Disusun oleh :
Nicholas Maryanto Lagut (181442008)
Dalam bab ini akan dibahas tentang pemahaman dalam belajar matematika, bukan tentang
mengajar matematika. Tujuan dari bab ini untuk menyarankan bahwa kesalahan bukanlah pada
diri mereka (siswa), perilaku tersebut mungkin sudah ada dalam materi selain matematika yang
Dari bab ini, diperoleh pelajaran bahwa selain dari tingkat kecerdasan siswa, guru juga
sebaiknya melihat dari tingkat emosi dan faktor lain yang ada di dalam diri siswa. Dengan kata
lain bahwa guru harus mampu mengenali siswa secara mendalam. Salah satu faktor yang harus
diperhatikan betul adalah masalah kecemasan dan motivasi. Kedua faktor ini sama-sama memiliki
peran pada berlangsungnya proses pembelajaran bagi siswa. Setelah menganalisi kedua faktor
tersebut, guru seharusnya mampu atau paling tidak tau bagaimana menganalisis masalah tersebut,
pemahaman siswa agar siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan matematikanya, yaitu dimana:
Pengetahuan tidak bisa diterima siswa secara pasif, namun pengetahuan terbentuk melalui
aktivitas atau penemuan (terkonstruksi) oleh diri siswa. Piaget (1972) menyatakan bahwa
matematika dikonstruksi siswa bukan seperti menemukan batu dan bukan pula seperti
kegiatan fisik dan mental. Mereka mengamati hubungan, mengenali pola, membuat
interaksi seperti dialog dan diskusi antar sesama mereka dan guru. Perkembangan
intelektual seperti ini tidak hanya melibatkan benda-benda manipulatif, menemukan pola,
menemukan algoritma sendiri, dan menemukan beragam solusi, namun juga berbagi
menjelaskan cara yang mereka tempuh, dan alasan suatu proses yang mereka lakukan
Perlunya proses diskusi dalam pembelajaran matematika dapat mendorong siswa untuk
mengeksplorasi apa yang ia pikirkan atau pahami tentang sesuatu hal yang akan dicari
solusinya. Dengan berdiskusi baik dengan guru maupun dengan teman siswanya, seorang
siswa dilatih untuk percaya akan dirinya sendiri dan berani untuk mengungkapkan
pendapatnya. Kegiatan diskusi yang baik akan membantu siswa untuk menemukan
BAB VIII
Hal yang bias didapat adalah dalam belajar, kita perlu membangun skema-skema yang nantiya
bisa kita gunakan dalam mencapai tujuan. Hal ini dipandang lebih efektif daripada ketika kita
hanya menghafalkan informasi-informasi baru itu. Selain dapat menyesatkan kita pada tujuan yang
salah, bisa juga apa yang sudah kita hafalkan mudah dilupakan.
Dalam mencapai tujuan, kita harus dapat membedakan mana hal yang bisa menjadi stimulus
dalam mencapai tujuan dan mana hal yang tidak dapat menjadi stimulus. Hal ini dikarenakan
supaya jalan/cara yang kita pilih adalah yang efektif. Oleh sebab itu perlu bagi kita untuk membuat
mencapai tujuan. Selain itu juga dapat memberikan kita ilmu tambahan, dikarenakan untuk
menyusun suatu skema, kita perlu mencari dan membentuk skema awal dari kumpulan konsep-
konsep yang secara tidak sengaja menjadi ilmu tambahan bagi kita dimana bisa jadi konsep-
konsep tersebut diluar konsep yang akan digunakan untuk mendapatkan tujuan kita.
BAB IX
Hal yang bias didapat adalah untuk membangun sebuah pengetahuan, haruslah dibangun dari
susunan konsep–konsep yang nantinya akan menjadi sebuah skema melalui relasi-relasi antar
konsep. Hal ini disarankan untuk dilakukan pada semua pembelajar dikarenakan memori yang
tersimpan dari pembelajaran yang skematik akan terpatri lebih lama bahkan sampai tua daripada
daripada menghafal. Untuk hasil yang sukses, kombinasi terbaik adalah mengkoneksikan skema
dengan sebanyak mungkin konseptual link (C-link) dalam pikiran kita. Untuk menjadi lancar
dalam melakukan sesuatu, maka kita harus melakukannya secara rutin. Kombinasi ini merupakan
BAB X
Hal yang biasa didapat adalah adalah bahwa menurut Piaget terdapat dua paradigma yang ada
dalam dunia pendidikan, yaitu paradigma behavioristik dimana dalam paradigma ini
mementingkan pada ketegasan sikap siswa yang ditinjau dari tingkah lakunya. Sedangkan
paradigma yang kedua adalah paradigma Piaget dimana dalam paradigma ini yang diutamakan
adalah pada proses mental yang muncul pada tingkah laku subjek yang bisa diamati dan hal ini
Dan jika dikaitkan dengan Matematika maka pendidik harus memberikan suatu ide kreatif
untuk membuat suatu proses pembelajaran yang dapat menghasilkan ide kreatif dari peserta didik.
Proses pembelajaran tersebut dapat berupa penggalian skema yang telah dipahami oleh peserta
didik sebelumnya. Hal tersebut memiliki tujuan agar peserta didik akan belajar dengan cara
membangun pemikirannya bukan dengan hanya pembelajaran yang dilakukan secara formalitas.
Oleh karena itu, mengkonstruksi teori serta pengembangan kurikulum harus dilakukan dengan
meningkatkan profesionalisme diri pendidik. Hal yang dapat dilakukan yaitu dengan
menggunakan pemahaman teori dari dirinya sendiri yang memiliki hubungan dengan pengalaman
dirinya dan apa yang diperlukan dalam proses pembelajaran sehingga akan dipadukan dengan
BAB XI
umum besar dan fleksibel. Oleh sebab itu tidaklah heran jika matematika disebut The Mother of
Science. Matematika tidak hanya membantu untuk pembentukan teori baru dalam ilmu
pengetahuan alam, tapi juga membantu dalam menyelesaikan masalah-masalah yang berhubungan
dengan pengetahuan lain termasuk dalam ekonomi. Matematika membantu dalam sistem akutansi
Misalkan:
Guru menyediakan berbagai bentuk segitiga, dan dari situ guru meminta siswa
Misalkan:
Dari definisi dan bentuk segitiga, siswa dapat menyimpulkan segitiga berdasarkan jenis
dan sifatnya (besar sudut dan panjang sisinya) dan mengklasifikasikan segitiga yang ditinjau
Misalkan:
Generealisasi
Segitiga merupakan bangun datar yang dibentuk dari tiga sisi yang berupa garis lurus
dan tiga sudut. Jenis dan sifat segitiga yang dilihat berdasarkan sisi dan sudutnya.
Retrospektif
Bangun datar adalah sebutan bagi bangun-bangun dua dimensi seperti lingkaran, belah
ketupat, laying-layang, jajargenjang, segitiga, persegi panjang dan persegi. Dari macam-
macam bangun datar dan gambarnya, kita dapat menemukan bangun datar segitiga
Sebagai seorang pendidik kita harus tahu teori pembelajaran. Dalam teori belajar, ada dua teori
yang bisa diterapkan sebagai seorang pendidik yaitu teori Behaviorisme dan teori
Konstruktivisme. Teori Behaviorisme adalah teori yang menjelaskan bahwa belajar adalah proses
perubahan yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara nyata. Contohnya jika ada siswa yang
belum bisa perkalian, guru dituntut kreatif untuk membimbing siswa dengan berbagai cara dan
secara terus berlatih. Teori Konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat
generative, yaitu kegiatan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. Contohnya guru
mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan dan membangun pengetahuan dan pemahaman
FAKTOR INTERNAL
(Dari dalam diri)
EMOSI
Motivasi Belajar (Aktifitas Mental)
Bisa di
kembangkan
Motivasi Internal
Mendukung, karena pembelajaran
dalam matematika itu konseptual,
SKEMA - SKEMA perlu adanya rekonstruksi konsep
atau skema dasar dan pengaitan
Tidak terlalu mendukung dalam pembelajaran
sehingga memunculkan pemahaman ,
matematika karena, matematika bukan hanya sekedar
konsep atau teori baru
belajar dari kebiasan dan menghafal
ASSOCIATIVE CONCEPTUAL
LINKS LINKS
TEORI TEORI
BEHAVIORISM CONSTRUCTIVISM