak bisa diterima siswa secara pasif, namun pengetahuan terbentuk melalui

aktivitas atau penemuan (terkonstruksi) oleh diri siswa. Piaget (1972) menyatakan bahwa

matematika dikonstruksi siswa bukan seperti menemukan batu dan bukan pula seperti

menerima sesuatu pemberian seseorang

 Siswa mengkreasi (mengkonstruksi) pengetahuan matematik baru melalui refleksi dari

kegiatan fisik dan mental. Mereka mengamati hubungan, mengenali pola, membuat

generalisasi dan abstraksi seperti halnya mereka mengintegrasikan pengetahuan baru ke

dalam struktur yang telah ada.


 Belajar merupakan refleksi dari suatu proses sosial di mana siswa terlibat dalam kegiatan

interaksi seperti dialog dan diskusi antar sesama mereka dan guru. Perkembangan

intelektual seperti ini tidak hanya melibatkan benda-benda manipulatif, menemukan pola,

menemukan algoritma sendiri, dan menemukan beragam solusi, namun juga berbagi

pengalaman mengenai hasil pengamatan masing-masing, menggambarkan keterhubungan,

menjelaskan cara yang mereka tempuh, dan alasan suatu proses yang mereka lakukan

Perlunya proses diskusi dalam pembelajaran matematika dapat mendorong siswa untuk

mengeksplorasi apa yang ia pikirkan atau pahami tentang sesuatu hal yang akan dicari

solusinya. Dengan berdiskusi baik dengan guru maupun dengan teman siswanya, seorang

siswa dilatih untuk percaya akan dirinya sendiri dan berani untuk mengungkapkan

pendapatnya. Kegiatan diskusi yang baik akan membantu siswa untuk menemukan

pemahamannya sendiri tentang suatu materi yang dipelajari.

BAB VIII

Hal yang bias didapat adalah dalam belajar, kita perlu membangun skema-skema yang nantiya

bisa kita gunakan dalam mencapai tujuan. Hal ini dipandang lebih efektif daripada ketika kita

hanya menghafalkan informasi-informasi baru itu. Selain dapat menyesatkan kita pada tujuan yang

salah, bisa juga apa yang sudah kita hafalkan mudah dilupakan.

Dalam mencapai tujuan, kita harus dapat membedakan mana hal yang bisa menjadi stimulus

dalam mencapai tujuan dan mana hal yang tidak dapat menjadi stimulus. Hal ini dikarenakan

supaya jalan/cara yang kita pilih adalah yang efektif. Oleh sebab itu perlu bagi kita untuk membuat

suatu perjalanan pada bagaimana mendapatkan tujuan tersebut.


Cara skematik adalah cara yang sangat direkomendasikan untuk menyusun rencana demi

mencapai tujuan. Selain itu juga dapat memberikan kita ilmu tambahan, dikarenakan untuk

menyusun suatu skema, kita perlu mencari dan membentuk skema awal dari kumpulan konsep-

konsep yang secara tidak sengaja menjadi ilmu tambahan bagi kita dimana bisa jadi konsep-

konsep tersebut diluar konsep yang akan digunakan untuk mendapatkan tujuan kita.

BAB IX

Hal yang bias didapat adalah untuk membangun sebuah pengetahuan, haruslah dibangun dari

susunan konsep–konsep yang nantinya akan menjadi sebuah skema melalui relasi-relasi antar

konsep. Hal ini disarankan untuk dilakukan pada semua pembelajar dikarenakan memori yang

tersimpan dari pembelajaran yang skematik akan terpatri lebih lama bahkan sampai tua daripada

hanya menghafalkan. Pembelajar yang cerdas mengharuskan terbentuk hubungan konseptual

daripada menghafal. Untuk hasil yang sukses, kombinasi terbaik adalah mengkoneksikan skema

dengan sebanyak mungkin konseptual link (C-link) dalam pikiran kita. Untuk menjadi lancar

dalam melakukan sesuatu, maka kita harus melakukannya secara rutin. Kombinasi ini merupakan

pondasi penting untuk dapat melakukan pemecahan masalah yang benar.

BAB X

Hal yang biasa didapat adalah adalah bahwa menurut Piaget terdapat dua paradigma yang ada

dalam dunia pendidikan, yaitu paradigma behavioristik dimana dalam paradigma ini

mementingkan pada ketegasan sikap siswa yang ditinjau dari tingkah lakunya. Sedangkan

paradigma yang kedua adalah paradigma Piaget dimana dalam paradigma ini yang diutamakan
adalah pada proses mental yang muncul pada tingkah laku subjek yang bisa diamati dan hal ini

merupakan hasil proses internal terhadap subjek.

Dan jika dikaitkan dengan Matematika maka pendidik harus memberikan suatu ide kreatif

untuk membuat suatu proses pembelajaran yang dapat menghasilkan ide kreatif dari peserta didik.

Proses pembelajaran tersebut dapat berupa penggalian skema yang telah dipahami oleh peserta

didik sebelumnya. Hal tersebut memiliki tujuan agar peserta didik akan belajar dengan cara

membangun pemikirannya bukan dengan hanya pembelajaran yang dilakukan secara formalitas.

Oleh karena itu, mengkonstruksi teori serta pengembangan kurikulum harus dilakukan dengan

meningkatkan profesionalisme diri pendidik. Hal yang dapat dilakukan yaitu dengan

menggunakan pemahaman teori dari dirinya sendiri yang memiliki hubungan dengan pengalaman

dirinya dan apa yang diperlukan dalam proses pembelajaran sehingga akan dipadukan dengan

pengalaman peserta didik di dalam kelas pembelajaran.

BAB XI

Matematika ternyata bukanlah suatu ilmu pengetahuan, melainkan sebuah konseptual

umum besar dan fleksibel. Oleh sebab itu tidaklah heran jika matematika disebut The Mother of

Science. Matematika tidak hanya membantu untuk pembentukan teori baru dalam ilmu

pengetahuan alam, tapi juga membantu dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan

dengan pengetahuan lain termasuk dalam ekonomi. Matematika membantu dalam sistem akutansi

disegala level dari individu sampai internasional.

Contoh relevansi grup 1 dalam pembelajaran matematika

Misalkan:
Guru menyediakan berbagai bentuk segitiga, dan dari situ guru meminta siswa

menyimpulkan definisi segitiga.

Contoh relevansi grup 2 dalam pembelajaran matematika

Misalkan:

Dari definisi dan bentuk segitiga, siswa dapat menyimpulkan segitiga berdasarkan jenis

dan sifatnya (besar sudut dan panjang sisinya) dan mengklasifikasikan segitiga yang ditinjau

dari besar sudut dan panjang sisinya.

Contoh relevansi grup 3 dalam pembelajaran matematika

Misalkan:

 Generealisasi

Penarikan kesimpulan dari khusus ke umum

Segitiga merupakan bangun datar yang dibentuk dari tiga sisi yang berupa garis lurus

dan tiga sudut. Jenis dan sifat segitiga yang dilihat berdasarkan sisi dan sudutnya.

Rumus segitiga berdasarkan keliling dan luas segitiga.

 Retrospektif

Penarikan kesimpulan dari umum ke khusus

Bangun datar adalah sebutan bagi bangun-bangun dua dimensi seperti lingkaran, belah

ketupat, laying-layang, jajargenjang, segitiga, persegi panjang dan persegi. Dari macam-

macam bangun datar dan gambarnya, kita dapat menemukan bangun datar segitiga

berdasarkan pengelompokan jumlah sisi dari bangun datar tersebut.

Sebagai seorang pendidik kita harus tahu teori pembelajaran. Dalam teori belajar, ada dua teori

yang bisa diterapkan sebagai seorang pendidik yaitu teori Behaviorisme dan teori
Konstruktivisme. Teori Behaviorisme adalah teori yang menjelaskan bahwa belajar adalah proses

perubahan yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara nyata. Contohnya jika ada siswa yang

belum bisa perkalian, guru dituntut kreatif untuk membimbing siswa dengan berbagai cara dan

secara terus berlatih. Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat

generative, yaitu kegiatan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Contohnya guru

mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan dan membangun pengetahuan dan pemahaman

baru yang didasarkan pada penyelesaian yang lebih kompleks.


Peta keterkaitan

FAKTOR INTERNAL
(Dari dalam diri)

Siswa tidak dipaksa menerima informasi yang bertentangan


dengan diri mereka karena dapat merusak sekema-skema yang
ada dalam pikiran siswa

EMOSI
Motivasi Belajar (Aktifitas Mental)
Bisa di
kembangkan

Motivasi Internal
Mendukung, karena pembelajaran
dalam matematika itu konseptual,
SKEMA - SKEMA perlu adanya rekonstruksi konsep
atau skema dasar dan pengaitan
Tidak terlalu mendukung dalam pembelajaran
sehingga memunculkan pemahaman ,
matematika karena, matematika bukan hanya sekedar
konsep atau teori baru
belajar dari kebiasan dan menghafal

HABIT LEARNING INTELLIGENT


LEARNING

ASSOCIATIVE CONCEPTUAL
LINKS LINKS

TEORI TEORI
BEHAVIORISM CONSTRUCTIVISM

Anda mungkin juga menyukai